Anda di halaman 1dari 49

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UDANG SALURAN

DAN KINERJA RANTAI PASOK TERASI KECAMATAN PUGER


KABUPATEN JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi Penelitian
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, M.S
Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M

Oleh
Eka Indriani Rhomadhoni
NIM 171510601053

MATA KULIAH METODELOGI PENELITIAN BISNIS DAN MANAJEMEN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
FENOMENA

Kabupaten Jember adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, berbatasan


dengan wilayah Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara,
Kabupaten Banyuwangi di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten
Lumajang di barat. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan dan terletak di
wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Jember dahulu sempat memiliki kota administratif,
namun sejak tahun 2001 istilah kota administratif dihapus. Hari jadi Kabupaten
Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari. Jember memiliki luas 3.293,34
Km2 dengan ketinggian antara 0 - 3.330 mdpl. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis
dengan kisaran suhu antara 23oC - 32oC. Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember
adalah dataran rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau Nusa Barong. Pada
kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah
administratif Kabupaten Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan
Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang, dengan
puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan bagian dari
rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai
Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang
yang persumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo
yang bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat.
Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak
dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan
berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta
lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI No. 31/2004, sebagaimana telah diubah
dengan UU RI No. 45/2009, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap
merupakan usaha agribisnis. Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan
penyediaan pangan bagi manusia. Tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga,
rekreasi dan tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak.

