Anda di halaman 1dari 11

I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan
Desa adalah istilah pengertian yang beraneka ragam.  Pembagian
administratif negara kita atas wilayah provinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa sering menimbulkan kekaburan dalam pengertian masyarakat desa. 
Pengertian desa dari sudut pandang sosiologi di Jawa berbeda sekali dengan
apa yang disebut dengan nama yang sama di Bali, Ambon atau Sulawesi. 
Besarnya, susunan dan hubungan sosialnya berbeda-beda, walaupun
terdapat beberapa ciri yang sama seperti keakraban, tolong-menolong dan
keterkaitan pada tempat pemukiman yang sama (Luthfifatah, 2008).
Karakteristik umum wilayah pedesaan di Indonesia adalah wilayah
yang masih tertinggal laju pembangunannya dibandingkan dengan wilayah
perkotaan, akan tetapi masih merupakan tempat tinggal bagian terbesar
penduduk Indonesia. Fenomena ketertinggalan laju pembangunan di
wilayah pedesaan menyangkut isu kemiskinan, ketimpangan, dan
ketidakadilan sosial (Surya, 2007).
Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial karena dapat
menimbulkan ketimpangan dalam masyarakat dan merupakan tantangan
dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Masyarakat miskin pada
umumnya kurang mempunyai kemampuan dalam berusaha dan memiliki
akses yang terbatas terhadap peluang-peluang yang ada seperti kurangnya
akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani
yang masih lemah. Pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan
pedesaan secara langsung maupun tidak langsung dapat berdampak pada
pengurangan penduduk miskin. Selama ini pembangunan pertanian secara
luas lebih terfokus pada produksi namun sekarang mulai beralih pada sistem
dan usaha agribisnis yang berorentasi pada kelompok. Pemerintah
meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-M). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di Kementerian Pertanian
adalah kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang
telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dalam rangka menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran di desa-desa yang basis pertaniannya cukup
tinggi, program ini dimaksudkan untuk para petani miskin yang belum
tersentuh oleh modal perbankan sementara mereka memiliki usaha pertanian
yang produktif dan dilakukan secara partisipatif, dengan memberikan
bantuan modal dalam bentuk bantuan langsung masyarakat yang digunakan
untuk membiayai kegiatan on farm dan off farm (Hartati et al., 2011).
Karakteristik kemiskinan yang ada di masing-masing tipologi desa
sebenarnya tidak semata-mata ditentukan oleh tipologi wilayah, karena pada
hampir semua tipologi desa terdapat jumlah penduduk miskin yang relatif
masih besar. Kondisi ini ditentukan oleh indikator ekonomi sebagai faktor
yang paling menentukan tingkat kesejahteraan/ kemiskinan masyarakat
desa, dan akar masalah kemiskinan masyarakat desa muncul karena
hilangnya akses masyarakat terhadap sumberdaya ekonomi, yang terjadi
karena proses marginalisasi, seperti kasus masyarakat suburban, karena
lemahnya kapasitas masyarakat untuk mengoptimalkan potensi yang ada,
seperti kasus desa persawahan dan pesisir dan juga karena aspek struktural
sebagai dampak kebijakan, seperti kasus desa pegunungan
(Iskandar et al., 2010).
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat
yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan
kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada
kehidupan masyarakat desa di Jawa. Perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi teknologi, terkadang sebagian karakeristik
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Pedesaan akan mengalami perubahan-
perubahan sosial (social changes) dalam berbagai aspek kehidupan yang
disebabkan oleh pengaruh faktor eksternal maupun faktor internal. Pengaruh
kebudayaan dari luar yang masuk kedalam masyarakat pedesaan akan
menyebabkan terjadinya difusi kebudayaan yang dapat mengubah sifat-sifat
masyarakat yang tradisional menjadi modern (Soekanto,1987:281-283).
Perkembangan pedesaan di Indonesia terpola dalam tahapan-tahapan
perkembangan yang disebut tipologi desa dimulai dari desa yang masih
sangat tradisional yaitu pradesa, swadaya, swakarya, dan desa swasembada
yang sudah maju (Santoso, 2007).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani


Salah satu kondisi yang dihadapi oleh petani terutama untuk
komoditas tanaman pangan adalah rendahnya produktivitas. Belum
optimalnya produktivitas dan kurang efisiennya usahatani skala kecil
disebabkan karena tingkat pendidikan petani rendah, modal dan informasi
teknologi baru masih kurang, serta, usahatani yang belum berorientasi pasar.
Usaha peningkatan produktivitas petani dapat dilakukan dengan meningkat
kanmodal (Kholifa, 2016).
Usahatani adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Produktivitas
usahatani dapat dinaikan dengan menambah pemakaian beberapa sarana
produksi,khususnya menambah pemakaian beberapa sarana produksi,
terutama pemakaian pupuk urea, benih dan luas lahan. Kenaikan tingkat
keuntungan usahatani padi dapat ditingkatkan dengan menurunkan beberapa
harga sarana produksi seperti benih, urea, pestisida,serta luas lahan.
Peningkatan produktivitas lebih bisa dicapai dengan mengetahui variabel-
variabel dominan apa yang mempengaruhi produktivitas
tanaman (Wirawan et al., 2014).
Produktivitas usahatani dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan
petani. Produktivitas juga dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak
faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan,
ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/
pengetahuan petani/buruhtani. Selain faktor-faktor tersebut praktek
manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) jugasangat
mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003).
Produksi tanaman pangan mempunyai trend positif setiap tahun. Hal
ini disebabkan oleh semakin meningkatnya produktivitas dan peningkatan
luas panen. Cara budidaya petani sudah semakin baik dan varietas yang
digunakan juga semakin bermutu sehingga produktivitas meningkat terus.
Produktivitas juga dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan. Tingkat
teknologi yang sama baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun
kualitas usahatani yang diterapkan, produktivitas usahatani dapat
bervariasi antar daerah akibat perbedaan kualitas lahan (Hasan, 2010).
Luas areal panen, produktivitas, dan penyediaan pangan terus
meningkat setiap tahun meskipun laju pertumbuhan yang semakin menurun.
Kegiatan usaha pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, dan peternakan berkembang sejalan dengan peningkatan
pembangunan prasarana dan sarana irigasi penerapan sistem pengelolaan
usahatani secara intensif dan perbaikan perolehan nilai tukar hasil produksi
pertanian. Meluasnya kegiatan usaha pertanian membuat sector ini tetap
memiliki peranan besar dalam pembentukan ekonomi daerah (Shinta, 2011).

C. Pendapatan Petani Pedesaan


Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur
kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat
ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan
individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam
perekonomian dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya dan dari sumber lain. Pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu
periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan
usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang
diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah
dikeluarkan (Lumintang, 2013).
Pendapatan adalah hasil dari usaha tani, yaitu hasil kotor (bruto)
dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan
biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usaha
tani. Pendapatan di bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan
dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama kegaiatan usaha
tani. Pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total penerimaan
dengan total biaya (Wanda, 2015).
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan selama satu musim tanam. Pendapatan merupakan salah
satu indicator mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat.
Pendapatan merupakan kemasukan bagi petani responden untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Metode analisis yang digunakandalam penelitian
ini adalah analisis pendapatan, analisis kelayakan dan analisis
deskripsi (Supartama, 2013).
Petani terjebak dalam lingkaran setan pembangunan pertanian
tradisional dan kemiskinan. Pendapatan yang rendah maka investasi juga
akan rendah, sehingga tidak bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara maksimal. Dampak yang sangat nyata adalah produksi dan nilai
penjualan produk yang dihasilkan, menjadi rendah (Nuhung, 2014).
Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pertanian atau dari luar
pertanian. Pendapatan pertanian dapat berasal dari pendapatan usahatani
padi dan pendapatan usahatani non padi. Pendapatan luar pertanian dapat
berasal dari jasa atau perdagangan dan dinyatakan dalam persamaan
identitas. Kemiskinan di sektor pertanian di negara berkembang seperti
indonesia erat kaitannya dengan perubahan nilai tukar petani (NTP) yang
dalam kenyataannya lebih merugikan daripada menguntungkan petani,
artinya didalam berusaha tani, pendapatan yang diterima petani lebih kecil
daripada biaya produksi atau perubahan rasio pendapatan di sektor non
pertanian lebih sering negatif daripada positif (Rahayu, 2011 ).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian


Konsumsi ialah kegiatan manusia dalam menggukana atau memakai
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Mutu dan jumlah barang atau
jasa dapat mencerminkan kemakmuran konsumen tersebut. Mutu semakin
tinggi dan semakin banyak jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi, berarti
semakin tinggi pula tingkat kemakmuran konsumen yang bersangkutan.
Mutu kualitas dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi semakin
rendah, maka semakin rendah pula tingkat kemakmurann konsumen yang
bersangkutan. Tujuan konsumsi adalah untuk mencapai kepuasan
maksimum dari kombinasi barang atau jasa yang digunakan
(Rinawati et al, 2014).
Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang
digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumi karena barang
dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pola konsumsi di pedesaan dipengaruhi oleh ciri khas daerah, demografis
dan keadaan sosial ekonomi setempat. Berdasarkan data Susenas 1984,
rumah tangga di pedesaan Indonesia masih mengalokasikan bagian terbesar
(70%) dari pengeluarannya untuk pangan dan pengeluaran tersebut sebagian
besar untuk beras. Pengeluaran dikelompokkan menjadi dua yaitu
pengeluaran untuk pangan dan non-pangan. Pengeluaran dijadikan indikator
untuk menggambarkan tingkat pendapatan rumah tangga. Proporsi
pengeluaran pangan dan non-pangan digunakan sebagai indikator untuk
menentukan tingkat kesejahteraan, semakin tinggi proporsi pengeluaran
pangan, maka tingkat kesejahteraan semakin rendah. Semua pegeluaran
untuk konsumsi rumah tangga, baik pangan maupun non-pangan
dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan rumah tangga petani tidak
seluruhnya berasal dari satu sumber dan hal itu sudah merupakan fenomena
yang telah diteliti oleh banyak peneliti terdahulu (Rahayu, 2011).
Perbaikan pangan berupa modifikasi dan diversifikasi pangan
merupakan metode yang paling ideal. Sering kali dalam prakteknya
memiliki keterbatasan, antara lain sulitnya merubah kebiasaan
kesukaan/preference masyarakat akan jenis pangan serta mahalnya bahan
pangan yang kaya akan zat besi dengan bioavailabilitas tinggi seperti
daging-dagingan. Fortifikasi atau penambahan satu atau lebih zat gizi mikro
pada pangan yang lazim dikonsumsi merupakan strategi penting yang dapat
digunakan untuk meningkatkan status zat gizi mikro baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Contoh di negara maju sudah ada program
fortifikasi margarin dengan vitamin A, program dunia fotifikasi garam
dengan iodium, fortifikasi tepung terigu dengan zat besi. Strategi
peningkatan kualitas konsumsi makanan meliputi sosialisasi mengenai
diversifikasi pangan dengan mengatur pola pangan yang berimbang, bergizi
dan beragam, serta angka kecukupan gizi diharapkan berguna bagi berbagai
kelompok yang berminat di bidang pangan dan gizi, antara tain ahli gizi,
ahli kesehatan masyarakat, para pengambil kebijakan dan mereka yang
bekerja di bidang industri pangan dan gizi (Shinta, 2011).
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
telah disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan menggunakan cek, biyet giro
atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus
ditarik secara tunai, penarikannya hanya dalam kelipatan nominal tertentu,
jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu. Menurut
pandangan klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Perkembangannya teori ini dikembangkan oleh Wicksell yang menyatakan
bahwa tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh
tingginya tingkat bunga. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi,
masyarakat akan lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi masa
sekarang guna menambah tabungannya (Rejekiningsih, 2006).
Tabungan/ saving disebutkan dalam Pasal 1 angka 9 Undang –
Undang Perbankan yang diubah. Tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dana atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kepada nasabahnya akan diberikan
atau menerima buku tabungan sebagai bukti telah menyimpan
dananya (Usman, 2002).
Secara spesifik sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia
No. 22/133/UPG/1989 yaitu tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat penarikan
hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang disediakan
untuk keperluan tersebut, penarikan tidak dapat menggunakan cek, bilyet
giro serta surat perintah pembayaran lain yang sejenis, tabungan yang
diselenggarakan bank dalam bentuk rupiah. Tabungan bagi seseorang adalah
salah satu dari penggunaan pendapatan yang diperoleh (Sudaryana, 2007).
Kata investasi sudah lazim dipergunakan dan sering diartikan sebagai
penanaman uang dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang
akan datang. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, kata
investasi diartikan lebih jelas, yaitu penanaman uang atau modal disuatu
proyek atau perusahaan dengan tujuan untuk mencari untung dimasa yang
akan datang. Di Indonesia, topik investasi sudah diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 13). Investasi adalah suatu aktiva
yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of
wealth) melalui sitribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, deviden, dan
uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui
hubungan perdagangan. Investasi menurut Standar Akuntansi Pemerintahan,
untuk perusahaan – perusahaan yang dikelola negara (BUMN). Investasi
adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti
bunga, deviden, dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat (Mudjiyono, 2012).
Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam
suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan
modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/ pembelanjaan yang
meliputi pembelian berbagai jenis barang modal, pembelanjaan untuk
membangun rumah tempat tinggal dan bangunan-bangunan lainnya,
pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual. Jumlah dari
ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu ia
meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan.
Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat
investasi neto (Lailan, 2011).
Investasi merupakan penanaman modal. Perusahaan membeli
barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan produksinya dalam perekonomian. Kebijakan Investasi di
Indonesia dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
dengan dukungan dari departemen-departemen teknis terkait. BKPM
menetapkan skala prioritas untuk usaha tertentu, misalknya pembukaan
usaha bedar dihaapkan menghindari persaingan dengan usaha petani.
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang disetujui oleh BKPM akan mendapatkan berbagai fasilitas,
seperti pembebasa pajak impor untuk alat-alat dan mesin-mesin pertanian
yang harus diimpor. Kepada mereka juga diberikan fasilitas pembebasan
pajak untuk jangka waktu tertentu. Berbagai kebijakan investasi dikeluarkan
oleh pemerintah dengan tujuan untuk merangsang investasi, baik oleh
swasta nasional maupun swasta asing, namun sampai saat ini investasi
dalam sektor pertanian masih relative kecil. Hal ini terutama disebabkan
faktor keuntungan yang dapat diperoleh, yang umumnya lebih kecil
dibandingkan dengan investasi di sektor industri dan jasa. Investasi di sektor
pertanian lebih besar risikonya jika dibandingkan dengan sektor industri dan
jasa (Hanafie, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.V Andi


