Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Agribisnis Terpadu

Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PARTISIPASI PETANI


DALAM PENYULUHAN PERTANIAN ERA OTONOMI
DAERAH DI KABUPATEN BOGOR

Dayat Dayat1, Oeng Anwarudin2


1
Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Bogor
2
Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Manokwari

Email: oenganwarudin@gmail.com

ABSTRAK

Otonomi daerah telah membuat pemerintah kabupaten memiliki kewenangan yang


luas dalam penyelenggaraan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan pertanian menekankan
prinsip pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat. Penelitian bertujuan
menganalisis secara deskriptif partisipasi petani dan menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap partisipasi petani dalam penyuluhan pertanian. Penelitian
dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
survei dengan jenis penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah petani anggota
kelompok tani di Kabupaten Bogor. Sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin
dengan galat 10 persen dan diperoleh responden 93 orang. Sampel dipilih menggunakan
tenik acak bertingkat (stratified random sampling). Variabel penelitian terdiri atas
karakteristik individu (X1), faktor eksternal (X2), kegiatan penyuluhan (X3), ketersediaan
program (X4) dan partisipasi petani (Y). Data penelitian terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diambil menggunakan kuesioner dan diperoleh langsung
dari responden. Data sekunder diambil dari monografi desa, dokumen desa dan
kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Teknik pengolahan data menggunakan
analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan ternyata tinggi (77,42%).
Faktor-faktor yang menentukan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian
adalah umur, pelatihan, magang, persepsi, motivasi, kegiatan penyuluhan dan faktor
ketersediaan program.

Kata kunci: partisipasi, otonomi daerah, penyuluhan pertanian

ABSTRACT

Regional autonomy has made regency governments have broad authority in the
implementation of agricultural extension. Agricultural extension activities emphasize the
principle of community empowerment through community participation. The research
aims to analyze descriptively farmer participation and analyze the factors that influence
farmer participation in agricultural extension. The study was conducted in Bogor
Regency, West Java. This type of research is a quantitative study with a survey approach.
The population in this study were farmers who were members of farmer groups in Bogor
Regency. The samples were determined using the Slovin formula and 93 respondents
were obtained. Samples were selected using stratified random sampling. The research

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani Dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 167
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

variables consisted of individual characteristics (X1), external factors (X2), extension


activities (X3), program availability (X4) and farmer participation (Y). The data in this
study consisted of primary data and secondary data. Primary data were obtained directly
from respondents using a questionnaire. Secondary data is data on village monographs,
village documents and conditions and a combination of farmer groups or farmer groups
previously available that support research activities. Data processing techniques using
descriptive statistical analysis and regression analysis. The results showed that farmers'
participation in extension activities was high (77.42%). The factors that influence
farmers' participation in agricultural extension activities are age, training,
apprenticeship, perception, motivation, extension activities and program availability
factors.

Keywords: participation, regional autonomy, agricultural extension.

1. PENDAHULUAN 2019). Demikian juga konten


penyuluhan berupa materi penyuluhan
Otonomi daerah telah membuat
pertanian berubah dari budidaya ke
pemerintah kabupaten memiliki
arah agribisnis (Helmi et al. 2019).
kewenangan yang luas dalam
Upaya tersebut pada tujuan akhirnya
mengatur pemerintahannya. Prinsip
adalah agar dapat meningkatkan
desentralisasi seharusnya
pendapatan dan kesejahteraan petani.
mendekatkan pemerintah kepada
Selama ini, kemiskinan di
masyarakatnya. Kewenangan tersebut
Indonesia masih relatif besar dan
hampir pada semua aspek termasuk
lebih besar terjadi di desa. Desa
bidang pembangunan pertanian dan
sebagai produsen pertanian terlihat
pedesaan serta penyelenggaraan
timpang dengan kota sebagai pusat
penyuluhan pertanian. Pada bidang
kegiatan dan pertumbuhan ekonomi.
pembangunan pertanian dan
Adanya ketimpangan pembangunan
pedesaan, isu yang sering mengemuka
ini menjadi penyebab aliran sumber
adalah tingginya angka kemiskinan di
daya dari desa ke kota. Hal ini
pedesaan yang merupakan daerah
berakibat jumlah dan porsi penduduk
pertanian yang menjadi dominasi
miskin lebih tinggi terdapat di desa
pertanian sebagai mata pencaharian.
dari pada di kota (BPS 2015).
Oleh karena itu penyelenggaraan
Kemiskinan telah menyebabkan
penyuluhan pertanian pada era
penduduk desa rela mempertaruhkan
otonomi daerah sangat
tenaga fisik, mengorbankan materi,
mengedepankan pemberdayaan
mengikuti sekema tengkulak dan
masyarakat (Anwarudin and Dayat

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani Dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 168
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

menerima upah yang tidak sepadan merupakan hal yang sangat penting
dengan biaya dan tenaga yang diperhatikan dalam mengendalikan
dikeluarkan hanya untuk keselamatan dan melestarikan program. Partisipasi
hidup (Anwarudin 2009; Anwarudin petani dalam kegiatan pemberdayaan
2017). diharapkan selalu terpacu, konsisten
Beberapa negara telah dan terpelihara. Anwarudin and Dayat
membuktikan bahwa penyuluhan (2019) menyatakan bahwa partisipasi
yang memberdayakan telah terbukti petani dalam era otonomi daerah
mampu mengurangi kemisikinan di minimal harus memenuhi tahapan
pedesaan (Jennings et al. 2015). perencanaan, pelaksanaan dan
Pemberdayaan tersebut evaluasi. Penelitian bertujuan
mengedepankan partisipasi petani menganalisis secara deskriptif
dalam setiap kegiatan dan program partisipasi petani yang meliputi
(Liani, Sulistyowati, dan Anwarudin perencanaan, pelaksanaan dan
2018; Warya dan Anwarudin 2018; evaluasi serta menganalisis faktor-
Anwarudin and Dayat 2019; faktor yang berpengaruh terhadap
Nazaruddin dan Anwarudin 2019; partisipasi petani dalam penyuluhan
Putri, Anwarudin, dan Sulistyowati pertanian.
2019; Dayat, Anwarudin, and
2. METODE PENELITIAN
Makhmudi 2020). Belajar dari
pengalaman ini, maka paradigma Penelitian mengenai partisipasi
pembangunan pertanian dan petani dalam penyuluhan pertanian
perdesaan era otonomi daerah era otonomi daerah dilaksanakan di
memberikan perhatian yang sebesar- kabupaten Bogor, Jawa Barat.
besarnya pada partisipasi petani Penelitian ini menggunakan
dalam penyelenggaraan penyuluhan pendekatan survei dengan jenis
pertanian. penelitian kuantitatif. Berdasarkan
Pada kegiatan penyuluhan yang tujuannya, penelitian ini menelaah
memberdayakan ini, partisipasi petani keterkaitan suatu variabel dengan
menjadi pilar keberhasilan variabel yang lain sehingga
penyuluhan. Partisipasi petani merupakan penelitian eksplanatoris.

