Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama, sejak tahun 2020, dengan

adanya pandemi covid-19, dunia pendidikan mengalami perubahan yang

sangat mengejutkan. Pembuat kebijakan telah melakukan berbagai

perubahan filosofi kurikulum agar dapat menyesuaikan dengan kondisi

yang ada. Mulai dari penyederhanaan kurikulum darurat tahun 2013,

hingga penyesuaian prototipe kurikulum Sekolah Penggerak dan SMK

Center of Excellence atau SMK PK. Kurikulum prototype merupakan

Kurikulum pilihan yang dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan

mulai tahun ajaran 2022/2023. Kurikulum prototipe melanjutkan arah

pengembangan kurikulum sebelumnya (kurtilas).1

Dalam rangka mengimplementasikan prototype Kurikulum yang

peta konsepnya dilaksanakan sejak tahun 2021, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan yaitu Nadiem Makarim sangat serius melaksanakan

Program Mobilisasi Sekolah yang bertujuan untuk mewujudkan

pendidikan Indonesia yang berdaulat dan mandiri yang berkepribadian

beriman, bertakwa dan mendunia pada anak didik Pancasila. Terlihat

1
(Margaretha P.N, & Konten, Y. P. (2021). Scratch Sebagai Problem Solving
Computational Thinking dalam Kurikulum Prototipe. Jurnal In Create (Inovasi Dan
Kreasi Dalam Teknologi Informasi) Program Studi Informatika – Univ. Nusa Nipa
Maumere, 8.) dikutip oleh Mariatul Qiptiah “Penerapan Kurikulum Merdeka Dan Mbkm
(Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Dalam Kondisi Pendidikan Indonesia Saat Ini "
2

bahwa rencana tersebut merupakan tujuan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan untuk mencapai tujuan prototipe kurikulum.2

Pendidikan Indonesia perlu melakukan restrukturisasi paradigma

pendidikan agar dapat bertahan di era globalisasi pendidikan. Lebih

penting lagi, refleksi perubahan paradigma baru sangatlah penting dalam

program pendidikan yang dilakukan oleh institusi untuk implemnetasi

Kurikulum merdeka utamanya, begitu juga pendidikan yang selalu

ditujukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,

berkarakter, berpengetahuan dan berbudaya. Karena sekolah adalah tempat

strategis untuk menanamkan paradigma tersebut. Maka Prototype

kurikulum merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut.3

Dalam menjalankan kurikulum prototipe yang kemudian disebut

Kurikulum Merdeka ini, tentunya perlu adanya fasilitas – fasilitas yang

sesuai dengan abad saat ini. Pertanyaannya Bagaimana lembaga

pendidikan Formal maupun Non Formal di Pesantren dalam menjalankan

atau mengimplementasikan kebijakan kurikulum baru ini ? sedangkan

dalam dunia pesantren ada batasan-batasan dan aturan-aturan tertentu.

Tren globalisasi mau tidak mau akan merasuki setiap sudut

masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Setiap negara harus

mulai menyesuaikan diri dengan implikasi pergerakan bebas barang, jasa

atau jasa, termasuk pendidikan, arus bebas investasi, dan pergerakan


2
Aiman Faizn, Muhamad Parhan, and Rizki Ananda, “EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN Paradigma Baru Dalam Kurikulum Prototipe,” Jurnal lmu Pendidikan 4,
no. 1 (2022): 1544–1550.
3
https://bpmpjogja.kemdikbud.go.id/refleksi-pembelajaran-paradigma-baru
mengembalikan-semangat-guru-sebagai-fasilitator-proses-belajar-siswa/ :
September 6, 2022, diakses : 5 Juni 2023
3

pekerja terampil dan profesional dari lintas negara.Jika bangsa Indonesia

tidak segera merespon arus globalisasi ini, khususnya teruntuk lembaga

Pendidikan Islam yang ada di Indonesia tidak segera menyiapkan dan

meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang kompeten

dan membidangi, maka bisa jadi banyak tenaga ahli asing akan masuk ke

negeri ini dan dipekerjakan di berbagai sector industry dan jasa karena

dianggap unggul dan mempunyai daya saing yang lebih tinggi.

