Anda di halaman 1dari 20

63 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

Analisis Perkembangan Kurikulum PPKn: Dari Rentjana Pelajaran 1947


sampai dengan Merdeka Belajar 2020

Raharjo
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: raharjoppkn@staff.uns.ac.id

ABSTRAK
Di Indonesia, perkembangan kurikulum dari masa ke masa terjadi begitu dinamis. Tujuan penelitian
ini ialah mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum PPKn di Indonesia dari mulai rentjana
pelajaran 1947 sampai dengan yang terbaru mengenai kurikulum merdeka belajar 2020. Metode
penelitian yang digunakan yaitu library research. Adapun hasil penelitian memaparkan bahwa di
Indonesia terjadi perkembangan kurikulum yang sangat dinamis dari mulai awal merdeka diawali
dengan kurikulum rentjana pelajaran 1947, kurikulum rentjana pelajaran terurai 1952, kurikulum
rentjana pendidikan 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan
suplemen kurikulum 1999, kurikulum 2004, kurikulum 2006, kurikulum 2013, dan yang terakhir
sampai dengan saat ini ialah terkait dengan kurikulum merdeka belajar 2020. Bagi PPKn, secara
normatif terjadi perkembangan yang cukup dinamis dalam nomenklatur, dalam perkembangan
kurikulum sebelum nomenklatur yang terbaru saat ini PPKn, sebelumnya dikenal dengan berbagai
nomenklatur seperti Civics, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Moral Pancasila (PMP),
Pendidikan Kewarganegaraan, dan kemudian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Kata kunci: kurikulum, PPKn, merdeka belajar

PENDAHULUAN didik secara aktif mengembangkan


potensi dirinya untuk memiliki
Pembahasan tentang dunia
kekuatan spiritual keagamaan,
pendidikan menjadi topik yang akan
pengendalian diri, kepribadian,
terus eksis dan masa ke masa. Di
Indonesia, isu pendidikan menjadi isu kecerdasan, akhlak mulia, serta
sentral dan bahkan diamanatkan oleh keterampilan yang diperlukan
konstitusi untuk menjadi priotitas dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”. Pengertian ini seringkali
utama dalam anggaran belanja
tidak dicermati dengan betul bahwa
negara. Pendidikan itu sendiri
konstitusi kita mengamanatkan
menurut Undang-undang Nomor 20
sebuah upaya mengembangkan
Tahun 2003 tentang sistem
“potensi” yang di dalamnya terdapat
pendidikan nasional ialah “usaha
banyak hal, artinya tidak hanya
sadar dan terencana untuk
perkara kognitif saja, melainkan juga
mewujudkan suasana belajar dan
mengembangkan psikomotorik dan
proses pembelajaran agar peserta
afektif.
64
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

Dalam rangka upaya sudah ada pandangan baru terkait


mengembangkan potensi siswa atau dengan kurikulum merdeka belajar.
peserta didik, maka dalam dunia Perubahan tersebut merupakan
pendidikan diperlukan kurikulum. M konsekuensi logis dari terjadinya
Asri (2017) menyatakan bahwa perubahan sistem politik, sosial
“Dalam dunia pendidikan terdapat
budaya, ekonomi, dan iptek dalam
beberapa komponen yang saling masyarakat berbangsa dan bernegara.
bersinergi agar mampu mewujudkan Sebab, sistem kurikulum sebagai
tujuan pendidikan itu sendiri. Semua seperangkat rencana pendidikan
komponen mempunyai andil yang memang perlu dikembangkan secara
penting, tidak terkecuali kurikulum dinamis sesuai dengan tuntutan dan
yang mana dapat dikatakan perubahan yang terjadi di masyarakat.
penyangga utama dalam sebuah
proses belajar mengajar. Beberapa Adapun kurikulum itu sendiri,
pakar bahkan mengatakan bahwa menurut Schubert (1986),
kurikulum merupakan jantung bagi memaparkan bahwa “curriculum as
pendidikan, baik buruknya hasil content or subject matter, curriculum
pendidikan ditentukan oleh as a program of planned activities,
kurikulum, apakah mampu curriculum as intended learning
membangaun kesadaran kritis outcomes, curriculum as cultural
terhadap peserta didik ataukah tidak”. reproduction, curriculum as
experience, curriculum as discrete
Pembahasan kurikulum di task and concepts, curriculum as an
Indonesia ini sangatlah menarik. Hal agenda for social reconstruction”.
ini dikarenakan begitu dinamisnya Pandangan tersebut tampaknya
perubahan yang terjadi dalam dipengaruhi oleh pandangan
perkembangan kurikulum Indonesia. sebelumnya, seperti Stratemeyer,
Bahkan Alhamuddin (2014)
Forkner, dan McKim (194) yang
memaparkan bahwa “Ada ungkapan menyatakan “Curriculum currently
menggelitik yang acapkali muncul defined in three ways; the courses and
seiring perubahan penguasa negeri ini class activities in which children and
yakni ‘ganti menteri ganti youth engage; the total range of in
kurikulum’, nyatanya dalam class and out class experiences
perjalanan sejarah sejak kemerdekaan sponsored by school; and the total life
Indonesia tahun 1945, kurikulum experiences of the leaner”. Dengan
pendidikan nasional memang telah demikian, kurikulum dapat dikatakan
berulangkali mengalami perubahan, sebagai seperangkat rencana dan
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, pengaturan mengenai tujuan, isi,
1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004,
bahan pelajaran serta cara yang
2006 serta yang terbaru adalah digunakan sebagai pedoman
kurikulum 2013”. Ditambah, saat ini
65 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