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 169
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Populasi dalam penelitian ini pertanian dan motivasi. Faktor


adalah petani anggota kelompok tani eksternal petani tercermin dalam
di Kabupaten Bogor. Sehubungan indikator dukungan pemerintah,
dengan banyaknya jumlah petani pada dukungan kelompok tani, dukungan
populasi maka dilakukan gabungan kelompok tani, dukungan
pengambilan sampel. Penentuan komunitas dan dukungan pasar.
sampel dalam penelitian ini dilakukan Kegiatan penyuluhan meliputi
dengan menggunakan rumus Slovin. indikator intensitas penyuluhan,
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh kesesuaian metode penyuluhan,
jumlah sampel sebesar 93 orang. kesesuaian media penyuluhan,
Sampel dipilih menggunakan tenik kesesuaian materi penyuluhan dan
acak bertingkat (stratified random kinerja penyuluh pertanian.
sampling). Pengambilan sampel Ketersediaan program terdiri dari
dilaksanakan dua tahap. Tahapan ketersediaan program mandiri,
yang pertama dilakukan program pemerintah kabupaten,
pengelompokkan kelompok tani program pemerintah provinsi dan
sesuai kelas kelompok tani, kemudian program pemerintah pusat. Partisipasi
dipilih kelompok tani mewakili petani memiliki indikator keterlibatan
kelasnya masing-masing. Tahapan dalam perencanaan, keterlibatan
selanjutnya sampel dipilih dari dalam pelaksanaan dan keterlibatan
kelompok tani yang terpilih pada dalam evaluasi.
tahan pertama sesuai porsinya Data penelitian yang
masing-masing. dikumpulkan terdiri atas data primer
Variabel penelitian terdiri atas dan data sekunder. Data primer
karakteristik individu (X1), faktor diambil menggunakan kuesioner dan
eksternal (X2), kegiatan penyuluhan wawancara mendalam. Data sekunder
(X3), ketersediaan program (X4) dan diambil dari monografi desa,
partisipasi petani (Y). Karakkteristik dokumen desa dan kelompok tani atau
individu petani memiliki subvariabel gabungan kelompok tani yang
umur, pendidikan formal, pengalaman mendukung kegiatan penelitian. Data
agribisnis, persepsi pada bidang primer bersumber langsung dari

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 170
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

responden atau sampel penelitian. melalui metode MSI (Method of


Data sekunder bersumber dari balai Successive Intervals).
desa, kelompok tani atau gabungan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok tani dan dinas terkait.
Instrumen penelitian telah melalui uji Karakteristik Petani
validitas dan reliabilitas dengan hasil
Berdasarkan analisis statistik
valid dan reliabel.
deskriptif, variabel umur, tingkat
Teknik pengolahan data
pendidikan, lamanya pengalaman
menggunakan teknik analisis statistik
beragribisnis, persepsi dan motivasi
deskriptif dan inferensial yaitu
terhadap pertanian, faktor eksternal,
analisis regresi liner berganda. Untuk
kegiatan penyuluhan, faktor program,
keperluan analisis data tersebut, data
partisipasi petani dan keberlanjutan
primer yang berjenis data ordinal
agribisnis ditampilkan pada Tabel 1
ditransformasi menjadi data interval
sampai dengan 9.

Tabel 1. Rata-Rata dan Pengelompokan Umur Petani

Banyaknya Persentase
No. Kategori Interval Nilai
Responden (%)
1. Muda ≤ 35 22 23,66
2. Menengah > 35 – < 55 46 49,46
3. Lanjut ≥ 55 25 26,88
Jumlah 93 100
Rata-rata : 46,74 tahun

Tabel 1 memperlihatkan (2014) berada pada kisaran umur 35


bahwa rata-rata umur petani sebagai sampai dengan 55 tahun. Bila
responden penelitian yaitu 46,74 dibandingkan antara kategori umur
tahun. Kondisi tersebut dapat muda (≤35 tahun) dengan kategori
dimengerti mengingat sebagian besar umur lanjut (≥55) ditemukan bahwa
responden berada pada kategori petani muda lebih sedikit dibanding
menengah dengan porsi 49,46 persen. petani berusia lanjut selaras dengan
Petani dengan kategori menengah temuan penelitian sebelumnya
berdasarkan penggolongan BPS (Saputra, Anwarudin, dan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 171
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Sulistyowati 2018; Anggini, Hartono, Anwarudin (2020); Dayat et al.


dan Anwarudin 2019). Temuan ini (2020); Anwarudin et al. (2020a); dan
cukup memprihatinkan karena Anwarudin et al. (2020b). Namun
memperlihatkan kecenderungan demikian, porsi petani muda di
pelaku pertanian semakin menurun Kabupaten Bogor pada penelitian ini
jumlahnya sesuai dengan pernyataan (23,66%) masih lebih baik dibanding
Harniati and Anwarudin (2018); data nasional yang menyebutkan porsi
Wardani and Anwarudin (2018); petani muda hanya 12,87% (BPS
Anwarudin et al. (2019); Nazaruddin 2014).
and Anwarudin (2019); Dayat and

