Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang umum diketahui bahwa sejak tahun 2020 pendidikan

mengalami perubahan yang sangat mengejutkan dengan adanya pandemi covid-19.

Berbagai konsep perubahan kurikulum dilakukan oleh pemangku kebijakan untuk

menyesuaikan kondisi yang ada. Mulai dari kurikulum 2013 darurat yang

disederhanakan sampai pada penyesuaian kurikulum prototipe di Sekolah Penggerak

maupun di SMK Pusat Keunggulan atau SMK PK. Kurikulum prototipe merupakan

kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran

(TA) 2022/2023. Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum

sebelumnya (kurtilas). 1

Untuk menerapkan kurikulum prototipe, peta konsep yang dilaksakan sejak

tahun 2021 pemerintah dalam hal ini Kemendikbud-Ristek yaitu Nadiem Makarim

sangat serius untuk melaksanakan program Sekolah Penggerak yang secara tujuan

ingin mewujudkan Pendidikan di Indonesia yang berdaulat, mandiri dan memiliki

kepribadian pelajar pancasila yang beriman, bertakwa dan berkebinekaan global.

Dengan demikian, tampak sangat jelas rencana yang menjadi tujuan Kemendikbud-

Ristek dalam mencapai tujuan kurikulum prototipe.

1
(Margaretha P.N, & Konten, Y. P. (2021). Scratch Sebagai Problem Solving
Computational Thinking dalam Kurikulum Prototipe. Jurnal In Create (Inovasi Dan
Kreasi Dalam Teknologi Informasi) Program Studi Informatika – Univ. Nusa Nipa
Maumere, 8.) dikutip oleh Mariatul Qiptiah “Penerapan Kurikulum Merdeka Dan
Mbkm (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Dalam Kondisi Pendidikan Indonesia
Saat Ini "
2

Selain pengembangan kurikulum menuju kurikulum prototipe, Kemendikbud-

Ristek juga tentu sangat memahami paradigma pendidikan baru yang memasuki

konsep pembelajaran abad-21 dimana pendidikan Indonesia perlu merekonstruksi

paradigma pendidikan agar dapat eksis di tengah era pendidikan yang mengglobal ini

Bahkan lebih jauh lagi perubahan paradigma kurikulum pendidikan yang dilakukan

pada berbagai lembaga senantiasa untuk menciptakan sumber daya manusia yang

unggul karena sekolah menjadi tempat yang strategis dimana sekolah merupakan

tempat yang tepat dalam mentransferkan ilmu pengetahuan, penanaman budaya dan

pembentukan karakter. Kurikulum prototipe menjadi salah satu upaya untuk

mewujudkan hal tersebut.

Dalam menjalankan kurikulum prototipe yang kemudian disebut Kurikulum

Merdeka ini, tentunya perlu adanya fasilitas – fasilitas yang sesuai dengan abad saat

ini. Pertanyaannya Bagaimana lembaga pendidikan Formal maupun Non Formal di

Pesantren dalam menjalankan atau mengimplementasikan kebijakan kurikulum baru

ini ? sedangkan dalam dunia pesantren ada batasan-batasan dan aturan-aturan tertentu.

Pesantren sebagai salah satu institusi yang sejak lama telah berdiri di Indonesi

memiliki berbagai keunikan, pesona, kekhasan dan karakteristik tersendiri yang

berbeda dengan institusi lainnya, yang sampai saat ini masih bertahan di negara kita

dan telah banyak memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa ini. Menurut Karel A.

Stenbrink munculnya pesantren di Indonesia sebagai pusat pendidikan agama di

Indonesia belum diketahui secara persis. Menurutnya bahwa pesantren yang paling

lama di Indonesia namanya Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur yang berdiri pada

abad ke -18 yang kemudian banyak bermunculan pesantren pada abad ke -19.2

(Noer Rohmah, 2022)

2
https://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/studipesantren/ Volume 2, Nomor 2, Juli 2022; e-ISSN: 2775-7552
3

Pesantren telah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan telah turut

berjuang mencerdaskan anak bangsa. Dari perjalanan panjang tersebut terjawab sudah

bahwa pesantren mampu survive sampai saat ini dalam menghadapi berbagai

tantangan dan perkembangan zaman. Hal ini menunjukkan bahwa betapa besarnya

kebutuhan masyarkat terhadap pendidikan agama di pesantren, yang dibuktikan

dengan semakin meningkatnya jumlah populasi pesantren yang ada di Indonesia.