penyelenggaraaan proses kegiatan pengaruh yang signifikan bagi


pembelajaran untuk mencapai tujuan kualitas pendidikan yang ada di
tertentu. Tujuan tersebut meliputi Indonesia.
tujuan pendidikan nasional serta Kurikulum pada prinsipnya
kesesuaian dengan kehasan, kondisi, memang menjadi hal yang vital dalam
potensi daerah, satuan pendidikan dan
dunia pendidikan. Dikarenakan vital
peserta didik. atau pentingnya kurikulum ini, maka
Lebih lanjut, Alhamuddin para di lapangan, para pendidik harus
(2014) menjelaskan bahwa “Dari memahami kandungan kurikulum,
perspektif historis dari masa ke masa, karena telah jelas tujuan pendidikan
determinan paradigma politik dan terdapat dalam kurikulum. Sehingga
kekuasaan yang secara bersama-sama proses pendidikan dapat berlangsung
mewarnai dan mempengaruhi secara dengan kondusif, interaktif, efektif
kuat sistem pendidikan Indonesia dan lancar (S. Nasution, 1995: 1).
selama ini. Corak sistem pendidikan Oleh sebab itu, kurikulum
suatu Negara pada gilirannya kembali menjadi hal yang terus menarik untuk
pada stakeholder yang paling dianalisis, tidak terkecuali bagi
berkuasa dalam pengambilan bidang kajian atau mata pelajaran
kebijakan. Pada tataran ini, maka PPKn (Pendidikan Pancasila dan
sistem politiklah yang berkuasa. Kewarganegaraan). Terlebih, PPKn
Siapa yang berkuasa pada periode dalam proses perjalanan dan
tertentu akan menggunakan perkembangan kurikulum seringkali
kekuasaannya untuk menentukan apa mengalami dampak yang cukup
dan bagaimana pendidikan signifikan, bahkan nomenklatura tau
diselenggarakan. Kecenderungan penamaan mata pelajaran ini
inilah yang kemudian turut menjadi berganti-ganti. Hal ini tidak bisa
penguat pada apa yang kemudian
kepas dari analisis pergantian
disitilahkan ‘ganti menteri ganti kurikulum yang bisa jadi politis,
kebijakan’, termasuk didalamnya disamping perkembangan ilmu
kurikulum pendidikan, sebab muatan- pengetahuan yang sangat dinamis,
muatan politis, value, ideologi, pemerintah selalu memiliki andil
maupun tujuan-tujuan tertentu yang besar dalam proses perkembangan
diinginkan penguasa acapkali juga kurikulum ini. Oleh sebab itu, dalam
disetting sedemikian rupa dalam ruang lingkup kajian PPKn, peneliti
kerangka kurikulum”. Seiring dengan sangat tertarik dalam melakukan
perkembangan zaman, dengan analisis perkembangan kurikulum di
berbagai alasan dan rasionalisasi Indonesia, khususnya perkembangan
kurikulum Indonesia terus mengalami
kurikulum dalam ranah Pendidikan
pergantian dari periode ke periode. Pancasila dan Kewarganegaraan.
Keberadaan kurikulum memberi
66
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

METODE PENELITIAN M. Asri (2017) menulis tentang


“Dinamika Kurikulum di Indonesia”
Dalam penelitian ini peneliti
yang memaparkan secara ilmiah
mengunakan metode studi pustaka
tentang dinamika sejarah kurikulum
(library research). Studi Pustaka
di Indonesia. Mengenai sejarah
ialah penelitian yang dilakukan
kurikulum di Indonesia, dijelaskan
dengan mengumpulkan berbagai
bahwa “Pembicaraan tentang
macam referensi yang dapat dianggap
kurikulum tak terlepas dengan
sebagai sumber data yang akan diolah
dan dianalisis (Danial A.R, 2009:80). lembaga pendidikan yang
mengimplementasikan kurikulum itu
Adapun penelitian pustaka ini
memiliki tujuan untuk sendiri. Sejarah pendidikan di
Indonesia sendiri sedah dimulai jauh
mengumpulkan data dan informasi
sebelum Indonesia merdeka, yang
dengan berbagai macam buku,
mana dilakukan oleh Lembaga
majalah, dokumen, catatan dan kisah-
pendidikan pesantren. Kemudian
kisah sejarah serta data pendukung
setelah bangsa ini merdeka barulah
lainya. Pada dasarnyadata yang
Indonesia memiliki sekolahyang
diperoleh melalui penelitian pustaka
dikelola sendiri karena sebelum
ini dapat dijadikan landasan dasar
kemerdekaan sistem persekolahan
bagi penelitian (Zed, 2008: 3).
dikuasai oleh para penjajah. Sebelum
Penelitian ini dilakukan dengan
masuk pada pembahasan kurikulum,
cara menelaah dan membandingkan
mari menilik sejarah pendidikan di
sumber kepustakaan untuk
Indonesia yang diawali dengan
memperoleh data-data yang bersifat
munculnya Pesantren, sekolah dan
teoritis maupun praksis. Disamping
madrasah”.
itu, penelitian kepustakaan dapat
mengarahkan peneliti untuk Pesantren atau pusat pendidikan
mendapatkan informasi tentang islam kuat diduga berkaitan dengan
teknik-teknik penelitian yang kedatangan para musafir dan
diharapkan, sehingga peneltian yang pedagang muslim yang masuk lewat
dilakukan bukan merupakan duplikasi jalur perdagangan pada abad 7 M dan
namun analisis kritis membandingkan 8 M. Kemudian sejak abad 11 M
berbagai macam referensi. Islam sudah masuk ke pulau- pulau di
nusantara dan mulai Intensif
PEMBAHASAN menyebar pada abad ke 13 sampai
akhir abad 17 dan pada masa itu mulai
1. Sejarah Kurikulum di
berdiri pusat-pusat kekuasaan Islam
Indonesia
sepertidi Aceh, Demak, Giri, Ternate
Dunia pendidikan Indonesia dan Goa. Dengan demikian dapat
memiliki sejarah yang Panjang dalam dikatakan bahwa pesantren telah
proses perkembangan kurikulumnya.
67 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

mulai dikenal di Indonesia (Nahrawi, Adapun sejarah pendidikan


2008: 23). Indonesia mencatat, “pelaksanaan
kurikulum dan proses pergantian
Pada mulanya, “kurikulum
terbilang relatif cepat”, jika dalam
pesantren dilandaskan pada tingkat
pandangan khalayak awam bahwa
kemudahan dan kompleksitas kitab-
kesan dari proses perguliran
kitab yang dipelajari, mulai dari
kurikulum di Indonesia adalah ‘ganti
tingkat awal, menengah dan lanjut.
Menteri pendidikan maka ganti
Kemudian dalam perkembangannya
pesantren telah melakukan perubahan kurikulum’. Padahal pergantian
kurikulum merupakan hal biasa-biasa
kurikulum dengan memasukkan
pendidikan umum dalam kurikulum saja bagi negara yang mempunyai
pendidikan yang maju di dunia. Hal
pesantren. Sekolah yang pertama
itu dilakukan untuk “menyokong
didirikan di Jakarta pada tahun 1617
relevansi pendidikan terhadap
pada masa VOC yang bertujuan untuk
tantangan zaman yang kian maju,
mencetak tenaga kerja yang
sehingga kurikulum yang diterapkan
kompeten pada VOC” (Daulay, 2001:
di lembaga pendidikan Indonesia
35) Sistem pendidikan sekolah ini di
tidak mungkin stagnan.
kuasai oleh penjajah, dan baru setelah
Pengembangan kurikulum juga
merdeka barulah Indonesia dapat
didasarkan pada hasil analisis,
mengelola sekolah sendiri.
prediksi, dan berbagai tantangan yang
Sedangkan madrasah berkembang di
dihadapi baik internal maupun
jawa mulai 1912. ada model
eksternal yang terus berubah”
madrasah pesantren NU dalam bentuk
(Machali & Hidayat, 2016: 421).
Madrasah Awaliyah, Ibtidaiyah,
Dengan demikian secara normatif
Tsanawiyah, Mualimin Wustha, dan
maupun substantive, dapat
Muallimin Ulya (mulai 1919), ada
disimpulkan bahwa Indonesia
madrasah yang mengaprosiasi sistem
memiliki sejarah perkembangan
pendidikan belanda plus, seperti
kurikulum yang sangat dinamis dan
muhammadiyah (1912) yang
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, cepat, bahkan dalam dinamikannya,
Tsanawiyah, Muallimin, Mubalighin, pada saat kurikulum sedang
dan Madrasah Diniyah. Ada juga diimplementasikan dan belum
maksimal, sudah diperbarui lagi atau
model AL-Irsyad (1913) yang
diganti dengan kebijakan kurikulum
mendirikan Madrasah Tajhiziyah,
yang baru, oleh sebab itu dinamika
Muallimin dan Tahassus, atau model
perkembangan kurikulum ini perlu
Madrasah PUI di Jabar yang
dibaha lebih mendalam, khususnya
mengembangkan madrasah pertanian,
yaitu kurikulum PPKn, yang peneliti
itulah singkat tentang sejarah
bahas dalam dinamika kurikukum
madrasah di Indonesia (M.Asri, 2017:
PPKn (poin 2 pembahasan).
6-7).
68
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

