MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Era globalisasi, dewasa ini dan di masa datang, sedang dan terus mempengaruhi
perkembangan social dan budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan
Islam secara khusus. Secara tidak langsung hal ini menuntut masyarakat muslim untuk
survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetetif di masa kini dan
abad ke 21. Milenium 21 adalah peradaban yang banyak didominasi oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengutip istilah Azyumardi Azra tanpa harus menjadikan
sains sebagai “pseudo-religion” maju mundurnya masyarakat di masa kini dan mendatang
sangat bergantung kepada sains. Dengan demikian, hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi masyarakat muslim secara spesifik untuk mengembangkan sains dan teknologi
khususnya terkait muatan Pendidikan Agama Islam.1
Gagasan integrasi keilmuan dalam Islam kini terus diupayakan oleh para pemikir
pendidikan Islam. Awal munculnya ide integrasi keilmuan dilatar belakangi adanya
dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu umum disatu sisi dan ilmu agama disisi lain,
yang pada akhirnya melahirkan dikotomik sistem pendidikan. Wujud dikotomi pendidikan
di Indonesia adalah beragamnya lembaga pendidikan, yakni pesantren, madrasah dan
sekolah yang memiliki corak dan sistem yang berbeda. Pendidikan agama Islam di era
globalisasi ditandai dengan kuatnya terkanan ekonomi dalam kehidupan, tuntunan
masyarakat untuk memperoleh perlakuan yang makin adil dan demokratis, penggunaaan
teknologi canggih, saling ketergantungan, serta kuatnya nilai budaya yang hedonistic,
pragmatis, materialistic, dan sekuleristik.2 Penyatuan ini terjadi berkat kemajuan teknologi
Informasi (TI) yang dapat menghubungakan dan mengkomunikasikan setiap isu yang ada
pada suatu Negara dengan Negara lainnya. Munculnya berbagai kecenderungan dalam era
globalisasi merupakan tantangan sekaligus peluang jika mampu dihadapi dan dipecahkan
dengan arif dan bijaksana. Oleh karenanya, umat Islam harus siap untuk menghadapi dan
meningkatkan kemampuan di bidang konsep, kemampuan di bidang komunikasi,
kemampuan menejemen dan kepemimpinan, kemampuan di bidang emosional dan
institusi, kemampuan di bidang moral dan kemampuan di bidang spiritual sehingga dapat
merumuskan kembali berbagai komponen dalam pendidikan. Tujuan pembangunan
Indonesia sendiri untuk mewujudkan manusia yang sejahtera lahir dan batin, penguasaan
atas sains dan teknologi memerlukan perspektif etis dan panduan moral hal ini yang
kemudian memunculkan dinamika baru dalam pendidikan Islam yakni, usaha meninjau
kembali seluruh komponen pndidikan secara inovatif, keratif, progresif, holistic, dan
1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Hal. 41
2
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, 1st ed. (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Hal.
07
adaptif dengan tuntunan modernitas.3
3
Abuddin Nata, Teori Dan Perilaku Organisasi Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2011), Hal.
21–26
B. Paradigma Keilmuan Islam Di Abad 21
4
Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III, hlm 54-55
5
Shindunata, Menggagas Pardigma Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi
(Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm 216
C. Integrasi Ilmu-Ilmu Keislamaan Dan Sains Modern
Integrasi ilmu pengetahuan dan agama hal ini berarti kita berusaha untuk
menggabungkan antara sains dan agama agar selaras, meskipun hal in bukan berarti
menyatukan dalam perspektif mencampur, karena baik ilmu pengetahuan maupun agama
mempunyai substansi yang tidal harus dihilangkan, palah harusya dipertahankan.
Sejatinya ilmu dan agama lahir dari wilayah yang sama yaitu sebuah pengalaman
kemanusiaan. Sampai saat ini, banyak sckali yang berfikiran bahwa ilmu sains dan agama
itu berdiri sendiri dan sudah ada porsinya masing-masing. Hal tersebut memunculkan
pemikiran bahwa ilmu dan agama itu tidak dapat disarukan baik dari segi formal yaitu
material, metode penclitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan olch para ilmuwan.
Contohnya pada ilmu fisika yang mana agama lebih berhubungan dengan kehidupan
schari-hari.
Ketika budaya atau ilmu yang masuk kedalam suatu lingkungan masyarakat islam,
kita harus mengetahui asal mula budaya tersebut berkembang dengan semestinya atau
tidak. Ketika budaya tersebut memberikan dampak yang baik untuk kemajuan masyarakat
muslim, maka tidak mengapa ketika kita harus mengambil dan mencontek budaya tersebut.
Namun tak terlepas dari pandangan yang telah disyariatkan oleh agama islam. Tidak boleh
menyeleweng dari aturan-aturan yang ada di dalam agama. Ketika kita melakukan proses
islamisasi, maka kita juga harus menyaring dengan cermat ketika ada badava- budaya
sekuler yang melekat di dalamnya. Kita harus bijak dan reliti dalam mengadopsi suatu
budaya luar.
Ilmu pengetahuan (sains) dan agama tidak selamanya dalam ruang lingkup yang
bertentangan dan ketidakscsuaian. Banyak ilmuwan yang mencari cara agar pandangan
tersebut menjadi sebuah keharmonisan diantara ilmu pengetahuan dan agama. Dalam hal
6
Fahri Hidayat, “Pengembangan Paradigma Integrasi Ilmu: Harmonisasi Islam dan Sains dalam
Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Islam Vol IV, Nomor 2, Desember 2015, Hal. 309
ini, peran ilmu pengetahuan dan agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia.
Agama merupakan suatu tuntunan, petunjuk, tata cara, atau pedoman yang tercaneum
dalam kitab suci. Sedangkan sains memiliki peran pada interaksi dan komunikasi yang
terbangun dalam suatu masyarakat.
D.
E. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Adams, Lewis Mulford dan C. Ralph Taylor, News Master Pictorial Encyclopedia; A
Concicet and Comprehensive Reference Work, vol. III. New YorK: Books Inc
Publusher‟s, t.th
Adams, Lewis Mulford dan C. Ralph Taylor, News Master Pictorial Encyclopedia; A
Concicet and Comprehensive Reference Work, vol. III (New YorK: Books Inc
Publusher‟s, t.th),
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia. Cet.VII; Jakarta: PT.
Gramedia, 1979.
Echols, John m. dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia (Cet.VII; Jakarta: PT.
Gramedia, 1979), h. 260.
Faqihuddin, Ahmad. “ISLAM MODERAT DI INDONESIA”, Al-Risalah: Jurnal Studi
Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 12 , No. 1 , 2021
Husaini, Adian .Wajah Peradaban Barat; Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-
Liberal. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Prasetiawati, Eka. “Menanamkan Islam Moderat Upaya Menanggulangi Radikalisme di
Indonesia”, Fikri, Vol. 2, No. 2, 2017.
Royhatudin, Aat. “ISLAM MODERAT DAN KONTEKSTUALISASINYA”, Batusangkar
International Conference V, 2020.
Teehake, Julio. “Equity and Justice in a Globalization World: A Liberal Review”, dalam
http://www.fnf.org.ph/seminars/reports/equity-justice-in-globalized-world-review.htm
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Cet.II; Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Cet.II; Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 281.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Cet.II. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.