Karena itu, Lembaga Pendidikan (Islam) di tuntut untuk menyiapkan

sumberdaya manusia yang setara dan mendapat pengakuan yang sama

dengan sumberdaya manusia dari negara-negara lain (asing). Sebagai

implikasinya, maka bangsa Indonesia harus melakukan penataan ulang

terhadap jenis dan strata pendidikan, penyetaraan mutu lulusan yang

diikuti dengan pengembangan kurikulum, pengembangan Sistem

Penjaminan Mutu, serta memfasilitasi pendidikan sepanjang hayat.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan yang eksistensinya

bertahan cukup lama dalam perjalanan kemerdekaan negara kita adalah

pesantren. Secara legalitas pesantren diakui eksistensinya sebagai lembaga

pendidikan oleh semangat Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan yang pelaksanaannya,4 termaktub dalam PAP. No. 55

Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan bab I

pasal 4 yakni:5 Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga

4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
5
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama Dan Pendidikan Keagamaan
4

pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan

pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.6

Di sisi lain, bermartabat atau tidaknya suatu bangsa tergantung

pada sejauh mana bangsa itu merdeka dan merdeka dari bangsa-bangsa

lain di dunia, sehingga rakyatnya dapat sejahtera. Salah satu tanda

kemerdekaan bangsa adalah apakah rakyat juga memiliki tingkat

kemandirian yang tinggi. Masyarakat dapat mandiri jika didukung oleh

individu-individu yang berjiwa mandiri. Dengan mayoritas penduduk

beragama Islam dan jumlah pondok pesantren yang besar dengan ribuan

santri yang tersebar di seluruh Indonesia, maka sangat potensial bagi santri

mandiri. Jika ribuan pelajar yang tersebar di pelosok nusantara dididik

secara mandiri, maka akan terbentuk masyarakat yang mandiri, yang akan

sangat mendukung terpeliharanya negara yang merdeka.

Pertanyaannya, bagaimana Pendidikan di Pesantren untuk bisa

mewujudkan para Siswa yang bisa mandiri?, upaya yang dapat ditempuh

yaitu dengan meningkatkan SDM santri. Dalam dunia pekerjan sumber

daya manusia (SDA) yang mempunyai keunggulan adalah mereka yang

tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja akan tetapi keahlian

didalam aspek soft skill tersebut.7 Hasil penetilian Anwar dan fikriyati

menuturkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan karena hanya

pengetahuan dan kemampuan teknis (pendidikan hard skill) saja, akan

6
Sekretariat Negara RI, Sistem Pendidikan dan Pendidikan Agama (Jakarta: Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun, 2003, 2007 ), 20, 55
7
Riniwati, “Manajemen Sumberdaya Manusia: Aktivitas Utama dan Pengembangan
SDM,” : Universitas Brawijaya Press,(2016): 269 – 287
5

tetapi lebih terpaku dikemampuan mengelola diri sendiri dan juga

kemampuan mengelola orang lain (pendidikan soft skill).8

Dalam meningkatkan Soft Skill untuk meningkatakan SDM,

negara telah memberikan fasilitas kepada Pesantren dengan pengadaan

( BLK ) BLK Komunitas yang tujuannya untuk membekali kemandirian

dan ketrampilan Siswa. Seperti yang ada di Pesantren Roudhoh Al Hikam

Pacitan yang telah menerima fasilitas BLK Komunitas tersebut. Di sisi

lain, adanya program pelatihan keterampilan tersebut mampu memberikan

ruang dan fasilitas bagi para Siswa dalam mengimplementasikan

kurikulum merdeka juga untuk menambah pengetahuan dan soft skill dan

mengembangkan kreativitas-kreativitas mereka, karena secara umum para

peserta keterampilan ini tidak memiliki ruang dan fasilitas dan bahkan

waktu yang memadai. Berangkat dari situ peneliti ingin memahami secara

lebih lanjut dampak kebijakan BLK Komunitas dengan implementasi

kurikulum merdeka di pesantren. Bahwasanya yang kita tahu pesantren

dari dulu bertujuan untuk mendalami ilmu agama, sedangkan BLK

Komunitas untuk membantu dalam meningkatkan kualitas para peserta

untuk bisa menjadi santri hibrid yaitu santri yang lebih modern dan

mandiri secara finansial.

Penyelenggaraan Kurikulum Merdeka lebih relevan dalam

pengembangan Profil Pelajar Pancasila.9 Profil Pelajar Pancasila

8
Anwar, Z., ’Azizah, A.T. and Fikriyati, A. 2020. Pendampingan Soft Skill Pada Siswa-
Siswi SMK Muhammadiyah 2 Malang. Altruis: Journal of Community Services. 1, 1
(Mar. 2020), 9–24. DOI:https://doi.org/10.22219/altruis.v1i1.11546.
9
Kemendikbudristek, “Buku Saku: Tanya Jawab Kurikulum Merdeka,” Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
6

mencerminkan kompetensi siswa yang berkarakter dan bertindak sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih rinci, Profil Pancasila dijabarkan

dalam enam dimensi yaitu Beriman,bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Bergotong royong,

Mandiri, Bernalar kritis, dan Kreatif.10 Berdasarkan uraian diatas dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan serta kemampuan dalam

menjadi diri sendiri. Dari sisnilah peneliti memilih judul tesis yaitu

“Analisis Potensial Pelatiahan BLK Komunitas Di Pesantren

Roudhoh Al Hikam Pacitan Dalam Implementasi Kurikulum

Merdeka Project Based Learning Terhadap Kemandirian Belajar

Siswa.

B. Pembaruan Penelitian

Pembaharuan penelitian dianggap sangat penting sebagai dasar

pemikiran dan pijakan dalam rangka penyusunan penelitian dan menjadi

salah satu acuan serta sebagai referensi peneliti dalam penelitiannya untuk

mengetahui letak perbedaan riset atau penelitian, mengetahui letak khas

atau keunikan dari riset yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian

yang lain. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan judul yang

sama dengan penilitian terdahulu, namun peneliti mengambil atau

mengangkat teori yang digunakan untuk menambah isi kajiannya yang

Riset dan Teknologi (2022): 9–46.


10
Kemendikbudristek, “Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada
Kurikulum Merdeka,” Kemendikbudristek (2022): 1–37.
7

dilakukan. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti:

1. Jurnal Soetam Rizky Wicaksono, dkk

Penelitian yanag dilakukan tahun 2021 ini dengan judul

“Pelatihan Videografi BLK Al Ittihad dengan Model Project Based

Learning” Hasil dari pembahasan penelitian ini diantaranya Hasil dari

aktifitas pelatihan tersebut dapat disimpulkan cukup berhasil dalam

ruang lingkup membangkitkan semangat para peserta BLK untuk

meningkatkan kemampuan dalam skill digital secara umum, baik

berdasarkan animo peserta saat pelatihan dilaksanakan. Penerapan

PBL dapat lebih mengoptimalkan hasil dari pelatihan yang singkat

dikarenakan hasil pembelajaran yang lebih komprehensif dibanding

pembelajaran secara klasikal. Selain itu dapat disimpulkan bahwa

pihak BLK pada akhirnya menyadari tentang urgensi dari skill digital

bagi peserta BLK, serta bagaimana cara untuk mengoptimalkan

perangkat laboratorium yang telah dimiliki.Hasil lain yang bisa

didapatkan adalah persiapan untuk peserta BLK dalam menghadapi

dunia kerja seharusnya beragam dan beradaptasi dengan kebutuhan

saat ini khususnya dalam menghadapi revolusi industri. Peningkatan

skill digital, baik dalam hal hardskill ataupun kreatifitas harus tetap

dilatih agar dapat bersaing di dunia kerja.11

11
Soetam Rizky Wicaksono and Didit Prasetyo Nugroho, “Pelatihan Videografi Balai
Latihan Kerja Al Ittihad Dengan Model Project Based Learning,” Journal of Community
Development 1, no. 2 (2021): 95–99.
8

2. Jurnal Eldi Mulyan,dkk

Dengan Judul Penelitian “Implementasi Model Project Based

Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ” Hasil

dari Pembahasan penelitian ini :12

a. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap

persepsi responden di atas untuk implementasi model

pembelajaran project based learning diperoleh rata-rata 3,88.

b. Kemampuan Beripikir Kreatif Peserta Didik Sebelum Dan Setelah

Diberikan Perlakuan (Treatment) Berdasarkan hasil temuan

penelitian ini, terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik pada mata pelajaran IPS sebelum diberikan

perlakuan (treatment) dan setelah diberikan perlakuan (treatment).

