MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 6 (PAI-3A)
1
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur`an, (Jakarta: Artharivera, 2008), hal. 64.
1
dan Al-Hadits tidak terkecuali nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan
anak.
Atas latar belakang itulah kami membuat paper yang membahas
mengenai :
a. Gambaran mengenai pendidikan anak usia dini
b. Ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini
c. Perbandingan tafsir dari beberapa mufassir mengenai ayat yang terkait
d. Analisis kontekstualisasi antara ayat dan tafsir dengan tema
B. Pembahasan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan
akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “Paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.2 Pendidikan merupakan upaya
sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.3
Sedangkan arti pendidikan dalam Islam kita kenal dengan istilah tarbiyah,
ta`lim, dan ta`dib. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat. Adapun tujuan dari pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat dalam
buku Ilmu Pendidikan Islam, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya
menjadi insan kamil dengan pola takwa.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, bagaimana keadaan kelak di
masa datang bergantung dari didikan orangtuanya. Anak adalah amanat bagi
orangtuanya, hatinya bersih, suci, polos. Kosong dari segala gambaran dan ukiran,
orangtuanya lah yang memberikan ukiran pertama pada anak, dan anak akan
cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila dia
dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah
anak itu terbentuk, begitupun sebaliknya.4
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 13
3
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003), hal. 13
4
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. 1, hal.
35
2
Berikut akan kami bahas beberapa ayat Al-Qur`an yang memiliki
keterkaitan dan kontekstualisasi mengenai Pendidikan Anak Usia Dini, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Q.S Yusuf ayat 13
ُ َوأَخ
َاف أ َ ْن تَذْ َهب ُْوا بِ ٖه لَيَحْ ُزنُنِ ْي إِنِ ْي قَا َل
Tafsir Jalalain : ( قَا َل ِإنِي لَيَحْ ُزنُنِي أ َ ْن تَذْ َهبُواBerkata Yakub, “Sesungguhnya
amat menyedihkan aku kepergian kalian) bila kalian pergi ( ِب ِهbersama Yusuf)
ِ َُاف أ َ ْن َيأ ْ ُكلَه
karena merasa berat berpisah dengannya ُالذئْب ُ ( َوأَخdan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala) makna yang dimaksud adalah jenis, yaitu
mencakup semua binatang buas. Tersebutlah bahwa daerah tempat tinggal mereka
terkenal banyak hewan buasnya َ( َوأ َ ْنت ُ ْم َع ْنهُ غَافِلُونsedangkan kalian lengah
daripadanya.”) lalai daripadanya.
Tafsir Ibnu Katsir : Allah memberitahukan tentang Nabi Ya’qub, bahwa
tatkala memenuhi permintaan anak-anaknya agar mengizinkan Yusuf pergi
bersama mereka untuk menggembala di padang pasir, dia berkata: إِنِي لَيَحْ ُزنُنِي أ َ ْن
3
( تَذْ َهبُوا بِ ِهSebenarnya kepergian kalian dengan Yusuf amat menyedihkanku).
Yakni, berat rasanya bagiku untuk berpisah dengannya selama dia pergi bersama
kalian sampai ia kembali lagi ke rumah karena amat cintanya kepada Yusuf,
disebabkan karena ia memiliki pertanda kebaikan yang besar, sifat-sifat kenabian,
kesempurnaan akhlak, dan bentuk jasmani. Semoga shalawat dan salam
ِ َُاف أ َ ْن َيأ ْ ُكلَه
dilimpahkan atasnya. Sedangkan firman-Nya: الذئْبُ َوأَ ْنت ُ ْم َع ْنهُ غَا ِفلُو َن ُ َوأَخ
(Aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kalian lengah
daripadanya) Maksudnya, aku khawatir kalian lengah darinya karena asyik
dengan memanah dan gembalaan kalian, lalu tiba-tiba datang serigala dan
memakannya, sedang kalian tidak mengetahuinya.5
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami Surat Yusuf ayat 13 ini,
menjelaskan tentang komunikasi seorang ayah dengan anak, dengan membangun
komunikasi yang baik dengan anak dari usia dini sangat dianjurkan, karena
merupakan termasuk dari bagian pendidikan psikis, karena dalam hal ini Islam
menjadikan peran orang tua pada tingkat kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh
gangguan atau kebimbangan yang menggoyahkan kehidupan keluarga. Sebagai
orang tua yang bertanggung jawab atas pendidikan anak, orang tua harus cermat
dalam memilih metode untuk menyajikan pendidikan. Bagi anak, orangtua
merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal anak sejak bayi. Selain
kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat dengan orang tuanya
karena hampir seluruh hidupnya dekat dan dihabiskan bersama orangtuanya. Oleh
karena itu, orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak,
termasuk perkembangan karakternya. Berkaitan dengan hal itu, maka orangtua
perlu belajar tentang bagaimana mengembangkan karakter yang baik bagi anak-
anaknya. Kedekatan fisik tentunya berpengaruh terhadap kedekatan hubungan,
5
Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2007), hal. 48
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur`an Vol 15,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
4
tidak terkecuali juga pada hubungan orangtua-anak. Contoh yang diteladankan
oleh nabi Yaqub dan nabi Yusuf sangat relevan pada masa sekarang, orangtua
perlu memperkenalkan sisi kehidupannya dan mengajak anaknya ikut
berpartisipasi mengerjakan aktivitas kehidupan sehari-hari, serta membangun
komunikasi yang baik. “Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional
maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan tauladan dan nasehat-nasehat.
