Anda di halaman 1dari 9

Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 20, No.

1, Maret 2018: 86 - 94
ISSN 1411 - 0903 : eISSN: 2443-2660

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN


DI KABUPATEN BANDUNG

Encang Saepudin, Ninis Agustini Damayani, dan Agung Budiono


Fakulta Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
E-mail: encang@unpad.ac.id

ABSTRAK. Penelitian ini mengkaji tentang Partisipasi Masyarakat Pada Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bandung.
Dengan menggunakan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket, wawancara, Focus Group Discussion,
observasi, dan studi pustaka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan evaluasi. Penelitian ini bermanfaat sebagai sebuah bentuk evaluasi program terutama terhadap
implementasi kebijakan pemerintah. Selain itu, sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Bandung terutama Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) dalam mengiplementasikan program desa mandiri pangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan evaluasi dapat dikategorikan
positif artinya partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan statistik yang menggambarkan bahwa
nilai median lebih kecil dari nilai skor dan nilai skor lebih kecil dari nilai kuartil III. Berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada program desa mandiri pangan dii kabupaten bandung adalah positif.

Kata kunci: Partisipasi, masyarakat, desa mandiri pangan, pangan

PARTICIPATION OF COMMUNITIES TOWARD THE VILLAGE FOOD INDEPENDENT PROGRAM


IN BANDUNG REGENCY

ABSTRACT. This study examines the Participation of the Community towards the Village Food Independent Program in Bandung
Regency. By using descriptive method and data collecting technique through questionnaires, interview, Focus Group Discussion,
observation, and literature study, this study aims to determine the level of community participation in the planning, implementation,
benefit, and evaluation phases. This research is useful as a form of program evaluation especially on the implementation of government
policy. In addition, it is also an input for the government of Bandung Regency, especially Food Security Agency and Executing Agency
(BKPPP) in implementing the village independent food program. The results showed that the community participation both in the
planning, implementation, benefit, and evaluation phases can be categorized as positive, which mean that the community participation
is considered adequately active. This is based on the results of statistical calculations which illustrate that the median value is less than
the score and the score is smaller than the value of quartile III. Based on the results of data processing, this study can conclude that the
community participation towards the program of independent village food in Bandung Regency is positive.

Keywords: Participation, society, food independent village, food

PENDAHULUAN kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan


gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif
Menurut Sartono Kartodirjo dalam Hari Poerwanto dari hari kehari, melalui pengembangan sistem ketahanan
(2000:197), mengemukakan bahwa sebagian besar pangan yang meliputi subsistem ketersediaan, subsistem
masyarakat desa di Indonesia diliputi oleh sindrom distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan
kemiskinan dan sindrom enersia. Sindrom kemiskinan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. (Pangan, B.
memiliki dimensi yang amat kompleks dan satu dengan K. 2006), (Indonesia, B. K. P. R. 2011). Dalam Peraturan
yang lainnya saling berkaitan, misalnya dalam bentuk Menteri Pertanian Nomor : 25/Permentan/Ot.140/2/2010
tingkat produktivitas yang rendah, pengangguran, kurang disebutkan bahwa pemerintah melalui Badan Ketahanan
gizi dan derajat kesehatan yang buruk, tingkat morbiditas Pangan Kementerian Pertanian, sejak tahun 2006 telah
dan buta huruf yang tinggi. Sementara itu sindrom meluncurkan Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Proksi
enersia terwujud pada sikap fatalisme, passivisme, rasa Desa Mapan). Dari program ini diharapkan masyarakat
saling ketergantungan yang tinggi, kehidupan serba desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
mistik dan sebagainya. Jika dikaji lebih lanjut, kedua ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani
jenis sindrom tadi diakibatkan oleh berbagai faktor yang hidup sehat dan produktif dari hari ke hari, secara
saling berkaitan, antara lain ketimpangan pemilikan dan berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui proses
distribusi tanah, pelapisan sosial yang rancu, kurangnya pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi
pemanfaatan sumber daya dan sebagainya. dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan
kerawanan pangan dan kemiskinan di pedesaan adalah untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien
melalui Program Desa Mandiri Pangan. Desa Mandiri dan berkelanjutan menuju Gerakan Kemandirian Pangan
Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai (Gema Pangan).
Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bandung 87

