Pendahuluan
Persoalan lain adalah adanya kenyataan bahwa berbagai instrumen hukum tidak
mampu menjadi alat pengendalian sosial. Aturan hukum seolah-olah dipandang sebagai
asesoris, sehingga korupsi tetap merajalela, lalu lintas di jalan raya semakin semrawut,
kerawanan sosial pun semakin menjadi-jadi. Kondisi memprihatinkan itu semakin
bertambah memprihatinkan dengan adanya kenyataan betapa pelayanan publik pun pada
era otonomi daerah dewasa ini menjadi semakin buruk. Aparatur negara dan
pemerintahan yang semestinya melaksanakan peran sebagai abdi negara (melayani
masyarakat) malah lebih suka dilayani masyarakat. Dalam kondisi praktik kehidupan
bernegara-bangsa (nation-state) seperti inilah maka perlu untuk melakukan peningkatan
upaya mendidik anak-anak Indonesia agar menjadi warganegara Indonesia yang cerdas
dan baik (smart and good citizen).
Anak adalah warganegara hipotetik, yakni warganegara yang “belum jadi” karena
masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya
(Budimansyah,2007:11). Upaya terpenting mendidik anak Indonesia agar menjadi
warganegara yang cerdas dan baik yang akan dapat mempertahankan kelangsungan
demokrasi konstitusional adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sebagaimana yang
selama ini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi
dipelajari dan dialami. Sebagaimana ditegaskan Alexis de Toqueville (Branson, 1998:2)
“...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills,
and develop the dispositions or traits of private and public character that undergird a
constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and
Oleh karena itu, PKn seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang
lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan
terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan dan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari
warganegara terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang
terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud.
Penutup
Untuk menjadi subjek pembelajaran yang mampu membina peserta didik menjadi
warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), PKn Indonesia masih harus
menempuh perjalanan yang panjang. Menjadikan PKn sebagai subjek pembelajaran yang
“powerfull, juga bukan pekerjaan yang dapat diselesaikan sehari. Tidak seperti semudah
membalikkan telapak tangan. Namun, ibarat layar telah terkembang, perahu tak akan
surut kembali, tak akan pulang sebelum mencapai tujuan, maka para ahli PKn Indonesia
dan bahkan dunia juga pantang menyerah untuk menjadi pemikir, pendidik, dan sekaligus
peneliti yang handal dalam area studi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic/Citizenship
Education) guna menciptakan kehidupan dunia yang lebih baik.
Barr, R. D., Barth, J. L., Shermis, S. S. (1978) The Nature of the Social Studies, Palm
Spring : An ETS Pablication
Cogan, J.J. dan Derricott,R. (1998). Citizenship for the 21st Century; An International
Perspective on Education,London: Kogan Page.
Departemen P dan K. (1975a). Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975 : Buku I
Ketentuan Pokok, Jakarta : Balai Pustaka
_______ (1975b). Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975 : Buku II B Bidang Studi
Pendidikan Moral Pancasila, Jakarta : Balai Pustaka
1. Mengidentifikasi masalah
Belajar itu bukan hanya kegiatan menghapal konsep, data atau fakta,
melainkan mengasah kemampuan untuk memecahkan masalah (problem
solving). Oleh karena itu bahan pelajaran bukan saja berupa seonggok fakta,
data, konsep, maupun teori melainkan berbagai masalah sosial yang ada di
masyarakat. Para mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi masalah yang ada
di masyarakat, misalnya dari berita surat kabar, televisi, internet, dan
sebagainya. Buatlah daftar masalah di papan tulis yang berhasil dikumpulkan
para mahasiswa.
b. Apakah menurut Bapak/Ibu masalah ini juga dianggap penting oleh warga masyarakat
yang lain Mengapa ?
..........................................................................................................................................
c. Kebijakan apakah, jikabelum ada, yang harus dibuat untuk menangani masalah ini ?
..........................................................................................................................................
3. Jika memang kebijakan untuk menangani masalah itu sudah dibuat, tanyakanlah
persoalan-persoalan berikut ini:
a. Apakah keuntungan dari kebijakan tersebut ?
..........................................................................................................................................
f. Di mana dapat memperoleh lebih banyak informasi untuk memahami masalah ini ?
..........................................................................................................................................
1. Tuliskan nama sumber informasi. (Informasi bisa diperoleh dari program berita
televisi atau radio, rekaman berbagai kejaian, dokumentasi, talk-show, dialog
interaktif, atau program lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti).
…………………………………………………………………………………......
2. Menurut sumber informasi tersebut, apakah masalah yang sedang diteliti itu
dianggap sebagai masalah yang penting ? Mengapa ?
……………………………………………………………………………………
3. Menurut sumber informasi tersebut, kebijakan apakah yang harus digunakan
untuk menangani masalah tersebut ?
