Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN ISLAM DI

INDONESIA PASCA REFORMASI


HINGGA ERA DISRUPSI DAN
MERDEKA
SEJARAH SOSIAL, BELAJAR
PEMIKIRAN, DAN KELEMBAGAAN
PENDIDIKAN ISLAM

Resna Rahmadani
UNIVERSITAS
NIM : 2286130029 MUHAMMADIYY
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN AH TANGERANG
ISLAM
2023
Latar Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat lepas dari perkembangan
Belakang sejarah bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga masa sekarang. Lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, Madrasah, Surau, dan semacamnya
mempunyai andil besar terhadap proses pemerdekaan bangsa dari belenggu
penjajah. Lembaga-lembaga tersebut menjadi tempat dan simbol perlawanan
terhadap penjajah.
Hingga masa kemerdekaan, orde lama, orde baru, era reformasi, disrupsi hingga
sekarang lembaga pendidikan Islam tetap memberikan peran signifikan terhadap
perkembangan bangsa, mencerdaskan kehidupan ummat, dan memberikan dasar-
dasar pendidikan moral-keagamaan bagi kehidupan hidup berbangsa dan
bernegara. Begitu besar dan signifikannya pendidikan Islam bagi eksistensi bangsa
Indonesia, akan tetapi banyak kalangan menilai bahwa kebijakan-kebijakan
pemerintah terhadap pendidikan Islam tidak sebanding dengan besarnya peran dan
jasanya bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pendidikan Islam Pasca Reformasi
Terlepas dari pro-kontra yang ada, akhirnya UUSPN nomor 20 tahun 2003 disahkan pada
tanggal 8 Juli 2003. Undang-undang ini dinilai bagi penggerak pendidikan Islam sebagai titik
awal kebangkitan pendidikan Islam. Secara eksplisit, UU ini menyebutkan peran dan
kedudukan pendidikan Islam serta menjadikan posisi pendidikan agama (termasuk pendidikan
Islam) sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan adanya
pengakuan bangsa terhadap sumbangan besar pendidikan Islam (agama) dalam upaya
mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Adanya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dan di lanjutkan
PP no 55 tahun 2007 menjadikan pendidikan Islam semakin diakui dan turut berperan dalam
peningkatan kualitas bangsa, selain itu pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam akan
lebih baik dibanding dengan kebijakan-kebijakan sebelumnya.
Pendidikan Islam Era Disrupsi
Era revolusi industri 4.0 merupakan suatu era yang terjadi bersamaan dengan
berkembangnya teknologi informasi yang begitu cepat dalam setiap lini kehidupan.
Majunya teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia ini juga turut menumbuhkan
sebuah kebudayaan baru, nilai dan norma, serta masyarakat yang berkepribadian baru.
Manusia yang lahir dari berkembangnya teknologi inormasi ini merupakan Generasi zen
dan generasi α, yang kemudian dijuluki sebagai digital native. Lebih lanjut, digital natives
ini didefinisikan sebagai suatu generasi yang dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan
atau telah terkondisi dengan lingkungan teknologi digital.
Pendidikan Islam Era Disrupsi
Masuknya revolusi industri 4.0 pada ranah pendidikan memerlukan adanya revitalisasi kurikulum
agar terjadi perbaikan capaian siswa, antara lain; 1) berfikir secara kritis 2) inovatif serta kreatif
3) mengembangkan kemampuan serta komunikasi 4) kolaborasi serta memiliki kemampuan untuk
bekerja dalam tim 5) memiliki sifat percaya diri.

Kurikulum yang diterapkan dalam era revolusi industri 4.0 merupakan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013, dinyatakan bahwa penekanan pembelajaran harus pada pengembangan
keterampilan 4C diantaranya critical-thinking and problem-solving skills, (communication and
collaboration skills, (c) creativity and innovation skills), serta literasi teknologi informasi dan
komunikasi. Selain itu, kurikulum 2013 juga mengarahkan pendidikan dalam pengembangan
karakter lewat pembentukan karakter (character building) serta norma agama (spiritual value)
dalam membekali peserta didik agar tidak hanya pandai dan cerdas pada bidang pengetahuan
serta teknologi, namun juga berkarakter.
Pendidikan Islam
Era Disrupsi
Pendidikan Islam Era Merdeka Belajar
Dalam konsep merdeka belajar yang diusung oleh Nadiem Makarim, anak didik dijadikan
sebagai focus. Dimana, pendidikan tidak lagi sekedar menjadikan kurikulum sebagai
acuan.
Salah satu fokus perbaikan dalam kebijakan Merdeka Belajar adalah pada aspek penilaian
pembelajaran. Penilaian pembelajaran merupakan elemen vital dalam pendidikan, melalui
penilaian inilah kemudian diketahui sejauh mana ketercapaian standar kompetensi peserta
didik yang kemudian dilakukan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian otentik nampaknya
menjadi model penilaian yang akan terus digunakan di masa depan, penilaian ini
memiliki karakteristik yang fleksibel, berbasis pada pemecahan masalah kehidupan
nyata, multi desain evaluasi, dan penilaian pada keseluruhan aspek kompetensi peserta
didik.
Pendidikan Islam Era Merdeka Belajar
Kebijakan “Merdeka Belajar” merupakan usaha Kemendikbud untuk mengembangkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan daya
saing lulusan lembaga pendidikan pada skala nasional maupun global.
Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengenai Merdeka
Belajar meliputi (1) ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dikembangkan oleh
sekolah masing-masing; (2) Ujian nasional (UN) berubah menjadi asesmen kompetensi
minimum dan survei karakter; (3) kebebasan pendidik untuk mendesain rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP); dan (4) fleksibilitas dalam peraturan penerimaan siswa
baru (PPSB).

Anda mungkin juga menyukai