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani

Banyaknya Persentase
No. Kategori
Responden (%)
1. SD 50 53,76
2. SMP 16 17,20
3. SMA 23 24,73
4. PT 4 4,30
Jumlah 93 100
Mayoritas : SD

Tingkat pendidikan formal Hulyatussyamsiah, Hartono, dan


petani mayoritas (53,76%) berada Anwarudin (2019); Ardelia,
pada tingkat SD. Tingkat pendidikan Anwarudin, dan Nazaruddin (2020).
ini bila dihubungkan dengan program Namun demikian, ada juga petani
wajib belajar selama sembilan tahun, yang bersekolah sampai jenjang SMA
ternyata masih banyak petani yang (24,73%) dan perguruan tinggi
tidak dapat memuntaskan program ini (4,3%).
sesuai dengan temuan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 172
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Tabel 3. Rata-Rata dan Pengelompokkan Pengalaman Agribisnis Petani

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 11,5 73 78,49
2. Rendah 11,5 – < 22 14 15,05
3. Tinggi 22 – < 32,5 4 4,30
4. Sangat Tinggi ≥ 32,5 2 2,15
Jumlah 93 100
Rata-rata : 7,75 tahun

Rata-rata petani telah menjalani proses belajar seperti


menjalankan usahanya selama 7,75 menyemai, mengolah tanah,
tahun, dengan variasi antara 1 hingga menanam, memupuk, mengendalikan
43 tahun. Sebagian besar (78,49%) hama, dan mencari solusi terhadap
petani memiliki pengalaman yang masalah yang dihadapi. Hal ini
rendah (kurang dari 11,5 tahun). selaras dengan Okpukpara (2009)
Pengalaman agribisnis mencerminkan bahwa pengalaman seseorang
kemampuan petani dalam cenderung berpengaruh terhadap
menjalankan usahanya. Selama penerimaan pengetahuan baru.
menjadi pelaku utama, petani

Tabel 4. Deskripsi Persepsi Petani Terhadap Usaha Bidang Pertanian

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 5,25 1 1,08
2. Rendah 5,25 – < 7,5 9 9,68
3. Tinggi 7,5 – < 9,75 67 72,04
4. Sangat Tinggi ≥ 9,75 16 17,20
Jumlah 93 100
Rata-rata : 8,56 (Tinggi)

Berdasarkan Tabel 4, petani di petani memiliki persepsi


Kabupaten Bogor layak mendapat memprihatinkan pada usaha bidang
apresiasi yang baik atas persepsinya pertanian. Namun demikian hasil
terhadap pertanian yang tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
penelitian ini berbeda dengan Wiyono Dayat (2017a) dan Dayat (2017b)
et al. (2015) yang menyatakan bahwa bahwa petani di Bogor memiliki

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 173
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

persepsi yang tinggi. Penelitian subsistem agribisnis baik hulu,


tersebut juga menyebutkan bahwa usahatani, hilir maupun penunjang.
petani berpersepsi baik kepada semua

Tabel 5. Deskripsi Motivasi Responden Terhadap Pertanian

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 12,25 0 -
2. Rendah 12,25 – < 17,5 1 1,08
3. Tinggi 17,5 – < 22,75 79 84,95
4. Sangat Tinggi ≥ 22,75 13 13,98
Jumlah 93 100
Rata-rata : 21,08 (Tinggi)

Tabel 5 menunjukkan bahwa Alasan yang disampaikan oleh petani


motivasi petani berusaha pada bidang terhadap tingginya motivasi petani di
pertanian tinggi. Hasil ini mirip Kabupaten Bogor disebabkan oleh
dengan persepsi yang telah diulas baiknya dukungan pasar. Petani
sebelumnya. Hasil penelitian ini tidak mengalami kemudahan dalam
sama dengan Wiyono et al. (2015) mendapatkan informasi harga dan
yang menyatakan bahwa petani pasar. Lokasi Bogor yang dekat
memiliki motivasi yang rendah pada dengan ibukota sehingga besarnya
usaha bidang pertanian. Namun jumlah konsumen diduga menjadi
demikian hasil penelitian ini penyebab lancarnya penjualan hasil
mendukung penelitian Anwarudin and pertanian dan menyebabkan motivasi
Haryanto (2018) bahwa petani di pada pertanian meningkat.
Bogor memiliki motivasi yang tinggi.

Tabel 6. Kecenderungan Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 30 2 2,15
2. Rendah 30 – < 40 20 21,51
3. Tinggi 40 – < 50 49 52,69
4. Sangat Tinggi ≥ 50 22 23,66
Jumlah 93 100
Rata-rata : 45,05 (Tinggi)

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 174
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Tabel 6 menunjukkan bahwa tinggi. Namun demikian, ada juga


kecenderungan penilaian responden petani yang menilai sangat rendah
terhadap faktor eksternal sebagian (2,15%), rendah (21,51%) dan sangat
besar (52,69%) berada pada kategori tinggi (23,66%).