Offset.
Hartati, Susy et al. 2011. Karakteristik Gabungan Kelompok Tani Penerima
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan. Jurnal
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Vol 6 No. 2 Hal. 1 – 2.
Hasan, Fuad. 2010. Peran Luas Panen Dan Produktivitas Terhadap Pertumbuhan
Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur. Jurnal Agribisnis Vol.7 No.1
Hal.16-19.
Iskandar, Syaifuddin dkk. 2010. Karakteristik Dan Akar Masalah Kemiskinan
Kasus Pada 4 Tipologi Desa Di Kabupaten Sumbawa. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 11 No.1 Hal. 123-124.
Kholifa, Nurul. 2016. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Produktivitas Petani
(Studi Kasus di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap). Jurnal
Pendidikan dan Ekonomi. Vol.5 No.2 Hal. 91-93.
Lailan, Safina dan Sri Endang Rahayu. 2011. Analisis Pengaruh Investasi
Pemerintah dan Swasta terhadap Penciptaan Kesempatan Kerja di
Sumatera Utara. Jurnal Manajemen & Bisnis. Vol. 11 No. 1 Hal. 1-6.
Lumintang, Fatmawati M. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa Teep
Kecamatan Langowan Timur. Jurnal Emba. Vol 1 No. 3 Hal.899-992.
Luthfifatah. 2008. Masyarakat Pedesaan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mudjiyono. 2012. Investasi Dalam Saham & Obligasi Dan Meminimalisasi
Resiko Sekuritas Pada Pasar Modal Indonesia. Jurnal STIE Semarang.
Vol. 4 No. 2 Hal.1-6.
Nuhung, Iskandar Andi. 2014. Stratgi dan kebijakan pertanian.Jakarta: Rineka
Cipta.
Rahayu, Endang Siti. 2011. Kebijakan Harga dan Kesejahteraan Petani.
Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).
Rejekiningsih, Tri Wahyu dan Banatul Hayati. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tabungan Daerah di Kota Semarang. Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol. 1 No.1 Hal. 61-67.
Rinawati et al. 2014. Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Masyarakat Tani
Padi Sawah di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis. Vol. 2 No. 6 Hal. 653-657.
Santoso, Apik Budi. 2007. Peluang Kerja Non-Farm Di Pedesaan (Kajian Teoretis
Strategi Pengentasan Kemiskinan Di Pedesaan). Jurnal Geografi. Vol. 4
No. 1 Hal. 27-31.
Shinta, Agustina. 2009. Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Strategi
Peningkatan Gizi Berkualitas di Kota Probolinggo. Jurnal Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis. Vol. 7 No.2 Hal. 89-93.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: UB Press.
Sudaryana, Arif. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Menabung Pada Bank
Umum di Yogyakarta. Jurnal Ekonomi dan Perbankan. Vol. 1 No.1
Hal. 1-5.
Supartama, Made dkk. 2013. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi
Sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten
Parigi Moutong. e-journal Agrotekbis Vol 1 No1 Hal. 168-170
Surya. I. 2007. Karakteristik Wilayah Pedesaan.Yogyakarta: UGM Press.
Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa
Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Usman, Rachmadi. 2002. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.
Wanda, Faisal F. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam (Studi Kasus
di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser).
eJournal Administrasi Bisnis Vol 3 No. 2 Hal. 598-603.
Wirawan, et.al. 2014. Analisis Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung
Provinsi Bali. Jurnal Manajemen Agribisnis. Vol. 2 No. 1 Hal. 77-80.

Anda mungkin juga menyukai