Agroindustri perikanan merupakan salah satu mata rantai penting dalam


agribisnis perikanan. Agroindustri pada subsektor perikanan laut merupakan bagian
dari suatu agroindustri di pedesaan secara umum, karena subsektor perikanan
merupakan bagian dari kegiatan pertanian. Agroindustri perikanan laut merupakan
serangkaian kegiatan yang mengolah hasil ikan laut dan hasil tangkapan nelayan di
pedesaan pantai. Permasalahan yang dihadapi oleh petani udang terkait kualitas saat
melakukan agroindustri apakah petani sudah baik dalam segi kualitas maupun segi
kemasan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan rumah
tangga pada agroindustri terasi di desa Puger Kulon sebelum diperbaiki dan setelah
diperbaiki kemasan produk pada saat agroindustri berlangsung.
Pemasaran pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa
komoditas pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan
harapan konsumen akan puas dengan mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran
pertanian dapat mencakup perpindahan barang atau produk pertanian dari produsen
kepada konsumen akhir. Alur pemasaran terasi di kecamatan Puger hanya berada di
toko – toko kecil padahal terasi di Puger merupakan terasi yang enak. Permasalahan
yang dihadapi oleh petani udang di daerah Puger yaitu terkait rantai pasok pemasaran
yang kurang efektif dimana kurangnya penyampaian informasi tentang produk
kepada konsumen petani hanya menggunakan promosi melalui personal selling
sehingga jangkauan informasi mengenai produk tidak dapat tersebar dengan luas.
Kendala lain dalam memasarkan produk terasi yaitu adanya pesaing produk sejenis
hal tersebut mengakibatkan petani harus bersaing cukup ketat khususnya dari segi
kualitas produk yang dihasilkan sehingga akan berdampak pada harga, dimana
perusahaan pesaing merupakan perusahaan yang cukup besar yang memiliki merek
atau brand yang lebih dulu di kenal oleh masyarakat karena kemasannya menarik dan
mudah di bawa. Oleh karena itu saya mengambil penelitian kualitas terasi Puger serta
pengemasan yang di buat menarik dan ada logo perusahaan juga untuk menarik minat
pembeli serta menyalurkan pemasaran ke berbagai kota di luar Jember untuk menarik
pembeli. Proses saluran pemasaran petani belum memiliki toko (outlet) sendiri
sehingga hanya menjual di pasar Puger dan mendistribusikan ke toko-toko kecil area
Puger. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti menyusun penelitian tentang
mengenai “Agroindustri Udang Saluran Dan Kinerja Rantai Pasok Terasi Kecamatan
Puger Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur”.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi besar dalam peningkatan pemanfaatan usaha pada
sektor perikanan. Sektor perikanan merupakan salah satu bagian dari rencana
pembangunan nasional yang dilaksanakan secara kontinyu dan bertahap.
Pembangunan perikanan bukan hanya pada usaha peningkatan produksi perikanan,
namun juga terhadap pendapatan, peningkatan taraf hidup para nelayan, dan petani
ikan. Maka diperlukan upaya untuk mengembangkan usaha perikanan dengan
memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan salah satu daerah yang
memiliki potensi untuk mewujudkan upaya tersebut yaitu Kabupaten Jember
(Musthofa 2018).
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu 10,26 % pada tahun 2014. Sektor
pertanian dalam arti luas yaitu mencakup sub sektor holtikultura, sub sektor
perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
Agribisnis merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan penanganan
komoditas pertanian yang secara luas meliputi seluruh rantai pasok produksi mulai
dari hulu sampai hilir. Pengolahan masukan dan keluaran produksi dalam
agroindustri, pemasaran dan kelembagaan penunjang kegiatan. Peranan subsektor
pertanian sudah  dapat dilihat dari indikator kegiatan yang telah  memberikan
kontribusi dalam membawa perubahan positif bagi kinerja pembangunan nasional
(Septina 2017).
Menurut Harisudin (2013) Pembangunan sektor pertanian tidak harus terfokus
hanya pada pengembangan budidaya (on farm) saja, tetapi ditunjang mainstream
pembangunan yang senantiasa diindikasi perbaikan ekonomi. Oleh karena itu
diperlukan strategi yang dapat mengoptimalisasi nilai tambah pada setiap komoditas
pertanian yang ada. Dalam perspektif optimalisasi tersebut, peran agroindustri
sebagai ekstraksi nilai tambah dan inovasi menjadi sangat penting keberadaannya .
Peningkatan ketahanan perikanan dalam jangka panjang untuk memperbaiki
kehidupan para petani dan keluargannya di lakukan oleh pemerintah. Tujuannya yaitu
untuk meningkatkan produktivitas pangan, mempromosikan dan pasar dan
perdagangan yang kondusif bagi faktor produksi dan komoditi pertanian serta
menjamin ketahanan pangan. Peningkatan ketahanan perikanan juga dilakukan
melalui pembangunan perdagangan perikanan yang bekerlanjutan dengan langkah
strategi dan informasi ketahanan perikanan yang terpadu dan inovasi pertanian yang
menonjolkan aksi promosi produksi perikanan bekelanjutan akan mendorong
investasi yang lebih besar pada industri perikanan.
Strategi dan informasi dalam ketahanan perikanan sangatlah mendorong dalam
investasi yang lebih besar khususnya pada industri perikanan dimana sektor
perikanan merupakan sektor yang mempunyai prospek sangat baik bagi
pembangunan ekonomi. Orientasi pengembangan pada perikanan tidak lagi terbatas
pada aspek pengembangbiakan saja, namun menunjang seluruh kegiatan dari kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana produksi, pelaksanaan pengembangbiakan,
penanganan pasca panen pada agroindustri, pemasaran pada konsumen hingga
didukung dengan jasa penunjang seperti pada kelembagaan dan infrastuktur yang
layak. Pemasaran suatu usaha dapat dilihat dari bauran pemasaran yang dilakukan.
Bauran pemasaran terdiri atas produk, harga, distribusi, dan promosi. Oleh karena itu
saya akan mengambil penelitian agroindustri untuk meningkatkan pendapatan petani
dengan menambahkan nilai tambah suatu produk dan pemasaran barang jadi
agroindustri tersebut supaya lebih dikenal masyarakat (Toariaunaldi, 2017).
Sektor perikanan terdiri dari Sektor komersial yaitu usaha perikanan tangkap dan
budidaya yang dilakukan oleh perusahaan atau individu untuk dijual secara mentah
maupun hasil olahannya. Sektor tradisional yaitu perusahaan atau individu yang
menangkap atau memelihara ikan dengan cara dan metode tradisional yang hasilnya
diserahkan ke kebudayaan masyarakat setempat. Sektor rekreasi yaitu perusahaan
atau individu yang menyediakan fasilitas penangkapan ikan (alat dan tempat) dengan
hasil yang tidak dijual (Khoiriyah 2012).
Menurut Purnamasari (2017) udang merupakan sektor perikanan yang
dikembangbiakan di daerah tambak dan mempunyai nilai ekonomis di banding ikan
yang lain. Udang merupakan sektor perikanan yang konsumsi banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia selain itu juga banyak digunakan untuk berbagai macam
agroindustri. Perikanan udang ini biasanya dikembangbiakan di daerah pertambakan.
Udang memiliki banyak kandungan seperti lemak dan protein. Budidaya udang
tergolong mudah namun perlu di galakan tambak intensif. Tambak intensif adalah
tambak yang dilengkapi dengan plastik mulsa yang menutupi semua bagian, pompa
air, kincir air, aerator, tingkat penebaran tinggi dan pakan 100% pelet. Pakan
merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral yang dibutuhkan udang untuk pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal sehingga produktivitasnya bisa ditingkatkan. Padat tebar berperan penting
dalam kegiatan budidaya untuk menentukan jumlah benur yang akan ditebar dan luas
tambak yang akan digunakan. Perbedaan kepadatan yang ditebar pada setiap petak
tambak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname
yang dihasilkan.
Penggunaan udang yang semakin beragam mengakibatkan permintaan akan
udang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan udang ini mampu
mengimbangi produksi dalam negeri dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Menurut BPS (2012-2016), udang tidak ada impor untuk sektor perikanan yang
mengalami impor adalah ikan salmon, sarden, makarel dan lain sebagainya.
Kebutuhan akan perikanan dalam negeri mencapai mengalami penaikan dan
penurunan sedangkan kemampuan produksi perikanan mengalami penaikan.
Indonesia mampu dalam hal swasembada perikanan tambak sampai 2.280 ton di
tahun 2016 menurut BPS budidaya perikanan tambak. Tingginya produksi nasional
perikanan tambak sewaktu-waktu akan mengalami penurunan dikarenakan luas areal
untuk perikanan yang semakin berkurang dan produktivitas per satuan luas lahan
masih rendah. Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan industri
perikanan berbahan baku udang berkembang pesat, udang perlu mendapat prioritas
untuk di kembangkan di dalam negeri agar dapat menekan laju impor. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik 2016 luas panen (ha), produksi(ton) dan produktivitas (ton/
ha) udang di Indonesia dapat di lihat pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Data Luas Lahan, Produksi, Produktivitas perikanan tambak di Indonesia
Tahun 2012-2016
Sumber : Badan Pusat Statistika (2012-2016)
Luas Panen Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2012 657.346 1.757 0,0026
2013 650.509 2.345 0,0036
2014 667.083 2.428 0,0036
2015 715.846 2.499 0,0034
2016 674.135 3.012 0,0044
Total 3.364.919 12.041 0,0176
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir produksi,
luas panen dan produktivitas perikanan tambak nasional selalu mengalami fluktuasi
atau naik turun. Tahun 2013, produksi perikanan tambak mencapai 2.345 ton dengan
produktivitas sekitar 0,0034 ton/ha dengan luasan lahan 650.509 Ha. Peningkatan
produksi, luas panen hingga produtivitas membuat daerah tersebut layak untuk di
kembangbiakan tersebut. Fluktuasi produksi yang terjadi pada lima tahun terakhir
dari tahun 2012-2016 paling tinggi luas panennya berada pada tahun 2015 untuk
tingkat produksi tertinggi di tahun 2016 sedangkan untuk produktivitas tertinggi
berada di tahun 2016. Keadaan ini berada di beberapa sentra produksi karena
disebabkan belum optimalnya pengolahan dan penggunaan faktor-faktor produksi
penurunan produktivitas lahan dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangbiakan ikan tambak dan pada akhirnya akan mempengaruhi pada hasil
ikan. Penurunan produktivitas tersebut juga akan berdampak pada pendapatan para
petani ikan tambak yang mana akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Peluang pasar udang dapat dilihat dari tingkat produksi dan pasar yang
berpotensi mengurangi impor bahan baku pakan ikan maupun industri makanan yang
ada di Indonesia. Peluang terhadap pasar sangatlah besar dalam upaya peningkatan
produksi baik kualitas maupun kuantitas dan dapat berdaya saing dengan negara
pengekspor perikanan tambak lainnya. Keberhasilan dalam budidaya udang sangatlah
ditentukan oleh penggunaan tambak intensif. Pengelolaan budidaya perikanan tambak
menyebabkan peningkatan produksi, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar
ekspor dalam peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan para petani (Farhan,
2014). Berikut ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (2014), data ekspor
berbagai komoditi di Indonesia termasuk komoditi udang dapat dilihat pada tabel 1.2
di bawah ini.
Tabel 1.2 Data Ekspor Udang Nasional pada Tahun 2015
Sub Sektor/ Komoditi Ekspor
No
Tanaman Pangan Ton Nilai (US$)
1 Kepiting dan kerang 109.624,4 266.851,4
2 Udang 145.077,9 1.311.010,9
Total 254.702,3 1.577.862,3
Sumber: Badan Pusat Statistika diolah Pusdatin (2014)
Berdasarkan pada tabel 1.2 menunjukan bahwa komoditas udang lebih besar
melakukan ekspor sebesar 1.311.010,9US$ sedangkan untuk ekspor Kepiting dan
kerang sebesar 266.851,4US$ hal ini terbilang mampu bersaing dengan Negara lain.
Negara tujuan ekspor ialah negara Amerika Serikat dimana merupakan negara tujuan
utama ekspor komoditas perikanan di Indonesia sebesar 745.274,1US$, terdapat
negara kedua pengekspor udang yaitu negara Jepang sebesar 306.576,7US$. Peluang
pasar tersebut perlu ditingkatkan dengan cara pemberdayaan dengan melakukan
optimalisasi produksi udang diberbagai wilayah atau provinsi yang ada di Indonesia,
agar dapat memenuhi permintaan pasar serta dapat berdaya saing di pasar
Internasional. Peningkatan akan kebutuhan permintaan udang juga akan berdampak
baik pada perekomonian masyarakat yang ada di wilayah Puger Jember. Peningkatan
tersebut nantinya akan meningkatkan devisa yang nantinya juga berdampak pada
petani udang dan anggota keluargannya. Peluang pasar juga perlu ditingkatkan agar
nantinya dalam hal ini hasil olahan udang dapat bersaing tidak hanya diwilayah
Jember saja namun di wilayah lainnya yang ada di sekitar Provinsi Jawa Timur.
Provinsi Jawa Timur merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal akan
keindahan alam dan budayanya dengan meningkakan aktivitas dan arus wisatawan
yang berkunjung dan melihat keindahan alam dan menikmati kuliner khas Jowo
secara tidak langsung akan berdampak pada tingkat perekomonian pada masyarakat
Jawa Timur sehingga dalam hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
tingkat perekomonian dapat terangkat. Hal ini membuat banyaknya perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang olahan hasil pertanian khususnya udang yang
dijadikan oleh-oleh khas Puger Jember seperti udang yang di olah menjadi terasi.
Terasi adalah produk tradisional perikanan yang banyak diolah di wilayah Asia
Tenggara. Terasi berbentuk pasta dan proses pengolahannya dilakukan dengan cara
menambahkan garam dan difermentasi pada suhu tertentu selama beberapa hari.
Produk terasi memiliki aroma dancita rasa khas. Menurut Rahmayati (2014), dalam
pembuatan terasi, proses fermentasi terjadi karena adanya aktivitas enzim dari tubuh
ikan atau udang yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan terasi itu sendiri.
Terasi Puger dikenal di Jawa Timur dan sangat diminati masyarakat, namun
meskipun sangat diminati masyarakat tidak semua terasi Puger mempunyai kualitas
sama dan hingga saat ini produk terasi Puger masih sulit memasuki pasar modern
(super market) sehingga konektivitas dan aksesabiltas pemasarannya masih terbatas.
Dari hasil observasi yang dilakukan di indomaret, alfamart, Carrefour dan matahari
yang ada di daerah jember sendiri tidak terdapat penjualan produk terasi puger karena
terjadi lemahnya konektivitas dan aksesabilitas produk terasi puger ke pasar yang
lebih modern (super market) atau ke pasar di daerah yang secara geogratis lebih jauh
dari jember. Untuk meningkatkan persaingan antar perusahaan pesaing, maka
perusahaan dituntut untuk bekerja keras dan melaksanakan kegiatan perusahaan
secara efisien demi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan maka
perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar dapat bertahan dalam persaingan
bisnis, salah satu strategi yang harus dipikirkan adalah strategi pemasaran atau bauran
pemasaran yang tepat.
Mengembangkan pemasaran produk terasi puger khususnya masyarakat di
desa puger maka diperlukan suatu penelitian untuk memperbaiki desain dan performa
produk terasi puger agar konektivitas dan aksesabilitas pemasarannya menjadi lebih
luas. Dengan demikian diharapkan usaha produk terasi masyarakat puger khususnya
menjadi berkembang baik sehingga meningkatkan keberdayaan ekonomi mayarakat
di pesisir pantai puger. Sehingga industri pengolahan terasi puger yang ada dituntut
terus bersaing dan mampu menarik minat konsumen untuk membeli. Salah satu
indikator yang paling penting dalam pengambilan keputusan untuk membeli produk
terasi puger bagi konsumen adalah kualitas dari produk tersebut. Proses saluran
pemasaran produk terasi puger belum memiliki toko (outlet) sendiri sehingga
perusahaan mendistribusikan terasi ke toko-toko kecil di wilayah Puger. Berdasarkan
fenomena tersebut, peneliti ingin menganalisis mengenai kinerja rantai pasok terasi
pada pedagang terasi (Nurliza 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses agroindustri udang di Puger Jember?
2. Bagaimana saluran rantai pasok terasi Puger Jember?
3. Bagaimana kinerja rantai pasok terasi Puger Jember?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui agroindustri udang Puger Jember.
2. Untuk mengetahui saluran rantai pasok terasi Puger Jember.
3. Untuk mengetahui kinerja rantai pasok terasi Puger Jember.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan serta dapat
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi agroindustri dapat mengembangkan komoditas olahan udang sehingga
para petani dapat meningkatkan produksi dan pendapatan secara berkelanjutan.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
sebagai bahan masukan dan memberikan gambaran dalam menentukan
kebijakan yang di berikan kepada para petani udang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut Septina (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “ Pemetaan
Pertanian Potensial Dalam Pengembangan Agroindustri Unggulan Di Kabupaten
Kepulauan Meranti” dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui menganalisis Komoditas pertanian potensial dan prioritas faktor-
faktor yang menentukan agroindustri unggulan berdasarkan komoditas pertanian
potensial. Hasil penelitian menunjukan Komoditas pertanian potensial untuk
dikembangkandi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sagu, kelapa, dan
karet.Faktor penentu : 1) Sumber daya alam (iklim, curah hujan, dan kesesuaian
lahan), faktor prioritas adalah kesesuaian lahan, iklim. 2) Sumber daya manusia
(pendidikan formal dan ketrampilan), faktor prioritas adalah ketrampilan, 3)
Modal (lahan, bibit, peralatan, teknologi, dan kemudahan budi daya), faktor
prioritas adalah lahan, bibit, kemudahan budi daya. 4) Sosial ekonomi dan budaya
(suku, kontribusi terhadap PDRB), faktor prioritas adalah kontribusi terhadap
PDRB. Agroindustri unggulan untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan
Meranti berdasarkan pertanian potensial adalah agroindustri sagu dan kelapa.
Menurut Nurrisilah dan Taufik (2018), dalam penelitiannya yang berjudul
“ Pengembangan Agroindustri Wilayah Pesisir Berbasis Komoditas Unggulan
Ikan Hasil Tangkapan” dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa komoditas hasil tangkap unggulan dan merumuskan strategi
pengembangan agroindustri yang berasal dari komoditas hasil tangkap unggulan
yang terpilih. Hasil penelitian menunjukan Berdasarkan hasil analisis LQ, ikan
kurisi dan ikan cakalang merupakan komoditas unggulan di Wilayah Pesisir
Kecamatan Tlanakan sedangkan hasil analisis AHP, kriteria modal menjadi
prioritas pertimbangan utama dalam memilih alternatif agroindustri berbasis
komoditas hasil tangkap unggulan, kemudian prioritas selanjutnya adalah kriteria
sarana prasarana, teknologi, peluang pasar, kebijakan pemerintah, tenaga kerja,
dan bahan baku. Alternatif agroindustri berbahan baku ikan kurisi dan ikan
cakalang yang bisa dikembangkan adalah agroindustri surimi dan agroindustri
petis. Strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan agroindustri surimi
dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja, meningkatkan penggunaan teknologi,
membentuk forum agribisnis, peningkatan fasilitas pelabuhan dan TPI. Strategi
yang dapat dilakukan untuk agroindustri petis adalah meningkatkan kualitas
produk, menjalin kerja sama dengan pengolah ikan pindang, dan meningkatkan
sarana seperti peralatan.
Menurut Teuku dkk (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Efisiensi Kinerja Rantai Pasok Ikan Tuna Pada Cv. Tuah Bahari Dan Pt. Nagata
Prima Tuna Di Banda Aceh” dapat diketahui bahwa tujuan penelitiannya ini
adalah untuk menganalisis aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi
pada rantai pasok ikan tuna di Banda Aceh, dengan menganalisis efisiensi kinerja
rantai pasok ikan tuna pada CV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran
produk dan aliran informasi rantai pasok ikan tuna di CV. Tuah Bahari dan PT.
Nagata Prima Tuna belum optimal, sedangkan aliran keuangan sudah optimal.
Hasil pengukuran efisiensi kinerja CV. Tuah Bahari, 4 KPI (Key Performance
Indicator) berada pada kategori Poor, sementara pada PT Nagata Prima Tuna
terdapat 9 KPI berada pada kategori Poor. Total nilai performansi kedua
perusahaan berada pada katagori Average, dengan nilai Index Total CV. Tuah
Bahari 62.9 dan PT. Nagata Prima Tuna 52.7.
Menurut Ilham dkk (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
Rantai Pasok Udang Vaname Studi Kasus Pada Pt. Aryazzka Indoputra
Kabupaten Aceh Besar” dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui mengidentifikasi rantai pasok pada PT. Aryazzka Indoputra serta
merumuskan strategi alternatif untuk perkembangan PT.Aryazzka Indoputra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi manajemen ratai pasok pada PT.
Aryazzka Indoputra dalam tahapan perkembangan. Hasil analisis FSCM
menggambarkan struktur jaringan, manajemen rantai, proses bisnis, dan kinerja
rantai pasok, dalam tahapan berkembang dan berjalan dengan baik, akan tetapi
kondisi sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya teknologi, dan
sumberdaya modal yang dimiliki oleh PT. Aryazzka Indoputra masih perlu
dibenahi dengan baik.
Menurut Lely dkk (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Model
Konseptual Customer Order Decoupling Point pada Agroindustri Udang” dapat
diketahui bahwa tujuan penelitian menyajikan model konseptual pada sistem
hybrid MTS-MTO berdasarkan customer order decoupling point (CODP) yang
disesuaikan dengan karakteristik produk, karakteristik produksi serta karakteristik
pasar di agroindustri udang. Hasil dari penelitian disajikan dalam template model
proses bisnis yang menggambarkan urutan-urutan keputusan untuk menyimpan
produk atau membuat produk untuk memenuhi pesanan dan model konseptual
dalam bentuk diagram yang diberi nama model konseptual CODP pada
agroindustri udang.
Menurut Suwandi dkk (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Uji
Komposisi Bahan Baku Terasi Dengan Menggunakan Alat Pencetak Terasi” dapat
diketahui bahwa tujuan penelitian menguji komposisi bahan baku terasi dengan
menggunakan alat pencetak terasi dan kualitas terasi yang dihasilkan. Parameter
yang diamati adalah persentase bahan tertinggal dalam alat, kadar abu tak larut
dalam asam, kadar protein, jumlah bakteri E.coli, kadar air, dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bahan baku terasi berpengaruh
nyata terhadap persentase bahan tertinggal dalam alat, kadar abu tidak larut dalam
asam, kadar air, dan uji organoleptic namun berpengaruh tidak nyata terhadap
kadar protein dan kadar bakteri E. coli. Kadar garam berpengaruh nyata terhadap
persentase bahan tertinggal dalam alat, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar
air, dan uji organoleptic namun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein
dan kadar bakteri E. coli.
Menurut Farhan dkk (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Perbedaan Bahan Baku Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pada Terasi” dapat
diketahui bahwa tujuan penelitian mengetahui pengaruh penggunaan bahan baku
yang berbeda terhadap kandungan asam glutamat dan kualitas terasi. Materi
penelitian berupa terasi dari ikan teri segar, ikan petek segar dan udang rebon
segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahan baku memberikan
perberbedaan nyata (p<0,05) terhadap nilai kadar protein, asam glutamat, kadar
air, TPC, Aw dan pH. Perbedan bahan baku tidak memberikan perbedaan nyata
(p>0,05) terhadap nilai kadar garam. Penggunaan bahan baku udang rebon
menghasilkan produk terasi dengan nilai asam glutamat tertinggi (12,56%). Nilai
organoleptik spesifikasi kenampakan, bau dan rasa menunjukkan perbedaan yang
nyata (p<0,005), sedangkan tekstur dan jamur tidak memberikan perbedaan yang
nyata (p>0,05). Kadar air dan pH terendah terdapat pada terasi dengan bahan baku
rebon (Kadar air = 40,05%, pH = 6,28), sedangkan pada uji TPC dan Aw nilai
terendah terdapat pada bahan baku Teri (TPC = 3,98×102, Aw = 0,82).
Berdasarkan perlakuan penggunaan bahan baku rebon memiliki kualitas terbaik
diantara ketiga perlakuan dengan rata-rata nilai nilai organoleptik sebesar 7,87 ≤ μ
≤ 8,06, asam glutamat (12,56%), kadar protein (35,10%), kadar air (40,05%), TPC
(1,74×103), Aw (0,84), kadar garam (0,64%) dan pH (6,28).

