Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR AYAT TENTANG

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MAKALAH

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tematik


Dosen Pengampu : Kasan Bisri, MA.

Disusun Oleh :
Kelompok 6 (PAI-3A)

Ferril Hildan Abdillah 2003016009


Reineta Dian Kusumawati 2003016033

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
A. Pendahuluan
Banyak sekali fenomena yang terjadi pada anak-anak khususnya di Negara
Indonesia, yang disebabkan karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan
anak, faktor pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Padahal kewajiban orang tua
terhadap anak tidak sebatas mencukupi kebutuhan lahiriyah dan batiniyah anak
saja. Akan tetapi, kewajiban orang tua salah satunya yakni membekali anak
dengan ilmu yang mendasar mengenai keimanan ataupun akidah. Melihat betapa
pentingnya pendidikan bagi anak dalam Islam, Islam sebagai agama yang
rahmatan lil `alamiin sangat memperhatikan pemeliharaan hidup dan kehidupan
manusia sejak dini. Islam sangat memperhatikan anak-anak pada setiap
fasekehidupan mereka. Hal ini melebihi dengan adanya peraturan perundang-
undangan yang hanya dibuat oleh manusia.
Oleh karena itu, pendidikan harus diberikan manusia semenjak usia dini,
jangan terlalu menyia-nyiakan waktu yang ada, karena pendidikan yang dimulai
sejak dini mempunyai daya keberhasilan yang tinggi dalam proses pencapainnya
serta menentukan tumbuh-kembang kehidupan anak selanjutnya.
Pendidikan mendapat perhatian yang sangat serius dalam agama Islam.
Hal ini dapat dicermati dari wahyu yang pertama kali turun di mana diserukan
perintah untuk “membaca” (iqra`)1. Perintah “membaca” pada dasarnya
merupakan anjuran yang sangat kuat mengenai pentingnya pendidikan dalam
Islam. Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka Islam pun
menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh. Seruan ini
untuk menghindarkan agar anak jangan sampai diterlantarkan sehingga tumbuh
menjadi manusia yang lemah dalam segala hal.
Seorang anak pada usia dini mempunyai daya tangkap yang kuat dalam
menerima pendidikan. Dia memiliki kecenderungan untuk ingin tahu atau
mengamati segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Pada masa itu, dia memiliki
kebebasan yang cukup besar dan tidak atau belum menerima ajaran atau berbagai
pengalaman pahit lainnya. Sebagai umat islam, yang menganggap pelaksanaan
pendidikan sebagai upaya menginformasikan, menstranformasikan, dan
mengiternalisasikan nilai-nilai mestinya tidak terlepas dari nilai-nilai Al-Qur`an

1
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur`an, (Jakarta: Artharivera, 2008), hal. 64.

1
dan Al-Hadits tidak terkecuali nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan
anak.
Atas latar belakang itulah kami membuat paper yang membahas
mengenai :
a. Gambaran mengenai pendidikan anak usia dini
b. Ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini
c. Perbandingan tafsir dari beberapa mufassir mengenai ayat yang terkait
d. Analisis kontekstualisasi antara ayat dan tafsir dengan tema

B. Pembahasan
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan
akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “Paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.2 Pendidikan merupakan upaya
sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.3
Sedangkan arti pendidikan dalam Islam kita kenal dengan istilah tarbiyah,
ta`lim, dan ta`dib. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat. Adapun tujuan dari pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat dalam
buku Ilmu Pendidikan Islam, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya
menjadi insan kamil dengan pola takwa.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, bagaimana keadaan kelak di
masa datang bergantung dari didikan orangtuanya. Anak adalah amanat bagi
orangtuanya, hatinya bersih, suci, polos. Kosong dari segala gambaran dan ukiran,
orangtuanya lah yang memberikan ukiran pertama pada anak, dan anak akan
cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila dia
dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah
anak itu terbentuk, begitupun sebaliknya.4

2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 13
3
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003), hal. 13
4
Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. 1, hal.
35

2
Berikut akan kami bahas beberapa ayat Al-Qur`an yang memiliki
keterkaitan dan kontekstualisasi mengenai Pendidikan Anak Usia Dini, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Q.S Yusuf ayat 13

ِ ُ‫َاف ا َ ْن يَّأ ْ ُكلَه‬


َ‫الذئْبُ َوا َ ْنت ُ ْم َع ْنهُ ٰغ ِفلُ ْون‬ ُ ‫قَا َل اِنِ ْي لَيَحْ ُزنُنِ ْْٓي ا َ ْن تَذْ َهب ُْوا بِ ٖه َواَخ‬

Artinya : “Dia (Yakub) berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia


(Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang
kamu lengah darinya.”