Arus globalisasi sudah tidak akan bisa terhindarkan lagi masuk ke semua lini

masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia. Setiap negara harus mulai

beradaptasi dengan dampak akan arus masuknya barang-barang (free flow goods),

layanan atau jasa (free flow of services) termasuk pendidikan, arus investasi (free flow

of invesment) dan masuknya arus tenaga-tenaga yang ahli dibidangnya dan

professional dari berbagai negara. “Shijiti urata,Misa Okabe, 2009,

Jika bangsa Indonesia tidak segera merespon arus globalisasi ini, khususnya

teruntuk lembaga Pendidikan Islam yang ada di Indonesia tidak segera menyiapkan

dan meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan

membidangi, maka bisa jadi banyak tenaga ahli asing akan masuk ke negeri ini dan

dipekerjakan di berbagai sector industry dan jasa karena dianggap unggul dan

mempunyai daya saing yang lebih tinggi.

Karena itu, Lembaga Pendidikan (Islam) di tuntut untuk menyiapkan

sumberdaya manusia yang setara dan mendapat pengakuan yang sama dengan

sumberdaya manusia dari negara-negara lain (asing). Sebagai implikasinya, maka

bangsa Indonesia harus melakukan penataan ulang terhadap jenis dan strata

pendidikan, penyetaraan mutu lulusan yang diikuti dengan pengembangan kurikulum,

pengembangan Sistem Penjaminan Mutu, serta memfasilitasi pendidikan sepanjang

hayat.
4

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan yang eksistensinya bertahan

cukup lama dalam perjalanan kemerdekaan negara kita adalah pesantren. Secara

legalitas pesantren diakui eksistensinya sebagai lembaga pendidikan oleh semangat

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang

pelaksanaannya termaktub dalam PAP. No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama

dan pendidikan keagamaan bab I pasal 4 yakni: Pesantren atau pondok pesantren

adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan

lainnya.3

Pondok pesantren sebagai lembaga dan sentral perkembangan pendidikan

agama Islam, lahir dan berkembang dari masa ke masa, semenjak permulaan

kedatangan agama Islam di Indonesia ini. Terdapat silang pendapat mengenai asal-

usul pesantren, setidaknya ada tiga pendapat yang dominan. Pertama, pendapat yang

menyatakan bahwa pesantren berasal dari tradisi Hindu-Budha. Pendapat ini didasari

pada pesantren yang ada sekarang merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren

orang-orang Hindu di Nusantara pada masa sebelum Islam. Lembaga ini dimaksudkan

sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran Hindu. Pesantren merupakan kreasi sejarah

anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya pra Islam.

Pesantren merupakan sistem pendidikan Islam yang memiliki kesamaan dengan

sistem pendidikan Hindu-Budha. Pesantren merupakan sekumpulan komunitas

independen yang pada awaknya mengisolasi diri di tempat yang jauh dari pusat kota.

MUHAMMAD IDRIS USMAN, 2013.

Pada sisi lain bangsa yang bermartabat salah satunya ditentukan oleh sejauh

mana bangsa tersebut memiliki kemampuan untuk bisa mandiri tidak memiliki

3
Sekretariat Negara RI, Sistem Pendidikan dan Pendidikan Agama (Jakarta: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun, 2003, 2007 ), 20, 55
5

ketergantungan pada bangsa-bangsa lain di dunia, sehingga rakyatnya bisa makmur

dan sejahtera. Salah satu indikator agar bangsa tersebut bisa mandiri jika

masyarakatnya juga memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Masyarakat bisa

mandiri jika ditopang oleh para individu yang memiiliki semangat untuk bisa mandiri.

Indonesia yang penduduknya mayoritas terdiri dari umat Islam dengan jumlah

pesantren yang sangat banyak dan memiliki ribuan santri yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia sangat potensial sekali untuk diberdayakan menjadi para santri

yang bisa mandiri. Jika ribuan santri yang telah tersebar dikepulauan Indonesia ini

telah dididik untuk bisa mandiri maka akan terwujud masyarakat yang mandiri dengan

demikian akan sangat menopang tegaknya bangsa yang mandiri.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana Pendidikan di Pesantren untuk bisa