Upaya tersebut dilakukan melalui proses pem- sebagai basis kegiatan pertanian. Basis pembangunan
berdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan perdesaan bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan
kemampuannya, mencari alternatif peluang dan dalam suatu wilayah yang mempunyai keterpaduan sarana
pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan dan prasarana dari aspek ketersediaan, distribusi dan
untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien konsumsi pangan untuk mencukupi dan mewujudkan
dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian. Per- ketahanan pangan rumah tangga. (Suryana, A, 2008).
masalahan dan tantangan dalam pembangunan ketahanan Disamping itu membangun daerah pedesaan sangat penting
pangan secara umum menyangkut pertambahan terutama dalam hal penyediaan bahan pangan untuk
penduduk, semakin terbatasnya sumber daya alam, penduduk, penyedia tenaga kerja untuk pembangunan,
beralih fungsinya lahan pertanian, masih terbatasnya penyedia bahan baku untuk industri, dan penghasil
prasarana dan sarana usaha di bidang pangan, semakin komoditi untuk bahan pangan dan ekspor. Karena itu, desa
ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, dan merupakan salah satu entry point untuk masuknya berbagai
besarnya proporsi penduduk miskin. Penduduk miskin program yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan
yang rawan pangan serta rentan terhadap masalah di tingkat rumah tangga, yang secara kumulatif akan
kerawananan pangan masih cukup tinggi. Penyebab utama mendukung terwujudnya ketahanan pangan di tingkat
kerawanan pangan dan kemiskinan adalah rendahnya kabupaten/kota, propinsi, dan nasional.
pendapatan masyarakat miskin yang mengakibatkan Program Desa Mandiri Pangan adalah program
daya beli masyarakat berkurang. (Mulyono, A. 2008)). pembangunan yang bersifat partisipatif yang meng-
Keterbatasan kemampuan masyarakat dalam mengakses amanatkan adanya pelibatan masyarakat secara aktif pada
pangan; serta keterbatasan aset dan akses terhadap sumber setiap tahapan kegiatan, yang mengarah pada bertemunya
daya untuk mengembangkan usaha mikro. pendekatan pembangunan top down dan bottom up.
Kerawanan pangan terjadi manakala rumah (Damayani, N. A., Rachmawati, T. S., Budiono, A.,
tangga, masyarakat atau daerah tertentu mengalami & Saepudin, E, 2015) Secara riil operasional program
ketidak cukupan pangan untuk memenuhi standar baik dalam penentuan lokasi dan operasional awal
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan pelaksanaan program terdapat kesenjangan karena masih
para individu anggotanya. Kerawanan pangan dibedakan menggunakan pendekatan pembangunan yang bersifat
atas kerawanan kronis, yaitu yang terjadi terus menerus top down dalam artian, proses perencanaan, penentuan
karena ketidakmampuan membeli atau memproduksi lokasi, penentuan tahapan kegiatan dan pelaksanaan
pangan sendiri, dan kerawanan sementara yang terjadi program awal belum sepenuhnya melibatkan partisipasi
karena kondisi tak terduga seperti bencana alam atau masyarakat. Peran dan partisipasi masyarakat berupa
bencana lainnya. Kerawanan pangan, apabila terjadi terus tinjauan dan komentar terhadap program merupakan
menerus, akan berdampak pada penurunan status gizi dan peran yang paling sederhana dari masyarakat belum
kesehatan (Badan Ketahanan Pangan 2009). muncul, sehingga dikhawatirkan dukungan dan rasa
Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang memiliki masyarakat terhadap program tidak akan
terjadi bukan karena dikehendaki si miskin, melainkan muncul yang berimbas pada capaian program yang
karena tidak dapat dihindari oleh kekuatan yang ada kurang maksimal.
padanya. Inti daripada devenisi ini adalah situasi serba Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan
kekurangan yang tidak dapat dihindari oleh si miskin. masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
(Safi’i 2011:24). Penduduk miskin ini memiliki resiko dalam setiap tahapan kegiatan Iskandar, J., & Ginanjar,
tinggi dan rentan mengalami kerawanan pangan. Apabila A. (2002). Sebagaimana mekanisme kerja yang telah
program-program pemantapan ketahanan pangan kurang diuraikan, terlihat jelas bahwa partisipasi masyarakat
memperhatikan kelompok ini maka akan berdampak memang masih kurang dalam semua tahapan kegiatan
meningkatkan kemiskinan/kerawanan pangan dan status program desa mandiri pangan mulai dari tahap
gizi yang rendah. Kerawanan pangan terjadi manakala perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan
rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu mengalami serta evaluasi. Oleh karena itu, kita tidak dapat pungkiri
ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebu- bahwa program desa mandiri pangan hanya bisa berhasil
tuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan para jika mendapat respon dan perhatian dari masyarakat.
individu anggotanya. Kerawanan pangan dibedakan Dari apa yang terjadi di Kecamatan Cikancung kita
atas kerawanan kronis, yaitu yang terjadi terus menerus bisa melihat bahwa salah satu faktor pendukung dari
karena ketidakmampuan membeli atau memproduksi pelaksanaan desa mandiri pangan adalah tingginya respon
pangan sendiri. Selain itu, kerawanan sementara yang masyarakat terhadap desa mandiri pangan itu sendiri.
terjadi karena kondisi tak terduga seperti bencana alam Masyarakat menyadari betul bahwa berpartisipasi dalam
atau bencana lainnya. Kerawanan pangan, apabila terjadi program desa mandiri pangan ini berarti turut serta dalam
terus menerus, akan berdampak pada penurunan status berpartisipasi dalam pembangunan desa. Sehingga proses
gizi dan kesehatan. pelaksanaan desa mandiri pangan menjadi lebih lancar.
Perwujudan ketahanan pangan nasional dimulai Pengertian dan Prinsip Partisipasi Masyarakat
dari pemenuhan pangan di wilayah terkecil yaitu pedesaan Menurut Ach. Wazir Ws (Ach. Wazir Ws et al, 1999,
88 Encang Saepudin, Ninis Agustini Damayani dan Agung Budiono