ُ ‫َوأَخ‬
‫َاف‬ ‫أ َ ْن تَذْ َهب ُْوا بِ ٖه‬ ‫لَيَحْ ُزنُنِ ْي‬ ‫إِنِ ْي‬ ‫قَا َل‬

dan aku bersama (oleh) kepergian dibuat sungguh, dia


khawatir dia kamu sedih aku (Yakub)
(Yusuf) berkata

َ‫ٰغ ِفلُ ْون‬ ُ‫َع ْنه‬ ‫َوأَ ْنت ُ ْم‬ ِ َ‫أ‬


ُ‫الذئْب‬ ُ‫ْن يَّأ ْ ُكلَه‬

lengah darinya (sedang) serigala dia


kamu dimakan

Tafsir Jalalain : ‫( قَا َل ِإنِي لَيَحْ ُزنُنِي أ َ ْن تَذْ َهبُوا‬Berkata Yakub, “Sesungguhnya
amat menyedihkan aku kepergian kalian) bila kalian pergi ‫( ِب ِه‬bersama Yusuf)
ِ ُ‫َاف أ َ ْن َيأ ْ ُكلَه‬
karena merasa berat berpisah dengannya ُ‫الذئْب‬ ُ ‫( َوأَخ‬dan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala) makna yang dimaksud adalah jenis, yaitu
mencakup semua binatang buas. Tersebutlah bahwa daerah tempat tinggal mereka
terkenal banyak hewan buasnya َ‫( َوأ َ ْنت ُ ْم َع ْنهُ غَافِلُون‬sedangkan kalian lengah
daripadanya.”) lalai daripadanya.
Tafsir Ibnu Katsir : Allah memberitahukan tentang Nabi Ya’qub, bahwa
tatkala memenuhi permintaan anak-anaknya agar mengizinkan Yusuf pergi
bersama mereka untuk menggembala di padang pasir, dia berkata: ‫إِنِي لَيَحْ ُزنُنِي أ َ ْن‬

3
‫( تَذْ َهبُوا بِ ِه‬Sebenarnya kepergian kalian dengan Yusuf amat menyedihkanku).
Yakni, berat rasanya bagiku untuk berpisah dengannya selama dia pergi bersama
kalian sampai ia kembali lagi ke rumah karena amat cintanya kepada Yusuf,
disebabkan karena ia memiliki pertanda kebaikan yang besar, sifat-sifat kenabian,
kesempurnaan akhlak, dan bentuk jasmani. Semoga shalawat dan salam
ِ ُ‫َاف أ َ ْن َيأ ْ ُكلَه‬
dilimpahkan atasnya. Sedangkan firman-Nya: ‫الذئْبُ َوأَ ْنت ُ ْم َع ْنهُ غَا ِفلُو َن‬ ُ ‫َوأَخ‬
(Aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kalian lengah
daripadanya) Maksudnya, aku khawatir kalian lengah darinya karena asyik
dengan memanah dan gembalaan kalian, lalu tiba-tiba datang serigala dan
memakannya, sedang kalian tidak mengetahuinya.5

Tafsir M. Quraish Shihab : Ayah mereka berkata, “Aku sungguh merasa


sedih melepas kalian pergi jauh dariku. Aku khawatir, jika aku percayakan ia
kepada kalian, ia akan dimakan serigala, sementara kalian lengah.”6

Analisis kontekstualisasi antara tafsir dan tema :