2. Dinamika Kurikulum PPKn: cara mendapatkan dan kehilangan


Dari Rentjana Pelajaran 1947 kewarganegaraan.
sampai dengan Merdeka b. Kurikulum Rentjana
Belajar 2020 Pelajaran Terurai 1952
a. Kurikulum Rentjana
Pelajaran 1947 Setelah “Rentjana Pelajaran
1947”, pada tahun 1952 kurikulum di
Di Indonesia, kurikulum yang Indonesia mengalami penyempurna-
pertama kali lahir ialah Kurikulum an. Kurikulum ini lebih merinci setiap
1947 atau dikenal sebagai Kurikulum
mata pelajaran yang kemudian diberi
Rentjana Pelajaran 1947. Dijelaskan nama “Rentjana Pelajaran Terurai
oleh Alhamuddin (2014) bahwa
1952”. Kurikulum ini sudah
“Kurikulum pertama yang lahir pada mengarah pada suatu sistem
masa kemerdekaan memakai istilah pendidikan nasional. Yang paling
dalam bahasa Belanda ‘leer plan’ menonjol dan sekaligus ciri dari
artinya rencana pelajaran, istilah ini kurikulum 1952 ini bahwa setiap
lebih popular disbanding istilah rencana pelajaran harus
‘curriculum’ (bahasa Inggris). memperhatikan isi pelajaran yang
Perubahan arah pendidikan lebih dihubungkan dengan kehidupan
bersifat politis, dari orientasi sehari-hari. Silabus mata
pendidikan Belanda ke kepentingan pelajarannya menunjukkan secara
nasional. Sedangkan asas pendidikan jelas bahwa seorang guru mengajar
ditetapkan Pancasila. Kurikulum satu mata pelajaran, (Djauzak
yang berjalan saat itu dikenal dengan Ahmad, Dirpendas periode1991-1995
sebutan ‘Rentjana Pelajaran 1947’, dalam Alhamuddin, 2014).
yang baru dilaksanakan pada tahun
1950. Sejumlah kalangan menyebut Kaitannya dengan PPKn, di kurun
sejarah perkembangan kurikulum waktu berlakunya kurikulum ini,
diawali dari Kurikulum 1950. Samsuri (2012: 2-3) memaparkan
Bentuknya memuat dua hal pokok: bahwa di tahun 1959/1960an ketika
(1) daftar mata pelajaran dan jam gegap gempita Demokrasi Terpimpin
pengajaranya; (2) garis-garis besar begitu kuat di panggung politik ketika
pengajaran”. itu, telah diperkenalkan mata
pelajaran Civics dalam dunia
Pada skurikulum ini, kaitannya pendidikan Indonesia. Hal ini ditandai
dengan kajian bidang PPKn, dikenal dengan adanya satu buku terbitan
istilah civics (kewarganegaraan). Departemen Pendidikan, Pengajaran
Istilah ini muncul di Kurikulum 1947 dan Kebudayaan (PP & K) yang
menggambarkan pelajaran sekolah berjudul “Civics, Masyarakat dan
yang menggambarkan pelajaran tata Manusia Indonesia Baru”, karangan
negara. Pada saat itu isinya hanya cara
Mr. Soepardo, dan kawan-kawan.
69 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

Materi buku itu berisi tentang Sejarah emosional/ artistik, keprigelan, dan
Pergerakan Rakyat Indonesia; jasmani. Ada yang menyebut Panca
Pancasila; UUD 1945; Demokrasi wardhana berfokus pada
dan Ekonomi Terpimpin, Konferensi pengembangan daya cipta, rasa,
Asia-Afrika, Hak dan Kewajiban karsa, karya, dan moral. Mata
Warga Negara, Manifesto Politik; pelajaran diklasifikasikan dalam lima
Laksana Malaikat; dan lampiran- kelompok bidang studi: moral,
lampiran Dekrit Presiden 5 Juli 1959, kecerdasan, emosional/artistik,
Pidato Lahirnya Pancasila, Panca keprigelan (keterampilan), dan
Wardana, dan Declaration of Human jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
Rights; serta pidato-pidato lainnya menekankan pada pengetahuan dan
dari Presiden Sukarno dalam “Tujuh kegiatan fungsional praktis.
Bahan Pokok Indoktrinasii” (Tubapi) d. Kurikulum 1968
dan UDHR dan kebijakan Panca
Wardhana dari Menteri Pendidikan, Kelahiran Kurikulum 1968
Pengajaran dan Kebudayaan Prijono. bersifat politis, mengganti Rencana
Buku Civics dan Tubapi tersebut Pendidikan 1964 yang dicitrakan
kemudian menjadi sumber utama sebagai produk Orde Lama. Dari segi
mata pelajaran pendidikan tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
kewarganegaraan di sekolah-sekolah, bertujuan bahwa pendidikan
dengan corak indoktrinatif yang ditekankan pada upaya untuk
sangat dominan. membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani,
c. Kurikulum Rentjana mempertinggi kecerdasan dan
Pendidikan 1964 keterampilan jasmani, moral, budi
Usai tahun 1952, menjelang tahun pekerti, dan keyakinan beragama.
1964, pemerintah kembali Dalam kurikulum ini tampak
menyempurnakan sistem kurikulum dilakukannya perubahan struktur
di Indonesia. “Kali ini diberi nama kurikulum pendidikan dari
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok- Pancawardhana menjadi pembinaan
pokok pikiran kurikulum 1964 yang jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah dan kecakapan khusus. Kurikulum
bahwa pemerintah mempunyai 1968 merupakan perwujudan dari
keinginan agar rakyat mendapat perubahan orientasi pada pelaksanaan
pengetahuan akademik untuk UUD 1945 secara murni dan
pembekalan pada jenjang SD, konsekuen. Kurikulum 1968
sehingga pembelajaran dipusatkan menekankan pendekatan organisasi
pada program Pancawardhana” materi pelajaran: kelompok
(Hamalik, 2004), yaitu pembinaan Pancasila, pengetahuan
pengembangan moral, kecerdasan, dasar, dan kecakapan khusus. Mata
70
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