mewujudkan para siswa/santri yang bisa mandiri?, salah satu upaya yang dapat

ditempuh adalah dengan meningkatkan SDM santri. Dalam dunia pekerjan sumber

daya manusia (SDA) yang mempunyai keunggulan adalah mereka yang tidak hanya

memiliki kemahiran hard skill saja akan tetapi keahlian didalam aspek soft skill

tersebut.4 Hasil penetilian Anwar dan fikriyati menuturkan bahwa kesuksesan

seseorang tidak ditentukan karena hanya pengetahuan dan kemampuan teknis

(pendidikan hard skill) saja, akan tetapi lebih terpaku dikemampuan mengelola diri

sendiri dan juga kemampuan mengelola orang lain (pendidikan soft skill).5

Dalam meningkatkan Soft Skill untuk meningkatakan SDM, negara telah

memberikan fasilitas kepada Pesantren dengan pengadaan ( BLK ) Balai Latihan

Kerja Komunitas yang tujuannya untuk membekali kemandirian dan ketrampilan

santri/siswa. Seperti yang ada di Pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan yang telah

4
Riniwati, “Manajemen Sumberdaya Manusia: Aktivitas Utama dan Pengembangan SDM,” (Universitas
Brawijaya Press,2016)
5
Anwar, Z., & Fikriyati, A, “Pendampingan Soft Skill Pada Siswa-Siswi SMK Muhammadiyah 2 Malang,”
(Altruis: Journal of Community Services, 2020)
6

menerima fasilitas BLK Komunitas tersebut. Di sisi lain, adanya program pelatihan

keterampilan tersebut mampu memberikan ruang dan fasilitas bagi para santri/siswa

dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka juga untuk menambah pengetahuan

dan softskill dan mengembangkan kreativitas-kreativitas mereka karena secara umum

para peserta keterampilan ini tidak memiliki ruang dan fasilitas dan bahkan waktu

yang memadai. Berangkat dari situ peneliti ingin memahami secara lebih lanjut

dampak kebijakan BLK Komunitas dengan implementasi kurikulum merdeka di

pesantren. Bahwasanya yang kita tahu pesantren dari dulu bertujuan untuk mendalami

ilmu agama, sedangkan BLK Komunitas mempunyai untuk membantu dalam

meningkatkan kualitas para peserta untuk bisa menjadi santri hibrid yaitu santri yang

lebih modern dan mandiri secara finansial.

Dalam Implementasi kurikulum Merdeka lebih menekankan pada karakter

Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar

Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter

Pelajar Pancasila dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6

dimensi yaitu Beriman,bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak

mulia, Berkebinekaan global, Bergotong royong, Mandiri, Bernalar kritis, dan

Kreatif (DIREKTORAT SEKOLAH DASAR 2022)berdasarkan uraian diatas dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan serta kemampuan dalam menjadi

diri sendiri. Dari sisnilah peneliti memilih judul tesis yaitu “Analisis Potensial

Pelatiahan Balai Latihan Kerja Komunitas Di Pesantren Roudhoh Al Hikam

Pacitan Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Project Based Learning

Terhadap Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa/Santri.


7

B. Kebaruan Penelitian

Pembaharuan penelitian dianggap sangat penting sebagai dasar pemikiran dan pijakan

dalam rangka penyusunan penelitian dan menjadi salah satu acuan serta sebagai

referensi peneliti dalam penelitiannya untuk mengetahui letak perbedaan riset atau

penelitian, mengetahui letak khas atau keunikan dari riset yang dilakukan oleh peneliti

dengan penelitian yang lain. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan

judul yang sama dengan penilitian terdahulu, namun peneliti mengambil atau

mengangkat teori yang digunakan untuk menambah isi kajiannya yang dilakukan.

Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti:

1. Jurnal Soetam Rizky Wicaksono, dkk

Penelitian yanag dilakukan tahun 2021 ini dengan judul “Pelatihan Videografi

Balai Latihan Kerja Al Ittihad dengan Model Project Based Learning” Hasil dari

pembahasan penelitian ini diantaranya Hasil dari aktifitas pelatihan tersebut dapat

disimpulkan cukup berhasil dalam ruang lingkup membangkitkan semangat para

peserta BLK untuk meningkatkan kemampuan dalam skill digital secara umum,

baik berdasarkan animo peserta saat pelatihan dilaksanakan. Penerapan PBL dapat

lebih mengoptimalkan hasil dari pelatihan yang singkat dikarenakan hasil

pembelajaran yang lebih komprehensif dibanding pembelajaran secara klasikal.