2.2 Kerangka Teori


2.2.1 Komoditas Udang
Udang merupakan komoditas dari sektor perikanan yang berperan sebagai
penyumbang devisa non-migas yang besar bagi negara. Salah satu udang yang
menjadi komoditas utama budidaya adalah udang putih atau udang vaname.
Udang vaname merupakan udang introduksi yang masuk ke Indonesia pada awal
tahun 2000 yang berasal dari Amerika (Sugama et al., 2006). Para petambak
udang mulai mengalihkan komoditas budidayanya dari udang windu ke udang
vaname. Timbulnya permasalahan penyakit pada udang windu menyebabkan
petambak mengalami kerugian dan budidaya udang vaname menjadi suatu solusi
untuk mengatasi kekosongan lahan tambak (Purwaningsih, 2015).
Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis udang yang permintaannya
cukup tinggi baik di dalam maupun luar negeri yaitu udang vaname (Litopenaeus
vannamei). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan
kebutuhan udang vaname di Jepang 420.000 ton/tahun, Amerika Serikat sebesar
560.000-570.000 ton/tahun dan Uni Eropa 230.000-240.000 ton/tahun. Dijelaskan
oleh Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru
memproduksi udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun. Hasil tersebut belum
mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi
udang vaname ditingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi
kebutuhan pasar tersebut (Ghufron dkk., 2017).
Menurut Erlando et al (2015), udang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea
Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis udang yang permintaannya
cukup tinggi baik di dalam maupun luar negeri yaitu udang vaname (Litopenaeus
vannamei). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan
kebutuhan udang vaname di Jepang 420.000 ton/tahun, Amerika Serikat sebesar
560.000-570.000 ton/tahun dan Uni Eropa 230.000-240.000 ton/tahun. Dijelaskan
oleh Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru
memproduksi udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun. Hasil tersebut belum
mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi
udang vaname ditingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi
kebutuhan pasar tersebut (Ghufron dkk., 2017). Udang merupakan perikanan
tambak yang memiliki morfologi ,tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian
dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala
dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-
ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson
yang berbentuk runcing.
1. Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian
depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala
atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3
gerigi untuk P monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
a) Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
b) Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang
kuat.
c) Sepasang sungut besar atau antena.
d) Dua pasang sungut kecil atau antennula.
e) Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
f) Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
g) Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga
bercapit yang dinamakan chela.
h) Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
2. Bagian Badan dan Perut
(Abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas
pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang
mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas
terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ
dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
terletak pada ujung ruas keenam. Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang
mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah
maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson
dan uropod.
Berikut ini adalah bagian-bagian utama tubuh yang menjadi ciri-ciri
udang:
a) Cephalothorax bagian dorsal tertutup karapaks, terdiri atas delapan
segmen.
b) Ujung depan terdapat rostrum, di kanan kirinya terdapat mata yang
bertangkai. Mulut dibagian ventral depan.
c) Abdomen terdiri atas enam segmen dengan perluasan pada segmen
terakhir yang disebut telson.
Ekstremitas terdiri atas:
a) Antena dan antenula sebagai alat indera.
b) Mandibula dan maxilla (rahang) yang berfungsi untuk mengunyah
makanan dan mengalirkan air.
c) Chilepes, yaitu kaki yang paling depan, merupakan kaki terbesar dan
ujungnya membentuk capit (chela) untuk menyerang, bertahan, dan
sebagai alat peraba.
d) Empat pasang kaki yang sebenarnya berfungsi untuk bergerak, memegang
makanan, dan membersihkan tubuh.
e) Extremitas pada abdomen berfungsi untuk menimbulkan aliran air,
membantu fertilisasi (perkawinan), dan untuk memelihara telur serta anak-
anaknya.
f) Extremitas terakhir disebut uropodium dengan telson yang berfungsi untuk
berenang mundur.
3. Sistem Pencernaan Udang
Susunan alat pencernaan pada udang sudah seperti kelengkapan pada
hewan tingkat tinggi. Adapun alur pencernaan pada udang ialah: Mulut >
Kerongkongan > Lambung dengan kelenjar penceraan > Usus > Rektum > Anus
4. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada udang ialah sebagai berikut: jantung
memompa darah keseluruh tubuh melalui arteri dan kembali ke jantung lagi
setelah melalui insang. Pertukaran oksigen dengan karbondioksida terjadi ketika
berada di di dalam insang. Darah berfungsi untuk mengedarkan oksigen,
karbondioksida, mengedarkan zat makanan, dan mengangkut urea ke alat
ekskresi.