……………………………………………………………………………………
Jika memang kebijakan untuk menangani masalah itu sudah dibuat, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini berdasarkan informasi yang diperoleh.
a. Apakah keuntungan dari kebijakan tersebut ?
...........................................................................................................................
2. Bagian Dokumentasi
Masing-masing dari keempat kelompok harus memilih bahan-bahan yang telah
dikumpulkan. Bahan-bahan itu merupakan bahan-bahan yang terdokumentasi
paling baik yang juga digunakan sebagai pembuktian penelitian yang telah dilakukan.
Bahan-bahan yang dimasukkan pada bagian dokumentasi ini harus mewakili hasil
penelitian-penelitian terpenting yang pernah dilakukan. Tidak semua hasil
penelitian harus diikutsertakan. Bahan-bahan ini harus dimasukkan pada sebuah
map (binder) bermata dua yang tidak lebih tebal dari 5cm. Gunakanlah warna yang
Persiapan Presentasi
Para mahasiswa boleh meminta bantuan ahli (nara sumber) yang memiliki
pengalaman dalam membuat presentasi bagi masyarakat umum supaya
dapat melatih bagaimana cara melakukan presentasi kelompok. Akan
sangat membantu jika para mahasiswa bisa meminta bantuan dari pejabat
pemerintahan setempat misalnya ketua RT/RW, anggota-anggota organisasi
kemasyarakatan misalnya ibu-ibu PKK, Karang Taruna, atau anggota LSM
lain yang memiliki program kegiatan kewarganegaraan.
Panduan
Libatkanlah semua anggota kelompok agar ikut serta berpartisipasi baik pada
saat presentasi awal maupun pada saat forum tanya-jawab. Presentasi ini
tidak boleh didominasi oleh satu atau dua orang mahasiswa saja,
melainkan haruslah memperlihatkan hasil belajar bersama yang telah
dilakukan ketika mempersiapkan portofolio kelas.
Kriteria Penilaian
Jika kelas diikutsertakan dalam suatu kompetisi dimana mahasiswa
dituntut untuk melakukan presentasi, maka presentasi itu akan dinilai oleh
dewan juri. Dosen pembimbing akan menjelaskan kriteria apa yang akan
digunakan dewan juri dalam menilai presentasi portofolio kelas.
Kesimpulan
Jangan berhenti sampai di sini. Para mahasiswa harus terus melanjutkan
mengembangkan ketrampilan dalam mempengaruhi pemerintah dalam
membuat kebijakan publik. Ketrampilan ini penting sekali karena
kemungkinan besar para mahasiswa akan menggunakannya setelah
dewasa. Yang perlu diingat adalah bahwa setiap kebijakan akan
memerlukan revisi, dan setiap waktu akan bermunculanlah masalah-
masalah baru yang ada dalam masyarakat yang tentunya akan memerlukan
kebijakan baru. Membantu membuat kebijakan publik dan ikut mengambil
langkah-langkah yang diperlukan merupakan tanggung jawab warganegara
seumur hidup dalam pemerintahan yang berdaulat.
Panduan
Para mahasiswa boleh menggunakan panduan di bawah ini u n t u k
merefleksikan pengalaman belajar.
1. Apa yang bisa saya pelajari dari hasil kebijakan publik yang saya buat
bersama teman-teman sekelas?
2. Apa yang dapat kami (sekelas) pelajari dari kebijakan publik yang
kami kembangkan dalam sebuah portofolio?
3. Kctrampilan apa yang dapat saya pelajari dan saya tingkatkan melalui
kegiatan portofolio ini?
4. Ketrampilan apa yang dapat kami pelajari dan kami tingkatkan
melalui kegiatan portofolio ini?
5. Apa keuntungan melakukan suatu kegiatan bersama-sama dalam
satu tim?
6. Kegiatan apa yang telah saya laksanakan dengan baik?
7. Kegiatan apa yang telah kami laksanakan dengan baik?
8. Bagaimana cara saya untuk meningkatkan ketrampilan memecahkan
suatu permasalahan (problem solving ?
Pendidikan:
Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi Tahun
Lulus
S1 IKIP Bandung Pendidikan Kewarganegaraan 1987
S2 Universitas Padjadjaran Sosiologi dan Antropologi 1994
S3 Universitas Padjadjaran Ilmu Sosial 2001
Pelatihan Profesional
Tahun Pelatihan Penyelenggara
2011 Australian Leadership Awards Fellowship Flinders University,
on Inclusive Education. Austraalia.
2011 Advanced Study and Training Program On Beijing Languange and
Pedagogy and Chinese Teaching Materials. Culture University,
China.
2014 Australia Awards Felloship On Qality Flinders University,
Assurance in Higher Education. Australia.