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami Surat Yusuf ayat 13 ini,
menjelaskan tentang komunikasi seorang ayah dengan anak, dengan membangun
komunikasi yang baik dengan anak dari usia dini sangat dianjurkan, karena
merupakan termasuk dari bagian pendidikan psikis, karena dalam hal ini Islam
menjadikan peran orang tua pada tingkat kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh
gangguan atau kebimbangan yang menggoyahkan kehidupan keluarga. Sebagai
orang tua yang bertanggung jawab atas pendidikan anak, orang tua harus cermat
dalam memilih metode untuk menyajikan pendidikan. Bagi anak, orangtua
merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal anak sejak bayi. Selain
kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat dengan orang tuanya
karena hampir seluruh hidupnya dekat dan dihabiskan bersama orangtuanya. Oleh
karena itu, orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak,
termasuk perkembangan karakternya. Berkaitan dengan hal itu, maka orangtua
perlu belajar tentang bagaimana mengembangkan karakter yang baik bagi anak-
anaknya. Kedekatan fisik tentunya berpengaruh terhadap kedekatan hubungan,
5
Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2007), hal. 48
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur`an Vol 15,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)

4
tidak terkecuali juga pada hubungan orangtua-anak. Contoh yang diteladankan
oleh nabi Yaqub dan nabi Yusuf sangat relevan pada masa sekarang, orangtua
perlu memperkenalkan sisi kehidupannya dan mengajak anaknya ikut
berpartisipasi mengerjakan aktivitas kehidupan sehari-hari, serta membangun
komunikasi yang baik. “Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional
maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan tauladan dan nasehat-nasehat.
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 13 sangat
relevan ditanamkan dalam diri anak, agar menghindarkan anak dari dekadensi
moral, mengurangi anak yang terbiasa berbuat buruk, dan memimbingnya agar
menjadi insan yang paripurna, memiliki tekad yang kuat, bekerja keras, ikhlak,
jujur, sabar, bijaksana, ihsan, tanggungjawab, mandiri, amanah. Sehingga bukan
hanya cakap dalam bidang akademik, tetapi juka berkahlak mulia.

2. Q.S Luqman ayat 13

‫ظ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬
ُ َ‫ي َِل ت ُ ْش ِر ْك بِاللّٰ ِه ۗا َِّن الش ِْركَ ل‬ ُ ‫َواِذْ قَا َل لُ ْقمٰ نُ ِِل ْبنِ ٖه َوه َُو يَ ِع‬
َّ ‫ظهٗ ٰيبُ َن‬

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika


dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.”

َّ َ‫ٰيَبُن‬
‫ي‬ ُ ‫يَ ِع‬
ُ‫ظ ۥه‬ ‫َوه َُو‬ ‫ِل ِۡبنِ ِهۦ‬ ُ‫لُ ۡق ٰ َمن‬ ‫قَا َل‬ ‫َوإِ ۡذ‬

Wahai memeberi dan kepada Luqman berkata dan


keturunan pelajaran Dia anaknya ketika
kepadanya

َ‫إِ َّن ٱلش ِۡرك‬ ‫بِٱللَّ ِه‬ ‫ت ُ ۡش ِر ۡك‬ ‫َِل‬

yang benar- dengan kamu janganlah


besar benar Allah mempersekutukan
kezaliman

5
Tafsir Jalalain : “(Dan) ingatlah (ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai anakku) lafal bunayya adalah bentuk
tashghir yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama kesayangannya
(janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan)
Allah itu (adalah-benar kelaliman). yang besar.") Maka bayi itu menghadapkan
kepada Allah dan masuk Islam.7

Tafsir Ibnu Katsir : Allah Swt. menceritakan tentang nasihat Luqman


kepada anaknya. Luqman adalah anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah
Saran, menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.
Allah Swt. menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa Dia
telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang
merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang
paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah
hal pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah
Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Kemudian
Luqman memperingatkan anaknya, bahwa: {‫ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
ُ َ‫ } ِإ َّن الش ِْركَ ل‬Yakni perbuatan
mempersekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.

Tafsir M. Quraish Shihab : Kata (‫ ) يعظھ‬ya’izhuhu terambil dari kata


(‫ )وعظ‬wa’zh yaitu menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh
hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan
dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi
gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni membentak
tapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada
anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukan dari saat ke saat,
sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa datang pada kata (‫) يعظھ‬
ya’izhuhu. Selanjutnya kata (‫ ) بني‬bunayya adalah patron yang menggambarkan
kemungilan. Asalnya adalah ibny dari kata ibn yakni anak lelaki. Kemungilan
tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di

7
Departemen Agama, Al-Qur`an dan Tafsirnya Jilid VII, (Semarang: Departemen Agama
Republik Indonesia, 1990)

6
atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang
terhadap peserta didik. Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan
perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus
mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi
pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekankan
perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
Memang “At-takhliyah muqaddamum‘ala at-takhliyah” (menyingkirkan
keburukan lebih utama daripada menyandang perhiasan).8

Analisis kontekstualisasi antara tafsir dan tema :

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami bahwasanya Surat


Luqman ayat 13 menjelaskan tentang mendidik anak agar tidak menyekutukan
Allah SWT. Pada ayat ini diperintahkan agar orang tua sebagai guru pertama anak
mengajarkan tentang tauhid, yang merupakan ajaran dasar untuk menanamkan
nilai-nilai akidah kepada anak agar senantiasa mengesakan Allah. Jadi, dalam
mendidik anak hendaklah dilakukan dengan penuh kasih sayang, dilakukan dari
waktu ke waktu secara terus menerus tanpa adanya rasa bosan dengan cara
menasihati anak sehingga anak juga mampu menerima pelajaran dengan baik dan
mudah unuk memahaminya. Mengenai ketauhidan yang diajarkan Luqman al-
Hakim kepada anaknya, tentu tidak terlepas dari pertimbangan aspek jiwa
manusia yang secara fitrah memiliki perasaan untuk bertuhan. Metode dan
pendekatan pendidikan yang ditetapkan Luqman al- Hakim juga sangat
menyentuh aspek esoteris, sehingga materi yang diberikan kepada anaknya mudah
diterima. 9

Imam ash Shobuni menafsirkan lâ tusyrik billâh dengan menyatakan:


“Jadilah orang yang berakal; jangan mempersekutukan Allah dengan apa pun,
apakah itu manusia, patung, ataupun anak.” Beliau menafsirkan inna asy-syirka
lazhulm[un] ‘azhîm dengan menyatakan, “Perbuatan syirik merupakan sesuatu
yang buruk dan tindak kezhaliman yang nyata. Karena itu, siapa saja yang

8
Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 298
9
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta: Diva Press, 2009),
hal 16

7
menyerupakan antara khalik dengan makhluk, tanpa ragu- ragu, orang tersebut
bisa dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh.Sebab,
perbuatan syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dan hikmah sehingga
pantas digolongkan ke dalam sifat zalim; bahkan pantas disetarakan dengan
binatang.” Oleh karena itu, orang tua sebagai figur bagi anak haruslah
memberikan contoh yang baik, di antaranya, pemahaman agar tidak
mempersekutukan Allah dengan apa pun, karena perbuatan syirik merupakan
sesuatu yang buruk dan merupakan tindak kezaliman yang nyata, bahkan
termasuk dosa besar yang kelak pelakunya akan di azab oleh Allah pada Hari
Kiamat. Hal ini seiring dengan sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakim
dari Ibnu Abbas r.a. "Bacakanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian
kalimat Lâ ilâha illâ Allâh."(HR al-Hakim). Berdasarkan hadis di atas, kalimat
tauhid (Lâ ilâha illâ Allâh) merupakan sesuatu yang pertama masuk ke dalam
pendengaran anak dan kalimat pertama yang dipahami anak.10 Kekuatan akidah
merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah berupa taklif hukum
yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan.Oleh karena itu, perlu
motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh- sungguh, serta kreativitas yang
tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah yang kuat kepada
anak.

3. Q.S At-Tahrim ayat 6

ٌ ‫ارة ُ َعلَ ْي َھا َم ٰٰۤل ِٕىكَةٌ ِغ ََل‬


‫ظ ِشدَادٌ َِّل‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬
ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ٰ ْٓياَيُّ َھا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا قُ ْْٓوا ا َ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َوا َ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
َ‫ص ْونَ اللّٰهَ َما ْٓ ا َ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬
ُ ‫يَ ْع‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.

10
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) hal.
27

8
‫َارا‬
ً ‫ن‬ ‫َو ا َ ْه ِل ْي ُك ْم‬ َ ُ‫ا َ ْنف‬
‫س ُك ْم‬ ‫قُ ٰۤ ْوا‬ ‫ٰا َمنُ ْوا‬ َ‫الَّ ِذيْن‬ ‫ٰٰۤياَيُّ َھا‬

api/neraka dan diri kalian peliharal berim orang- wahai


keluarga sendiri ah an orang
mu yang

ٌ ‫ِشدَاد‬ ٌ ‫ِغ ََل‬


‫ظ‬ ٌ‫َم ٰ ْٓل ِٕىكَة‬ ‫َعلَ ْي َھا‬ ‫َو‬ ُ َّ‫الن‬
‫اس‬
َ ‫ْال ِح َج‬
ُ ‫ارة‬
‫َّو قُ ْودُهَا‬

yang keras yang malaikat atasnya dan manusia dan


kasar batu- bahan
batu bakarn
ya

َ‫يُؤْ َم ُر ْون‬ َ‫َو يَ ْفعَلُ ْون‬ ‫ا َ َم َر ُه ْم‬ ‫َم ٰۤا‬ َ‫اللّٰه‬ َ‫ص ْون‬
ُ ‫يَ ْع‬ ‫َِّل‬

mereka dan diperintahkan apa Allah mereka tidak


diperintah mereka Nya kepada mendurha
kan mengerja mereka kai
kan

Tafsir Jalalain : (Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian


dan keluarga kalian) dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada
Allah (dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir
(dan batu) seperti berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari
bahan bakar neraka itu. Atau dengan kata lain api neraka itu sangat panas,
sehingga hal-hal tersebut dapat terbakar. Berbeda halnya dengan api di dunia,
karena api di dunia dinyalakan dengan kayu dan lain-lainnya (penjaganya

9
malaikat-malaikat) yakni, juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang
jumlahnya ada sembilan belas malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti
dalam surat Al-Muddatstsir (yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata
ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya (yang keras) sangat keras hantamannya
(mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan-
Nya kepada mereka) lafal maa amarahum berkedudukan sebagai badal dari lafal
Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-malaikat penjaga neraka itu tidak pernah
mendurhakai perintah Allah (dan mereka selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan) lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal yang
sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-orang mukmin
supaya jangan murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula bagi orang-
orang munafik yaitu, mereka yang mengaku beriman dengan lisannya tetapi hati
mereka masih tetap kafir.

Tafsir Ibnu Katsir : Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Yakni amalkanlah ketaatan kepada
Allah dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allah, serta
perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allah akan
menyelamatkan kamu dan keluargamu dari api neraka. Mujahid mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka. (At-Tahrim: 6) Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan
perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. Qatadah
mengatakan bahwa engkau perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan
engkau cegah mereka dari perbuatan durhaka terhadap-Nya. Dan hendaklah
engkau tegakkan terhadap mereka perintah Allah dan engkau anjurkan mereka
untuk mengerjakannya serta engkau bantu mereka untuk mengamalkannya. Dan
apabila engkau melihat di kalangan mereka terdapat suatu perbuatan maksiat
terhadap Allah, maka engkau harus cegah mereka darinya dan engkau larang
mereka melakukannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan
Muqatil, bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim
mengajarkan kepada keluarganya baik dari kalangan kerabatnya ataupun budak-
budaknya hal-hal yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka

10
hal-hal yang dilarang oleh Allah yang harus mereka jauhi. Semakna dengan ayat
ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan
Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Malik ibnur Rabi' ibnu Sabrah, dari ayahnya,
dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai
tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia
karena meninggalkannya.”
Ini menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu'aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal. Ulama fiqih
mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam masalah
puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan bila ia sampai
pada usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan, dan menjauhi
maksiat serta meninggalkan perkara yang mungkar. Firman Allah Swt.:
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (At-Tahrim: 6)
Waqud artinya bahan bakarnya yang dimasukkan ke dalamnya, yaitu tubuh-tubuh
anak Adam dan batu. (At-Tahrim:6). Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan batu adalah berhala-berhala yang dahulunya dijadikan
sesembahan, karena ada firman Allah SWT yang mengatakan:
Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan
Jahanam.(Al-Anbiya:98).