pelajaran dikelompokkan menjadi 9 Kebangsaan (30%), Kejadian setelah


pokok. Djauzak menyebut Kurikulum Indonesia merdeka (30%), dan UUD
1968 sebagai kurikulum bulat. 1945 (40%). Untuk jenjang SMA,
‘Hanya memuat mata pelajaran pokok Mata Pelajaran Pendidikan
saja’. Adapun muatan materi Kewargaan Negara meliputi program
pelajaran bersifat teoritis, tidak pembelajaran sebagian besar terdiri
mengaitkan dengan permasalahan atas UUD 1945 (Somantri, 2001: 284-
faktual di lapangan. Titik beratnya 285).
pada materi apa saja yang tepat e. Kurikulum 1975
diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan. Isi pendidikan Kurikulum 19755 menekankan
diarahkan pada kegiatan pada tujuan, agar pendidikan lebih
mempertinggi kecerdasan dan efektif dan efisien. latar belakangi
keterampilan, serta mengembangkan lahirnya kurikulum ini adalah
fisik yang sehat dan kuat. pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO
Dalam konteks bidang PPKn, (management by objective) yang
perkembangan berikutnya, mata terkenal saat itu," Metode, materi, dan
pelajaran Civics yang kemudian tujuan pengajaran dirinci dalam
diganti menjadi Kewargaan Negara Prosedur Pengembangan Sistem
pada 1962, pada Kurikulum 1968 Instruksional (PPSI), yang dikenal
ditetapkan secara resmi menjadi dengan istilah “satuan pelajaran”,
“Pendidikan Kewargaan Negara”. Di yaitu rencana pelajaran setiap satuan
dalam kurikulum ini, penjabaran bahasan. Setiap satuan pelajaran
ideologi Pancasila sebagai pokok dirinci menjadi : tujuan instruksional
bahasan dianggap mengedepankan umum (TIU), tujuan instruksional
kajian tata negara dan sejarah khusus (TIK), materi pelajaran, alat
perjuangan bangsa, sedangkan aspek
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
moralnya belum nampak (Aman, dkk, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
1982: 11). Kajian Pendidikan dikritik. Guru dibuat sibuk menulis
Kewargaan Negara untuk masing- rincian apa yang akan dicapai dari
masing jenjang berbeda-beda setiap kegiatan pembelajaran
kekomplekannya. Untuk jenjang (Surakhmad, 2009: 69).
sekolah dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara Di dalam kurikulum ini, Samsuri
meliputi program pembelajaran (2012) menjelaskan bahwa
Sejarah Indonesia, Civics, dan Ilmu “Penanaman nilai-nilai moral yang
Bumi. Untuk jenjang SMP, Mata cenderung hegemonik dari negara
Pelajaran Pendidikan Kewargaan melalui proses pendidikan pada era
Negara meliputi program Orde Baru mulai menampakkan
pembelajaran isinya Sejarah kekuatannya ketika secara formal
71 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

Garis-garis Besar Haluan Negara Dari mengamati sesuatu,


(GBHN) Tahun 1973 menyebut mengelompokkan, mendiskusikan,
perlunya: “Kurikulum di semua hingga melaporkan. Model ini disebut
tingkat pendidikan berisikan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendidikan Moral Pancasila. atau Student Active Leaming (SAL).
Meskipun sebutan “Moral Pancasila” Konsep CBSA yang elok secara
dilekatkan untuk pendidikan teoritis dan bagus hasilnya di
kewarganegaran di jenjang sekolahsekolah yang diujicobakan,
pendidikan dasar dan menengah, mengalami banyak deviasi dan
namun materi-materi dalam masing- reduksi saat diterapkan secara
masing pokok bahasan, nampak nasional. Sayangnya, banyak sekolah
bernuansa Civics seperti dalam kurang mampu menafsirkan CBSA.
Kurikulum 1968. Hal ini tampak dari Yang terlihat adalah suasana gaduh di
susunan materi PMP yang ruang kelas lantaran siswa berdiskusi,
dikembangkan dengan pendekatan di sana-sini ada tempelan gambar, dan
tujuan dalam Kurikulum 1975. yang menyolok guru tak lagi
Sebagai gambaran penjabaran materi mengajar model berceramah.
PMP dalam butir-butir pokok bahasan Dalam konteks PPKn, Sejak
pada Kurikulum 1975 memperlihat- GBHN 1973 hingga terakhir GBHN
kan bahwa materi Civics selain 1998 pada era Orde Baru, bagaimana
berupa Sejarah Kebangsaan, Kejadian penjelasan pendidikan untuk
setelah Indonesia merdeka, dan UUD
membentuk karakter warga negara
1945, secara eksplisit memasukan yang baik dibebankan kepada
nilai-nilai dari masing-masing sila sejumlah nama mata pelajaran, di
Pancasila dan pesan-pesan samping pendidikan
pentingnya pembangunan (seperti kewarganegaraan dalam formulasi
Rencana Pembangunan Lima Tahun Pendidikan Pancasila. “Meskipun
dan GBHN) bagi bangsa Indonesia. terdapat ragam derivasi dari
f. Kurikulum 1984, Pendidikan Pancasila dalam nama-
“Kurikulum 1975 yang nama mata pelajaran seperti
disempurnakan”. Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Sejarah Perjuangan
Kurikulum 1984 mengusung
Bangsa, Pendidikan Pendahuluan
process skill approach. Meski
Bela Negara, Pendidikan
mengutamakan pendekatan proses,
Kewarganegaraan, dan Pendidikan
tapi faktor tujuan tetap penting.
P4, pada akhirnya bermuara kepada
Kurikulum ini juga sering disebut
model pendidikan yang bersifat top-
‘Kurikulum 1975 yang
down. Artinya kategori warga negara
disempurnakan’. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. yang baik merupakan kategorisasi
negara terhadap warga negara
72
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