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 13 sangat
relevan ditanamkan dalam diri anak, agar menghindarkan anak dari dekadensi
moral, mengurangi anak yang terbiasa berbuat buruk, dan memimbingnya agar
menjadi insan yang paripurna, memiliki tekad yang kuat, bekerja keras, ikhlak,
jujur, sabar, bijaksana, ihsan, tanggungjawab, mandiri, amanah. Sehingga bukan
hanya cakap dalam bidang akademik, tetapi juka berkahlak mulia.
ظ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم
ُ َي َِل ت ُ ْش ِر ْك بِاللّٰ ِه ۗا َِّن الش ِْركَ ل ُ َواِذْ قَا َل لُ ْقمٰ نُ ِِل ْبنِ ٖه َوه َُو يَ ِع
َّ ظهٗ ٰيبُ َن
َّ َٰيَبُن
ي ُ يَ ِع
ُظ ۥه َوه َُو ِل ِۡبنِ ِهۦ ُلُ ۡق ٰ َمن قَا َل َوإِ ۡذ
5
Tafsir Jalalain : “(Dan) ingatlah (ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai anakku) lafal bunayya adalah bentuk
tashghir yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama kesayangannya
(janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan)
Allah itu (adalah-benar kelaliman). yang besar.") Maka bayi itu menghadapkan
kepada Allah dan masuk Islam.7
7
Departemen Agama, Al-Qur`an dan Tafsirnya Jilid VII, (Semarang: Departemen Agama
Republik Indonesia, 1990)
6
atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang
terhadap peserta didik. Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan
perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus
mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi
pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekankan
perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
Memang “At-takhliyah muqaddamum‘ala at-takhliyah” (menyingkirkan
keburukan lebih utama daripada menyandang perhiasan).8
8
Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 298
9
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta: Diva Press, 2009),
hal 16
7
menyerupakan antara khalik dengan makhluk, tanpa ragu- ragu, orang tersebut
bisa dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh.Sebab,
perbuatan syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dan hikmah sehingga
pantas digolongkan ke dalam sifat zalim; bahkan pantas disetarakan dengan
binatang.” Oleh karena itu, orang tua sebagai figur bagi anak haruslah
memberikan contoh yang baik, di antaranya, pemahaman agar tidak
mempersekutukan Allah dengan apa pun, karena perbuatan syirik merupakan
sesuatu yang buruk dan merupakan tindak kezaliman yang nyata, bahkan
termasuk dosa besar yang kelak pelakunya akan di azab oleh Allah pada Hari
Kiamat. Hal ini seiring dengan sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakim
dari Ibnu Abbas r.a. "Bacakanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian
kalimat Lâ ilâha illâ Allâh."(HR al-Hakim). Berdasarkan hadis di atas, kalimat
tauhid (Lâ ilâha illâ Allâh) merupakan sesuatu yang pertama masuk ke dalam
pendengaran anak dan kalimat pertama yang dipahami anak.10 Kekuatan akidah
merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah berupa taklif hukum
yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan.Oleh karena itu, perlu
motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh- sungguh, serta kreativitas yang
tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah yang kuat kepada
anak.
10
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) hal.
27
8
َارا
ً ن َو ا َ ْه ِل ْي ُك ْم َ ُا َ ْنف
س ُك ْم قُ ٰۤ ْوا ٰا َمنُ ْوا َالَّ ِذيْن ٰٰۤياَيُّ َھا
َيُؤْ َم ُر ْون ََو يَ ْفعَلُ ْون ا َ َم َر ُه ْم َم ٰۤا َاللّٰه َص ْون
ُ يَ ْع َِّل
9
malaikat-malaikat) yakni, juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang
jumlahnya ada sembilan belas malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti
dalam surat Al-Muddatstsir (yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata
ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya (yang keras) sangat keras hantamannya
(mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan-
Nya kepada mereka) lafal maa amarahum berkedudukan sebagai badal dari lafal
Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-malaikat penjaga neraka itu tidak pernah
mendurhakai perintah Allah (dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan) lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal yang
sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-orang mukmin
supaya jangan murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula bagi orang-
orang munafik yaitu, mereka yang mengaku beriman dengan lisannya tetapi hati
mereka masih tetap kafir.
Tafsir Ibnu Katsir : Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yakni amalkanlah ketaatan kepada
Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta
perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan
menyelamatkan kamu dan keluargamu dari api neraka. Mujahid mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka. (At-Tahrim: 6) Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan
perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. Qatadah
mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan
engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya. Dan hendaklah
engkau tegakkan terhadap mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka
untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya. Dan
apabila engkau melihat di kalangan mereka terdapat suatu perbuatan maksiat
terhadap Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang
mereka melakukannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan
Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim
mengajarkan kepada keluarganya baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-
budaknya hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka
10
hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi. Semakna dengan ayat
ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan
Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Malik ibnur Rabi' ibnu Sabrah, dari ayahnya,
dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai
tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia
karena meninggalkannya.”
Ini menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu'aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal. Ulama fiqih
mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam masalah
puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan bila ia sampai
pada usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi
maksiat serta meninggalkan perkara yang mungkar. Firman Allah Swt.:
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (At-Tahrim: 6)
Waqud artinya bahan bakarnya yang dimasukkan ke dalamnya, yaitu tubuh-tubuh
anak Adam dan batu. (At-Tahrim:6). Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan batu adalah berhala-berhala yang dahulunya dijadikan
sesembahan, karena ada firman Allah SWT yang mengatakan:
Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan
Jahanam.(Al-Anbiya:98).
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur`an Vol 15,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
11
adalah ibadah sholat. Orangtua merupakan figur yang dijadikan contoh bagi anak-
anaknya. Baik dan buruknya seorang anak kelak tergantung pada peranan
orangtua dalam mendidiknya. Begitu pun juga, berkualitas dan tidaknya anak
dalam beribadah tergantung dari peran orangtua dalam membina ibadah anaknya
tersebut. Oleh sebab itu, dalam mendidik anak orangtua jangan hanya menyuruh
anak untuk berbuat begini begitu atau jangan begini dan begitu. Akan tetapi
orangtua harus bisa memberikan contoh terlebih dahulu agar terdapat suri
tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Pendidikan anak dan pengasuhannya
bukanlah termasuk perkataan atau perbuatan yang sia-sia. Bukan sekedar
penyempurna, tetapi merupakan sesuatu yang fundamental dan wajib bagi
orangtua. Allah telah memerintahkan orangtua untuk mendidik anak-anak mereka,
mendorong mereka dan memikul tanggung jawab untuk mereka. Sebagaimana
perintah Allah SWT dalam Al-Qur`an Surat At Tahrim ayat 6 yang telah
dijelaskan di atas.
12
A. Fattah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hal 32
12
C. Kesimpulan
Dengan demikian dari uraian dan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan
makna dari pendidikan anak usia dini adalah yang diajarkan oleh orang tua
anak sejak anak terlahir ke dunia dan dalam keadaan fitrah, selain itu juga
dapat disimpulkan mengenai kontekstualisasi tafsir dengan tema pendidikan
anak usia dini dalam Q.S Yusuf ayat 13; Q.S Luqman ayat 13; Q.S At-
Tahrim ayat 6 yaitu :
a. Surat Yusuf ayat 13, menjelaskan tentang komunikasi seorang ayah
dengan anak, dengan membangun komunikasi yang baik dengan anak
dari usia dini sangat dianjurkan, karena merupakan termasuk dari bagian
pendidikan psikis, karena dalam hal ini Islam menjadikan peran orang
tua sangatlah penting
b. Surat Luqman ayat 13, menjelaskan tentang mendidik anak agar tidak
menyekutukan Allah SWT. Pada ayat ini diperintahkan agar orang tua
sebagai guru pertama anak mengajarkan tentang tauhid, yang merupakan
ajaran dasar untuk menanamkan nilai-nilai akidah kepada anak agar
senantiasa mengesakan Allah.
c. Surat At-Tahrim ayat 6 menjelaskan tentang peran orang tua untuk
mengajari anak-anaknya untuk beribadah terutama adalah ibadah sholat.
Setelah pendidikan akidah dan akhlak ibadah juga harus ditanamkan
pada anak sejak usia dini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14