Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Putu Savitrya Maheswari

NIM : 23041140045
Matkul : Filsafat Pendidikan Kewarganegaraan

Tugas Pertemuan 2

Kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan penguatan karakter sudah terencana sejak
Indonesia merdeka. Pada awal kemerdekaan pemerintah Indonesia pernah merencanakan
program “nation and charater building” walaupun pada saat itu program ini tidak berjalan
maksimal. Tahun 1960 di sekolah-sekolah sudah terdapat mata pelajaran budi pekerti, dan
agama. Masa orde baru kebijakan terkait penguatan karakter ditandai dengan adanya pelajaran
PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan kegiatan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan
Penagamalan Pancasila) yang dilaksanakan secara nonformal bagi masyarakat. Setelah masa
reformasi PMP diubah menjadi Pkn (Pendidikan Kewarganegaraan). Banyak perubahan-
perubahan kebijakan pendidikan yang dari masa ke masa menyesuaikan dengan situasi dari
zaman tersebut. Kebijakan pendidikan yang menekankan pada penguatan karakter saat ini yang
populer adalah Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sebab dari pendidikan karakter ini penting
karena kebanyakan lembaga pendidikan hanya meluluskan dengan intelektual yang memadai,
mereka memiliki nilai tinggi cerdas, cepat dalam mengerjakan soal tetapi disamping itu mereka
tidak mempunyai prilaku cerdas serta mental kepribadian yang kurang baik. Padahal tujuan
pendidikan adalah menjadikan manusia yang berkarakter, manusia mulia, manusia yang
manusiawi. Dari argumen tersebut ini membuktikan betapa pentingnya penguatan karakter
bagi peserta didik di lingkungan formal, agar tujuan dari pendidikan tercapai.

Penguatan nilai karakter di sekolah dari mulai Indonesia merdekan hingga saat ini
mengalami banyak perubahan seperti yang telah di cantumkan pada penjelasan sebelumnya.
Pada awal kemerdekaan terdapat program “nation and charater building”, tahun 1960
pelajaran budi perkerti masuk dalam pendidikan formal, pada masa orde baru terdapat mata
pelajaran PMP, setelah reformasi berubah menjadi PPKn, kemudian diubah dengan PKn, dan
di tahun 2022 menjadi Pendidikan Pancasila. Perubahan-perubahan tersebut merupakan bentuk
dari keterbukaan, dan fleksibelitas dari pendidikan di Indonesia, serta senantiasa mengikuti
perkembangan zaman. Karenanya menurut penulis, filsafat yang sesuai dengan kondisi
pendidikan di Indoensia adalah filsafat pedidikan Progresifisme, dimana aliran ini menentang
sistem pendidikan kuno yang terkesan kaku, dan tidak berkembang sehingga menjadikan
kegiatan pembelajarannya menjadi pasif. Peserta didikpun tidak mampu mengeksplore
keingintahuannya. Filsafat pendidikan Progresifisme terkenal dengan keterbukaanya terhadap
perubahan, toreleran dan fleksibel. Pendidikan bagi aliran ini memandang bahwa proses
penggalian pengalaman secara terus-menerus, dan yang menjadi pendidik harus sipa sedia
mengubah metode dan kebijakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
menyesuaikan dengan perkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan bagaimana
lingkungan di sekitarnya.

Mata pelajaran PPKn menjadi upaya untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah
banyak mengalami perubahan, hal ini terjadi karena pergantian kurikulum yang kerap terjadi
di Indonesia. Misalnya pada masa kurikulum pendidikan tahun 2013 (kurtilas), secara yuridis
kurikulum ini ada untuk menjawab perkembangan dan tantangan di masa depan, persepsi dari
masyarakat, perkemangan pengetahuan pedagogik, kompetensi masa depan, serta
mengahadapi fenomena-fenomena negatif, mata pelajaraan PPkn pada kurikulum ini
cenderung tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya yakni KTSP, dan materi yang
disampaikan juga tidak jauh berbeda. Sedangkan kurikulum merdeka dibuat jauh berbeda
dengan kurikulum sebelumnya, administrasi guru yang biasa digunakan di kurikulum
sebelumnya mengalami perkembangan di kurikulum merdeka, setidaknya ada 3 hal yang
menjadi poin utama dalam gagasan dari kurikulum ini yakni, teknologi digunakan untuk
akselerasi, keberagaman sebagai esensi dan Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum merdeka
menuntuk guru untuk menjadi fasilitator pada proses pembelajarannya, mendatangkan
perkembangan teknologi dalam kelas, mengembangkan metode dan strategi belajarnya.
fenomena yang terjadi antara kedua kurikulum tersebut sudah menjelaskan bahwa pendidikan
di Indonesia senatiasa berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman,
pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah sebabnya penulis berpendapat bahwa
aliran pendidikan yang digunakan negara kita cocok dengan filsafat pendidikan Progresivisme
yang menginginkan adanya perubahan dan perkembangan.

Daftar Pustaka

Buchori MS, Tulus Budi Swadayani. 2014. “Implementasi Program Pendidikan Karakter di
SMP”. Jurnal Pendidikan Karakter. 5(3), 235-236.

Shalahudin Ismail, Suhana, Qiqi Yuliati Zakiyah. 2021, “Analisis Kebijakan Penguatan
Pendikan, Karakter dalam Mewujudkan Pelajar Pancasila di Sekolah”. Jurnal Mahagemen
Pendidikan dan Ilmu Sosial. 2(1), 76-77.
Bambang Yuniarto, Marwah, Maryono, Amar Habibi. 2022 “Pendidikan Pancasila dalam
Kurikulum Merdeka”. Jurnal Sosial dan Sains. (2)11, 1173-1174.

Anda mungkin juga menyukai