Tabel 7. Kecenderungan Penilaian Responden Terhadap Kegiatan


Penyuluhan

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 17,5 0 –
2. Rendah 17,5 – < 25 4 4,30
3. Tinggi 25 – < 32,5 49 75,27
4. Sangat Tinggi ≥ 32,5 22 20,43
Jumlah 93 100
Rata-rata : 29,58 (Tinggi)

Kegiatan penyuluhan di beragam diantaranya peta singkap,


Kabupaten Bogor berada pada folder, leaflet dan papan tulis.
kategori tinggi. Indikator kegiatan Selanjutnya mengenai materi
penyuluhan dalam penelitian ini penyuluhan, penyuluh telah
meliputi intensitas, metode, media menyampaikan materi sesuai
dan materi. Seluruh responden telah kebutuhan petani. Hasil penelitian ini
tergabung menjadi anggota kelompok sesuai dengan Dayat (2017b) bahwa
tani yang rutin melaksanakan berdasarkan pengamatan dan
kegiatan penyuluhan. Penyuluhan wawancara mendalam ditemukan
rutin diselenggarakan dua minggu bahwa materi penyuluhan
sekali dan di beberapa tempat disampaikan pada hampir semua
minimal sebulan sekali. Penyuluh subsistem agribisnis mulai hulu
sering menggunakan metode sampai hilir. Pada subsistem hulu,
penyuluhan berupa pendekatan petani mengemukakan bahwa
kelompok, namun sesekali juga penyuluhan mampu memberikan
melakukan pendekatan individu solusi dalam mendapatkan sarana
melalui kunjungan rumah. Media produksi seperi benih, bibit, pupuk,
yang digunakan penyuluh cukup dan pestisida. Pada subsistem usaha
tani, petani setuju bahwa penyuluhan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 175
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

dapat memecahkan masalah, pertanian yang dilaksanakan di


meningkatkan produksi, pengetahuan subsistem usahatani ini sudah berjalan
dan keterampilan dan dengan baik dan memenuhi harapan
mengembangkan usaha tani menjadi dari petani yang menjadi sasaran
lebih baik dan menguntungkan. Pada penyuluhan. Berdasarkan penelusuran
subsistem hilir, petani setuju bahwa kondisi nyata di lapangan ditemukan
penyuluhan mampu memecahkan bahwa tingginya capaian indikator
permasalahan pemasaran produk hasil disebabkan oleh eratnya hubungan
pertanian. Selanjutnya pada subsistem antar petani yang diwadahi dalam
penunjang, petani setuju bahwa suatu kelompok tani. Kegiatan
penyuluhan dapat memberi informasi penyuluhan rutin dilakukan secara
mendapatkan permodalan usahatani, swadaya dalam kelompok tani
usaha berkelompok dan kebutuhan tersebut. Antar anggota kelompok tani
nyata petani. Pelaksanaan penyuluhan juga saling memberi masukan dan
telah sesuai dengan rekomendasi solusi berdasarkan pengalaman
Behram and Özdemirci (2014); masing-masing anggota. Kondisi
Bickel, Strack, and Bögeholz (2015); seperti ini dapat memperlancarkan
dan Feola (2017) bahwa penyuluhan kegiatan sehingga penyuluhan dapat
berperan dalam menyebarkan inovasi dilaksanakan secara
dan teknologi sehingga petani berkesinambungan dalam rangka
menjadi lebih tahu dan mampu meningkatkan kapasitas anggota
meningkatkan produktivitasnya. kelompok tani seperti dikemukakan
Hasil penelitian ini oleh Pradiana, Anwarudin, and
mengindikasikan bahwa penyuluhan Maryani (2020).
Tabel 8. Kecenderungan Penilaian Responden Terhadap Faktor Program

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 10,25 1 1,08
2. Rendah 10,25 – < 13,5 3 3,23
3. Tinggi 13,5 – < 16,75 55 59,14
4. Sangat Tinggi ≥ 16,75 34 36,56
Jumlah 93 100
Rata-rata : 16,41 (Tinggi)

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 176
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi. Namun demikian, ada juga


kecenderungan penilaian responden petani yang menilai sangat rendah
terhadap faktor program sebagian (1,08%), rendah (3,23%) dan sangat
besar (59,14%) berada pada kategori tinggi (36,56%).

Tabel 9. Rata-Rata dan Pengelompokkan Partisipasi Petani

Banyaknya Persentase
No. Kriteria Nilai Kriteria
Responden (%)
1. Sangat Rendah < 26,25 0 –
2. Rendah 26,25 – < 37,5 10 10,75
3. Tinggi 37,5 – < 48,75 72 77,42
4. Sangat Tinggi ≥ 48,75 11 11,83
Jumlah 93 100
Rata-rata : 43,15 (Tinggi)

Tabel 9 menunjukkan bahwa dapat menjadi sumber pembangkit


rata-rata nilai tingkat partisipasi keberlanjutan dalam proses
petani sebesar 43,15 dan berada pada pembangunan. Adanya partisipasi
kriteria tinggi. Demikian juga bila petani yang tinggi diharapkan dapat
dilihat dari distribusi responden porsi berimbas pada kesejahteraan petani
partisipasi petani ternyata paling sebagaimana Khatib, Sarem, and
besar berada pada kategori tinggi Hamidi (2013) berpendapat bahwa
(77,42%), disusul sangat tinggi partisipasi adalah alat pemberdayaan
(11,83%) dan rendah (10,75%). Data bagi petani dalam rangka
tersebut menunjukkan bahwa meningkatkan pendapatan dan
responden tersebar pada tingkat kesejahteraan. Partisipasi seseorang
partisipasi rendah sampai sangat sebagai elemen penting yang dapat
tinggi. meningkatkan kapasitas petani
Tingginya partisipasi petani terhadap pentingnya inovasi.
diharapkan dapat berpotensi positif Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
pada proses pembelajaran bagi petani. partisipasi harus muncul dari internal
Hasil penelitian ini memperkuat petani yang terwujud dalam inisiatif,
pernyataan Hébert and Mincyte pengelolaan, pengendalian,
(2014); Yang (2016); Arsyad, Muis, keefektifan pembiayaan, keterlibatan
and Sabang (2019) bahwa partisipasi kegiatan yang relevan. Keterlibatan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 177
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

petani dalam kelompok tani menurut Faktor-Faktor Penentu Partisipasi


Koutsou, Partalidou, and Ragkos Petani
(2014); dan Reid and Cesaroni (2016)
Analisis statistik regresi
dapat membangkitkan kekompakan,
berganda digunakan untuk
saling memahami antar anggota,
menemukan faktor-faktor yang dapat
orientasi ekonomi, saling menjaga
menentukan partisipasi petani.
nilai dan norma kelompok. Demikian
Adapun faktor-faktor tersebut
juga Baur, Dobricki, and Lips (2016);
diantaranya umur, tingkat pendidikan,
Hauser et al. (2016); dan (Anwarudin
pelatihan, magang, lama berusaha
2017) mengemukakan bahwa
tani, persepsi, motivasi faktor
penyelenggaraan penyuluhan harus
eksternal, kegiatan penyuluhan dan
mengoptimalkan partisipasi petani
faktor program (Tabel 10).
agar proses adopsi inovasi lebih
efektif.