29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk
seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan
dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian
orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Akhmaddhian, ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/
S. (2017). Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi
tersebut tidak hanya bisa dilihat dari barang ataupun eksploratoris sekuensial. Sequential explanatory designs,
material saja, melainkan bentuk partisipasi yang pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan
diberikan dapat dilihat melalui sumbangan tenaga dalam dua tahap, dengan penekanan utama pada metode
selama proses pelaksanaan kegiatan, sumbangan waktu kuantitatif.
dan pikiran, begitupun juga sumbangan dalam bentuk
lahan dan material bagi kepentingan desa mandiri Populasi dan Sampel
pangan itu sendiri yang pada akhirnya akan kembali Populasi adalah wilayah generalisasi objek/subjek
juga manfaatnya kepada masyarakat itu sendiri. Dalam yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
program desa mandiri pangan keterlibatan masyarakat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di
menjadi syarat mutlak kelancaran dan keberhasilan tarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian merupakan
program tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh program sumber data yang terdiri dari sekelompok subjek, gejala
ini memang menginginkan adanya pelembagaan atau objek. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijana
pengelolaan pembangunan partisipatif dengan (2005, 4) yang mengemukakan bahwa, “Populasi adalah
mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal. keseluruhan unit-unit observasi yang karakteristiknya
Keterlibatan masyarakat dalam program desa akan diduga“. Yang menjadi populasi dalam penelitian
mandiri pangan dimulai dari proses perencanaan program ini adalah Masyarakat yang tergabung dalam kelompok
yaitu mulai kehadiran dalam setiap pertemuan yang afinitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan Cikancung.
diadakan oleh penguru desa mandiri pangan. Begitupun Ukurang populasi penelitian ini adalah seluruh anggota
ketika dilakukan penggalian gagasan, masyarakat afinitas dengan jumlah 180 orang. Sesuai dengan Peraturan
dituntut untuk lebih pro aktif dalam menyampaikan ide, Menteri Pertanian Nomor: 25/Permentan/Ot.140/2/2010
gagasan maupun saran bagi kepentingan pembangunan Kelompok afinitas dalam penelitian adalah kelompok yang
desa. Setelah proses perencanaan dilakukan masyarakat tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan dan kecocokan
kembali dituntut partisipasinya dalam bentuk tenaga, antar anggota yang mempunyai kesamaan visi dan misi
waktu, serta material dalam proses pelaksanaan dengan memperhatikan sosial budaya setempat.
kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Begitupun Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
setelah pelaksanaan kegiatan dilakukan masyarakat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang menjadi
dituntut untuk lebih proaktif dalam memanfaatkan serta populasi dan sempel dalam penelitian ini adalah
menjaga dan memelihara hasil dari program tersebut Masyarakat yang tergabung dalam kelompok afinitas di
sehingga apa yang menjadi tujuan dari desa mandiri Desa Mekarlaksana Kecamatan Cikancung. Untuk dapat
pangan tersebut dapat tercapai. menentukan jumlah sampel dan agar sampel yang diambil
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat mewakili keseluruhan populasi (representatif) maka
diangkat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan digunakanlah teknik pengambilan sampel (sampling)
penelitian, yaitu Bagaimana partisipasi masyarakat pada simple random sampling (Sampel acak sederhana), hal
tahap pengambilan keputusan/ perencanaan, pelaksanaan ini disebabkan jenis populasi yang relatif homogen atau
program, pengambilan manfaat, dan evaluasi dalam sama (Sugiyono 2011, 82).
program desa mandiri pangan di Desa Mekarlaksana Untuk memperoleh ukuran sample yang
Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung? Berdasarkan representatif, maka penulis menggunakan rumus Taro
kepada rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini Yamane, yaitu sebagai berikut :
adalah Untuk Mengetahui Partisipasi masyarakat pada
tahap pengambilan keputusan/ perencanaan, pelaksanaan
program, pengambilan manfaat, dan evaluasi dalam Keterangan:
program desa mandiri pangan di Desa Mekarlaksana n : jumlah sample
Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. N : jumlah populasi
d : tingkat perkiraan kesalahan 10%
METODE (Jalaludin Rahmat 2005,82)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Berdasarkan rumus tersebut maka ukuran
metode mixed methods. Penelitian ini merupakan suatu sampelnya dapat dihitung sebagai beriut;
Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bandung 89

Apabila dipersentasekan, maka besar tingkat


partisipasi masyarakat dapat dihitung berdasarkan
rumusan sebagai berikut:
Sampel yang diambil adalah 65 orang.