berdasarkan tafsir negara mengenai dari nilai-nilai moral Pancasila


apa yang baik dan buruk sebagai menjadi 36 butir pengamalan. P4
warga negara, bukan sebaliknya inilah yang kemudian menjadi
warga negara yang menentukan keharusan pedoman atau arah
kategorinya sendiri. Warga negara petunjuk tingkah laku setiap warga
seolah-olah tidak berwenang negara, sebagaimana disusun dalam
membuat pengertiannya sendiri Tabel 2. Meskipun Pasal 1 Ketetapan
sebagai anggota dari sebuah sistem MPR No. II/MPR/1978 menjelaskan
kehidupan politik bernama negara. bahwa “Pedoman Penghayatan dan
“Dari penelusuran terhadap proses Pengamalan Pancasila tidak
penyusunan Ketetapan MPR tentang merupakan tafsir Pancasila sebagai
P4 tersebut, penulis belum berhasil Dasar Negara sebagaimana tercermin
melacak argumentasi baik dari dalam Pembukaan UUD 1945,
pemerintah maupun MPR sendiri Batang Tubuh dan Penjelasannya,
tentang penjabaran P4 menjadi 36 tetapi P4 menjadi kelihatan lebih
butir nilai Pancasila. Hanya saja ada penting dari Pancasila itu sendiri.
satu pandangan dari Fraksi Utusan Lebih jauh, P4 dan Pancasila menjadi
Daerah (FUD) di MPR” kata sakti‖ dalam segenap kesempatan
(Darmodihardjo, 1980: 109-115) pejabat dari tingkat pusat hingga local
tentang pentingnya P4. Ada empat dalam forum-forum formal maupun
alasan pentingnya P4 menurut FUD, non formal. (Samsuri, 2012: 5).
yaitu alasan filosofis, historis,
Adapun Materi P4 dalam kajian
yuridis-konstitusional, dan pedagogis pendidikan kewarganegaraan pada
psikologis. Dari keempat alasan mata pelajaran PMP makin
tersebut, alasan pedagogis-psikologis dikokohkan dalam Mata Pelajaran
menjadikan P4 relevan untuk PMP Kurikulum 1984. Uraian pokok-
dijadikan materi pembelajaran PMP pokok bahasan sebagai materi PMP
di sekolah. Selama periode Orde dijabarkan menurut urutan sila-sila
Baru, pendidikan sebagai instrumen Pancasila, sebagaimana penjabaran
pembentukan karakter warga negara P4 terhadap tafsir pengamalan
menampakkan wujudnya dalam Pancasila. Meskipun aspek afektif
standardisasi karakter warga negara. menjadi titik berat dalam PMP
“Standardisasi itu mencerminkan
Kurikulum 1984, namun materi yang
civic virtues (kebajikan-kebajikan dibahas lebih banyak memuat aspek
warga negara) yang disajikan dalam pengetahuan (kognitif) ketika
mata pelajaran PMP dan PPKn mengkaji pokok bahasan seperti hak
dengan memasukan materi azasi manusia, azas dan makna
pembelajaran Pancasila yang keadilan, UUD 1945, lembaga-
dijabarkan dari butir-butir P4. Civic
lembaga negara, badan peradilan,
virtues itu masingmasing dijabarkan kemerdekaan Indonesia, kerjasama
73 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

internasional, dan kajian terhadap diperbaiki menjadi Pendidikan


Pancasila itu sendiri. Pancasila dan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Kewargaan Negara
g. Kurikulum 1994 dan
diubah menjadi Pendidikan
Suplemen Kurikulum 1999
Kewarganegaran. Kemudian
Kurikulum 1994 merupakan hasil dipadukan menjadi Pendidikan
upaya untuk memadukan kurikulum- Pancasila dan Kewarganegaraan”.
kurikulum sebelumnya, terutama Pendidikan Pancasila memiliki
kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, konotasi lebih luas dan utuh daripada
perpaduan antara tujuan dan proses “Pendidikan Moral Pancasila, karena
belum berhasil. Sehingga banyak Pancasila tidak hanya memiliki
kritik berdatangan, disebabkan oleh dimensi moral, tetapi juga
beban belajar siswa dinilai terlalu mengandung konsep, nilai, moral, dan
berat, dari muatan nasional sampai norma. Karena itu, perubahan ini
muatan lokal. Materi muatan lokal sangat tepat. Materi yang terkandung
disesuaikan dengan kebutuhan daerah dalam pelajaran PPKn tidak jauh
masing-masing, misalnya Bahasa berbeda dengan materi yang
daerah kesenian, keterampilan terkandung dalam pelajaran PMP”.
daerah, dan lain-lain. Berbagai Selanjutnya pada tahun 1999
kepentingan kelompokkelompok dimasukkan suplemen (tambahan)
masyarakat juga mendesak agar isu- materi PPKn sesuai dengan
isu tertentu masuk dalam kurikulum. perubahan kehidupan ketatanegaraan
Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma setelah era reformasi. Materi P-4
menjadi kurikulum super padat. secara resmi tidak lagi dipakai dalam
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, suplemen kurikulum 1999, karena
diikuti kehadiran Suplemen Tap MPR tentang P-4 telah dicabut
Kurikulum 1999. Tapi perubahannya dengan Tap MPR No.
lebih pada menambal sejumlah materi XVIII/MPR/1998. Suasana kajian
pelajaran saja. moral Pancasila yang tidak lain
Kaitannya dengan PPKn, Pada merupakan bentuk penataran secara
tahun 1994, nama Pendidikan Moral terbatas‖ materi P4 untuk jenjang
Pancasila diganti dengan Pendidikan pendidikan formal, makin diperjelas
Pancasila dan Kewarganegaraan dengan kehadiran Mata Pelajaran
(PPKn). Bila dikaitkan dengan PPKn Kurikulum 1994. Dalam
kurikulum sebelumnya, mata Kurikulum 1994 dijelaskan
pelajaran tersebut memadukan pengertian PPKn sebagai berikut:
konsep Pendidikan Moral Pancasila “PPKn adalah wahana untuk
(PMP) dengan Pendidikan mengembangkan dan melestarikan
Kewargaan Negara (PKN). Istilah nilai luhur dan moral yang berakar
Pendidikan Moral Pancasila pada budaya bangsa Indonesia yang
74
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

diharapkan dapat diwujudkan dalam Walaupun kelihatannya baik, dalam


kehidupan sehari-hari siswa, baik pergumulan logika penetapan nama‖
sebagai individu maupun sebagai dari nama nilai-nilai tersebut
anggota masyarakat, warga negara cenderung seperti bermain-main
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang dengan angka-angka berapa banyak
Maha Esa” (Kepmendikbud No. butir nilai itu harus disusun”.
060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 Profil PPKn dalam Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP 1994 sebagai perluasan kajian P4 di
SD Mata Pelajaran PPKn). sekolah dapat dicermati dari ruang
Terkait pengertian tersebut, lingkup materinya mulai dari SD
Samsuri (2012) memaparkan bahwa hingga SMA yang mencakup nilai,
“Sudah dipastikan bahwa nilai luhur moral dan norma serta nilai-nilai
dan moral yang berakar pada budaya spiritual bangsa Indonesia dan
bangsa Indonesia‖ ialah nilai-nilai perilaku yang diharapkan terwujud
moral Pancasila. Persoalannya, nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
moral Pancasila yang mana? Dengan berbangsa dan bernegara
memperhatikan konteks politik ketika sebagaimana dimaksud dalam
itu tentu saja nilai moral Pancasila Pedoman Penghayatan dan
tersebut adalah butir-butir nilai moral Pengamalan Pancasila‖
yang dimuat dalam P4. Butir-butir (Kepmendikbud No. 060/U/1993 dan
nilai moral Pancasila terutama dalam Kepmendikbud No. 061/U/1993
mata pelajaran PPKn Kurikulum tanggal 25 Februari 1993).
1994 menggambarkan bagaimana h. Kurikulum 2004, “KBK
program pendidikan P4 melalui jalur (Kurikulum Berbasis
sekolah menemukan basis Kompetensi)”
legitimasinya. Materi PPKn dominan
nilai-nilai moral yang dijabarkan dari Sebagai pengganti kurikulum
36 butir nilai moral Pancasila dalam 1994 adalah kurikulum 2004, yang
P4. Penyusunan uraian materi PPKn disebut dengan Kurikulum Berbasis
sangat sarat dengan muatan tafsir Kompetensi (KBK). Sanjaya (2005)
rezim politik tentang Pancasila. menjelaskan bahwa “Suatu program
Keterlibatan BP7 dan Lembaga pendidikan berbasis kompetensi harus
Ketahanan Nasional dalam mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
penyusunan nilai-nilai moral pemilihan kompetensi yang sesuai;
Pancasila yang harus dimuat dalam spesifikasi indikator-indikator
Kurikulum PPKn menunjukkan evaluasi untuk menentukan
betapa pendidikan kewarganegaraan keberhasilan pencapaian kompetensi;
dalam wujud PPKn memiliki arti dan pengembangan pembelajaran.
strategis dalam pembentukan karakter KBK memiliki ciri-ciri sebagai
warga negara yang Pancasilais. berikut: Menekankan pada
75 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

ketercapaian kompetensi siswa baik dengan mata pelajaran IPS, menjadi


secara individual maupun klasikal, PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan
berorientasi pada hasil belajar dan Pengetahuan Sosial), sementara
(learning outcomes) dan di tingkat SMP dan SMA merupakan
keberagaman. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran yang berdiri sendiri.
menggunakan pendekatan dan Kurikulum Berbasis Kompetensi
metode yang bervariasi, sumber kewarganegaraan tampak telah
belajar bukan hanya guru, tetapi juga mengarah pada tiga komponen PKn
sumber belajar lainnya yang yang bermutu seperti yang diajukan
memenuhi unsur edukatif. Penilaian oleh Centre for Civic Education pada
menekankan pada proses dan hasil tahun 1999 dalam National Standard
belajar dalam upaya penguasaan atau for Civics and Government. Ketiga
pencapaian suatu kompetensi”. komponen tersebut yaitu civic
Struktur kompetensi dasar KBK ini knowledge (pengetahuan
dirinci dalam komponen aspek, kelas kewarganegaraan), civic skills
dan semester. Keterampilan dan (keterampilan kewarganegaraan), dan
pengetahuan dalam setiap mata civic disposition (karakter
pelajaran, disusun dan dibagi menurut kewarganegaraan).
aspek dari mata pelajaran tersebut. i. Kurikulum 2006, “KTSP
Pernyataan hasil belajar ditetapkan (Kurikulum Tingkat Satuan
untuk setiap aspek rumpun pelajaran Pendidikan)”
pada setiap level. Perumusan hasil
belajar adalah untuk menjawab Pelaksanaan KBK masih dalam
pertanyaan, “Apa yang harus siswa uji terbatas, namun pada awal tahun
ketahui dan mampu lakukan sebagai 2006, uji terbatas tersebut dihentikan.
hasil belajar mereka pada level ini?”. Dan selanjutnya dengan terbitnya
Hasil belajar mencerminkan permen nomor 24 tahun 2006 yang
keluasan, kedalaman, dan juga mengatur pelaksanaan permen nomor
kompleksitas kurikulum dinyatakan 22 tahun 2006 tentang standar isi
dengan kata kerja yang dapat diukur kurikulum dan permen nomor 23
dengan berbagai teknik penilaian. tahun 2006 tentang standar kelulusan,
Setiap hasil belajar memiliki lahirlah kurikulum 2006 yang pada
seperangkat indikator. Perumusan dasarnya sama dengan kurikulum
indikator adalah untuk menjawab 2004. Perbedaan yang menonjol
pertanyaan, “Bagaimana kita terletak pada kewenangan dalam
mengetahui bahwa siswa telah penyusunannya, yaitu mengacu pada
mencapai hasil belajar yang jiwa dari desentralisasi sistem
diharapkan?” pendidikan. “Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar
Adapun pada tahun 2004 kompetensi dan kompetensi dasar,
kurikulum PKn SD diintegrasikan
76
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

sedangkan sekolah dalam hal ini guru membentuk diri berdasarkan


dituntut untuk mampu karakterkarakter masyarakat
mengembangkan dalam bentuk Indonesia agar dapat hidup bersama-
silabus dan penilaiannya sesuai sama dengan bangsa lain, (4)
dengan kondisi sekolah dan Berinteraksi dengan bangsa-bangsa
daerahnya. Hasil pengembangan dari lain dalam percaturan dunia secara
semua mata pelajaran, dihimpun langsung atau tidak langsung dengan
menjadi sebuah perangkat yang memanfaatkan teknologi informasi
dinamakan Kurikulum Tingkat dan komunikasi (Budimansyah, 2010,
Satuan Pendidikan (KTSP)” pp. 121–122).
(Alhamuddin, 2014). Adapun j. Kurikulum 2013 dan 2013
penyusunan KTSP menjadi tanggung Revisi
jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah Pemerintah melakukan pemetaan
dan wilayah setempat. kurikulum berbasis kompetensi yang
pernah diujicobakan pada tahun 2004
Dalam konteks PPKn, di tahun (curriculum based competency).
2006, perubahan kurikulum dari KBK Kompetensi dijadikan acuan dan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan pedoman bagi pelaksanaan
Pendidikan (KTSP). Dalam pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum ini PKn di sekolah dasar berbagai ranah pendidikan;
tidak lagi terintegrasi dengan mata pengetahuan, keterampilan, dan sikap
pelajaran IPS, melainkan berdiri dalam seluruh jenjang dan jalur
sendiri menjadi mata pelajaran PKn. pendidikan, khususnya pada jalur
Demikian pula pada tingkat SMP dan pendidikan sekolah.
SMA PKn menjadi mata pelajaran
yang berdiri sendiri. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada
Pada kurikulum tahun 2006 ini pemerolehan kompetensi-kompetensi
mata pelajaran Pendidikan tertentu oleh peserta didik. Oleh
Kewarganegaraan (PKn) memiliki
karena itu, kurikulum ini mencakup
tujuan agar peserta didik memiliki
sejumlah kompetensi dan seperangkat
kemampuan; (1) berpikir kritis,
tujuan pembelajaran yang dinyatakan
rasional dan kreatif dalam
sedemikian rupa, sehingga
menanggapi isu kewarganegaraan, (2) pencapaianya dapat diamati dalam
berpartisipasi secara aktif dan bentuk perilaku atau keterampilan
bertanggungjawab, bertindak secara peserta didik sebagai suatu kriteria
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
berbangsa, dan bernegara, serta anti perlu diarahkan untuk membantu
korupsi, (3) berkembang secara peserta didik menguasai sekurang-
positif dan demokratis untuk
kurangnya tingkkat kompetensi
77 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

minimal, agar mereka dapat mencapai Kewarganegaraan di Indonesia, yang


tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. semula menggunakan istilah
Sesuai dengan konsep belajar tuntas Pendidikan Kewarganegaraan atau
dan pengembangan bakat. Setiap yang lebih dikenal dengan sebutan
peserta didik harus diberi kesempatan PKn berubah kembali menjadi
untuk mencapai tujuan sesuai dengan Pendidikan Pancasila dan
kemamapuan dan kecepatan belajar Kewarganegaraan atau yang lebih
masing-masing (Mulyasa, 2013: 68). dikenal dengan sebutan PPKn.
Tema utama kurikulum 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang
adalah menghasilkan insan Indonesia dilakukan oleh Setiawati (2016, p. 70)
yang produktif, kreatif, inovatif, bahwa perubahan nomenklatur
afektif, melalui pengamatan sikap, didasarkan pada sejumlah masukan
keterampilan, dan pengetahuan yang penyempurnaan pembelajaran PKn
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal menjadi PPKn yang mengemuka
tersebut, dalam implementasi dalam lima tahun terakhir, antara lain:
kurikulum, guru dituntut secara (1) secara substansial, PKn terasa
profesional merancang pembelajaran lebih dominan bermuatan
secara efektif dan bermakna, ketatanegaraan sehingga muatan nilai
mengorganisir pembelajaran, dan moral Pancasila kurang mendapat
memilih pendekatan pembelajaran penekanan yang proporsional; (2)
yang tepat, menentukan prosedur secara metodologi, ada
pembelajaran dan pembentukan kecenderungan pembelajaran yang
kompetensi secara efektif, serta mengutamakan pengembangan ranah
menetapkan kriteria keberhasilan sikap (afektif), ranah pengetahuan
(Kementerian Pendidikan dan (kognitif), sedangkan ranah
Kebudayaan, 2013). keterampilan (psikomotorik) belum
dikembangkan secara optimal dan
Adapun pada kurikulum 2013 ini,
utuh (koheren). Dengan ruang
Secara yuridis formal Kurikulum
lingkup materi pembahasan mengenai
2013 berpijak pada Undang-Undang
Pancasila, sebagai dasar negara,
Sistem Pendidikan Nasional Nomor
ideologi, dan pandangan hidup
20 Tahun 2003, namun dalam
bangsa, UUD 1945 sebagai hukum
pelaksanaannya didasarkan pada
dasar tertulis yang menjadi landasan
Peraturan Pemerintah Nomor 32
konstitusional kehidupan
Tahun 2013 tentang Perubahan atas
bermasyarakat, berbangsa, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19
bernegara, Negara Kesatuan Republik
Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Indonesia, sebagai kesepakatan final
Pendidikan. Perubahan kurikulum
bentuk Negara Republik Indonesia,
tersebut berdampak pula terhadap
mata pelajaran Pendidikan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud
filosofi kesatuan di balik
78
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

keberagaman kehidupan sangat menarik yaitu di poin 2 dan 3,


bermasyarakat, berbangsa, dan utamanya terkait dengan PPKn,
bernegara (Santoso, dkk., 2015). bahwa adanya penguatan
Adaapun pada K13 revisi, terkait keberagaman sebagai esensi, berupa
dengan substansi PPKn tidak begitu “keberagaman minat dan kemampuan
signifikan perubahannya. yang dimiliki siswa menjadi alasan
paling kuat agar pengukuran kinerja
k. Kurikulum 2020 “Merdeka
siswa tidak boleh dinilai hanya
Belajar”
menggunakan angka-angka
Pada prinsipnya, terkait dengan pencapaian akademik, tetapi juga
Kurikulum Merdeka Belajar 2020 ini, berbagai macam aktivitas lain atau
didasari oleh Permendikbud No. 3 ekstrakurikuler”. Kearifan lokal juga
Tahun 2020 Tentang SN-Dikti. merupakan unsur penting dalam
Mendikbud di Era ini (Nadiem pembelajaran. Setiap siswa akan lebih
Makariem) menjadi tokoh penggagas memahami materi bila menggunakan
terkait dengan wacana merdeka konteks lokal. “Setiap murid akan
belajar, utamanya di Perguruan melihat semua mata pelajaran dan
Tinggi. Menurut Nadiem, semua materi dalam konteks”.
Kemendikbud menyiapkan strategi Kemudian terkait dengan profil
yang tidak akan keluar dari esensi pelajar Pancasila, Dalam kesempatan
pendidikan, yakni kualitas guru. Guru yang sama, Mendikbud Nadiem
tidak akan mungkin bisa digantikan menjelaskan salah satu mandat yang
teknologi. Teknologi adalah alat diberikan Presiden adalah
bantu guru meningkatkan potensi penyesuaian kurikulum yang
mereka dan mencari guru-guru bertujuan mewujudkan profil para
penggerak terbaik serta memastikan pelajar di Indonesia. Kemendikbud
mereka bisa menjadi pemimpin- telah menetapkan enam indikator
pemimpin pembelajaran dalam sebagai profil pelajar Pancasila.
sekolah-sekolah di seluruh Indonesi. Adapun enam profil tersebut adalah
Dikutip dari laman pertama, bernalar kritis agar bisa
kemendikbud.go.id, Mendikbud memecahkan masalah. Hal ini
Nadiem Makarim menjelaskan berhubungan dengan kemampuan
setidaknya tiga poin utama dalam kognitif. Kedua, kemandirian, yaitu
gagasan merdeka belajar, yaitu siswa secara independen termotivasi
tekonologi untuk akselerasi, meningkatkan kemampuannya, bisa
keberagaman sebagai esensi, dan mencari pengetahuan serta
profil pelajar Pancasila. Tentu saja, termotivasi. Ketiga, adalah kreatif, di
poin pertama terkait dengan mana siswa bisa menciptakan hal
perkembangan teknomogi, informasi, baru, berinovasi secara mandiri, dan
dan komunikasi. Namun ada hal yang
79 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

mempunyai rasa cinta terhadap proses perkembangan cukup panjang.


kesenian dan budaya. Dimulai dari ertama muncul tahun
1957 dengan nama civics
Keempat, gotong-royong, di mana
(kewarganegaraan) Tahun 1959 di
siswa mempunyai kemampuan
introdusir pelajaran civics dengan
berkolaborasi yang merupakan
“Civics Manusia Indonesia Baru” dan
softskill utama yang terpenting di
“Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi
masa depan agar bisa bekerja secara
(TUBAPI) sebagai buku sumber,
tim. Kelima, kebinekaan global yang
merupakan upaya agar siswa tahun 1962 istilah civics diganti
dengan Kewargaan Negara, tahun
mencintai keberagaman budaya,
agama dan ras di negaranya serta 1968 Kewargaan Negara di ganti
dengan Pendidikan Kewargaan
dunia, sekaligus menegaskan mereka
Negara. Tahun 1975 Pendidikan
juga warga global. Keenam,
Kewargaan Negara di ganti dengan
berakhlak mulia. Di sinilah moralitas,
PMP (Pendidikan Moral Pancasila),
spiritualitas, dan etika berada. "Sudah
tahun 1978 sangat dominannya materi
pasti pendidikan karakter akan
P-4 dalam PMP. Tahun 1984 masih
menjadi salah satu pilar inti," tegas
dengan nama PMP, tahun 1994 di
Mendikbud. Project based learning
ganti dengan nama PPKn. Tahun
menjadi salah satu metode melatih
1999 materi P-4 dicabut. Era
jiwa gotong royong dan kreativitas
reformasi di rubah dengan Pendidikan
siswa. “Bukan hanya dengan
Kewarganegaraan (PKn), yang
membaca materi lalu diuji, melainkan
kemudian pada tahun 2013 kembali
juga untuk menciptakan karya. Oleh
lagi menjadi PPKn.
karena itu saya mempunyai motto,
kalau kita ingin melakukan Perkembangan kurikulum
transformasi pembelajaran di dalam PPKn di Indonesia berkembang
suatu ruang kelas maka harus banyak secara dinamis ini pada prinsipnya
tanya, banyak coba, banyak karya” disesuaikan dengan kebutuhan serta
(https://www.kemdikbud.go.id/main/ visi-misi dari pemerintah yang
blog/2020/05/reformasi-pendidikan- mempengaruhi dalam pembentukan
nasional-melalui-merdeka-belajar) kebijakan kurikulum pendidikan di
Indonesia. Tetapi dalam
pelaksanaannya terdapat kekuatan
SIMPULAN DAN SARAN yang menjadi fondasi dalam
A. Simpulan pelaksanaan mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan
Perkembangan kurikulum
Kewarganegaraan, yaitu Pancasila,
PPKn terjadi sangat dinamis, dalam
UndangUndang Dasar Negara
hal secara normative nomenklatur
Republik Indonesia Tahun 1945,
maupun sibstansi, PPKn mengalami
politik, hukum, nilai, moral, kearifan
80
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

lokal, dan kebhinekaan dalam


berkebudayaan. B. Saran
Begitu dinamisnya Seperti yang telah peneliti
perkembangan kurikulum khususnya jelaskan pada simpulan, bahwa
di bidang PPKn, ini tidak lepas dari sebagai akademisi bidang PPKn,
perkembangan situasi politik hukum sudah sepatutnya ada antusiasme dan
negara Indonesia. Bahkan, Samsuri respons yang cepat terkait dengan
(2012) memaparkan bahwa “besarnya adanya perkembangan kurikulum
kepentingan rezim kekuasaan
PPKn. Oleh sebab itu, peneliti
terhadap pendidikan kewarganegara- menyarankan kepada akademisi pada
an model PMP tersebut,
umumnya, dan akademisi bidang
mengakibatkan terjadinya PPKn pada khususnya, untuk terus
reduksionisme misi mata kajian itu mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam kerangka membentuk warga pada kurikulum di Indonesia. Seperti
negara yang baik. Reduksi itu nampak yang telah peneliti paparkan di artikel
Ketika pendidikan Pancasila yang ini, perubahan kurikulum terjadi
dieksplisitkan dengan label PMP, sangat dinamis dan cepat, hamper
seakan-akan menjadi satusatunya semua subjek mata pelajaran terkena
mata pelajaran yang harus dampak akan perubahan yang
bertanggung jawab terhadap dinamis ini, termasuk bidang PPKn.
pembentukan karakter warga negara, Oleh sebab itu, akademisi bidang
khususnya kepada generasi muda”. PPKn seharusnaya menjadi kaum
Bagi akademisi, khususnya di yang paling awal untuk mengawal
bidang PPKn, sudah sepatutnya kita dan mengikuti proses perkembangan
peduli dan terus menganalisis ini.
bagaimana perkembangan bidang
kajian PPKn baik secara normatif,
maupun substantif.
81 Raharjo: analisis perkembangan kurikulum ppkn: dari rentjana pelajaran …

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, dan Peraturan Perundang-undangan:


Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum Di Indonesia (Studi Analisis Kebijakan
Pengembangan Kurikulum). Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober
2014.
Aman, Sofyan, dkk. 1982. Pedoman Didaktik Metodik Pendidikan Moral Pancasila
untuk para Guru SD, SLTP dan SLTA, Jakarta: PN Balai Pustaka.
Budimansyah, D. 2010. Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk
membangun karakter bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Danial A.R. Nanan. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.
Darmodiharjo, D. 1980. Orientasi Singkat Pancasila‖ Laboratorium Pancasila
IKIP Malang. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Daulay, Haidar Putra. 2001. Historitasdan Eksistensi Pesantren Sekolah dan
Madrasah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hamalik, Oemar. 2004. Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs
Unversitas Pendidikan indonesia (UPI).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Desain Induk Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Draft Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Kepmendikbud No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 Kurikulum Pendidikan
Dasar, GBPP SD Mata Pelajaran PPKn
M. Asri. 2017. Dinamika Kurikukum di Indonesia, MODELING: Jurnal Program
Studi PGMI Volume 4, Nomor 2, September 2017.
Machali, Imam & Ara Hidayat. 2016. The Handbook of Education Management:
Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Nahrawi, Amirudin. 2008. Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Yogyakarta:
Gama Media.
Permendikbud nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
S. Nasution. 1995. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Samsuri. 2012. Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : Dari
Politik Rezim ke Politik Negara untuk Membangun Warga Negara Ideal.
Makalah disajikan di Seminar Nasional Menyongsong Kurikulum
82
PKn Progresif, Vol. 15 No. 1 Juni 2020

Nasional,‖ Pengurus Pusat IKAPI, Aula Perpustakaan Nasional Jakarta, 29


Oktober 2012
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santoso, G., Al Muchtar, S., & Abdulkarim, A. (2015). Analysis SWOT Civic
Education curriculum for senior high school year 1975-2013. CIVICUS:
JURNAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, 19(1).
Schubert. 1986. Curriculum Prespective, Paradigm, and Posibility. New York.
McMillan Publishing Company.
Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:
Rosda Karya.
Stratemeyer, Florence., B, Forkner,HL., McKim, GM. 1947. Developing a
Curriculum for Modern Living. Columbia: Bureau of Publication, Teacher
College.
Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara.

Internet:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/reformasi-pendidikan-nasional-
melalui-merdeka-belajar)

Anda mungkin juga menyukai