Kabupaten Banyuwangi
Oleh :
*)
ANNASTIA LOH JAYANTI dan MUKSIN **)
ABSTRAK
Sektor pertanian masih menjadi salah satu unggulan sebagai penggerak sektor perekonomian di
Indonesia, begitu juga di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki potensi sumberdaya alam berlimpah. Salah
satu komoditi hortikultura yang saat ini menjadi primadona di Kabupaten Banyuwangi adalah buah naga,
dimana salah satu sentranya adalah Kecamatan Bangorejo. Permasalahan klasik yang terjadi dalam dunia
agribisnis adalah rendahnya posisi tawar petani pada saat tiba musim panen yang saat ini sebagian besar
produk buah naga langsung ditampung oleh pengepul beserta harga dan kualitas yang juga ditetapkan oleh
pengepul. Kondisi ini dapat diperbaiki apabila ada kerjasama antara berbagai pihak yang memiliki
kepentingan dan pengaruh di bidang agribisnis buah naga. Analisis stakeholder memetakan pihak yang
terlibat beserta kebutuhan dan peran yang harus dijalankan masing-masing pihak tersebut dalam mendukung
keberlanjutan agribisnis buah naga di Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
106
untuk semua komoditas pertanian dan tidak hanya agribisnis buah naga di di Kecamatan Bangorejo
terbatas pada usaha tani buah naga, namun yang Kabupaten Banyuwangi.
diambil sebagai narasumber dalam penelitian ini Tabel 2. Hasil Perhitungan nilai tingkat pengaruh
adalah kelompok tani yang menjalankan usaha stakeholder
buah naga.
1.4 Masyarakat
Peran masyarakat berkaitan dengan
kegiatan agribisnis buah naga di Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi adalah
sebagai pelaku usaha, yang melakukan usaha
sarana produksi pertanian, pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian, serta jasa penunjang
pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum
Republik Indonesia. Masyarakat juga
mendapatkan penyuluhan baik dari instansi
pemerintah maupun kelompok masyarakat
tentang cara mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. 1.4.1
Petani Buah Naga Kecamatan Bangorejo Tabel 3. Hasil Perhitungan nilai tingkat
Kabupaten Banyuwangi kepentingan stakeholder
Petani buah naga dalam hal ini adalah
Warga Negara Indonesia perseorangan dan/atau
beserta keluarganya yang melakukan usahatani di
bidang tanaman buah naga di Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2 Pedagang/pengepul Buah Naga Kecamatan
Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi
Pedagang/pengepul Buah Naga
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi
adalah setiap orang yang melakukan kegiatan
distribusi dan pemasaran produk buah naga di
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
2. Klasifikasi Stakeholder
Klasifikasi stakeholder dibedakan
menurut tingkat pengaruh dan kepentingan dalam
kegiatan agribisnis buah naga di di Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Pengukuran
tingkat pengaruh stakeholder dalam kegiatan
agribisnis buah naga di di Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi menggunakan
lima variabel yang meliputi kekuatan kondisi, Hasil analisis stakeholder diklasifikasikan
kekuatan kelayakan, kekuatan kompensasi, menurut tingkat pengaruh dan kepentingan dengan
kekuatan individu dan kekuatan organisasi menggunakan matriks menurut Reed et al. (2009)
(Galbraith 1983 diacu dalam Reed et al. 2009). dapat dilihat pada Gambar 4. Matriks pengaruh dan
Pengukuran tingkat kepentingan stakeholder kepentingan stakeholder tersebut menunjukkan
dalam kegiatan agribisnis buah naga di di bahwa masing-masing stakeholder memiliki
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi klasifikasi yang berbeda sesuai dengan tingkat
menggunakan lima variabel yang meliputi pengaruh dan kepentingannya dalam kegiatan
keterlibatan stakeholder, manfaat yang diperoleh agribisnis buah naga di di Kecamatan Bangorejo
stakeholder, bentuk kewenangan stakeholder, Kabupaten Banyuwangi.