Skor yang diperoleh


Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat partisipasi = ------------------------x 100
Kuesioner yang diberikan kepada responden,
Skor maksimal
berupa pernyataan tertutup mengenai partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program desa mandiri
Pada bagian ini akan diukur mengenai tingkat
pangan di Desa Mekarlaksana Kecamatan Cikancung
partisipasi masyarakat berdasarkan tolak ukur yang ada
Kabupaten Bandung. Setiap pernyataan yang diajukan,
pada masing-masing variabel. Untuk mempermudah
responden hanya perlu menjawab satu pilihan jawaban
pengolahan data, data yang diperoleh kemudian diolah
yang tersedia. Butir-butir pernyataan yang diajukan
dengan menggunakan Microsoft Excel.
mengacu pada tolak ukur yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jawaban-jawaban yang tercantum dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
kuesioner mengacu pada skala likert. Pertanyaan yang
ada dalam kuesioner masing-masing jawaban diberi skor
Melalui program desa mandiri pangan diharapkan
sebagai berikut.
masyarakat mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
Tabel 1. Alternatif Jawaban Responden dan Skor Penilaian
ketahanan pangan dan gizi. Upaya tersebut dilakukan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. Upaya ini untuk
Skor masing-masing pernyataan
Pilihan jawaban mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif
Pernyataan Pernyataan
positif negatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu mengambil
Sangat tidak setuju 1 5 keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam
Tidak setuju 2 4 secara efisien dan berkelanjutan. Dengan demikian akan
Tidak ada pendapat 3 3 tercapai kemandirian pangan masyarakat. Pemberdayaan
Setuju 4 2 masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga
Sangat setuju 5 1 pendamping di setiap desa pelaksana selama empat tahun
berturut-turut. Hal ini dilaksanakan sesuai tahapan program
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas,
yaitu pada tahap persiapan, penumbuhan, pengembangan,
selanjutnya adalah menganalisis data yang telah
dan kemandirian.
didapatkan dengan mengggunakan model analisis
Dalam pelaksanaan program desa mandiri
deskriptif. Model analisis ini menjelaskan pernyataan
pangan, kondisi awal partisipasi masyarakat sangat perlu
responden dengan mendeskripsikannya melalui peng-
diketahu. Hal ini karena keberhasilann program ini sangat
gunaan tabel dan pengukurannya menggunakan skala
ditentukan oleh peran dan partisipasi masyarakat sasaran.
likert. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah skor dari
Kondisi partisipasi masyarakat Kecamatan Cikancung
seluruh responden adalah:
dapat digambarkan dengan potensi dan kendala yang
Tabel 2. Jumlah Skor Seluruh Responden berasal dari masyarakat setempat. Potensi partisipasi
Maksimal 65 responden x 5 = 325
masyarakat adalah;
Minimal 65 responden x 1 = 65 1. Kebiasaan gotong-royong dan kesadaran kebersamaan
Median 65 responden x 3 =195 sudah tumbuh, seperti kegiatan terjadwal dalam
Kuartil I 65 responden x 2 =130 melaksanakan kegiatan di pedesaan.
Kuartil III 65 responden x 4 =260 2. Kelembagaan di tingkat lokal dalam menyikapi
kondisi dan dinamika pembangunan yang berkembang
Jumlah skor tersebut kemudian dianalisis dengan cukup baik, hal ini dikoordinasikan oleh tokoh-tokoh
menggunakan beberapa pendekatan (Sugiyono,2008), setempat.
untuk menentukan seberapa besar tingkat partisipasi 3. Kesadaran terhadap pengembangan potensi desa
masyarakat, sebagai berikut : telah dimiliki oleh masyarakat. Hal ini berpotensi
a. Jika Kuartil III < Skor < Maksimal; artinya sangat untuk pengembangan ekonomi pedesaan berbasis
positif (partisipasi masyarakat dinilai aktif). masyarakat.
b. Jika Median < Skor < Kuartil III; artinya positif 4. Motivasi masyarakat untuk maju dan bersaing
(partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif). sudah ada.
c. Jika Kuartil I < Skor < Median; artinya negatif
(partisipasi masyarakat dinilai kurang aktif). Sedangkan faktor yang menjadi kendala dalam
d. Jika Minimal < Skor < Kuartil I; artinya sangat meningkatkan partisipasi masyarakat Kecamatan
negatif (partisipasi masyarakat dinilai tidak aktif). Cikancung dalam kegiatan pengembangan desa mandiri
pangan adalah;
90 Encang Saepudin, Ninis Agustini Damayani dan Agung Budiono

1. Perbedaan kepentingan yang ada di masyarakat. Data di atas menggambarkan bahwa partisipasi
Hal ini, berpotensi menjadi konflik. masyarakat dalam pengambilan keputusan/ Perencanaan
2. Lembaga-lembaga desa belum maksimal untuk program desa mandiri pangan cukup tinggi. Hal ini
dapat mengakomodir dan melihat kebutuhan terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh adalah 261, 66.
masyarakat. Skor tersebut jauh lebih tinggi dari skor median yakni 195
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahkan ada diatas nilai kuartil III yakni 260. Berdasarkan
pengembangan desa mandiri pangan. kepada angka skor yang ada diatas kwartil III maka
4. Keterbatasan kreatifitas dan inovasi untuk tingkat partisipasi mayarakat dapat dikategorikan sangat
mengembangkan ekonomi di tingkat lokal yang positif. Hal ini berarti bahwa tingkat partisipasinya
mendukung program pembangunan. dinilai aktif. Apabila skor komulatif dari sub variabel ini
dipresentasekan maka dapat dihitung sebagai berikut;
Partispasi masyarakat dalam program desa mandiri 261.66
pangan adalah keterlibatan masyarakat secara langsung Tingkat partisipasi V1= ------------x 100
dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan 325
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan pemeliharaan = 80.51
pada program fisik maupun non fisik. Pola partisipasi
masyarakat memang cukup dominan dalam semua Presentase partisipasi masyarakat pada tahap
tahapan kegiatan program desa mandiri pangan mulai dari perencanaan ini mencapai 80,51%. Hal ini berarti hampir
tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pemeliharaan hasil setiap tahapan perencanaan masyarakat ikut terlibat atau
kegiatan. Oleh karena itu, tidak dapat di pungkiri bahwa dilibatkan. Tingkat partisipasi ini terjadi disebabkan
program desa mandiri pangan hanya bisa berhasil jika oleh keterbukaan para pengelola program desa mandiri
mendapat respon dan perhatian dari masyarakat. Partisipasi pangan yang dimotori oleh pihat pemerintahan desa
masyarakat didalam tahapan desa mandiri pangan dapat Mekarlaksana. Partisipasi masyarakat dalam proses
dilihat dari tiga sisi yaitu Partisipasi dalam perencanaan, perencanaan kegiatan desa mandiri pangan dapat dilihat
pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil kegiatan. dari kehadiran masyarakat pada proses perencanaan
program yang dilakukan oleh pelaku Tim Pengelola
1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan/ Kegiatan (TPK) di tingkat dusun/lingkungan. Kegiatan
Perencanaan atau tahapan desa mandiri pangan utamanya dalam
Variabel ini memiliki enam indikator yaitu a. musyawarah di tingkat desa harus memperhatikan jadwal
Informasi mengenai program desa mandiri pangan atau kegiatan sehari-hari masyarakat sebagai sasaran
didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW setempat, b. program. Hal ini sangat penting, mengingat bahwa dalam
Pemberitahuan mengenai adanya program desa mandiri proses penentuan prioritas kegiatan disitulah letak awal
pangan bagi masyarakat dilakukan secara jelas, c. perencanaan pembangunan yang akan dilakukan. Pada
Masyarakat mencari tahu lebih jauh mengenai program tahap ini keterlibatan masyarakat sangat diperlukan
desa mandiri pangan, d. Pernah diajak musyawarah untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka.
untuk membahas perencanaan program desa mandiri Selanjutnya dalam proses penentuan prioritas
pangan, e Pernah memberikan masukan gagasan/ ide kegiatan ini, masyarakat tidak hanya dituntut keha-
dalam program desa mandiri pangan, dan f. Keterlibatan dirannya, tetapi masyarakat dituntut untuk lebih aktif
masyarakat dalam program desa mandiri pangan harus menyampaikan ide, usulan, serta kebutuhan mereka serta
dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan, Berikut adalah penentuan jenis kegiatan yang dibutuhkan. Dari hasil
perhitungan dari tiap indicator/ tolak ukur tersebut: wawancara dengan Fasilitator bidang pemberdayaan
Tabel 3. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan/ UPK Kecamatan Cikancung mengenai partisipasi masya-
Perencanaan rakat dalam perencanaan program desa mandiri pangan
menyatakan bahwa: Perlu kita pahami bersama bahwa
No Tolak ukur Skor Kuartil III Maksimal keaktifan masyarakat dalam menyampaikan ide atau
1 Informasi mengenai 287 260 325 gagasan mencerminkan masyarakat sudah mengerti dan
program desa mandiri
pangan memahami masalah atau kendala yang dihadapi. Pada
2 Kejelasan Informasi 255 260 325 dasarnya yang tahu dan yang merasakan permasalahan
3 Masyarakat mencari 211 260 325 adalah masyarakat itu sendiri. oleh karenanya yang
tahu lebih jauh membuat solusi dari permasalahan tersebut harus dari
4 Pernah diajak 290 260 325
musyawarah
kalangan masyarakat itu sendiri.
5 Pernah memberikan 265 260 325
masukan gagasan/ ide 2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan
6 Keterlibatan 262 260 325 Program
masyarakat
Variabel ini memiliki enam indikator yaitu
Total 1570
Rata-rata 261.66
a. Sebagaian dana yang digunakan sebagian modal
Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bandung 91