5. Sistem Saraf Udang


Sistem saraf pada udang menyerupai sistem saraf yang terdapat pada
cacing tanah. Udang memiliki mata facet yang mana merupakan indera yang
berkembang dengan baik dan terdiri dari bagian yang disebut facet. Tiap-tiap facet
merupakan sebuah kesatuan indera penglihatan yang disebut ommatidium.
Ommatidium terdiri dari kornea, dua buah sel korneagen (sel pembentuk kornea),
konus kristalinus, dua sel retinula, dan serabut saraf. Satu mata facet terdiri dari
kurang ebih 2.500 ommatidium
6. Sistem Perkembangbiakan Udang
Sistem perkembangbiakan udang bersifat gonokris, namun bisa ditemui
adanaya dua jenis perkembangbiakan yakni jantan dan betina.
2.2.2 Budidaya Udang Vaname
Menurut Sulastri dkk (2017) budidaya pembesaran vaname mencakup
persiapan tambak, penebaran benur dan aklimatisasi, monitoring pakan,
monitoring kualitas air, dan pemanenan. Berikut tahapan rancangan penelitian
dalam teknik pembesaran udang vaname di lapangan:
1. Persiapan tambak
Kegiatan awal yang sangat menentukan keberhasilan budidaya, persiapannya
harus dilakukan secara benar dan maksimal. Persiapan tambak yang baik akan
mendukung tingkat kelulus hidupan (survival rate) dan tingginya produksi hasil
panen. Persiapan tambak mencakup konstruksi tambak, desain petakan tambak,
saluran pemasukan dan pengeluaran air, pematang tambak, dan pengolahan lahan.
Selain itu, seleksi benih juga perlu diperhatikan. Benih udang (benur) yang
digunakan harus memiliki SPF (Spesific Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap
perubahan lingkungan dan tahan terhadap penyakit. Menurut (Haryanti et al.,
2003; Kordi dan Tancung, 2007) ciri benih udang yang bagus diantaranya ukuran
benih seragam, panjang benih > 6 mm, aktif berenang secara menyebar dan
melawan arus, tubuh berwarna bening transparan, serta terbebas dari infeksi virus
dan bakteri.
2. Penebaran Benih
Dilakukan pada saat pagi atau sore hari untuk menghindari suhu yang terlalu
tinggi. Hal ini untuk menghindari stress pada benih. Sebelum dimasukkan ke
tambak, benih diaklimatisasi terlebih dahulu dengan cara meletakkan plastik berisi
benur ke atas air tambak. Proses ini berlangsung sekitar 15 menit. Tahapan
selanjutnya adalah pemberian pakan, pakan yang diberikan berupa tepung ikan
dan pellet hingga umur benur mencapai 2 minggu dengan intensitas pemberian
sebanyak 2 kali untuk PL 1-15, 4 kali untuk benur PL 16-70, dan 5 kali untuk PL
71-120 setiap harinya. Prinsip pemberian pakan adalah 5 % dari berat tubuhnya
setiap hari. Apabila setiap pengecekan anco pakan selalu habis, maka diberikan
tambahan 5% pakan, tetapi jika sebaliknya, maka pakan dikurangi sebesar 5%.
3. Pengendalian hama dan penyakit
faktor pendukung keberhasilan budidaya, hama yang menjadi penggangu yaitu
kepiting dan moluska. selain itu adanya virus seperti IMNV dan WSSV dapat
menyebabkan penyakit. Penyakit ini biasa muncul pada saat musim panas pada
tambak yang mempunyai kualitas air labil dan menyebabkan fluktuasi pH dan
suhu yang tinggi. Menambahkan bahwa virus IMNV dapat menyebabkan penyakit
busuk pada otot dengan tanda klinis perubahan warna otot menjadi putih susu,
diikuti terjadi perubahan warna kemerahan. Pembusukan otot dimulai dari bagian
ekor. Penyakit ini mengakibatkan kematian massal udang pada saat umur udang
terserang mulai dari 30 hari.
4. Pemanenan
Dilakukan apabila berat udang sudah mencapai ukuran konsumsi atau ketika
terjadi infeksi penyakit pada tambak pemeliharaan.

2.2.3 Teori Agroindustri


Agroindustri dalam arti luas meliputi industri penyedia input pertanian,
industri pengolahan hasil pertanian dan subsektor dalam sektor pertanian, yaitu
meliputi tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan. Menurut Marsudi (2013), agroindustri berasal dari dua kata
Agricultural dan Industry yang berarti satu industri yang menghasilkan satu
produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian.
Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri, yang
mengolah bahan baku yang bersumber dari tanaman, binatang dan ikan.
Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transportasi dan
pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan dan
distribusi.
Agroindustri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Industri merupakan program pemerintah untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan keadilan dan
kemakmuran masyarakat. Tujuan pembangunan industri untuk (1) meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, (2) meningkatkan ekspor Indonesia dan pemberdayaan
masyarakat dalam negeri, (3) memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti
bagi perekonomian, (4) mendukung perkembangan sektor infrastruktur, (5)
meningkatkan kemampuan teknologi, (6) meningkatkan pendalaman struktut
industri dan diversifikasi produk dan (7) meningkatkan penyebaran industri (Hilpa
dan Walbiden., 2013).
Menurut Syamsul dan Nurul (2016), pemilihan jenis agroindustri
merupakan keputusan yang paling menentukan keberhasilan dan keberlanjutan
agroindustri yang akan dikembangkan. Pilihan tersebut ditentukan oleh
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada 3 komponen dasar
agroindustri, yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan, pemasaran, permodalan,
teknologi dan kelembagaan pendukung Kegiatan agroindustri harus dapat
dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari empat keterkaitan sebagai berikut :
1. Keterkaitan mata rantai produksi
2. Keterkaitan kebijakan makro-mikro
3. Keterkaitan kelembagaan
4. Keterkaitan internasional
Menurut Hari dkk (2017) pengembangan agroindustri perusahaan di tuntut
untuk memiliki kemasan yang menarik dan performa terasi. Hal – hal yang di
harapkan konsumen yaitu rasa, aroma bau, warna bahan tambahan tidak
menggunakan pewarna, harga, ukuran dalam pengemasan, kemasan yang
bertujuan melindungi produk menjaga kesehatan mutu produk, komposisi yang
sesuai dengan dinas kesehatan yang dianjurkan, mencantumkan tanggal
kadaluwarsa untuk melindungi konsumen dari yang sudah basi, dan kehigienisan
suatu produk.

2.2.4 Teori Rantai Pasok (Supply Chain)


Menurut Christopher (2019), memaparkan bahwa rantai pasok merupakan
sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan
pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara
efisien. Barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi
yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen.
Penekanan pada semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang
didalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai
ke konsumen akhir dan disertai aliran informasi dan uang. Rantai pasok adalah
sistem organisasi orang, teknologi, aktivitas, informasi dan sumber daya yang
terlibat di dalam prospek penyampaian produk/jasa dari pemasok ke konsumen,
aktivitas-aktivitas dalam rantai pasok mengubah sumber daya alam, bahan baku,
dan komponen–komponen dalam menjadi produk-produk jadi yang akan
disalurkan ke konsumen akhir. Untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang
berkualitas diperlukan standar dasar komoditas, sedangkan kuantitas pasokan
perlu memperhatikan produktivitas tanaman. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dari tingkat layanan konsumen adalah tingkat pemenuhan pesanan
(order fill rates), ketepatan waktu pengiriman (on time delivery) dan tingkat
pengembalian produk oleh konsumen dengan berbagai alasan (rate of products
returned by costomer forwhatever reason).
Menurut Jordan dkk (2019), konsep rantai pasok (supply chain)
merupakan konsep baru dalam menerapkan sistem logistik yang reintegrasi, yang
merupakan mata rantai penyedia barang dari bahan baku sampai barang jadi.
Rantai pasok merupakan pergerakan fisik bahan baku atau produk, aliran,
informasi, pergerakan uang, penciptaan dan penjabaran modal intelektual, rantai
tidak sama dengan istilah logistik karena didalamnya akan termasuk fungsi
pembelian, produksi, pemasaran, keuangan, perekayasaan dan aktivitas
pengendalian.
Berdasarkan konsep rantai pasok, terdapat tiga tahapan dalam aliran
meterial. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem
physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dn produk jadi
didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical distribusion,
aliran material. Menurut Indrie et al (2018), hubungan organisasi dalam rantai
pasok adalah sebagai berikut:
1. Rantai 1 adalah supplier, jaringan bermula disni, yang merakan sumber
penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai.
Bahan pertama ini dapat berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, bahan dagangan dan suku cadang. Jumlah supplier bisa banyak
atau sedikit. Supplier rantai pasok pertanian antara lain produsen dan
tengkulak. Produsen adalah para petani baik secara individu atau yang sudah
bergabung dalam kelompok-kelompok tani. Tengkulak adalah pedangang
komoditas pertanian yang mengumpulkan produk-produk pertanian dari
sebagian para petani untuk dijual lagi dengan harga yang tinggi. Produsen
bisa menjadi supplier untuk tengkulak atau langsung supplier untuk
manufaktur.
2. Rantai 1-2 adalah supplier- manufacturer. Manufaktur yang melakukan
pekerjaan membuat, mempabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengonversikan maupun menyelesaikan barang. Pada rantai pasok pertanian
manufaktur adalah pengolah komoditas produk pertanian yang membuat nilai
tambah untuk komoditas tersebut. Hubungan konsep supplier partnering
antara manufaktur dengan supplier mempunyai potensi yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Konsep ini manufaktur sudah
memiliki perjanjian atau kontrak dengan supplier sehingga terdapat
kepastian harga produk untuk petani sebagai supplier dan kepastian kualitas
dan kuantitas produk untuk pengolah sebagai manufaktur.
3. Rantai 1-2-3 adalah supplier-manufacturer-distributor. Barang uang sudah
jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelangan, walaupun tersedia banyak
cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan uang umumnya adalah
melalui distributor dan biasanya di tempuh dengan supply chain. Barang dari
pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang
besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer. Pada
umumnya manufaktur sudah memiliki bagian distribusi di dalam
perusahaannya sendiri, tapi ada juga manufaktur yang menggunakan jasa
distributor di luar perusahaannya.
4. Rantai 1-2-3-4 adalah supplier-manufacturer-distributor-ritel. Pedagang
besar biasanya mempunyai fasilitas gudang tersendiri atau dapat juga
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan lagi kepihak pengecer. Pada rantai ini dapat dilakukan
penghematan dalam bentuk inventor dan biaya gudang, dengan cara
melakukan desain kembali pola-pola pengecer. Rantai pasok pertanian
pedagang besar selaku distributor akan memasok produk pertanian kepada
pengecer dipasar tradisional maupun di pasar swalayan.
5. Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier-manufacturer-distributor-riter-pelangan.
Pengecer menawarkan barangnya kepada pelangan atau pembeli. Mata rantai
baru benar-benar berhenti ketika barang tiba pada pelanggan langsung.
Stuktur rantai pasok produk pertanian memiliki keunikan yang tidak
selalui mengikuti urutan rantai diatas. Petani dapat menjual langsung hasil
pertaniannya kepasar selaku retail. Mekanisme rantai pasok produk pertanian
dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani
menjual produknya langsung ke pasar atau dapat lewat tengkulak, dan tengkulak
akan menjualnya ke pasar swalayan. Keberadaan tengkulak sebagai perantara bisa
di pandang sebagai sebuah kemudahan ataupun sebuah kerugian untuk petani.
Para tengkulak akan mendatangi petani dan membeli hasil penennya, dengan
begitu petani tidak perlu susah-susah memasarkan produknya. Para tengkulak
sering menetapkan harga sendiri sesuai keinginan mereka dan biasanya jauh
dibawah harga standar bagi para petani kecil dan hasil panennya tidak terlalu
besar. Mekanisme rantai pasok ini membuat petani berada pada posisi yang lemak
karena tengkulak akan mengambil keuntungan yang besar sehingga keuntungan
yang di terima petani kecil, apalagi jika dilihat dari karakteristik produk pertanian
yang mudah rusak dan bersifat musiman (Ratna., 2015).
Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama
produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontrak
dengan manufaktur, eksportir dan langsung dengan pasar sebagai retail sehingga
petani memiliki posisi tawar yang baik. Perjanjian antara kontak antara petani dan
mitra berdampak baik pada keduanya. Petani mendapatkan kepastian pembelian
hasil penennya dengan harga yang telah disepakati, dan pihak mitra mendapatkan
produk pertanian yang memiliki spesifikasi mutu yang telah disepakati juga.
Mekanisme ini tidak menacu para pelaku rantai pasok yang lain seperti
manufaktur, distributor dan retail untuk menjamin kualitas produk yang dinginkan
oleh pasar, sehingga produk diterima konsumen dari lokal maupun mencanegara.
Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang
sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai
pasok suatu komoditas dalam rangka mencapai satu atau dua lebih tujuan yang
menguntungkan semua pihak yang ada di dalam kelembagaan rantai pasok itu
sendiri dan keuntungan bagi pihak-pihak di luar kelembagaan tersebut. Komponen
kelembagaan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok mekaniskme
ini berlaku, pola interaksi antar pelaku dan dampak bagi pengembangan usaha
suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku rantai pasok
tersebut (Agus Dwi dkk., 2018)
Menurut Saleh (2018) menyatakan bahwa hubungan proses dalam rantai
dapat ditinjau dari sudut pandang siklus serta di tinjau pull/pust. Tinjauan siklus
membagi proses dalam rantai ke dalam beberapa rangkaian antara lain customer
order, procurenment, manufacturing serta replenishment. Pada tinjauan
pull/push, proses di dalam rantai pasok dilihat apakah sebagai upaya untuk
merespon permintaan konsumen tau untuk mengantisipasi permintaan konsumen.
Pada proses tarik, proses dilakukan untuk merespon permintaan konsumen,
sedangkan untuk proses dorong proses di lakukan untuk mengantisipasi pesanan
konsumen yang akan datang. Pengelolaan rantai pasok dalam agroindustri di
definisikan sebagai hubungan kerjasama antara produsen, pengolah serta
pedagang ritel dalam memberikan jaminan serta meminimalkan biaya produksi.
Namun sampai saat ini belum banyak lembaga yang melakukan interverensi
menyeluruh pada semua rantai pasok. Perbaikan dalam praktek budidaya dan
peningkatan kualitas tidak diikuti dengan peningkatan akses terhadap pasar untuk
mendapatkan harga dan margin keuntungan yang lebih baik. Pemasaran melalui
pedagan besar mengalamipasang surut dari segi keberlanjutan bisnis.

2.2.5. Manajemen Rantai Pasok ( Supply Chain Manajement)


Menurut Rina dan Catur (2018), Supply Chain Manajement merupakan
jaringan dari organisasi dengan keterlibatan pihak sektor bisnis dari hulu sampai
hilir dengan proses dan aktivitas yang berbeda dalam menghasilkan nilai yang
berbentuk barang atau jasa sampai ke tangan konsumen, dengan biaya yang
semakin menurun secara keseluruhan. Aktivitas dalam manajemen rantai pasok
menyangkut semua aktivitas yang berupa penyampaian produk kepada pelangan
mulai dari design produk untuk penerimaan pesanan, penambahan bahan baku,
pemasaran, pemanufakturan, logistik, pelayanan pelangan, pemerimaan
pembayaran. Supply Chain Manajement merupakan arus informasi dan bahan
baku yang terbaik, yang secara signifikan dapat dibedakan, yang ditujukan untuk
dapat memenangkan persaingan yang berbasis pada keunggulan. Fokus dari
manajemen rantai pasok adalah pertalian atau relationship pada pemesanan
dalam mencapai lebih banyak keluaran yang menguntungkan untuk seluruh
bagian dari rantai pasok. Tujuan utama dari adanya manajemen rantai pasok
adalah penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan
pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasok
(bukan hanya pada satu perusahaan), mengurangi waktu penyampaian dan
memuaskan kegiatan perencanaan dan distribusi.
Menurut Ramadhan et al. (2014), penggunaaan manajemen aplikasi rantai
pasok yang lebih efektif dan lebih efisien diharapkan dapat meningkatkan
koordinasi antar pelaku super chain. Koordinasi dan kolaborasi dalam supply
chain dapat tercapai bila adanya hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
panjang yang dimaksud yaitu menekankan pada lamanya hubungan yang sudah
terjalin, akan tetapi lebih menekankan pada keinginan untuk menjalin hubungan
dalam jangka waktu yang lama antara pelaku super chain. Sebab itu manajemen
rantai pasok sangat penting untuk dapat mengetahui tingkat kinerja suatu usaha
seta solusi-solusi perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja
supply chain mendatang.
Menurut Dewanti (2016), manajemen rantai pasok merupakan proses
bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa,
informasi, dan membantu dalam meningkatkan nilai untuk konsumen dan
karyawan. Perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan
kerja melalui rantai pasokan yaitu dengan terkoordinasinya dalam penyediaan
barang maupun jasa bagi konsumen sacara efisien satu hal yang paling penting
dalam manajemen rantai pasokan yaitu adanya berbagi informasi. Aplikasi
manajemen rantai pasokan dapat memberikan dampak yang cukup berarti yaitu
dalam peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun terhadap
sistem yang diatur.

2.2.6 Teori Kinerja


Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima
tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi adalah tujuan dan
kemampuan pekerja. Definisi tersebut dapat dikatakan bahwa karyawan atau
pekerja memegang peranan penting dalam menjalankan segala aktivitas
perusahaan agar dapat tumbuh berkembang dan mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan. Penciptaan sumberdaya manusia yang handal membutuhkan
pengeloaan yang baik agar kinerja pekerja atau karyawan lebih optimal. Kinerja
akan dapat mengalami penurunan dan peningkatan motivasi yang dikatakan
sebagai hal yang mempengaruhi peningkatan serta penurunan suatu kinerja.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan kinerja salah satunya adalah dengan
gaya kepemimpinan suatu perusahaan. Gaya kepemimpinan dapat dirumuskan
sebagai suatu pola perilaku yang rancang untuk memadukan kepentingan-
kepetingan organisasi dan personalia guna mengejar beberapa sasaran (Septika
dan Ayu., 2018).
Kinerja merupakan suatu pencapaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau
aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan
serta sasaran yang telah di tetapkan oleh suatu organisasi yang dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kinerja
hanya menngacu pada serangkaian hasil yangdiperoleh oleh pekerja selama
periode tertentu dan tidak termasuk karakteristi pribadi pekerja yang dinilai.
Kinerja juga dapat didefisinikan sebagai hasil kerja yanh dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing. Upaya dalam mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
morma dan etika (Kusuma, 2013).
Menurut Subroto dkk., (2018). Penampilan hasil kerja seseorang secara
kuantitas maupun mutu pekerjannya dapat disebut dengan kinerja. Kinerja dapat
dilihat melalui pencapaian hasil pekerjaan yang dicapai seseorang menurut
pekerjaan yang dilakukan. Kinerja mengacu pada hasil yang diperoleh seseorang
dalam kurun waktu tertentu. Kinerja yang baik diperoleh dari kualtias sumberdaya
manusia yang baik juga. Sumberdaya manusia harus dididik dan diberi
pemahaman secara khusus agar menciptakan kinerja yang sesuai dengan harapan
organisasi. Kinerja tidak selamanya berjalan baik atau bersifat positif, terkadang
karena pengaruh faktor luar kinerja dapat mengalami penurunan. Contoh dalam
lingkungan perusahaan yaitu, sesorang yang memiliki kinerja baik pada periode
tertentu semakin lama kinerja tersebut akan menurun seiring berjalannya waktu
dikarenakan faktor usia, kondisi lingkungan dan sosial.

2.3 Kerangka Pemikiran


Pertanian merupakan salah satu sektor terpenting bagi perekomonian
Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki luas daerah pertanian
yang sangat luas. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan manusia untuk menghasilkan berbagai output. Pertanian yang ada
di Indonesia dapat mencangkup pertanian dalam arti luas yakni meliputi beberapa
sub sektor. Sub sektor tersebut meliputi sub sektor holtikultura, sub sektor
perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor, peternakan, sub sektor perikanan.
Sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
masyarakat Indonesia dibandingkan dengan sub sektor yang lainnya.
Perikanan tambak merupakan perikanan yang memiliki prospek yang
sangat menjanjikan bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Perikanan tambak
yang dimaksud ini yaitu udang, dapat diolah menjadi berbagai macam produk
olahan. Pengembangan dan peningkatan perikanan tambak sejalan dengan tujuan
pembangunan pertanian di Indonesia yaitu untuk meningkatkan pendapatan, taraf
hidup dan kehidupan sosial petani dan keluargannya secara lebih merata. Sub
sektor perikanan terdiri dari beberapa komoditas seperti udang, lobster, dan
kepiting.
Udang merupakan perikanan jenis tambak yang ada di Indonesia.
Penggunaan kacang tanah yang semakin beragam mengakibatkan permintaan
udang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang produksi dan pengolahan udang adalah Kecamatan Puger.
Puger adalah suatu daerah usaha agroindustri yang bergerak dibidang produksi
agroindustri udang yang saat ini dikenal oleh produk agroindustri udang. Usaha
terasi udang terletak di pesisir pantai Puger Jember yang memproduksi dan
memasarkan terasi tersebut dan melihat minat konsumen yang cenderung lebih
banyak mengkonsumsi terasi sebagai penambahan dalam pembuatan sambal
dibandingkan dengan olahan agroindustri lainnya. Saluran dan kinerja rantai
pasok udang dipengaruhi oleh tingkat pemasaran dengan melihat dari segi produk,
harga, promosi dan tempat (distribusi) agar usahanya berkembang dan
bekerlanjutan dan mampu bersaing dengan perusahaan yang mempunyai produk
sejenis seperti terasi udang Indofood.
Saluran merupakan sekelompok organisasi yang saling bergantung, dan
mempunyai beragam fungsi seta terlibat dalam pembuatan produk atau jasa yang
disediakan dan digunakan untuk di konsumsi. Sistem saluran pemasaran
merupakan sekelompok saluran pemasaran tertentu yang digunakan oleh sebuah
perusahaan dan keputusan tentang sistem ini merupakan salah salah satu
keputusan terpenting yang dihadapi manajemen. Saluran pemasaran yang
digunakan di Puger merupakan saluran pemasaran yang digunakan secara
sederhana dimana produsen hanya memasarkan produknya melalui pasar
tradisional dan Puger tidak memiliki outlet atau toko.
Rantai pasok merupakan sebuah rangkaian atau jaringan dari perusahaan
yang bekerja sacara bersama-sama dalam menjalurkan produk atau jasa kepada
konsumen akhir. Rantai ini juga melibatkan proses produksi, pengiriman,
penyimpanan, distribusi dan proses penjualan produk untuk memenuhi
permintaan. Saluran distribusi merupakan hal yang penting dalam rantai pasokan
yang menyangkut dengan pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lain
secara efektif dan efisien. Rantai pasokan ini digunakan dalam  pengelolaan
berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan
transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk
jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim
distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara
tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan
supplier dan distributor.
Saluran dan kinerja rantai pasok kacang tanah dipengaruhi oleh tingkat
pemasaran dengan melihat dari segi harga, produk, promosi dan tempat
(distribusi) agar usaha berkembang dan bekerlanjutan dan mampu bersaing
dengan perusahaan yang mempunyai produk sejenis seperti terasi udang Indofood.
Berdasarkan perumusan masalah yang pertama yaitu terkait dengan agroindustri
udang di Puger. Perumusan masalah kedua membahas saluran rantai pasok terasi
udang di pesisir pantai Puger dan perumusahan masalah ketiga terkait kinerja
rantai pasok udang di pesisir pantai Puger dapat di analisis dengan menggunakan
teknik Miles dan Huberman. Teknik tersebut merupakan kegiatan menganalisis
data dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan, mereduksi data, penyajian
data, dan evaluasi data verifikasi. Teknik analisis data tersebut dapat mengetahui
bagaimana peningkatan kehidupan sosial akibat saluran dan kinerja rantai pasok
udang di pesisir pantai Puger.
Pertanian di Indonesia

Sub sektor Perikanan Tambak

Agroindustri Udang di Pesisir Pantai Puger


Analisis Hierarchy Process

Rantai Pasok Udang di Pesisir Pantai Puger

Saluran Rantai pasok Kinerja Terasi Udang


Terasi Udang di Puger di Puger

Analisis Data Kualitatif Miles dan


Hubernan

Peningkatan Kehidupan Sosial Akibat Saluran dan Kinerja


Rantai Pasok Terasi di pesisir pantai Puger

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive method.
Metode purposive merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
pengambilan subyek penelitian dengan memilih lokasi secara sengaja berdasarkan
penilaian terhadap pertimbangan karakteristik tertentu yang diinginkan oleh
peneliti dan pelaku usaha (Timisela dkk., 2014). Daerah yang digunakan sebagai
obyek penelitian adalah di pesisir pantai Puger. Alasan pemilihan lokasi tersebut
didasarkan pada pertimbangkan yang pertama, bahwa Puger Jember merupakan
wilayah yang memiliki tingkat produktivitas udang yang tinggi dibanding dengan
perikanan udang lainnya. Pertimbangan yang kedua bahwa kondisi, posisi pesisir
pantai Puger terdapat pasar untuk menjual nilai agroindutri dari udang tersebut
dan nilai keuntungan relatif besar di dapat karena agroindustri terasi jauh
mementingkan alokasi pendapatan dari faktor manajemen dan imbalan modal
yaitu berupa nilai tambah, selain itu pemilihan daerah penelitian dikarenakan
adanya pelaksanaan tugas terkait peningkatan kehidupan sosial akibat saluran dan
kinerja rantai pasok terasi pada pesisir pantai Puger Jember.

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif
kualitatif. Menurut Sujarweni (2014), penelitian kualitatif secara umum dapat
digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
aktivitas sosial, dan lain-lain. Dalam pendekatan kualitatif, data yang
dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka,
kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Metode deskriptif
kualitatif bertujuan memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau masyarakat
pada saat penelitian dilakukan, serta mengetahui dan memahami peristiwa atau
perubahan yang terjadi saat peneliti melakukan penelitian.
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk mendapatkan
hasil berupa deskripsi mengenai kumpulan fakta yang dapat digunakan sebagai hasil
peninjauan lapang. Pendeskripsian dilakukan guna untuk mengetahui masalah yang
ada terkait tentang saluran dan kinerja rantai pasok terasi pada pesisir pantai Puger.
Menurut Sugiyono (2014), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data berguna untuk mendapatkan data yang
mendalam dan data yang mengandung makna. Metode penelitian kualitatif dalam
penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan dan menganalisa
suatu keadaan dengan bersumber pada fakta-fakta dalam memperoleh gambaran yang
lengkap mengenai permasalahan yang terdapat daerah penelitian. Penggunaan metode
kualitatif dapat dikaitkan dengan rumusan masalah yang pertama yaitu terkait
perkembangan agroindustri udang menjadi terasi, rumusan masalah yang kedua
terkait dengan saluran rantai pasok terasi dan rumusan masalah yang ketiga yaitu
terkait kinerja rantai terasi di pesisir pantai Puger.

3.3. Metode Penentuan Informan


Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2014), purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel yang
digunakan yaitu menggunakan bantuan informan yaitu orang yang terlibat langsung
dalam usahatani kacang tanah serta mengerti masalah terkait. Penetapan informan
yang menggunakan teknik purposive sampling memiliki beberapa kriteria sebagai
sumber data. Pemilihan informan didasarkan pada kriteria-kriteria berikut:
1. Informan masih berperan aktif atau terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti.
2. Informan yang memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
3. Informan menguasai melalui proses enkulturasi sehingga tidak hanya tahu.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka pengambilan informan kunci
dilakukan dengan cara purposive yaitu ketiga orang yang dipilih secara sengaja
dengan pertimbangan bahwa informan merupakan pengelola perusahaan yang
mengerti mengenai proses produksi pada pesisir pantai Puger serta dianggap
memahami tentang kondisi perusahaan sehingga mampu memberikan informasi
sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah key informan pada penelitian ini adalah
petani yang mengetahui permasalahan dan melakukan inovasi terkait pengembangan
terasi 1 orang pemilih sekaligus manajer perusahaan 1 orang tenaga kerja yang
menangani produksi hingga pada pemasaran yaitu 2 orang. Informan yang dipilih
merupakan orang-orang yang dianggap paling mengerti tentang apa yang terjadi pada
perusahaan terasi pada pesisir pantai Puger.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh
peneliti dalam memperoleh informasi yang dihasilkan kemudian dikumpulkan
sebagai bahan penelitian. Menurut Gumilang (2016), pengumpulan data dapat
dikatakan sebagai proses yang dilakukan peneliti untuk mengungkap berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian.
Tahap pengumpulan data tidak boleh salah dan harus dilakukan sesuai prosedur,
karena jika dalam metode pengumpulan data salah maka akan berakibat fatal
sehingga hasil penelitian yang dilakukan tidak bisa dipertanggungjawabkan
kebenaranya. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Menurut Tamuntuan (2013), menyatakan bahwa wawancara merupakan
teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu
pertanyaan kepada yang diwawancarai. wawancara berkaitan erat dengan kuesioner
yang tujuannya untuk memperoleh pendapat-pendapat dari orang lain. Wawancara
merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh informasi
langsung, mendalam, tidak terstruktur saat melakukan penelitian, dengan harapan
dapat memperoleh data yang lebih detail. Teknik wawancara yaitu berarti melakukan
interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara dan responden. Proses
dalam mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil
bertatap ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara
pewawancara dengan orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara
semiterstruktur. Menurut Sugiyono (2014), wawancara semiterstruktur bertujuan
untuk mendapatkan permasalahan secara terbuka dari narasumber saat mengutarakan
pendapat beserta ide-ide. Wawancara semistruktur merupakan jenis wawancara yang
didalamnya terdapat percakapan dengan tujuan untuk menggali topik yang sudah
ditetapkan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian menghasilkan data primer
dan sekunder. Kegiatan wawancara termasuk kedalam jenis data primer yang
merupakan data yang secara langsung diperoleh peneliti di lapang dari narasumber
dan informan kunci yang didapatkan dengan menggunakan kuesioner.
Data yang dihasilkan dari wawancara adalah data primer. Data primer
merupakan data yang didapatkan dari narasumber pertama yang berkaitan dengan
penelitian. Data primer yang dihasilkan berupa data mentah yang nantinya akan
diolah dan diproses lagi untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Wawancara termasuk dalam data primer serta tergolong kategori wawancara yang in-
depth-interview yang pelaksanaanya lebih bebas dibanding wawancara terstuktur.
Wawancara tergolong ke dalam data primer. Wawancara digunakan untuk
mengetahui identitas informan, hasil produktivitas, luas lahan petani udang, saluran
dan kinerja rantai pasok terasi di pesisir pantai Puger Jember.
b. Observasi
Menurut Sugiyono (2014), menyatakan bahwa observasi merupakan kegiatan
pencatatan pola perilaku orang, objek, dan kejadian-kejadian dalam suatu cara
sistematis untuk mendapatkan informasi tentang fenomena-fenomena yang diminati.
Pengumpulan data dengan observasi dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan
sosial yang akan diteliti. Hasil dari observasi dapat diperoleh gambaran yang jelas
tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya.
Observasi dapat berfungsi sebagai data primer. Observasi digunakan untuk
mengetahui terkait saluran dan kinerja rantai pasok terasi pesisir pantai Puger.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai sumber serta
dalam berbagai setting. Kegiatan observasi yang dilakukan menghasilkan data primer
berupa data terkait dengan kondisi pengembanganbiakan udang pesisir pantai Puger.
Data sekunder yaitu berupa gambaran umum wilayah yang dipadatkan dari pusat
kantor wilayah tersebut dan jumlah pertani yang berwirausaha dalam pengolahan
terasi di Puger Jember. Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk menyesuaikan
data sekaligus menyelaraskan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan
kenyataan yang ada dilapang terkait dengan permasalahan terkait saluran dan kinerja
rantai pasok terasi pesisir pantai Puger.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2014), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlaku. Dokumentasi dapat berupa bentuk tulisan, gambar ataupun karya-
karya. Studi dokumentasi adalah pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan
observasi dalam penelitian. Studi dokumentasi termasuk jenis data sekunder. Data
sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini berupa profil Kota Jember Jawa Timur
untuk memperoleh data terkait gambaran umum Kota Jember Jawa Timur. Data data
lain yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Dinas Pertanian Kabupaten
Jember Jawa Timur, Direktorat Jenderal Perikanan serta instansi lain yang dapat
menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam
memperoleh data populasi petani yang mengusahakan udang sebagai usahataninnya,
serta dinas terkait yang berada di wilayah Jember Jawa Timur, penelitian terdahulu,
buku-buku, artikel dan dokumen-dokumen yang terkait sebagai referensi atau rujukan
dalam menyimpulkan penelitian. Data sekunder membantu peneliti dalam
memperoleh data terkait gambaran umum Kota Jember Jawa Timur serta
mempermudah dalam memperoleh data populasi petani yang mengusahakan udang
sebagai usahataninnya. Data yang diperlukan oleh peneliti seperti data produksi,
produktivitas, luas lahan kacang tanah yang ada di Jember Jawa Timur.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Model Miles dan Huberman. Model Miles dan Huberman adalah
model analisis data kualitataif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga data yang diperoleh sudah jenuh.
Model interaktif memiliki tiga komponen. Tiga komponen tersebut yaitu yang
pertama pengumpulan data dimulai dari mencari data kemudian data dikumpulkan
dalam satu cara pengumpulan data dengan wawancara. Komponen kedua yaitu
reduction tahap dimana peneliti memilih dan memilah data yang penting untuk
penelitian. Komponen ketiga yaitu display (penyajian) dimana seorang peneliti
penyajikan data yang telah direduksi kemudian data yang telah disajikan akan diambil
kesimpulannya serta akan diuji atau verifikasi data (Sugiyono, 2014). Metode analisis
Model Miles dan Huberman digunakan untuk menjawab dua rumusan masalah dalam
penelitian karena keempat metode sangat berkaitan antara metode yang dengan
metode lainya. Berikut komponen analisis data model Miles dan Huberman.

Pengumpulan data

Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan dan verifikasi
Gambar 3.1 Skema komponen dalam analisis data (model interaktif)
1. Langkah pertama yang perlu dilakukan saat menggunakan model Miles dan
Huberman yaitu pengumpulan data. Data dikumpulkan dari hasil lapang yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mendapatkan
data primer dan sekunder. Saat melakukan kegiatan wawancara terhadap
narasumber, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai, bila jawaban yang diwawancarai dan belum memberikan hasil
yang memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan selanjutnya hingga
diperoleh data yang dianggap kredibel terkait permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Kegiatan pengumpulan data dapat diperoleh dari wawancara dengan
petani terkait dengan saluran dan kinerja rantai pasok terasi di pesisir pantai
Puger.
2. Langkah kedua yaitu reduksi data. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum
untuk memilih hal-hal yang pokok, fokus pada hal-hal yang penting kemudian
mencari tema dan pola yang akan digunakan. Hal itu dilakukan karena data yang
diperoleh dari hasil lapang jumlahnya cukup banyak dan catatan lapangan berupa
huruf, angka, dan simbol yang tidak tersusun dengan rapi sehingga sangat sulit
dipahami. Data yang didapat dari catatan lapang kebanyakan tidak penting dalam
penelitian yakni simbol-simbol seperti #, @, u/ dan sebagainya. Reduksi data
yang digunakan yaitu untuk menjawab rumusan masalah yang pertama terkait
saluran rantai pasok terasi pada pesisir pantai Puger Jember. Reduksi data yang
digunakan yaitu untuk menjawab rumusan masalah yang kedua terkait kinerja
rantai pasok terasi pada pesisir pantai Puger Jember.
3. Langkah ketiga adalah penyajian data. Penyajian data yaitu menyajikan data
dalam bentuk uraian singkat, metode penyajian data diperoleh dari tahapan
reduksi yang sebelumnya dilakukan yang selanjutnya akan diubah dalam bentuk
tabel, diagram, atau grafik. Data tersebut dapat dibagi atau dikelompokkan
kedalam bentu yang lebih sederhana sehingga terdapat hubungan data-data
tersebut untuk menjawab rumusan masalah. Penyajian data yang digunakan
untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu terkait dengan saluran rantai
pasok terasi pada pesisir pantai Puger Jember. Penyajian data yang digunakan
yaitu untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga terkait kinerja rantai pasok
terasi pada pesisir pantai Puger Jember.
4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah terakhir dalam analisis
data kualitatif. Kesimpulan awal bersifat sementara sehingga perlu menemukan
bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Apabila peneliti
menyimpulkan dengan bukti yang valid maka kesimpulan tersebut kredibel.
Kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah pertama hanya di lakukan teknik
wawancara yaitu terkait kemasan agroindustri udang yang lebih menarik.
Kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yang didapatkan dari
pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data yaitu terkait saluran rantai
pasok terasi pada pesisir pantai Puger Jember. Kesimpulan untuk menjawab
rumusan masalah ketiga yang di yaitu mengenai kinerja rantai pasok terasi pada
pesisir pantai Puger Jember.
Setiap komponen yang ada dalam kegiatan metode analisis tersebut saling
memiliki keterkitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu salah satu
komponen yang ada tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data, karena
analisa data dapat dilakukan pada saat sebelum, selama dan setelah kegiatan
pengumpulan data dilakukan di lapangan.

3.6 Uji Keabsahan Data


Menurut Sugiyono (2014), menyatakan bahwa data dapat diuji keabsahan data
dengan menggunakan derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Uji keabsahan
ditekankan pada validasi suatu data yang merupakan derajat ketepatan antara data
yang terjadi objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Validasi data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu validasi data internal dan
validasi data ekternal. Validasi internal merupakan derajat akurasi suatu data yang
dicapai pada suatu penelitian. Validasi ekternal merupakan derajat akurasi yang
diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Uji keabsahan dibagi
menjadi empat yaitu uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji
konfirmabilitas. Uji keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan uji kredibilitas.

Observasi

Wawancara Sumber Data

Dokumentasi

Gambar 3.2 Triangulasi teknik pengumpulan data


Uji kredibilitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk memastikan data
kevalidan data dan melakukan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dibedakan
menjadi tiga yaitu triangulasi teknik pengumpulan data, triangulasi sumber dan
triangulasi waktu. Triangulasi teknik pengumpulan data yang digunakan bertujuan
untuk menguji kredibilitas dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari
beberapa sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi sumber
digunakan untuk menguji kreadibilitas data yaitu dengan mengecek data yang telah
diperoleh dari beberapa sumber. Teknik triangulasi sumber yaitu pengujian yang
dilakukan terhadap cara peneliti dalam mendapatkan data pada sumber atau informan
yang berbeda. Penelitian ini menggunakan manajer perusahaan, tenaga kerja yang
menangani produksi dan oarang yang bertugas pada bagian pemasaran. Peneliti pada
penelitian ini menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data dan triagulasi
sumber. Kegiatan pengecekan pada keabsahan data yang diperoleh peneliti dari
responden dilakukan dengan triangulasi teknik, dimana data dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Cara yang dilakukan dalam triangulasi
teknik yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan data yang didapatkan dari perkataan informan dengan
apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.

Informan 1
Manajer Perusahaan

Wawancara
Informan 2
Bebas Terpimpin
Tenaga kerja

Informan 3
pemasaran

Gambar 3.3 Model Uji Triangulasi Sumber

3.7 Terminologi
1. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan perikanan yang cocok
dibudidayakan oleh petani agroindustry terasi di Puger Jember.
2. Pengembangan agroindustri merupakan suatu kegiatan untuk mencari nilai
tambah dengan menaikkan kualitas terasi di pesisir pantai Puger Jember.
3. Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan
pekerjaan pada tingkat petani udang di pesisir pantai Puger.
4. Rantai pasok merupakan aliaran siklus yang lengkap mulai bahan mentah hingga
pendistribusian kepada konsumen yang ada pada pesisir pantai Puger Jember.
5. Kongnitif merupakan perubahan atau peningkatan pengetahui petani terasi di
pesisir pantai Puger Jember.setelah menerapkan inovasi tersebut.
6. Interaksi sosial adalah hubungan antara orang secara individual, antar kelompok,
dan orang perorangan dengan kelompok yang mana saling berkomunikasi secara
langsung yang ada pada pesisir pantai Puger Jember.
7. Penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bersifat deskripsi atau
penggambaran untuk meneliti permasalahan yang terjadi di Kota Jember Jawa
Timur.
8. Purposive sampling merupakan penentuan daerah penelitian secara sengaja di
Jember Jawa Timur yang berdasarkan pengetahuan keadaan produksi udang oleh
peneliti.
9. Popolasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti yaitu seluruh petani dan
pengusaha produksi udang di Jember Jawa Timur.
10. Sampel adalah kelompok petani udang dan pemilik perusahaan sekaligus manajer
perusahaan serta satu orang tenaga kerja yang menangani produksi dan satu
orang tenaga kerja yang menangani bagian pemasaran yang ada di pesisir pantai
Puger Jember.
11. Informan merupakan seseorang yang dapat dipercaya dan mampu memberikan
kejelasan pada pesisir pantai Puger Jember..
12. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber sehingga
peneliti memperoleh informasi jelas pada pesisir pantai Puger Jember.
13. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait dan
dipergunakan untuk memperkuat data primer yang ada pada pesisir pantai Puger
Jember.
14. Wawancara merupakan kegiatan mencari informasi kepada responden petani
udang pesisir pantai Puger Jember.dengan memberikan daftar pertanyaan untuk
menjawab permasalahan yang telah ditetapkan oleh peneliti.
15. Kuisioner (panduan wawancara) merupakan alat bantu yang digunakan peneliti
dalam melakukan interview dengan informan di pesisir pantai Puger Jember.
16. Dokumentasi merupakan hasil rekaman suara atau gambar hasil penelitian yang
dilakukan peneliti di pesisir pantai Puger Jember.
17. Data reduksi adalah mereduksi data untuk memilih hal yang pokok dan
memfokuskan data yang penting dari data mentah yang didapat langsung dari
petani terasi di pesisir pantai Puger Jember.
18. Data display adalah penyajian data yang menggunakan tabel atau gambar untuk
menyusun penelitian sehingga di peroleh data yang akurat pada pesisir pantai
Puger Jember.
19. Key informan adalah orang yang dipilih dalam penelitian sebagai responden yang
mengetahui tentang berbagai informasi terkait saluran dan kinerja rantai pasok
terasi di pesisir pantai Puger Jember.
20. Observasi merupakan kegiatan pengamatan yag dilakukan secara langsung dan
memperoleh informasi di pesisir pantai Puger Jember.
21. Wawancara merupakan proses pertukaran informasi antara peneliti dengan pihak
yang terlibat dalam inovasi di pesisir pantai Puger Jember.
22. Metode analisis Miles dan Huberman merupakan model analisis yang dilakukan
dengan melalui beberapa tahap analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang diproleh petani terasi di
pesisir pantai Puger Jember.
DAFTAR PUSTAKA

Pantow, Julita G.L., Suhaeni, S. & Wassak, M. 2016. Analisis Usaha Budidaya
Ikan Nila pada CV. Tiga Mas di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan
Kabupaten Minahasa Utara. Akulturasi. 4(7): 541-548.

Harisudin, M. 2013. Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Tempe Di


Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
23(2):120-128.

Musthofa Z dan R Ainiyah. 2018. Analisis Usaha Terasi Udang Di Desa


Tambaklekok Kabupaten Pasuruan. Jurnal Teknologi Pangan. 9(2): 123-
131.

Mhd. Toariaunaldi., Hendrik., dan H. Hamid. 2017. Prospek Pengembangan Usaha


Terasi Di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Provinsi Jambi. Penelitian Analisis Kelayakan. 1(2): 1-10.

P. Indah., D. Purnama., dan M. A. Fajar Utami. 2017. Pertumbuhan Udang Vaname


(Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano. 2(1):58-67.

N. R. Khoiriyah., Aminah H.M. Ariyani., dan E.Fauziyah. 2012. Strategi


Pengembangan Agroindustri Kerupuk Terasi(Studi Kasus Di Desa
Plosobuden, Deket, Lamongan). Agriekonomika. 1(2):21-30.

K. A. Farhan., F. Swastawati., A. D. Anggo. 2014. Pengaruh Perbedaan Bahan Baku


Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pada Terasi. Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(4):51-58.

R. Rica., P. H. Riyadi., dan L. Rianingsih. 2014. Perbedaan Konsentrasi garam


terhadap Pembentukan Warna Terasi Udang Rebon Basah. Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(1):108-117.

Badan Pusat Statistik Indonesia , 2014. Statistik Indonesia Tahun 2012-2015. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistika (2012-2016).

Badan Pusat Statistik Indonesia , 2014. Statistik Indonesia Tahun 2012-2015. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistika diolah Pusdatin (2014).

Nurliza., E. Dolorosa., L. Hartanti., 2018. Kelompok Nelayan Dan Wanita Nelayan


di Selakau Dan Pemangkat Dalam Pengolahan Udang Rebon Menjadi Bubuk
Terasi Kering. Pengabdi. 1(1):2620-2673.
G. Muhammad., L Mirni., P. D. Wulan Sari., dan H. Suprapto. 2017. Teknik
Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Pada Tambak
Pendampingan Pt Central Proteina Prima Tbk Di Desa Randutatah,
Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Aquaculture and Fish Health.
7(2): 1-8.

Erlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide (CaO) to
Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp (Lito-penaeus
vannamei). Aquaculture Technology Laboratory. 2(2): 1-7.

Purwaningsih R. 2015. Analisis Nilai Tambah Produk Perikanan Lemuru di


Pelabuhan Muncar Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Tek-nik Industri. 14(1): 13-23.

A. Sulastri., A. Afandy., A. P. Purwadhi., B. Maya V., D. K. Saputra., Dan N. R.


Buwono. 2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) Dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda.
Perikanan Dan Kelautan. 9(1): 1-14.

N. P. Hilpa Dan W. Lumbantoruan. 2013. Analisis Faktor-Faktor Industri Kecil


Terasi Di Desa Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten
Langkat. Geografi. 5(1): 32-36.

H. Syamsul Dan N. F. Fauzi. 2016. Peluang Pengembangan Agroindustri Berbasis


Perikanan Laut Di Dusun Payangan Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Marine Fisheries. 7(2): 191-201.

Marimin, dkk. 2013. Teknik Dan Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy Dalam
Manajemen Rantai Pasok . Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Kasno, A., A. Winarto., Sunardi. 1993. Kacang Tanah, Malang: Balai Penelitian
Tanaman Pangan.

R. Hari., Sutardjo., Taslim., Arkan., Dan Suharjon . 2017. Peningkatan Kualitas


Produk Terasi Pada Usaha Kelompok Poklahsar Di Kecamatan Puger Untuk
Mendorong Pengembangan Pemasarannya. Ilmu-Ilmu Pertanian. 1(2): 207-
213.

Triyanti, R. & Yusuf.R 2015.Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster (Studi Kasus
di Kabupaten Simeulue, Aceh). Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan. Jakarta Utara.
E. Septina. 2017. Pemetaan Pertanian Potensial Dalam Pengembangan Agroindustri
Unggulan Di Kabupaten Kepulauan Meranti. Gontor Agrotech Science. 3(1):
111-140.

S. Ilham., E. Susanti., L. Hakim., 2018. Strategi Rantai Pasok Udang Vaname Studi
Kasus Pada Pt. Aryazzka Indoputra Kabupaten Aceh Besar. Mahasiswa
Pertanian Unsyiah. 3(4): 342-354.

H. Nurrisilah dan T. R. D. A Nugroho. 2018. Pengembangan Agroindustri Wilayah


Pesisir Berbasis Komoditas Unggulan Ikan Hasil Tangkapan. Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian. 7(1): 1-9.

A. Teuku., A. H. Hamid., dan Indra. 2018. Analisis Efisiensi Kinerja Rantai Pasok
Ikan Tuna Pada Cv. Tuah Bahari Dan Pt. Nagata Prima Tuna Di Banda Aceh.
Marine Fisheries. 9(2): 168-181.

H. Lely., Machfud., A. Elisa., Sukardi. 2018. Model Konseptual Customer Order


Decoupling Point pada Agroindustri Udang. Ilmiah Teknik Industri. 1(2): 108
114.

Suwandi., A. Rohanah., dan Adian Rindang. 2017. Uji Komposisi Bahan Baku Terasi
Dengan Menggunakan Alat Pencetak Terasi. Keteknikan pertanian. 5(1): 196
171.

K. A. Farhan., F. Swastawati., dan A. D. Anggo. 2014. Pengaruh Perbedaan Bahan


Baku Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pada Terasi. Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(4): 51-58.

H. M. Rina Dan C. K. Dewi. 2018. Peranan Manajemen Rantai Pasok Dalam


Meningkatkan Strategi Kompetitif Umkm Di Samarinda. Accounting And
Business Management. 2(2): 116-123.

B. A. Christopher. 2019. Analisis Penerapan Good Corporate Governance Dan


Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Keluarga Pt Winaros
Kawula Bahari. Agora. 8(1): 2-5.

J. D. G. Toding., A. B. H. Jan2., dan J. S. B. Sumarauw. 2019. Identifikasi Dan


Efisiensi Kinerja Rantai Pasok Ikan Cakalang Di Tanawangko Kabupaten
Minahasa. EMBA. 7(1): 391-400.

E. Anthon dan A. Manzilati. 2018. Identifikasi Dan Efisiensi Kinerja Rantai Pasok
Ikan Cakalang Di Tanawangko Kabupaten Minahasa. Sosek KP. 13(1): 4-6.
P.D. Indrie., P. Kindangen., A. Tumbel dan J. Massie. 2018. Influence Analysis of
Supply Chain Management and Supply Chain Flexibility to Competitive
Advantage and Impact on Company Performance of Fish Processing in Bitung
City. Research in Business, Economics and Management. 10(1): 1783-1790.

P. Ratna. 2015. Analisis Nilai Tambah Produk Perikanan Lemuru Pelabuhan Muncar
Banyuwangi. JITI. 14(1): 13-23.

N. D. Agus., I. M. Y. Prasada., S. K. Putri., H. Anggrasari dan P. N. Sari. 2018.


Rantai Nilai Cabai di Lahan Pasir Pantai Kabupaten Kulon Progo. Economics
Development Analysis. 7(4): 458-467.

S. M. Nur. 2018. Mana Jemen Risiko Pelabuhan Rakyat Guna Mendukung Rantai
Pasok Nasional. Rekayasa Sipil. 14(2): 73-78.

A. Dewanti., P. D. Karningsih Dan R. Yuniasri. 2018. Manajemen Risiko Kualitas


Pada Rantai Pasok Industri Pengolah Hasil Laut Skala Menengah. SISFO.
7(2): 121-130.

T. A. Septika dan A. S. Saputri. 2018. Dampak Non Tariff Measures (Ntms)


Terhadap Ekspor Udang Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Pertanian. 12(1):
1-20.
Kusuma, Dirk Malaga. 2013. Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Kutai Timur. Administrasi Negara, 1(4):
1388-1400.

Subroto, A.M., Kawel. L., Sumaruaw.J. 2015. Evaluasi Kinerja Supply chain
management pada produk beras di desa panasen kecamatan kakas. EMBA,
3(1): 653-662.

Tamuntuan, N. 2013. Analisis Saluran Distribusi Rantai Pasok SAYUR Wortel di


Kelurahan Rurukan Kota Tomohon. EMBA 1(3): 421-432.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Gumilang, G.S. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan
Konseling. Fokus Konseling, 2(2): 144-159.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitaitit Kualitatif dan R & D.


Bandung:ALVABETA.
Timisela, N. R., D. H. Darwanto., S. Hartono. 2014. Manajemen Rantai Pasok Dan
Kinerja Agroindustri Pangan Lokal Sagu Di Provinsi Maluku : Suatu
Pendekatan Model Persaman Stuktural. Agritech, 34(2): 184-193.

Anda mungkin juga menyukai