Tabel 10. Hasil Analisis Statistik Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani

Uraian Parameter Nilai .α Keputusan


R square R2 0,746
Konstanta K -3,596 0,096 Bermakna
Umur ρY1X11 -0,074 0,035 Berpengaruh
Pendidikan ρY1X12 -0,046 0,736 Tidak berpengaruh
Pelatihan ρY1X13 1,260 0,009 Berpengaruh
Magang ρY1X14 0,740 0,087 Berpengaruh
Lama berusaha tani ρY1X15 0,060 0,253 Tidak berpengaruh
Persepsi ρY1X16 0,483 0,059 Berpengaruh
Motivasi ρY1X17 0,947 0,000 Berpengaruh
Faktor Eksternal ρY1X2 0,047 0,415 Tidak berpengaruh
Kegiatan penyuluhan ρY1X3 0,712 0,000 Berpengaruh
Faktor Program ρY1X4 0,801 0,099 Berpengaruh

Berdasarkan Tabel 10, diketahui Beberapa faktor tidak berpengaruh


bahwa faktor-faktor yang menentukan terhadap partisipasi yaitu tingkat
partisipasi petani dalam kegiatan pendidikan dan faktor eksternal.
penyuluhan adalah umur, pelatihan, Dengan demikian, dapat
magang, persepsi, motivasi, kegiatan dikemukakan persamaannya sebagai
penyuluhan dan faktor program. berikut:

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 178
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Y1 = -3,596 – 0,074X11 + 1,260X13 + petani muda adalah 23,66% lebih baik


0,740X14 + 0,483X16 + 0,947X17 + dibanding data nasional yang hanya
0,712X3 + 0,801X4 12,87% (BPS 2014). Temuan ini
Berdasarkan hasil analisis pada mengindikasikan mulai bergairahnya
Tabel 10, ditemukan bahwa terdapat kembali petani muda menekuni usaha
pengaruh beberapa faktor terhadap pertanian. Beberapa program
keberlanjutan agribisnis. Adanya pemerintah seperti bantuan alat dan
pengaruh tersebut dibuktikan juga mesin pertanian yang dalam beberapa
dari nilai koefisien determinasi (R2) kasus tidak mampu ditangani petani
sebesar 0,740. Nilai tersebut usia lanjut menuntut keterlibatan
bermakna bahwa keragaman umur, petani muda. Alasan lainnya adalah
pelatihan, magang, persepsi, motivasi, program kewirausahaan yang
kegiatan penyuluhan dan faktor diperuntukan bagi petani muda
program secara dapat menerangkan menyebabkan mereka terpacu untuk
keberlanjutan agribisnis petani berusaha dan beraktivitas mengikuti
sebesar 74% sedangkan sisanya 26 % kegiatan penyuluhan.
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak Kegiatan pelatihan dan magang
ada pada penelitian ini. berpengaruh positif terhadap
Penelitian ini menemukan partisipasi petani dalam kegiatan
bahwa umur petani berpengaruh penyuluhan. Semakin sering
negatif terhadap partisipasi dalam kesempatan petani mengikuti
kegiatan penyuluhan. Artinya, pelatihan dan magang menyebabkan
semakin tinggi umur petani semakin tingkat partisipasinya semakin tinggi.
jarang mengikuti kegiatan Oleh karena itu pelatihan dan magang
penyuluhan. Temuan ini selaras dapat difasilitasi seperti budidaya
dengan porsi petani tua yang pertanian, pasca panen, pengolahan
diketahui dari penelitian ini sebesar hasil pertanian, fasilitasi kerja sama,
26,88% lebih rendah dari porsi fasilitasi permodalan, dan
nasional yaitu 32,76% (BPS 2014). peningkatan kemampuan mengelola
Kondisi tersebut berbeda dengan keuangan mikro. Pelatihan dan
petani muda, pada penelitian ini porsi magang merupakan pendidikan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 179
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

nonformal yang menurut Stoll (2009) Persepsi ini menjadikan orang tua
bertujuan menjadikan petani sebagai kurang berminat bila anaknya bekerja
pembelajar memiliki berbagai pada bidang pertanian seperti orang
kapasitas yang dibutuhkan tuanya. Demikian pula generasi muda
masyarakat. Sasaran pendidikan memiliki persepsi yang kurang baik
nonformal sebaiknya meliputi semua terhadap usaha bidang pertanian.
strata umur dan seluruh lapisan Wiyono et al. (2015) menemukan
masyarakat. Hsu (2015) menyatakan bahwa persepsi generasi muda untuk
bahwa pendidikan termasuk berusaha pada bidang pertanian lebih
nonformal mempengaruhi pola pikir, banyak yang menilai memprihatinkan
tindakan dan sikap petani dalam dan sisanya menyatakan biasa saja
membuat keputusan menerima bahkan sebagian kecil saja yang
inovasi, sehingga produktifitas dan mengemukakan membanggakan.
mutu kerja dapat ditingkatkan dan Beberapa persepsi membanggakan
proses penyelesaian kerja yang karena berusaha pertanian merupakan
diusahakan lebih cepat. Hal yang pekerjaan yang mulya. Persepsi
sama dikemukakan Chang (2013), generasi muda lainnya terhadap usaha
pendidikan nonformal bisa lebih cepat pertanian adalah ketinggalan zaman
memenuhi kebutuhan belajar praktis dan tidak layak bagi generasi muda
masyarakat karena kurikulum dan (Bečicová and Blažek 2015). Namun
sistem belajarnya bisa lebih fleksibel demikian persepsi positif seperti
dan menyesuaikan diri (sesuai dengan penelitian ini disampaikan oleh
tujuan peserta pembelajar/sasaran). Twongyirwe et al. (2017) bahwa
Persepsi merupakan faktor usaha pertanian menjanjikan
internal berikutnya yang berpengaruh penghasilan yang layak dan
terhadap partisipasi petani dalam berpeluang menjadi pengusaha
melaksanakan penyuluhan. Hasil agribisnis serta merupakan pekerjaan
penelitian ini berbeda dengan Wiyono yang mulya.
et al. (2015) yang melaporkan bahwa Faktor internal selanjutnya yang
sebagian besar petani kurang berpengaruh terhadap partisipasi
berpersepsi baik terhadap pertanian. petani dalam melaksanakan

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 180
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

penyuluhan era otonomi daerah digunakan seperti leaflet dan folder


adalah motivasi. Semakin tinggi tidak menjadi hambatan bagi
motivasi seorang petani maka penyampaian materi karena semua
semakin meningkat partisipasinya. petani memiliki kemampuan
Motivasi merupakan karakteristik membaca. Sebagian besar petani
individu yang berkaitan dengan jiwa menyatakan materi yang disampaikan
wirausaha. Seseorang yang memiliki pada saat penyuluhan sesuai dengan
jiwa kewirausahaan selalu memiliki kebutuhannya selama ini. Peran
motivasi untuk kehidupan yang lebih penyuluh berkontribusi
baik (Frese and Gielnik 2014; Sari, menggerakkan kegiatan penyuluhan
Suwarsinah, dan Baga 2016). walaupan pada beberapa tempat
Motivasi terhadap bidang pertanian penyuluhan telah dapat terlaksana
harus ditumbuhkan dan ditingkatkan atas inisiatif petani sendiri melalui
terutama pada generasi muda kelompoknya. Hal tersebut karena
mengingat laporan terakhir ada selain penyuluh pemerintah, terdapat
kecenderungan pemuda kurang juga penyuluh swadaya. Keberadaan
tertarik pada bidang pertanian penyuluh pemerintah selama ini
(Ningsih and Sjaf 2015). menjadi ujung tombak pembangunan
Kegiatan penyuluhan yang pertanian sejak orde baru (Helmi et al.
meliputi indikator intensitas, metode, 2019; dan Anwarudin et al. 2020a).
media, materi dan peran penyuluh Namun demikian penyuluh swadaya
berpengaruh positif terhadap sudah juga diketahui kiprahnya
partisipasi petani. Intensitas melalui Anwarudin and Haryanto
penyuluhan yang rutin, (2018); serta demikian pula dengan
berkesinambungan berjalan lebih penyuluh swasta (Helmi et al. 2019).
teratur disukai petani. Demikian pula Selanjutnya faktor program
metode penyuluhan baik pendekatan pengaruh positif terhadap partisipasi
kelompok dikombinasi dengan petani. Pengaruh positif diantara
pendekatan individu menimbulkan variabel tersebut bemakna semakin
antusias petani untuk mengikuti tinggi kinerja program maka semakin
penyuluhan. Media penyuluhan yang meningkat pula tingkat partisipasi

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 181
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

petani tersebut dalam kegiatan miskin yang diatur


penyuluhan. Era otonomi daerah pertanggungjawabannya dan akan
membawa pemerintah daerah lebih diaudit penggunaannya. Dengan
dekat dengan masyarakatnya. demikian bantuan dari pihak manapun
Perhatian pemerintah kabupaten tidak menimbulkan ketergantungan
Bogor dalam bidang pertanian petani.
terutama kegiatan penyuluhan
4. KESIMPULAN
dianggap baik oleh petani. Program-
program baik dari pemerintah pusat, Penelitian mengenai partisipasi
provinsi yang tersalur melalui petani dalam penyuluhan pertanian di
pemerintah kabupaten didukung oleh kabupaten Bogor telah dilakukan
petugas dilapangan dan kelompok dengan kesimpulan sebagi berikut.
tani. Dengan demikian partisipasi Partisipasi petani dalam kegiatan
petani meningkat. Namun demikian penyuluhan ternyata tinggi (77,42%).
terkait program, Anwarudin (2017) Faktor-faktor yang berpengaruh
menyarankan beberapa hal sebagai terhadap partisipasi petani dalam
berikut. Berdasarkan prinsip- kegiatan penyuluhan adalah umur,
prinsipnya, program seharusnya pelatihan, magang, persepsi, motivasi,
memiliki prinsip berpijak pada kegiatan penyuluhan dan faktor
otonomi, partisipasi, desentralisasi, ketersediaan program.
pembangunan manusia, berorientasi
DAFTAR PUSTAKA
pada masyarakat miskin, demokratis,
Anggini, D’Okta, Rudi Hartono, and
kesetaraan dan keadilan gender, Oeng Anwarudin. 2019.
kolaborasi, transparan, akuntabel, “Perilaku Petani dalam
Pemanfaatan Limbah Sayuran
prioritas, dan keberlanjutan. Untuk sebagai Pupuk Bokashi pada
program bantuan, pemberian bantuan Tanaman Sawi Putih.” Jurnal
Triton: Pertanian 10(1):99–115.
kepada petani seharusnya hanya
berupa stimulan untuk merangsang Anwarudin, Oeng. 2009.
“Pengembangan Kelembagaan,
partisipasi masyarakat dalam rangka Partisipasi dan Kemandirian
meningkatkan kesejahteraan bersama. Kelompok Tani dalam Usaha
Agribisnis Perdesaan di
Sasarannya terutama masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat.”

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 182
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Universitas Sebelas Maret. Sumardjo, Arif Satria, and Anna


Fatchiya. 2020b. “Support of
Anwarudin, Oeng. 2017. “Faktor Agriculture Extension on
Penentu Partisipasi Petani pada Improving Entrepreneurship
Program Upaya Khusus Padi di Capacity of Young Farmers.”
Kabupaten Manokwari, Papua Journal of the Social Sciences
Barat.” Jurnal Penyuluhan 48(2):1855–67.
Pertanian 12(1):67–79.
Ardelia, Rizki, Oeng Anwarudin, dan
Anwarudin, Oeng and Dayat Dayat. Nazaruddin Nazaruddin. 2020.
2019. “The Effect of Farmer “Akses Teknologi Informasi
Participation in Agricultural melalui Media Elektronik pada
Extension on Agribusiness Petani KRPL.” Jurnal Triton:
Sustainability in Bogor , Pertanian 11(1):24–36.
Indonesia.” International
Journal of Multicultural and Arsyad, Muhammad, Mufidah Muis,
Multireligious Understanding and Yusmiati Sabang. 2019.
(IJMMU) 6(3):1061–72. “Government Expenditure and
Private Investment on the Value
Anwarudin, Oeng and Yoyon of Agricultural Sector in Labor
Haryanto. 2018. “The Role of Absorption.” International
Farmer-to-Farmer Extension as a Journal of Innovative
Motivator for the Agriculture Technology and Exploring
Young Generation.” Engineering (IJMMU) 8(7):496–
International Journal of Social 501.
Science and Economic Research
(IJSSER) 3(1):428–37. Baur, Ivo, Martin Dobricki, and
Markus Lips. 2016. “The Basic
Anwarudin, Oeng, Sumardjo Motivational Drivers of Northern
Sumardjo, Arif Satria, and Anna and Central European Farmers.”
Fatchiya. 2019. “Factors Journal of Rural Studies 46:93–
Influencing the Entrepreneurial 101.
Capacity of Young Farmers for
Farmer Succession.” Bečicová, Ilona and Jiří Blažek. 2015.
International Journal of “Is There a Credit-Gap in a
Innovative Technology and Periphery? The Perception of
Exploring Engineering This Problem by Small
9(1):1008–14. Entrepreneurs.” Journal of Rural
Studies 42:11–20.
Anwarudin, Oeng, Sumardjo
Sumardjo, Arif Satria, and Anna Behram, Nihal Kartaltepe and Ata
Fatchiya. 2020a. “Peranan Özdemirci. 2014. “The
Penyuluh Pertanian Dalam Empirical Link between
Mendukung Keberlanjutan Environmental Conditions,
Agribisnis Petani Muda Di Organizational Culture,
Kabupaten Majalengka.” Jurnal Corporate Entrepreneurship and
Agribisnis Terpadu 13(1):17–36. Performance : The Mediating
Role of Corporate
Anwarudin, Oeng, Sumardjo

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 183
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Entrepreneurship.” International Journal of Scientific &


Journal of Business and Social Technology Research 9(3):1201–
Science 5(2):264–77. 6.
Bickel, Malte, Micha Strack, and Feola, Giuseppe. 2017. “Adaptive
Susanne Bögeholz. 2015. Institutions? Peasant Institutions
“Measuring the Interest of and Natural Models Facing
German Students in Agriculture: Climatic and Economic Changes
The Role of Knowledge, Nature in the Colombian Andes.”
Experience, Disgust, and Journal of Rural Studies 49:117–
Gender.” Research in Science 27.
Education 45(3):325–44.
Frese, M. and MM Gielnik. 2014.
Chang, Hung-Hao. 2013. “Old “The Psychology of
Farmer Pension Program and Entrepreneurship.” Annual
Farm Succession : Evidence Review of Organizational
from a Population-Based Survey Psychology and Organizational
of Farm Households in Taiwan.” Behavior 1(2014):413–38.
American Journal of
Agricultural Economics Harniati, Harniati and Oeng
95(4):976–91. Anwarudin. 2018. “The Interest
and Action of Young
Dayat, Dayat. 2017a. “Kepuasan Agricultural Entrepreneur on
Petani dalam Pelaksanaan Agribusiness in Cianjur
Penyuluhan Berorientasi Regency, West Java.” Jurnal
Agribisnis Padi di Kabupaten Penyuluhan 14(1):189–98.
Bogor.” Jurnal Penyuluhan
Pertanian 12(2):27–38. Hauser, Michael, Mara Lindtner,
Sarah Prehsler, and Lorenz
Dayat, Dayat. 2017b. “Persepsi Probst. 2016. “Farmer
Penyuluh Pertanian dalam Participatory Research: Why
Penyelenggaraan Penyuluhan Extension Workers Should
Era Otonomi Daerah.” Jurnal Understand and Facilitate
Penyuluhan Pertanian 12(1):27– Farmers’ Role Transitions.”
39. Journal of Rural Studies 47:52–
61.
Dayat, Dayat and Oeng Anwarudin.
2020. “The Effect of Hébert, Karen and Diana Mincyte.
Entrepreneurship Capacity on 2014. “Self-Reliance beyond
Sustainability of Young Farmers Neoliberalism: Rethinking
Agribusiness.” Journal of the Autonomy at the Edges of
Social Sciences 23(1):123–34. Empire.” Environment and
Planning D: Society and Space
Dayat, Dayat, Oeng Anwarudin, and 32(2):206–22.
Maspur Makhmudi. 2020.
“Regeneration of Farmers Helmi, Zahron, Yoyon Haryanto,
through Rural Youth Oeng Anwarudin, and Wahyu
Participation in Chili Trisnasari. 2019. Paradigma
Agribusiness.” International Penyuluhan di Era Teknologi

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 184
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Informasi. 1st ed. Makassar: “Perspektif Gender daalam


Tohar. Partisipasi Petani pada Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Hsu, Yu-Ching Flora. 2015. Tanaman Sayuran di Kecamatan
“Transformation of Policy Kersamanah Kabupaten Garut
Entrepreneurship in East Asian Provinsi Jawa Barat.” Jurnal
Higher Education: A Case Study Penyuluhan Pertanian 13(1):21–
in Taiwan.” Asian Leadership in 32.
Policy and Governance
24(2015):421–48. Nazaruddin, Nazaruddin dan Oeng
Anwarudin. 2019. “Pengaruh
Hulyatussyamsiah, Siti Nuri, Rudi Penguatan Kelompok Tani
Hartono, dan Oeng Anwarudin. Terhadap Partisipasi dan
2019. “Adopsi Pemupukan Motivasi Pemuda Tani pada
Berimbang Padi Sawah Melalui Usaha Pertanian Di Leuwiliang,
Penggunaan Urea Berlapis Bogor.” Jurnal Agribisnis
Arang Aktif di Majalengka.” Terpadu 12(1):1–14.
Jurnal Penyuluhan Pertanian
14(2):1–17. Ningsih, Fitri dan Sofyan Sjaf. 2015.
“Faktor-Faktor yang
Jennings, Kristen S., Janelle H. Menentukan Keterlibatan
Cheung, Thomas W. Britt, Pemuda Pedesaan pada Kegiatan
Kandice N. Goguen, Stephanie Pertanian Berkelanjutan.” Jurnal
M. Jeffirs, Allison L. Peasley, Penyuluhan 11(1):23–37.
and Abigail C. Lee. 2015. “How
Are Perceived Stigma, Self- Okpukpara, Benjamin. 2009.
Stigma, and Self-Reliance “Strategies for Effective Loan
Related to Treatment-Seeking? Delivery to Small Scale
A Three-Path Model.” Enterprises in Rural Nigeria.”
Psychiatric Rehabilitation Journal of Development and
Journal 38(2):109–16. Agricultural Economics
1(2):041–048.
Khatib, Mohammad, Saeid Najafi
Sarem, and Hadi Hamidi. 2013. Pradiana, Wida, Oeng Anwarudin,
“Humanistic Education: and Ait Maryani. 2020.
Concerns, Implications and “Determining Factors of the
Applications.” Journal of Development of Agricultural
Language Teaching and Extension Office as a Knot for
Research 4(1):45–51. Coordinating Agricultural
Development.” International
Koutsou, Stavriani, Maria Partalidou, Journal of Scientific &
and Athanasios Ragkos. 2014. Technology Research 9(3):3766–
“Young Farmers ’ Social Capital 3733.
in Greece : Trust Levels and
Collective Actions.” Journal of Putri, Chicka Anggita, Oeng
Rural Studies 34(2014):204–11. Anwarudin, dan Dwiwanti
Sulistyowati. 2019. “Partisipasi
Liani, Firda, Dwiwanti Sulistyowati, Petani dalam Kegiatan
dan Oeng Anwarudin. 2018.

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 185
Jurnal Agribisnis Terpadu
Vol. 13 No. 2 Desember 2020: 167-186

ISSN 1979-4991 e-ISSN 2549-0060

Penyuluhan dan Adopsi in Western Uganda.” Journal of


Pemupukan Padi Sawah di Rural Studies 50(2017):12–19.
Kecamatan Kersamanah
Kabupaten Garut.” Jurnal Wardani, Wardani dan Oeng
Agribisnis Terpadu 12(1):103– Anwarudin. 2018. “Peran
19. Penyuluh Terhadap Penguatan
Kelompok Tani dan Regenerasi
Reid, Samantha and Carla Cesaroni. Petani di Kabupaten Bogor Jawa
2016. “Depictions of Youth Barat.” Jurnal TABARO
Homicide : Films Set in Rural 2(1):191–200.
Environments.” Journal of Rural
Studies 47(2016):1–9. Warya, Adang dan Oeng Anwarudin.
2018. “Factors Affecting Farmer
Saputra, Candra, Oeng Anwarudin, Participation in Paddy - Special
dan Dwiwandi Sulistyowati. Efforts Program at Karawang,
2018. “Persepsi dan Adopsi Indonesia.” International
Pengendalian Hama Terpadu Journal of Social Science and
Lalat Buah pada Tanaman Economic Research (IJSSER)
Mangga di Kecamatan Greged 3(8):3857–67.
Kabupaten Cirebon Provinsi
Jawa Barat.” Jurnal Penyuluhan Wiyono, Suryo, Masbantar Sangaji,
Pertanian 13(2):49–60. Muhammad Ahsan, Ulil, dan
Said Abdullah. 2015.
Sari, Ni Made Wirastika, Heny K. “Regenerasi Petani, Faktor-
Suwarsinah, dan Lukman M. Faktor yang Mempengaruhi
Baga. 2016. “Pengaruh Minat Menjadi Petani pada
Karakteristik Kewirausahaan Keluarga Petani Padi dan
Terhadap Kinerja Usaha Mikro, Hortikultura.” Laporan Kajian
Kecil dan Menengah (UMKM) Koalisi Rakyat Untuk Ketahanan
Gula Aren di Kabupaten Pangan 1–46.
Lombok Barat.” Jurnal
Penyuluhan 12(1):51–60. Yang, Huan. 2016. “Alternative Food
Networks Development and
Stoll, Louise. 2009. “Capacity Multiple Actors’ Participation in
Building for School China: A Review.” International
Improvement or Creating Journal of Agriculture System
Capacity for Learning? A 4(2):184.
Changing Landscape.” Journal
of Educational Change 10(2–
3):115–27.
Twongyirwe, R., M. Bithell, KS
Richards, and WG Rees. 2017.
“Do Livelihood Typologies
Influence Local Perceptions of
Forest Cover Change? Evidence
from a Tropical Forested and
Non-Forested Rural Landscape

Faktor-Faktor Penentu Partisipasi Petani dalam Penyuluhan Pertanian Era Otonomi Daerah
di Kabupaten Bogor (Dayat et.al)| 186

Anda mungkin juga menyukai