usaha adalah milik pribadi. b. Tempat yang digunakan masyarakat baik dari segi kesediaan masyarakat dalam
untuk berusaha adalah milik pribadi. c. Alat usaha yang meluangkan waktu dan tenaga serta kesediaan masyarakat
digunakan dalam menjalankan usaha adalah milik dalam menyediakan bahan/materi yang diperlukan
pribadi. d. Setiap kegiatan dalam program desa mandiri untuk pelaksanaan kegiatan. Dari hasil wawancara
pangan selalu didokumentasikan e. Selalu ikut serta dalam dengan Kepala UPK Kecamatan Cikancung mengenai
pengadministrasian kegiatan f. Fasilitator mudah ditemui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
oleh anggota program desa mandiri pangan g. Fasilitator desa mandiri pangan menyatakan bahwa “Partisipasi
sangat berperan dalam pendampingan kelompok. Berikut masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program
adalah perhitungan dari tiap indicator/ tolak ukur tersebut: desa mandiri pangan di Kecamatan Cikancung dilihat
Tabel 4. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan dari tingkat kehadiran masyarakat tidak sepenuhnya
Program mencapai 100%. Hal ini dipengaruhi oleh tahapan atau
jadwal pelaksanaan kegiatan seringkali berbenturan
Kuartil
No Tolak ukur Skor Median
III
dengan pekerjaan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan
1 Sebagaian modal usaha masyarakat lebih memprioritaskan pekerjaan sehari-hari
259 195 260
milik pribadi. mereka sebagai sumber pendapatan utama. Namun dari
2 Tempat yang digunakan segi minat secara menyeluruh masyarakat memberikan
untuk berusaha milik 248 195 260
pribadi.
partisipasi dalam segala kerja kelopok.”
3 Alat usaha yang Berdasarkan data di atas dari tujuh indikator yang
digunakan adalah milik 247 195 260 menjadi tolak ukur variabel ini dapat dipilah menjadi
pribadi. dua kelompok. Kelompok pertama menunjukkan skor
4 Setiap kegiatan
dalam program desa
diatas median dan kelompok kedua skor berada di bawah
149 195 260 median. Kelompok pertama yakni a. Sebagaian dana
mandiri pangan selalu
didokumentasikan yang digunakan sebagian modal usaha adalah milik
5 Selalu ikut serta dalam pribadi meliki skor 259, b. Tempat yang digunakan untuk
pengadministrasian 140 195 260
kegiatan
berusaha adalah milik pribadi memiliki skor 248, c. Alat
6 Fasilitator mudah usaha yang digunakan dalam menjalankan usaha adalah
ditemui oleh anggota
148 195 260
milik pribad memiliki skor 247, dan d. Fasilitator sangat
program desa mandiri berperan dalam pendampingan kelompok memiliki skor
pangan
7 Fasilitator sangat
259. Kelompok ini menggambarkan mengenai modal,
berperan dalam 259 195 260 tempat, dan alat uasaha sebagian besar adalah milik dari
pendampingan kelompok anggota afinitas. Hal ini menggambarkan bahwa setiap
Total 1450 anggota afinitas berusaha untuk terlibat dalam program
Rata-rata 207,14 195 260
desa mandiri pangan dengan melibatkan modal, tempat,
Data di atas menggambarkan bahwa partisipasi dan alat usahanya sebagai bagian dari program tersebut.
masyarakat dalam pelaksanaan program desa mandiri Oleh karena itu, data ini menujukkan betapa besarnya
pangan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari rata-rata antusiasme masyarakat untuk ikut terlibat/ berpartisipasi
skor yang diperoleh adalah 207.14. Berdasarkan dalam program ini.
kepada angka skor yang ada diatas median namun Kelompok kedua yanki a. Setiap kegiatan dalam
ada di bawah skor kuartil III maka tingkat partisipasi program desa mandiri pangan selalu didokumentasikan
mayarakat dapat dikategorikan cukup positif. Hal memiliki skor 149, b Selalu ikut serta dalam peng-
ini berarti bahwa tingkat partisipasinya cukup administrasian kegiatan memiliki skor 140, dan c.
aktif. Apabila skor komulatif dari sub variabel ini Fasilitator mudah ditemui oleh anggota program desa
dipresentasekan maka dapat dihitung sebagai berikut; mandiri pangan memiliki skor 148. Apabila kelompokan
207,14 komponen-komponen yang termasuk pada kelompok
Tingkat partisipasi V2 = ------------x 100 ini adalah komponen adminitrasi dan komunikasi.
325 Komponen administrasi berkaitan dengan proses pendo-
= 63,73 kumentasian kegiatan dan pelaporan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan para anggota afinitas mereka
Presentase partisipasi masyarakat pada tahap menyatakan bahwa proses pengadministrasian itu
pelaksanaan kegiatan ini mencapai 63.73%. Hal ini sangat sulit. Apalagi proses pelaporan hasil kegiatan
berarti hampir setiap tahapan pelaksanaan kegiatan harus slalu lengkap.
masyarakat ikut terlibat atau dilibatkan. Partisipasi Yang kedua adalah proses komunikasi antara
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan dapat dilihat anggota kelompok afinitas dengan pendamping atau
dari keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaan fasilitator. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kegiatan. Utamanya dalam hal pelaksanaan kegiatan para anggota afinitas fasilitator sulit ditemui. Proses
non fisik yakni dibidang ekonomi. Melalui keterlibatan pendampingan tidak begitu lancar. Hal ini terjadi karena
92 Encang Saepudin, Ninis Agustini Damayani dan Agung Budiono

tersebarnya anggota kelompok afinitas di daerah-daerah ikut terlibat atau dilibatkan. Berdasarkan data di atas
yang sulit untuk dijangkau sehinggan koordinasi sulit dari tempat indikator yang menjadi tolak ukur variabel
dilaksanakan secara efektif. Selain itu, kesibukan anggota ini dapat dipilah menjadi dua kelompok. Kelompok
afinitas dan pendamping juga berpengaruh terhadap pertama menunjukkan skor diatas median dan kelompok
kelancaran komunikasi diantara mereka. Anggota afinitas kedua skor berada di bawah median. Kelompok
pada umumnya adalah petani dan peternak. Keseharian pertama adalah a. Adanya program desa mandiri pangan
mereka lebih banyak di kebun dan sawah. Mereka baru membantu pemecahan masalah usaha yang dihadapi
berada di rumah atau menjalankan aktifitas lainnya diatas anggota memilki skor 279, b. Keterampilan anggota
pukul 4 sore. padahal para pendampig datang siang hari kelompok menjadi meningkat dengan pendampingan
sekitar pukul 12-an. yang diberikan memiliki skor 251. Kelompok pertama
menunjukkan partisipasi masayarakat cukup tinggi. Hal
3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Manfaat ini terkait dengan permasalahan pokok yang dihadapi
Variabel partisipasi masyarakat dalam pengambilan oleh para angota afinitas. Permasalahan utama kelompok
manfaat memiliki 4 indikator. Keempat indikator tersebut afinitas adalah kemampuan sumberdaya manusia dan
adalah a. Kemudahan dalam permohonan pengajuan modal usaha. Dengan adanya program desa mandiri
program desa mandiri pangan, b. Kemudahan prosedur pangan ini kedua masalah tersebut teratasi.
dalam mendapatkan modal usaha dari program desa Menurut pera responden, dengan adanya program
mandiri pangan, c. Adanya program desa mandiri pangan desa mandiri pangan permasalahan sumberdaya manusia
membantu pemecahan masalah usaha yang dihadapi dan permodalan sedikit teratasi. Melalui program
anggota, dan d. Keterampilan anggota kelompok menjadi ini masyarakat bisa meningkatkan pengetahuan dan
meningkat dengan pendampingan yang diberikan. keterampilanya sesuai dengan bidang usaha masing-
Berikut adalah perhitungan dari tiap indicator/ tolak ukur masing, karena dalam program ini ada pelatihan-
tersebut: pelatihan yang diberikan oleh para fasilitator atau
pendamping. Bagitu pun dengan permodalan, melalui
Tabel 5. Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan
program ini permodalan para anggota sangat dibantu.
Manfaat
Namun, berkaitan dengan permodalan ini yang menjadi
No Tolak ukur Skor Median Kuartil III kesulitannya adalah prosedur pengajuan bantuan keuangan
1 Kemudahan dalam dan administrasi pertanggung jawaban. Hal ini terlihat
permohonan pengajuan 118 195 260 dari hasil perhitungan angket yang menggambarkan
program
2 Kemudahan prosedur dalam
kedua masalah tersebut sulit buat para anggota afinitas.
145 195 260 Data tersebut dapat dilihat pada kelompok kedua.
mendapatkan modal usaha
3 Adanya program desa Kelompok kedua adalah a. Kemudahan dalam
mandiri pangan membantu permohonan pengajuan program desa mandiri pangan
279 195 260
pemecahan masalah usaha
yang dihadapi anggota memiliki skor 118, b. Kemudahan prosedur dalam
4 Keterampilan anggota mendapatkan modal usaha dari program desa mandiri
kelompok menjadi 251 195 260 pangan memiliki skor 145.
meningkat
Total 793
4. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi
Rata-rata 198,25 195 260
Variabel partisipasi masyarakat dalam kegiatan
Data di atas menggambarkan bahwa partisipasi evaluasi memiliki enam indicator. Keenam indicator
masyarakat dalam pengambilan manfaat program desa tersebut adalah a. Program desa mandiri pangan sangat
mandiri pangan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari rata-rata baik dan tepat sasaran, b. Program desa mandiri sangat
skor yang diperoleh adalah 198,25. Berdasarkan kepada bermanfaat, c. Program desa mandiri pangan dilakukan
angka skor yang ada diatas median namun ada di bawah oleh Pemerintah dan masyarakat. d. Masyarakat terlibat
skor kuartil III maka tingkat partisipasi mayarakat dapat dalam program desa mandiri pangan karena ada
dikategorikan cukup positif. Hal ini berarti bahwa tingkat keharusan, e. Dalam melakukan perencanaan terhadap
partisipasinya cukup aktif. Apabila skor komulatif dari program desa mandiri pangan sebaiknya ada pertemuan
sub variabel ini dipresentasekan maka dapat dihitung yang dilakukan setiap akan membuat perencanaan dalam
sebagai berikut; kegiatan. f. Setiap kebijakan dalam program desa mandiri
198.25 pangan sebaiknya dikonsultasikan kepada masyaraka.
Tingkat partisipasi V3= ------------x 100 Data di atas menggambarkan bahwa partisipasi
325 masyarakat pada tahap evaluasi program desa mandiri
= 61 pangan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari rata-rata skor
Presentase partisipasi masyarakat pada peng- yang diperoleh adalah 266,5. Berdasarkan kepada angka
ambilan manfaat ini mencapai 61%. Hal ini berarti skor yang ada diatas kwartil III maka tingkat partisipasi
hampir setiap tahapan pelaksanaan kegiatan masyarakat mayarakat dapat dikategorikan sangat positif. Hal ini
Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bandung 93

berarti bahwa tingkat partisipasinya dinilai aktif. Apabila melalui Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit
skor komulatif dari sub variabel ini dipresentasekan maka kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.”
dapat dihitung sebagai berikut; Berikut data mengenai indikator masing-masing
266,5 b. Program desa mandiri pangan di Desa Mekarlaksana
Tingkat partisipasi V4= -------x 100 Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung sangat
325 bermanfaat memiliki skor 251, c. Program desa mandiri
= 82 pangan di Desa Mekarlaksana Kecamatan Cikancung
Tabel 6. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi
Kabupaten Bandung ini dilakukan oleh Pemerintah
dan masyarakat memiliki skor 254. d. Masyarakat
No Tolak ukur Skor Median Kuartil III terlibat dalam program desa mandiri pangan di Desa
1 Program desa mandiri 248 195 260 Mekarlaksana Kecamatan Cikancung Kabupaten
pangan sangat baik dan
Bandung karena ada keharusan memiliki skor 279, e.
tepat sasaran.
2 Program desa mandiri 251 195 260
Dalam melakukan perencanaan terhadap program desa
pangan sangat bermanfaat mandiri pangan sebaiknya ada pertemuan yang dilakukan
3 Program desa mandiri 254 195 260 setiap akan membuat perencanaan dalam kegiatan
pangan dilakukan memiliki skor 287. dan f. Setiap kebijakan dalam
oleh Pemerintah dan
masyarakat program desa mandiri pangan sebaiknya dikonsultasikan
4 Masyarakat terlibat 279 195 260 kepada masyaraka memiliki skor 280.
dalam program desa Berdasarkan skor komulatif dari masing-mansing
mandiri pangan karena
sub variabel maka tingkat parisipasi masyarakat dalam
ada keharusan
5 Dalam melakukan 287 195 260 program desa mandiri pangan dapat dikelompokkan
perencanaan terhadap menjadi dua bagian. Bagian pertama yakni pertisipasi
program desa mandiri masyarakat dalam pengambilan keputusan/ perencanaan
pangan sebaiknya ada
pertemuan yang dilakukan
dan partisipasi masyarakat dalam evaluasi program sangat
setiap akan membuat positif. Hal ini karena Kuartil III < Skor < Maksimal;
perencanaan dalam artinya sangat positif (partisipasi masyarakat dinilai aktif).
kegiatan
a) Pelaksanaan program apabila digambarkan secara
6 Setiap kebijakan dalam 280 195 260
program desa mandiri
rinci sebagai berikut 260 (kuartil III) < 261.66 (skor) <
pangan sebaiknya 325 (nilai maksimal). b) Pelaksanaan program apabila
dikonsultasikan kepada digambarkan secara rinci sebagai berikut 260 (kuartil
masyarakat
III) < 266.5 (skor) < 325 (nilai maksimal). Bagian kedua
Total 1599
Rata-rata 266,5 195 260
yakni partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat
Presentase partisipasi masyarakat pada tahap positif. Hal ini karena Median < Skor < Kuartil III;
evaluasi ini mencapai 82%. Hal ini berarti hampir setiap artinya positif (partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif).
tahapan kegiatan evaluasi masyarakat ikut terlibat atau a) Pelaksanaan program apabila digambarkan secara
dilibatkan. Tingkat partisipasi ini muncul disebabkan rinci sebagai berikut 195 (median) < 207.14 (skor) < 260
oleh pelaksanaan program yang tepat sasaran, pergram (kuartil III). b) Pelaksanaan program apabila digambarkan
ini sangat bermanfaat, dan program ini dijalankan secara secara rinci sebagai berikut 195 (median) < 198.25 (skor)
bersama-sama oleh masyarakat dan pemerintah. < 260 (kuartil III).
Apabila dirinci berdasarkan tolak ukur yang Apabila skor komulatif dari variabel ini dihitung
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut, a. maka partisipasi masyarakat dalam program desa mandiri
Program desa mandiri pangan di Desa Mekarlaksana pangan adalah positif. Hal ini terlihat dari Median <
Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung sangat baik Skor < Kuartil III artinya positif (partisipasi masyarakat
dan tepat sasaran memiliki skor 248. berdasarkan hasil dinilai cukup aktif). Apabila digambarkan secara rinci
wawancara dengan para responden bahwa masyarakat sebagai berikut 195 (median) < 233,38 (skor) < 260
yang bias menjadi anggota afinitas harus diseleksi (kuartil III). Apabila skor komulatif ini dipresentasekan
dan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan maka dapat dihitung sebagai berikut;
oleh pemerintan. Jadi tidak bias sembarang orang bias 233,38
menjadi anggota afinitas. Hal ini sejalan dengan buku Tingkat partisipasi V = -------x 100
pedoman desa mandiri pangan. Di dalam buku tersebut 325
dinyatakan bahwa “Kelompok usaha adalah masyakarat = 71,81
yang mengembangkan usaha secara bersama-sama
dan memiliki komoditas sejenis, yang mengarah pada Presentase komulatif partisipasi masyarakat pada
pembentukan cluster. Kelompok usaha ditumbuhkan program desa mandiri pangan ini mencapai 71,81%. Hal
oleh FKK, LK, dan masyarakat. Kelompok ditetapkan ini berarti hampir setiap tahapan kegiatan masyarakat
94 Encang Saepudin, Ninis Agustini Damayani dan Agung Budiono

ikut terlibat atau dilibatkan. Tingkat partisipasi ini Damayani, N. A., Rachmawati, T. S., Budiono, A.,
terjadi disebabkan oleh keterbukaan para pengelola & Saepudin, E. (2015). “Literasi Informasi
program desa mandiri pangan yang dimotori oleh Masyarakat Pedesaan Dalam Program Pem-
pihat pemerintahan Desa Mekarlaksana. Oleh karena berdayaan Masyarakat Di Kecamatan Cikancung
itu, partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan Kabupaten Bandung” . Jurnal Kajian Informasi
keputusan/perencanaan, pelaksanaan program, peng- dan Perpustakaan, 3(2), 221-234.
ambilan manfaat, dan evaluasi cukup positif.
PROKSI DESA MAPAN, Evaluasi kegiatan Program
Aksi Desa Mandiri Pangan 2009. Badan
SIMPULAN
Ketahanan Pangan.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis deskriptif Indonesia, B.K.P.R. (2011). Pedoman Teknis Program
dari masing-mansing sub variabel maka tingkat parisipasi Aksi Desa Mandiri Pangan. Badan Ketahanan
masyarakat dalam program desa mandiri pangan dapat Pangan Kementerian Pertanian RI.
dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama Iskandar, J. & Ginanjar, A. (2002). Perubahan
yakni pertisipasi masyarakat pada pengambilan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat Dayak
keputusan/ perencanaan dan evaluasi program sangat Akibat Kegiatan HPH/HPHH di Kutai Barat
positif. Hal ini karena Kuartil III < Skor < Maksimal. Hal Kalimantan Timur. Sosiohumaniora, 4(3), 209.
ini mengandung arti bahwa partisipasi masyarakat sangat
positif atau dapat dimaknai bahwa partisipasi masyarakat Mulyono, A. (2008). Studi Partisipasi Masyarakat pada
dinilai aktif. Bagian kedua yakni partisipasi masyarakat Program Desa Mandiri Pangan Di Desa Muntuk,
pada pelaksanaan program dan pengambilan manfaat Kabupaten Bantul (Doctoral dissertation, program
positif. Hal ini karena Median < Skor < Kuartil III. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).
Hal ini mengandung srti bahwa partisipasi masyarakat Pedoman Umum Program Aksi Desa Mandiri Pangan
positif dan dapat dimaknai bahwa partisipasi masyarakat (Desa Mapan). 2012. Badan Ketahanan Pangan
dinilai cukup aktif. Berdasarkan skor komulatif dari Badan Ketahanan Pangan, Dep. Pertanian RI.
masing-mansing sub variabel maka tingkat parisipasi Jakarta.
masyarakat dalam program desa mandiri pangan Di Desa
Mekarlaksana Kec.Cikancung Kabupaten Bandung Pangan, B. K. (2006). Pedoman Umum Program Aksi
adalah positif. Hal ini terlihat dari Median < Skor < Desa Mandiri Pangan (MAPAN). Depatemen
Kuartil III artinya positif (partisipasi masyarakat dinilai Pertanian.
cukup aktif). Prijana, (2005). Metode Sampling Terapan. Bandung:
Humaniora
UCAPAN TERIMAKASIH
Suryana, A. (2008). Menelisik ketahanan pangan,
kebijakan pangan, dan swasembada beras.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
Pengembangan Inovasi Pertanian, 1(1), 1-16.
kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya
penelitian ini. Secara Khusus penulis mengucapkan Safi’i, M. (2011). Ampih Miskin, Model Kebijakan
terima kasih kepada Dekan Fakultas Komunikasi Unpad, Penuntasan Kemiskinan dalam Perspektif Teori
Direktur DRPMI Unpad, Ketua Program Studi Ilmu dan Praktek. Cetakan 1. Averroes Press. www.
Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunkasi Unpad, dan averroespress.net.
Pemerintah Kabupaten Bandung. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R & D . Bandung : Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung.
Akhmaddhian, S. (2017). Aparatur Peduli Lingkungan, Alfabeta
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kuningan Dalam Konservasi Sumber Daya Air.
Sosiohumaniora, 19(3).

Anda mungkin juga menyukai