Tafsir Quraish Shihab : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah


diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia
dan bebatuan. Yang menangani neraka itu dan yang menyiksa penghuninya adalah
para malaikat yang kuat dan keras dalam menghadapi mereka. Para malaikat itu
selalu menerima perintah Allah dan melaksankannya tanpa lalai sedikit pun.11

Analisis kontekstualisasi antara tafsir dan tema :

Berdasarkan penjelasan ayat di atas Surat At-Tahrim ayat 6 menjelaskan


tentang peran orang tua untuk mengajari anak-anaknya untuk beribadah terutama

11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur`an Vol 15,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)

11
adalah ibadah sholat. Orangtua merupakan figur yang dijadikan contoh bagi anak-
anaknya. Baik dan buruknya seorang anak kelak tergantung pada peranan
orangtua dalam mendidiknya. Begitu pun juga, berkualitas dan tidaknya anak
dalam beribadah tergantung dari peran orangtua dalam membina ibadah anaknya
tersebut. Oleh sebab itu, dalam mendidik anak orangtua jangan hanya menyuruh
anak untuk berbuat begini begitu atau jangan begini dan begitu. Akan tetapi
orangtua harus bisa memberikan contoh terlebih dahulu agar terdapat suri
tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Pendidikan anak dan pengasuhannya
bukanlah termasuk perkataan atau perbuatan yang sia-sia. Bukan sekedar
penyempurna, tetapi merupakan sesuatu yang fundamental dan wajib bagi
orangtua. Allah telah memerintahkan orangtua untuk mendidik anak-anak mereka,
mendorong mereka dan memikul tanggung jawab untuk mereka. Sebagaimana
perintah Allah SWT dalam Al-Qur`an Surat At Tahrim ayat 6 yang telah
dijelaskan di atas.

Dengan demikian, pengajaran dan pendidikan artinya adalah Surga, dan


menyepelehkannya adalah Neraka. Maka tidak ada alasan menyepelekan
kewajiban ini, tetapi haruslah melakukan pendidikan dan pengajaran. Jelas bahwa
orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan anak-
anaknya. Orangtua tetap berkewajiban untuk menyiapkan masa depan anaknya,
terlebih lagi masa depan pendidikan agamanya. Bahkan Rasulullah SAW
meletakkan kaidah mendasar bahwa seorang anak itu tumbuh dan berkembang
12
mengikuti agama kedua orangtuanya. Kedua orangtua nyalah yang memberikan
pengaruh yang kuat terhadap anaknya, termasuk masa depannya. Oleh karenanya,
upaya-upaya untuk menyiapkan masa depan anak, harus dipersiapkan sejak dini.

12
A. Fattah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hal 32

12
C. Kesimpulan
Dengan demikian dari uraian dan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan
makna dari pendidikan anak usia dini adalah yang diajarkan oleh orang tua
anak sejak anak terlahir ke dunia dan dalam keadaan fitrah, selain itu juga
dapat disimpulkan mengenai kontekstualisasi tafsir dengan tema pendidikan
anak usia dini dalam Q.S Yusuf ayat 13; Q.S Luqman ayat 13; Q.S At-
Tahrim ayat 6 yaitu :
a. Surat Yusuf ayat 13, menjelaskan tentang komunikasi seorang ayah
dengan anak, dengan membangun komunikasi yang baik dengan anak
dari usia dini sangat dianjurkan, karena merupakan termasuk dari bagian
pendidikan psikis, karena dalam hal ini Islam menjadikan peran orang
tua sangatlah penting
b. Surat Luqman ayat 13, menjelaskan tentang mendidik anak agar tidak
menyekutukan Allah SWT. Pada ayat ini diperintahkan agar orang tua
sebagai guru pertama anak mengajarkan tentang tauhid, yang merupakan
ajaran dasar untuk menanamkan nilai-nilai akidah kepada anak agar
senantiasa mengesakan Allah.
c. Surat At-Tahrim ayat 6 menjelaskan tentang peran orang tua untuk
mengajari anak-anaknya untuk beribadah terutama adalah ibadah sholat.
Setelah pendidikan akidah dan akhlak ibadah juga harus ditanamkan
pada anak sejak usia dini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2007)


Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Qur`an (Pustaka Pelajar, 1998)
Departemen Agama, Al-Qur`an dan Tafsirnya Jilid VII, (Semarang: Departemen
Agama Republik Indonesia, 1990)
Hasan, Maimunah, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Yogyakarta: Diva Press,
2009
Nata, Abudin, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005
Shihab , M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur`an
Vol 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Yasin, A. Fattah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang
Press, 2008)

14

Anda mungkin juga menyukai