Berdasarkan data uji beda dari 20 peserta didikorang menunjukan

nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hal tersebut bisa

disebabkan karena adanya penambahan pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan (treatment).

c. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Berdasarkan hasil

temuan penelitian ini pembelajaran mata pelajaran IPS dengan

model pembelajaran project based learning memberi pengaruh

12
Eldi Mulyana et al., “Implementasi Model Project Based Learning Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif,” Sosial Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan
IPS 2, no. 1 (2022): 25.
9

yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta

didik.

3. Jurnal Dewi Anggelia, dkk

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 ini dengan judul

“Penerapan Model Project-based Learning ditinjau dari Kurikulum

Merdeka dalam Mengembangkan Kreativitas Belajar Pendidikan

Agama Islam” Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan capaian kreativitas

dan kurikulum merdeka, karena peserta didik dapat menerima Project

Based Learning sebagai model pembelajaran yang membantu mereka

dalam mengembangkan kreativitas mereka dalam pembelajaran.

Dengan demikian terdapat rekomendasi untuk peneliti yang lain,

bahwa dalam penelitian ini hanya mengulas sebagian kecil

permasalahan yang berhubungan dengan Project Based Learning dan

kreativitas siswa, disarankan untuk peneliti yang lain dapat melakukan

penelitian lebih lanjut dan dilaksanakan dengan lebih baik.

Rekomendasi untuk pendidik, diharapkan bisa mempersiapkan model

pembelajaran ini dengan lebih terkonsep agar capaian kreativitas

peserta didik dapat lebih maksimal.13

Dari penelitian-penelitian terdahulu jika dibandingkan, subjek yang

digunakan hanya kepada model pembelajaran atau model pelatiahn, maka


13
Dewi Anggelia, Ika Puspitasari, and Shokhibul Arifin, “Penerapan Model Project-
Based Learning Ditinjau Dari Kurikulum Merdeka Dalam Mengembangkan Kreativitas
Belajar Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 7, no. 2
(2022): 398–408.
10

dalam penelitihan ini penulis lebih mengkolaborasikan antara model

pembelajaran proyek yang ada di SMK Plus Roudhoh Al Hikam dan

model pelatihanproyek yang ada di BLK Komunitas Pondok Roudhoh Al

Hikam yang nantinya akan mengarah pada hasil dari kolaborasi tersebut.

C. Rumusan Masalah

Mensarikan apa yang dipaparkan dalam latar belakang di atas,

peneliti secara mendalam akan menelusuri tentang:

1. Bagaimana hubungan antara implementasi Kurikulum Merdeka

Project-Based Learning di Pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan

dengan tingkat kemandirian belajar siswa ?

2. Sejauh mana efektivitas pelatihan BLK Komunitas berkontribusi pada

peningkatan kemandirian belajar siswa di Pesantren Roudhoh Al

Hikam Pacitan yang menerapkan Kurikulum Merdeka Project-Based

Learning ?

3. Bagaimana efektivitas BLK Komunitas di pesantren Roudhoh Al

Hikam Pacitan dalam mengembangkan kemandirian belajar Siswa

melalui implementasi Kurikulum Merdeka Project Based Learning?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-

dampak yang terjadi dari adanya kebijakan masuknya BLK Komunitas


11

Pondok Roudhoh Al Hikam. Munculnya kebijakan baru pastilah

menyebabkan perubahan pada Siswa, termasuk di Pesantren Roudhoh Al

Hikam. Salah satu dampak dari kebijakan adalah karakter atau

kemandirian yang dimiliki oleh para santri. Tuujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara implementasi Kurikulum Merdeka

Project-Based Learning di Pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan

dengan tingkat kemandirian belajar siswa?

2. Untuk mengetahui Sejauh mana potensi pelatihan BLK Komunitas

berkontribusi pada peningkatan kemandirian belajar siswa di Pesantren

Roudhoh Al Hikam Pacitan yang menerapkan Kurikulum Merdeka

Project-Based Learning?

3. Untuk mengetahui efektivitas BLK Komunitas di pesantren Roudhoh

Al Hikam Pacitan dalam mengembangkan kemandirian belajar Siswa

melalui implementasi Kurikulum Merdeka Project Based Learning?

E. Kegunaan penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa

kegunaan, diantaranya:

1. Kontribusi pada Peningkatan Kualitas Pendidikan di Pesantren:

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di pesantren, terutama dengan fokus pada

implementasi Kurikulum Merdeka Project Based Learning. Dengan


12

menganalisis potensial BLK Komunitas dan pengaruh Kurikulum

Merdeka Project Based Learning, penelitian ini dapat memberikan

wawasan dan saran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan

pendidikan di pesantren.

2. Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa:

Salah satu manfaat utama dari penelitian ini adalah dapat

meningkatkan kemandirian belajar Siswa di pesantren Roudhoh Al

Hikam Pacitan. Dengan menganalisis efektivitas Kurikulum Merdeka

Project Based Learning dalam hal ini, penelitian ini dapat memberikan

informasi berharga tentang bagaimana pesantren dapat memperkuat

kemandirian belajar Siswa untuk menghadapi tantangan masa depan.

3. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek:

Penelitian ini juga dapat berkontribusi pada pengembangan model

pembelajaran berbasis proyek yang lebih efektif di pesantren dan

lembaga pendidikan lainnya. Melalui analisis potensial BLK

Komunitas, penelitian ini dapat mengidentifikasi faktor-faktor kunci

yang mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Project Based

Learning dan membantu menyusun model pembelajaran yang dapat

meningkatkan partisipasi dan keterlibatan Siswa.

4. Rekomendasi Kebijakan Pendidikan:

Penelitian ini dapat memberikan landasan bagi penyusunan

rekomendasi kebijakan pendidikan yang lebih baik di tingkat

pesantren dan institusi pendidikan lainnya. Temuan dari penelitian ini


13

dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan yang lebih tepat dan

mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Project Based

Learning secara luas.

5. Pengetahuan Baru dalam Bidang Pendidikan:

Penelitian ini berpotensi memberikan pengetahuan baru dalam bidang

pendidikan, terutama dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka

Project Based Learning di lingkungan pesantren. Temuan dan hasil

penelitian dapat menjadi sumbangan ilmiah dan kontribusi terhadap

pengetahuan akademik yang lebih luas.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada dasarnya merupakan pengembangan

dari kerangka teori dalam bentuk garis-garis besar pemikiran utama

penelitian. Maka dari itu untuk memudahkan peneliti didalam memehami

dan mengkaji kajian yang dilakukan serta dirasa mudah dipahami oleh

orang lain, maka penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab dan sub-sub
14

bab yang pembahasannya saling berkaitan. Adapun sistematika

pembahsannya sebagai berikut:

1. Bab I: Pendahuluan

Pada bagian ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Fokus dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan

Sistematika Pembahasan yang masing-masing sub pembahasannya sebagai

berikut:.

a. Latar Belakang Masalah

Pada sub bab ini, diuraikan mengenai problematika yang melatar

belakangi peneliti melakukan penelitian yang dianggapnya penting

untuk diteliti.

b. Pembaruan Penelitian

Pada sub bagian ini, peneliti mengklasifikasi penelitian-penelitian

yang telah dilalukan oleh peneliti terdahulu sebagai bahan acuan,

tambahan wawasan keilmuan serta referensi dalam memperkaya

teori kajian yang sedang dilakukan.

c. Rumusan Masalah

Fokus dan Rumusan Masalah, pada fokus penelitian ini merupakan

pemfokusan pembahasan yang dipilih oleh peneliti dari pembahasan

yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah yang sifatnya masih

umum, dan rumusan masalah ini merupakan hasil kajian dari uraian

masalah yang telah dipaparkan peneliti, yang kemudian dirumuskan

menjadi bentuk pertanyaan penelitian.


15

d. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti ini

merupakan bentuk jawaban daripada pertanyaan rumusan masalah

diatas.

e. Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini peneliti menjelaskan mengenai manfaat atau kegunaan

teoritis dan praktis. Dalam uraiannya peneliti memaparkan tentang

kegunaan-keguaan penelitian yakni untuk mencapai target capaian-

capaian dalam penelitiannya dan dengan diikutsertakannya kegunaan

penelitian tersebut peneliti juga bermaksud menyampiakan bahwa

memang permasalahan yang sedang diusungnya itu layak untuk

dilakukan penelitian.

f. Sistematika Pembahasan

Pada sitematika pembahasan ini peneliti berusaha menjelaskan

mulai awal sampai dengan akhir pembasahan secara ringkas yang

diharapkan agar dapat mempermudah penulis dalam memahami

isi dari pembahasan tersebut.

2. Bab II: Kajian Teori

Pada bagian ini terdiri dari konseptualisasi topik yang diteliti atau kajian

pustaka dan penelitian terdahulu yang masing-masing sub pembahasannya

sebagai berikut:

a. Konseptualisasi Topik Yang Diteliti

Pada sub bab ini peneliti menguraikan teori-teori efektifitas BLK

Komunitas, implementasi kurikulum merdeka, project bassed


16

learning, dan kemandirian belajar dan pengertian yang erat dan

ada hubungannya dengan pembahasan yang sedang diteliti yang

berdasarkan referensi kepustakaan yang mendukung yang oleh

penulis di ambil dari berbagai literatur sebagai referensi bahan

kajian terhadap latar belakang permasalahan yang tengah dibahas

oleh penulis.

b. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir memuat dasar pemikiran peneliti dalam

memecahkan akar masalah penelitian, sehingga harus disusun

sendiri oleh peneliti. Argumen peneliti dalam pemaparan

kerangka berpikir didasarkan pada teori-teori dan hasil-hasil

penelitian sebelumnya yang telah disampaikan dalam landasan

teori.

c. Hipotesis

hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti terhadap

rumusan masalah penelitian yang diajukan.

3. Bab III: Metode Penelitian

Pada sub bab ini peneliti berusaha menerangkan metode penelitiannya

yang di ambil yakni secara kualitatif, yang didalamnya berisikan

tentang subyek penelitian, obyek penelitian, lokasi penelitian, jenis

data penelitian, sumber data penelitian, teknik pengambilan data,

teknis analisis data dan teknik menguji keabsahan data.


17

4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini terdiri dari Diskripsi Partisipan dan Temuan Penelitian yang

masing-masing sub pembahasannya sebagai berikut:

a. Temuan Penelitian

Pada bagian sub ini peneliti berusaha menjelaskan tentang temuan

penelitian berupa data mentah yang didapatkan dari partisipan.

b. Pembahasan

Dalam sub bab ini peneliti berusaha menjelaskan data mentah

yang sebagai hasil temuan penelitian di analisis atau

diinterpretasikan untuk dirumuskan hasil temuan penelitiannya

tersebut.

5. Bab V: Kesimpulan, Implikasi dan Saran

Pada bagian ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran yang masing-masing sub

pembahasannya sebagai berikut:

a. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan pernyataan singkat, jelas dan tepat yang

disarikan oleh peneliti dari hasil penelitiannya dan pembahasan

yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

b. Implikasi

Saran ditujukan kepada orang tua, guru, dan kepada lembaga baik

sekolah maupun BLKK Roudhoh Al Hikam dan peneliti dalam

bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan

penelitian yang sudah diselesaikan, kepada instansi atau lokasi

penelitian, atau subjek penelitian.


18

c. Saran

Saran ditujukan kepada orang tua, guru, dan kepada lembaga baik

sekolah maupun BLKK Roudhoh Al Hikam dan peneliti dalam

bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan

penelitian yang sudah diselesaikan, kepada instansi atau lokasi

penelitian, atau subjek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai