Disusun oleh:
1. OKTAVIANI (NIM/857010636)
2. MISBAHUL MUNIR (NIM/857016329)
3. MELY HARTATI (NIM/857009473)
4. MAYA PUSPITA SARI (NIM/857016336)
5. MARLIANA JULIANA SAPUTRI (NIM/857010295)
S-1 PGSD BI
POKJAR ADEEBA KOTABUMI
UPBJJ BANDAR LAMPUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran PKn bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan : (1) berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara bermutu
dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya; dan (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Dalam pelaksanaan pengajaran PKn haruslah diciptakan kondisi pembelajaran PKn yang
aktif dan kreatif dengan memaksimalkan berbagai sarana dan prasarana yang ada. Ditegaskan
dalam KTSP bahwa cara menyajikan pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana
penunjang yang ada seperti perpustakaan, alat peraga, media pembelajaran dan sebagainya.
Selain hal-hal tersebut juga dituntut kreativitas dari seorang guru yang baik, yang mampu
menyampaikan materi pengajaran yang baik melalui metode atau strategi belajar yang
relevan dengan menggunakan metode yang sesuai, maka proses pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa.
Terkait dengan tuntutan kurikulum saat ini, kondisi yang harus tercapai adalah pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efekif, menyenangkan, gembira dan berbobot, serta dengan
memadukan mata pelajaran lainnya ke dalam pembelajaran PKn. Dengan demikian,
diharapkan siswa dapat menerima transfer ilmu yang diberikan oleh guru dengan maksimal
dan dapat memberikan respon aktif dalam proses pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa
proses belajar siswa merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur
menarik atau tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru. Sebagai
seorang guru sudah selayaknya dapat mendayagunakan seluruh kemampuannya guna
mewujudkan kondisi pembelajaran yang diharapkan. Seorang guru dituntut untuk dapat
memahami dan mengerti tujuan dari kurikulum yang berlaku saat ini. Memiliki strategi
pembelajaran yang baik, menguasai berbagai metode pembelajaran, dan dapat menggunakan
media pembelajaran dengan maksimal, sehingga dalam pembelajaran PKn, siswa dapat
menunjukkan aktivitas belajar yang maksimal pula. Untuk menunjang tercapainya tujuan
tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Kualitas dan keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru memilih dan
menggunakan model pembelajaran.
Menurut John Dewey dalam Syaefuddin Sa’ud dkk. (2006: 4), istilah pembelajaran terpadu
berasal dari kata “integrated teaching and learning” atau “integrated curriculum approach”
yang merupakan pendekatan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok
bahasan (Beane dalam Syefuddin Sa’ud, 2006: 6). Dibutuhkan suatu tema atau topik
pemersatu dari beberapa pokok bahasan tersebut. Pembelajaran terpadu sangat diperlukan
terutama untuk SD, karena pada jenjang ini siswa menghayati pengalamannya masih secara
totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial (Richmond dalam
Syaefuddin Sa’ud, 2006: 5).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, penulis merumuskannya sebagai berikut:
1. Dari segi teoritis, makalah ini bermanfaat sebagai penguat dan penjelas terhadap teori
yang sedang berkembang saat ini. Orang yang mengkaji teori adakalanya mengalami
kendala dalam memahami bahasa dari uraian teori tersebut, tergantung dari
perbendaharaan bahasa orang tersebut. Makalah ini menggunakan bahasa yang
sederhana dengan tujuan untuk memudahkan dan memperjelas teori agar mudah
dipahami.
2. Dari segi praktis, makalah ini bermanfaat sebagai acuan sederhana bagi guru untuk
melaksanakan praktik mengajar pada pendidikan dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang
memiliki karakter berbeda dengan mata pelajaran lain. Walaupun PKn termasuk kajian ilmu
sosial namun dari sasaran / tujuan akhir pembentukan hasil dari pelajaran ini mengharapkan
agar siswa sebagai warga negara memiliki kepribadian yang baik, bisa menjalankan hak dan
kewajibannya dengan penuh kesadaran karena wujud cinta atas tanah air dan bangsanya
sendiri sehingga tujuan NKRI bisa terwujud.
Setiap negara pasti memiliki tujuan, hanya warga negara yang baiklah yang dapat mencapai
tujuan tersebut. Oleh karena itu PKn memiliki peran yang sangat besar untuk membentuk
siswa menjadi warga negara yang bisa mengemban semua permasalahan negara dan
mencapai tujuan negaranya.
Keberadaan PKn dengan karakteristik seperti ini mestinya menjadi perhatian besar bagi
masyarakat, komponen pendidik dan negara. Hal ini disebabkan karena PKn banyak
mengajarkan niai-nilai pada siswanya. Nilai-nilai kebaikan, kebersamaan, pengorbanan,
menghargai orang lain dan persatuan ini jika di tanamkan dalam diri siswa bisa menjadi
bekal yang sangat berharga dalam kehidupan pribadi maupun berbangsa dan bernegara.
Siswalah yang akan menjadi cikal bakal penerus bangsa dan yang akan mempertahankan
eksistensi negara maka dari itu mereka sangat memerlukan pelajaran PKn dalam konteks
seperti ini.
John J. Patrick dalam tulisan ‘Konsep inti PKn’ mengatakan PKn memiliki kriteria dimana
diartikan berkenaan dengan kepentingan warga negara. Ada 4 kateori yaitu pengetahuan
kewarganegaraan dan pemerintahan, keahlian kognitif warga negara, keahlian partisipatori
dan kebaikan pendidika kewarganegaraan. Jika empat kategori ini hilang dari kurikulum PKn
makan PKn dapat dianggap cacat.
Walaupun pemerintah sudah memberi perhatian besar pada pelajaran PKn, semua itu tidak
akan cukup jika komponen pendidik, siswa, orang tua, dan masyarakat tidak berpadu untuk
bekerjasama menjalankan inti pelajaran PKn ini. Berkaitan dengan kandungan nilai-nilai
dalam PKn saja misalnya, banyak guru yang luput mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada
saat mengajar karena terburu dengan meteri sesuai kurikulum, siswa belajar hanya orientasi
materi sehinggacivic intelligent saja yang terpenuhi. Meskipun materi PKn saat ini tidak
banyak mencantumkan secara konkret nilai-nilai kehidupan dalam silabus pengajaran,
semestinya guru mampu berperan memasukan nilai-nilai ini sebagai hiden curicullumbagi
siswa.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi;
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
dan
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn secara umum telah
mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi aspek keilmuan, tujuan
pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang
bersifat interdisipliner terutama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat
interdisipliner ini menjadikan PKn jelas batang keilmuannya (body of knowledge).
Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin
Saripuddin Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian
berikut ini.
a. Komponen pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi pelajaran
PKn yang harus dicapai peserta didik.
b. Komponen keterampilan kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan bersifat
partisipatoris dan kemampuan intelektual.
c. Komponen watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions) seperti bertanggung
jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan;
rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau mendengarkan, bernegosiasi dan
berkompromi untuk mencapai kebaikan publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan.
Jika dipilah-pilah dari kedelapan pokok ke dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasarnya, maka dimensi pembelajarannya mencakup aspek kajian (1) Politik Kenegaraan; (2)
Hukum dan Konstitusi; dan, (3) Nilai Moral Pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup
kajian tersebut secara rinci dijabarkan sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum
dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah
dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat
demokrasi.
g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
Pengertian pembelajaran terpadu menurut Tim Pengembang PGSD (2001; 8) dapat dilihat
sebagai:
a. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang
studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
c. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
d. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang
berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang dipadukan dari konsep, materi,
mata pelajaran, bahkan sikap dan perilaku terkait yang dijadikan suatu tema, dan tema-tema
tersebut tidak dipilih-pilih antar bidang studi.
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: (1) Meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna; (2) Mengembangkan keterampilan menemukan,
mengolah, dan memanfaatkan informasi; (3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan
baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; (4) Menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat
orang lain; (5) Meningkatkan minat dalam belajar; dan (6) Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
a. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan
bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-
konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini
akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan
belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
c. Otentik
d. Aktif
Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri
pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut :
a. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala
sisi.
b. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.
c. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan discoveri-inquiri.
Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung
dapat memotivasi anak untuk belajar.
Contoh:
Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari,
misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman
langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas serta memahami materi yang
dipelajari.
Contoh:
d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat
dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang
dipelajari siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari
kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa
yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-
konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Siswa belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode bermain peran. Ada yang
berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain permain peran tersebut, terjadi
interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam berinteraksi sebagai penjual dan pembeli
terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik
(mata belajaran Bahasa Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-
menawar) termasuk dalam mata pelajaran IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara
penjual dan pembeli termasuk dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam kegiatan
pembelajaran tersebut terdapat kebermaknaan antar konsep mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran lain.
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu
bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar. Dalam mengaitkan beberapa
bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam
pelajaran olahraga, siswa sedang bermain bola. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi
gravitasi bumi, guru membahas kembali kegiatan ketika olah raga. Guru menanyakan
mengapa bola dilempar akan jatuh ke tanah?
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar
menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Ada tiga model pembelajaran terpadu, namun di sini kita bahas tiga model, yaitu
model webbed, model connecteddan model integrated.
Pembelajaran terpadu model connected, hanya memadukan topik-topik yang hampir sama
dalam satu mata pelajaran saja. Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran
keterhubungan sebagai berikut : (1) Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus,
(2) Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan tema-tema yang lain, (3) Tema-
tema tersebut diorganisasikan pada tema induk seperti pada gambar di atas yang cakupannya
lebih luas, (4) Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema di atas, (5) Guru
mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, (6) Dengan bimbingan guru siswa
membentuk kelompok kecil, (7) Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk
mengerjakan pertanyaan yang telah disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari guru,
(7) Guru memberikan kesimpulan, penegasan, evaluasi secara tertulis dan sebagai tindak
lanjut guru menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu
depan.
Dalam model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir sama dari
beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang
berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai
berikut.: (1) Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila,
dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata
pelajaran/bidang Studi, (2) Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema
matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam
perumusan Pancasila supaya tidak over lapping, (3) Guru menjelaskan tema-tema yang
terkait sehingga materinya lebih luas, (4) Guru memilih konsep atau informasi yang bisa
mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-
prinsip pembelajaran terpadu.
1) Aspek Guru
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”,
baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai),
kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif danelaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak
dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi,
maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4) Aspek kurikulum
5) Aspek penilaian
6) Suasana pembelajaran
7) Aspek Kultural
Keterbatasan kultural bangsa ini yang mendorong setiap pejabat untuk mengontrol
mengakibatkan para guru tergantung, sementara guru yang berinisiatif harus membentur
berbagai regulasi.
Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dilihat dari hakikat dan sifa-sifat sebagai
program pendidikan memang telah memiliki sifat-sifat keterpaduan. Pendidikan
Kewarganegaraan sendiri adalah mata pelajaran yang memang merupakan gabungan dari dua
mata pelajaran, atau bidang studi yang sebelumnya dikenal dengan bidang studi Pendidikan
Moral Pancasila dan bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan yang dalam mata pelajaran ini dinamakan Pendidikan Pancasila, muatan
utamanya memang adalah nilai-nilai moral Pancasila, sedangkan Pendidikan
Kewarganegaraan yang menurut Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1968 adalah gabungan
antara ilmu bumi, sejarah dan civicsmemang telah memiliki unsur-unsur keterpaduan bahkan
jika dihubungkan dengan tradisi pengajaran Studi Sosial. Itu berarti bahwa guru mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus mengimplementasikan konsep pembelajaran
terpadu dalam proses belajar mengajarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Artikel
http://www.paklativi.com/2014/03/ruang-lingkup-kajian-dan-tujuan-pembelajaran-pkn-di-sd-
mi.html
http://www.andreanperdana.com/2013/04/pengertian-pembelajaran-terpadu-ciri.html
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-
JOHAR_PERMANA/Pembelajaran_Terpadu.pdf
http://rohimzoom.blogspot.com/2014/01/desain-model-pembelajaran-pkn-sdmi.html
http://digilib.unila.ac.id/849/7/BAB%20I.pdf
https://boejankbta.wordpress.com/2010/10/24/model-pembelajaran-terpadu-pada-pkn-di-
sekolah-dasar/
https://prezi.com/k9d5j_nh6oe7/model-pembelajaran-pkn-di-sd-kelas-rendah/
Email This