program kerja stakeholder dan tingkat
ketergantungan stakeholder dalam kegiatan
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.15 No.3 Hal. 99-106, September-Desember 2015, ISSN 1411-5549
2.2 Subject
Stakeholder yang termasuk dalam
kelompok subject adalah petani buah naga,
kelompok Tani buah naga, serta pedagang buah
naga di Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi. Kelompok subject merupakan
klasifikasi stakeholder yang memiliki kepentingan
tinggi namun pengaruh yang rendah. Ketiga
stakeholder tersebut memiliki tujuan yang sama,
yaitu meningkatkan peran petani dalam kegiatan
agribisnis buah naga agar lebih produktif dan
sekaligus menerima manfaat yang positif. Masing-
masing stakeholder tersebut memiliki kepentingan
Gambar 1. Matriks pengaruh dan kepentingan tinggi, dikarenakan semua kegiatan yang dilakukan
stakeholder bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari
aktivitas produksi buah naga. Namun kelompok
2.1 Key Player subject memiliki pengaruh yang kecil karena hanya
Stakeholder yang termasuk dalam melakukan hubungan kerjasama dengan kelompok
kelompok key player adalah Dinas Pertanian, tani setempat dan dibawah naungan Dinas
Kehutanan, Perkebunan Kabupaten Banyuwangi Pertanian, Kehutanan, Perkebunan Kabupaten
dan PPL Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi kecuali pada pedagang/pengepul buah
Banyuwangi. Key player merupakan klasifikasi naga.
stakeholder yang memiliki pengaruh dan
kepentingan yang tinggi dalam kegiatan 2.3 Context setter
agribisnis buah naga di Kecamatan Bangorejo Stakeholder yang termasuk dalam
Kabupaten Banyuwangi. Hal ini sesuai dengan kelompok context setter adalah Pemerintah daerah
tugas pokok yang dimiliki oleh Dinas Pertanian, Kabupaten Banyuwangi. Kelompok context setter
Kehutanan, Perkebunan Kabupaten Banyuwangi merupakan klasifikasi stakeholder yang memiliki
sebagai instansi pemerintah daerah yang telah kepentingan rendah namun pengaruh yang tinggi.
diberikan mandat dalam melaksanakan urusan Pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi
pemerintahan daerah di bidang pertanian, dilibatkan dalam perancangan kebijakan di bidang
kehutanan dan perkebunan. Key player dalam pertanian. Keterlibatan perancangan kebijakan
kegiatan agribisnis buah naga di di Kecamatan tersebut dalam bentuk penyusunan rencana
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi selanjutnya strategis maupun rencana pembangunan jangka
adalah PT PPL Kecamatan Bangorejo Kabupaten panjang maupun menengah di bidang
Banyuwangi. PPL Kecamatan Bangorejo pengembangan potensi unggulan pertanian guna
Kabupaten Banyuwangi merupakan kepanjangan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan
tangan dari Dinas Pertanian, Kehutanan, masyarakat. Hal ini menyebabkan Pemerintah
Perkebunan Kabupaten Banyuwangi yang daerah Kabupaten Banyuwangi dapat memberikan
berperan dalam melakukan kegiatan penyuluhan pengaruh terhadap pengalokasian anggaran daerah
pertanian kepda petani sebagai pelaku usaha tani melalui penanaman modal di bidang pertanian.
buah naga agar mereka mau dan mampu 2.4 Crowd
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam Stakeholder yang termasuk dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, kelompok crowd adalah Gabungan Kelompok Tani
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai Buah Naga Kecamatan Bangorejo Kabupaten
upaya untuk meningkatkan produktivitas, Banyuwangi dan Lembaga Keuangan Buah Naga
efisiensi usaha, pendapatan, dan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran Kelompok crowd merupakan klasifikasi
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peran stakeholder yang memiliki pengaruh dan
penting kedua stakeholder tersebut memiliki kepentingan rendah. Para stakeholder tersebut
peran utama dalam upaya mengembangkan masih belum berperan secara signifikan dalam
kegiatan agribisnis buah naga di Kecamatan kegiatan agribisnis buah naga di Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Bangorejo Kabupaten Banyuwangi, dikarenakan
hanya berperan dalam kegiatan penyediaan
kebutuhan pembiayaan dan koordinasi antar
kelompok tani.
106
3. Kebutuhan Stakeholder dalam keberlanjutan
agribisnis buah naga Stakeholder yang terlibat
tentunya memiliki kebutuhan yang perlu untuk
dipenuhi terkait dengan kegiatan agribisnis buah
naga sesuai dengan Tupoksi dan aturan
kelembagaannya. Adapun kebutuhan masing-
masing stakeholder dalam kegiatan agribisnis buah
naga di Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 5. Kelompok Kebutuhan stake holder
Tabel 4. Kebutuhan Stake Holer
106
Hermanto dan Swastika, K. S., Dewa. 2011. Saridewi, T. R dan Siregar, A. N. 2010. Hubungan
Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Teknologi oleh Petani
Analisis Kebijakan Pertanian Volume No. terhadap
4 Desember 2011: 371-390 Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan
Kusumedi, P dan Bisjoe, A.R.H. 2010. Analisis Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei 2010
Stakeholder dan Kebijakan Pembangunan
KPH Model Maros di Propinsi Sulawesi Schmerr K. 2009. Stakeholder Anallysis
Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Guidelines. http:/www.lanchsr.org [1 Mei
Kehutanan, 7(3), 179-193. 2012]
Nuryati, Sri dan Swastika, K. S., Dewa. 2011. Supanggih, Dhianon dan Widodo, Slamet. 2013.
Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Aksesibilitas Petani terhadap Lembaga
Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Keuangan (Studi Kasus Pada Petani di
Agro ekonomi Volume 29 No. 2 Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu
Desember 2011: 115-128 Kabupaten Bojonegoro). Jurnal
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Agriekonomika Volume 2 Nomor 2
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Oktober 2013
Perdagangan Kementerian Perdagangan
republik Indonesia. 2014. Kajian Peran Syahyuti. 2007. Kebijakan
Pedagang Perantara (Middleman) dalam pengembangan gabungan kelompok
Perdagangan Dalam Negeri. Pusat tani (Gapoktan) sebagai
Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri kelembagaan ekonomi di
Badan Pengkajian dan Pengembangan perdesaan. Analisis Kebijakan Pertanian
Kebijakan Perdagangan 5(1):15–36.
Kementerian Perdagangan republik
Indonesia. Jakarta Syahyuti, et.al. 2014. Kajian Peran Organisasi
Petani dalam Mendukung Pembangunan
Reed, M.S. 2008. Stakeholder Participation for Pertanian. Laporan Akhir Penelitian. Pusat
Environmental Management: A Literature Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Review. Biological Conservation, 141, Pertanian Badan Penelitian dan
2417-2431. Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian.
Reed M, Graves A, Dandy N, Posthumus H,
Hubacek K, Morris J, Prell C, Quinn CH, Wakka, A. K. 2014. Analisis Stakeholders
Stringer LC. 2009. Who’s Nad Why? A Pengelolaan Kawasan Hutan dengan
Typology of Stakeholder Analysis Tujuan Khusus (Khdtk) Mengkendek,
Methods for Natural Resource Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi
Management. Journal of Environmental Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan
Management 90:1933-1949. Wallacea Vol. 3 No.1, April
2014 : 47 - 55
Redono, Cucak. 2012. Peran Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan Yekti, Ananti. 2010. Peranan Lembaga Keuangan
Kelompok Tani yang kuat dan Mandiri. Formal dan Informal Bagi Masyarakat
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume 15 Pertanian di Pedesaan. Jurnal Ilmu-ilmu
Nomor 1, Juli 2012. Sekolah Tinggi Pertanian Volume 6, Nomor 2, Desember
Penyuluhan Pertanian Magelang .Jurusan 2010. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta Penyuluhan Pertanian Magelang . Jurusan
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta
Saptana, et. al. 2013. Strategi
PercepatanTransformasi Kelembagaan Zulfikar, Muamar. 2013. Analisis Stakeholder
Gapoktan dan Lembaga Keuangan Mikro dalam Pengelolaan Wisata Alam di
Agribisnis Dalam Memperkuat Ekonomi Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Di Perdesaan. Jurnal Manajemen & Skripsi. Departemen Konservasi
Agribisnis, Vol. 10 No. 1, Maret 2013 Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor