Anda di halaman 1dari 3

A.

Landasan Filoofis Pendidikan Nasional Dalam Pembelajaran


1. Pancasila
Sebagai ideologi, falsafah bangsa dan negara Indonesia, Pancasila memiliki
landasan filosofis pendidikan yang menjadi akar dan dasar perkembangan
dan kemajuan pendidikan Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila kemudian dijewantahkan ke dalam misi negara Indonesia yang
tertuang dalam pembukaan UUD NRI 1945, “….mencerdaskan kehidupan
bangsa”.
2. Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Banyak ide dan gagasan penting dari Bapak Pendidikan Ki Hajar
Dewantara, diantaranya konsep yang popular “memanusiakan manusia
Indonesia” dan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani (diperjelas lagi ini ya) melalui pendidikan. Beliau
menuturkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan akan berhasil manakala integrasi tri pusat
pendidikan (sekolah, keluarga dan masyarakat) berjalan sesuai dengan
tujuannya. Dari filosofi pendidikan tersebut kemudian menjadi cita-cita dan
tujuan pendidikan nasional. Adapun secara lebih detail termaktub ke dalam
landasan yuridis konstitusional (UUD NRI 1945 dan UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Silih Asah, Sili Asih dan Sili Asuh
Keberagaman masyarakat Indonesia menjadikan nilai penting bagi dunia
pendidikan Indonesia. Konsep silih asah yang berarti mempunyai makna
saling mencerdaskan antar manusia. Cita-cita dan tujuan pendidikan
nasional akan berhasil manakala seluruh warga negara Indonesia
memperoleh hak untuk dapat menikmati dan mengakses pendidikan secara
komprehensif dari berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Silih asih
berarti saling mengasihi dan menyayangi terhadap sesamanya. Sebagai
makhluk sosial dan memiliki kebudayaan yang kuat, bangsa Indonesia
memiliki identitas dan jati diri berkenaan dengan kepedulian, empati dan
solidaritas yang tinggi dengan lingkungan sekitarnya. Silih asuh berarti
membimbing dan menjaga antar sesama. Melalui proses pendidikan yang
baik dan benar, setiap warga negara memiliki bimbingan dan perlindungan
dalam setiap hak dan kewajibannya untuk memperoleh pendidikan sebaik-
baik dan seluas-luasnya.
B. Perkembangan Pendidikan di Era Sebelum Kemerdekaan, Setelah
Kemerdekaan dan Abad 21
Perkembangan pendidikan pada setiap era akan mengalami perubahan
yang mengarah pada kemajuan baik sebelum kemerdekaan, setelah
kemerdekaan dan di era kontemporer seperti abad 21 saat ini. Pendidikan
di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kebijakan kurikulum pendidikan
yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah. Jika ditelaah lebih jauh
perbandingan kurikulum dari masa ke masa, dapat digambarkan seperti ini

Pada tataran penguatan proses kurikulum 1994 berbasis materi, kurikulum


KBK 2004 dan KTSP 2006 berbasis produk dan kurikulum 2013 berbasis
praksis. Untuk pendalama dan perluasan materi pada setiap kurikulumnya
berbeda, hal ini dapat dilihat pada poin 2 sedangkan kesempatan dan
tantangan pada perbandingan kurikulum tersebut terdapat pada poin 3, 4
dan 5. Sementara itu, jika melihat kurikulum merdeka tahun 2022 siswa
lebih banyak berinteraksi denga dunia digital/teknologi sebab menjadi
kebutuhan setiap orang. Setiap orang (anak didik) diberi kebebasan dan
kesempatan untuk bereksplorasi sesuai dengan potensi, minat dan bakat
mereka. Aspek pengalaman menjadi sangat penting bagi mereka yang
kemudian akan berdampak pada kehidupannya baik saat ini maupun masa
akan datang.
C. Argumen Kritis dan Reflektif tentang Perjalanan Pendidikan di Indonesia
(sebelum kemerdekaan, sesudah kemerdekaan dan pendidikan abad 21)
Argumen kritis dan reflektif tentang perjalanan pendidikan dapat di Indonesia
dapat dilihat secara implisit dan eksplisit perubahan kurikulum pendidikan di
Indonesia baik pada saat orde lama, orde baru hingga abad 21 ini. Dalam suatu
sistem pendidikan kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan
perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan
tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus
dilakukan secara sistematis, terarah, tidak asal berubah. Sejarah kurikulum di
Indonesia sudah melalui perjalanan panjang, sejarah mencatat perubahan
tersebut mulai tahun 1947, 1952, 1964,1975,1984,1994, 2004, 2006, 2013, dan
yang paling anyar adalah kurikulum merdeka tahun 2022. Masalahnya, apabila
beragam perubahan dalam bidang kurikulum yang telah diupayakan
pemerintah kandas di tengah jalan, bagaimanakah nasib kurikulum 2013?
Dengan demikian, agar tidak memiliki nasib yang sama, untuk itu pemerintah
harus mengusahakan secara optimal agar para pelaksanaka kurikulum di
lapangan terutama para guru bisa memahami ide-ide yang terkandung dalam
kurikulum dengan baik dan benar. Jangan sampai kurikulum berubah, tapi pola
pikir tetap belum berubah, masih tetap seperti sedia kala. Pemerintah harus
melibatkan guru secara aktif dalam kajian, uji coba, dan penilaian berbagai
aspek kurikuler. Selanjutnya memberdayakan guru secara berkesinambungan
dalam peningkatan profesional mereka sebagai nara sumber kurikulum.
Disamping itu, tidak memposisikan kurikulum sebagai strategi reformasi baru
yang lebih penting dari guru, yang menjadikan guru semata-mata sebagai unsur
pelaksana kurikulum. Di sisi lain, perlu perubahan pada tingkat perumus
kurikulum, kurikulum harus sepenuhnya dirumuskan dengan memperhitungkan
landasan filosofis, pedagogis, sosiologis, sosial, budaya, teknis dan politis
sebagai basis kurikulum, serta memperhitungkan kondisi yang nyata dalam
masyarakat dan dunia pendidikan. Dari sekian banyak faktor, political will
pemerintah dan paradigma politiklah yang hingga kini dirasakan memberikan
pengaruh paling kuat dalam perubahan pengembangan maupun
penyempurnaan kurikulum dari masa ke masa. Tidak ada yang salah apabila
terjadi perubahan kurikulum. Jangankan setiap sepuluh tahun sekali, setiap
tahun sepuluh kali pun tidak menjadi masalah kalau memang dikehendaki
demikian. Yang menjadi soal adalah dengan tujuan dan alasan apakah
perubahan itu terjadi dan apakah tujuan serta alasan itu memang dibenarkan
dan dibutuhkan sekarang sebagai antisipasi masa depan. Harapan semua orang
bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami nasib yang sama dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu memberikan
pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana di lapangan
serta mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi peserta
didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional
dengan bangsa-bangsa yang lain.

Anda mungkin juga menyukai