Selain itu dapat disimpulkan bahwa pihak BLK pada akhirnya menyadari tentang

urgensi dari skill digital bagi peserta BLK, serta bagaimana cara untuk

mengoptimalkan perangkat laboratorium yang telah dimiliki.Hasil lain yang bisa

didapatkan adalah persiapan untuk peserta BLK dalam menghadapi dunia kerja

seharusnya beragam dan beradaptasi dengan kebutuhan saat ini khususnya dalam
8

menghadapi revolusi industri. Peningkatan skill digital, baik dalam hal hardskill

ataupun kreatifitas harus tetap dilatih agar dapat bersaing di dunia kerja.6

2. Jurnal Eldi Mulyan,dkk

Dengan Judul Penelitian “Implementasi Model Project Based Learning Dalam

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ” Hasil dari Pembahasan penelitian

ini :7

a. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Berdasarkan hasil

pengolahan data yang dilakukan terhadap persepsi responden di atas untuk

implementasi model pembelajaran project based learning diperoleh rata-rata

3,88.

b. Kemampuan Beripikir Kreatif Peserta Didik Sebelum Dan Setelah Diberikan

Perlakuan (Treatment) Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, terdapat

perbedaan signifikan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada mata

pelajaran IPS sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan setelah diberikan

perlakuan (treatment). Berdasarkan data uji beda dari 20 peserta didikorang

menunjukan nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Hal tersebut bisa

disebabkan karena adanya penambahan pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan (treatment).

6
Soetam Rizky Wicaksono and Didit Prasetyo Nugroho, “Pelatihan Videografi Balai Latihan Kerja Al Ittihad
Dengan Model Project Based Learning,” Journal of Community Development 1, no. 2 (2021): 95–99.
7
Eldi Mulyana et al., “Implementasi Model Project Based Learning Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif,” Sosial Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan IPS 2, no. 1 (2022): 25.
9

c. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Peserta Didik Berdasarkan hasil temuan penelitian ini

pembelajaran mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran project based

learning memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir

kreatif peserta didik.

3. Jurnal Dewi Anggelia, dkk

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 ini dengan judul “Penerapan Model

Project-based Learning ditinjau dari Kurikulum Merdeka dalam Mengembangkan

Kreativitas Belajar Pendidikan Agama Islam” Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan

capaian kreativitas dan kurikulum merdeka, karena peserta didik dapat menerima

Project Based Learning sebagai model pembelajaran yang membantu mereka

dalam mengembangkan kreativitas mereka dalam pembelajaran. Dengan demikian

terdapat rekomendasi untuk peneliti yang lain, bahwa dalam penelitian ini hanya

mengulas sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan Project Based

Learning dan kreativitas siswa, disarankan untuk peneliti yang lain dapat

melakukan penelitian lebih lanjut dan dilaksanakan dengan lebih baik.

Rekomendasi untuk pendidik, diharapkan bisa mempersiapkan model

pembelajaran ini dengan lebih terkonsep agar capaian kreativitas peserta didik

dapat lebih maksimal.8

Dari penelitian-penelitian terdahulu jika dibandingkan, subjek yang digunakan hanya

kepada model pembelajaran atau model pelatiahn, maka dalam penelitihan ini penulis

lebih mengkolaborasikan antara model pembelajaran proyek yang ada di SMK Plus

Roudhoh Al Hikam dan model pelatihanproyek yang ada di Balai Latihan Kerja
8
Dewi Anggelia, Ika Puspitasari, and Shokhibul Arifin, “Penerapan Model Project-Based Learning Ditinjau Dari
Kurikulum Merdeka Dalam Mengembangkan Kreativitas Belajar Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan
Agama Islam Al-Thariqah 7, no. 2 (2022): 398–408.
10

Komunitas Pondok Roudhoh Al Hikam yang nantinya akan mengarah pada hasil dari

kolaborasi tersebut.

C. Rumusan Masalah

Mensarikan apa yang dipaparkan dalam latar belakang di atas, peneliti secara

mendalam akan menelusuri tentang:

1. Bagaimana potensial Balai Latihan Kerja Komunitas di Pesantren Roudhoh Al

Hikam Pacitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Project Based

Learning?

2. Sejauh mana pengaruh Kurikulum Merdeka Project Based Learning terhadap

peningkatan kemandirian belajar siswa/santri di pesantren Roudhoh Al Hikam

Pacitan?

3. Bagaimana efektivitas Balai Latihan Kerja Komunitas di pesantren Roudhoh Al

Hikam Pacitan dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa/santri melalui

implementasi Kurikulum Merdeka Project Based Learning?

REVISI….

Revisi BAB 1 ini ( dari latar belakang masalah hingga tujuan masalahnya).

kemudian sesuaikan dengan BAB 3. Sementara itu saya mereview bab 2.

1. Bagaimana hubungan antara implementasi Kurikulum Merdeka Project-Based Learning di


Pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan dengan tingkat kemandirian belajar siswa?
11

Uji hipotesisnya adalah uji korelasi. Dapat menggunakan uji korelasi Pearson atau uji korelasi
rangking Spearman (jika data tidak berdistribusi normal) untuk menguji apakah ada
hubungan linier antara variabel implementasi Kurikulum Merdeka Project-Based Learning
dengan tingkat kemandirian belajar siswa.
2. Sejauh mana potensi pelatihan Balai Latihan Kerja Komunitas berkontribusi pada
peningkatan kemandirian belajar siswa di Pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan yang
menerapkan Kurikulum Merdeka Project-Based Learning?
Uji hipotesisnya adalah analisis regresi linier untuk mengukur kontribusi variabel potensi
pelatihan Balai Latihan Kerja Komunitas terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa
yang diukur melalui implementasi Kurikulum Merdeka Project-Based Learning.
3. Bagaimana efektivitas Balai Latihan Kerja Komunitas di pesantren Roudhoh Al Hikam
Pacitan dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa/santri melalui implementasi
Kurikulum Merdeka Project Based Learning?
(metode analisis regresi untuk menilai seberapa besar variabel potensial ( mempengaruhi
variabel hasil (kemandirian belajar santri).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak- dampak yang terjadi dari

adanya kebijakan masuknya BLK Komunitas Pondok Roudhoh Al Hikam. Munculnya

kebijakan baru pastilah menyebabkan perubahan pada santri/siswa, termasuk di

Pesantren Roudhoh Al Hikam. Salah satu dampak dari kebijakan adalah karakter atau

kemandirian yang dimiliki oleh para santri. Tuujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi potensi pelatihan Balai Latihan Kerja Komunitas di Pesantren

Roudhoh Al Hikam Pacitan dalam mengadopsi dan menerapkan Kurikulum

Merdeka Project Based Learning.

2. untuk mengukur tingkat dampak dan efektivitas Kurikulum Merdeka Project

Based Learning dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa/santri di

lingkungan pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan.

3. Untuk menilai sejauh mana pelatihan Balai Latihan Kerja Komunitas di pesantren

Roudhoh Al Hikam Pacitan efektif dalam mendukung pengembangan kemandirian


12

belajar siswa/santri melalui implementasi Kurikulum Merdeka Project Based

Learning..

E. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya:

1. Kontribusi pada Peningkatan Kualitas Pendidikan di Pesantren:

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di pesantren, terutama dengan fokus pada implementasi Kurikulum

Merdeka Project Based Learning. Dengan menganalisis potensial Balai Latihan

Kerja Komunitas dan pengaruh Kurikulum Merdeka Project Based Learning,

penelitian ini dapat memberikan wawasan dan saran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan pendidikan di pesantren.

2. Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa/Santri:

Salah satu manfaat utama dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan

kemandirian belajar siswa/santri di pesantren Roudhoh Al Hikam Pacitan.

Dengan menganalisis efektivitas Kurikulum Merdeka Project Based Learning

dalam hal ini, penelitian ini dapat memberikan informasi berharga tentang

bagaimana pesantren dapat memperkuat kemandirian belajar siswa/santri untuk

menghadapi tantangan masa depan.

3. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek:

Penelitian ini juga dapat berkontribusi pada pengembangan model pembelajaran

berbasis proyek yang lebih efektif di pesantren dan lembaga pendidikan lainnya.

Melalui analisis potensial Balai Latihan Kerja Komunitas, penelitian ini dapat

mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mendukung implementasi Kurikulum


13

Merdeka Project Based Learning dan membantu menyusun model pembelajaran

yang dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa/santri.

4. Rekomendasi Kebijakan Pendidikan:

Penelitian ini dapat memberikan landasan bagi penyusunan rekomendasi

kebijakan pendidikan yang lebih baik di tingkat pesantren dan institusi pendidikan

lainnya. Temuan dari penelitian ini dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan

yang lebih tepat dan mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Project Based

Learning secara luas.

5. Pengetahuan Baru dalam Bidang Pendidikan:

Penelitian ini berpotensi memberikan pengetahuan baru dalam bidang pendidikan,

terutama dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka Project Based Learning

di lingkungan pesantren. Temuan dan hasil penelitian dapat menjadi sumbangan

ilmiah dan kontribusi terhadap pengetahuan akademik yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai