Anda di halaman 1dari 4

Inisiasi Regenerasi Petani

oleh
Ricka Wardianingsih*)
Robby Alexander Sirait**)
Abstrak
Fenomena menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian
mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa depan.
Rendahnya minat generasi muda pada usaha pertanian selaras dengan fakta
bahwa porsi petani muda di Indonesia sangat rendah. Jumlah petani yang semakin
menurun karena kurang tertarik terhadap bidang pertanian yang dianggap kurang
menguntungkan. Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan dan mendukung pelaku pertanian di masa mendatang.
Adapun tantangan sektor pertanian dalam meningkatkan regenerasi petani muda
yaitu belum optimalnya kebijakan insentif untuk petani muda, akses kepemilikan
lahan oleh petani muda semakin sempit, dan citra pertanian yang buruk.

R
endahnya minat generasi muda pikir petani salah satunya dengan
pada usaha pertanian selaras memanfaatkan teknologi guna
dengan fakta bahwa porsi petani mendorong inovasi regenerasi petani
muda di Indonesia sangat rendah. di seluruh daerah. Tulisan ini akan
Berdasarkan hasil Survei Pertanian membahas tenaga kerja muda di sektor
Antar Sensus (SUTAS) tahun 2018 oleh pertanian dan upaya meningkatkan
BPS menunjukkan bahwa dari total minat generasi muda untuk bekerja di
jumlah petani yang terdata ternyata sektor ini.
paling banyak berada pada rentang
Kondisi Tenaga Kerja Sektor
usia 45-54 tahun yaitu sebanyak 27,4
Pertanian Saat Ini
persen, usia 35-44 tahun sebanyak
24,4 persen dan disusul usia 55-64 Petani merupakan salah satu profesi
tahun sebanyak 20,8 persen. Melihat dari pendidikan vokasi yang kurang
porsi petani muda yang berjalan lambat dirindukan oleh generasi milenial
dan relatif rendah mengakibatkan saat ini. Pemicunya adalah faktor
tidak dapat menggantikan petani kesejahteraan profesi petani yang belum
yang memasuki masa istirahat atau membaik hingga saat ini (Wibowo,
pensiun. Kondisi ini menimbulkan 2021). Fenomena menurunnya minat
kekhawatiran bahwa penduduk yang generasi muda untuk bekerja di sektor
bekerja di sektor pertanian mengalami pertanian mempunyai konsekuensi bagi
penurunan akibat tidak mulusnya keberlanjutan sektor pertanian di masa
regenerasi petani. Hal ini menjadi depan. Bertambahnya jumlah penduduk
acuan pemerintah dalam mengambil setiap tahun yang diikuti oleh permintaan
kebijakan untuk meningkatkan pelaku pangan menyebabkan beban sektor
pertanian di masa mendatang. Sehingga pertanian semakin berat. Minat pemuda
dapat meningkatkan minat dan porsi sebagai generasi penerus petani harus
petani muda serta menarik ulang ditumbuhkan untuk kembali ke sektor
mindset yang menilai bahwa pertanian pertanian sehingga diharapkan dapat
kurang menguntungkan. Fenomena membantu meningkatkan produksi dan
semakin menuanya petani dan semakin produktivitas pertanian dan penyediaan
menurunnya minat tenaga kerja muda pangan nasional. Rendahnya minat
di sektor pertanian tersebut merupakan generasi muda pada usaha pertanian
permasalahan klasik ketenagakerjaan selaras dengan fakta bahwa porsi petani
pertanian selama ini. Oleh karena itu, muda di Indonesia sangat rendah. Pada
perlu upaya untuk mengubah pola Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah
*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: rickawardyas@gmail.com
**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: robby.sirait@dpr.go.id

12 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021


Gambar 1. Jumlah Petani Menurut Kelompok dibandingkan dengan tahun 2018.
Umur Namun terjadi penurunan pada tahun
2020 yang disebabkan oleh penurunan
daya beli dan pelemahan ekonomi
secara menyeluruh (baik domestik
maupun global), yang telah memberikan
tekanan yang sangat besar terhadap
sektor pertanian. Artinya, penerimaan
petani hampir sama dengan pengeluaran
petani, sehingga petani hanya mendapat
sedikit keuntungan.
Kebijakan dan Peluang Memperluas
Generasi Petani
Saat ini, Kementerian Pertanian melalui
Sumber : SUTAS 2013 dan 2018, Badan Pusat Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Statistik. Sumber Daya Manusia Pertanian
petani menurut kelompok umur yang (BPPSDMP) menyiapkan solusi berupa
semakin menurun jika dilihat dari porsi magang bagi petani muda, sekaligus
petani tua hingga petani muda. sebagai ajang seleksi mengikuti
program Specified Skilled Workers
Data BPS menunjukkan jumlah proporsi (SSW) untuk bekerja dan belajar di
usia yang semakin sedikit dari kelompok Jepang. SSW bertujuan memberikan
usia muda untuk menjadi petani. Pada kesempatan kepada petani muda
tahun 2018, jumlah petani lebih dominan Indonesia untuk belajar tentang tata
oleh petani dengan usia di atas 35 kelola pertanian yang maju, mandiri
tahun mencapai 29 juta jiwa. Jumlah ini dan modern di Jepang agar dapat
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diterapkan guna meningkatkan kualitas
petani yang berusia di bawah 35 tahun dan meningkatkan jumlah petani yang
yang hanya mencapai 4 juta jiwa. Hal dapat berdaya saing secara global.
ini menunjukkan petani sebagai profesi Program ini juga berlaku untuk peserta
orang tua bukan kalangan muda. Di yang berlatarbelakang pendidikan
sisi lain, sebagian besar petani masuk di luar bidang pertanian, sehingga
dalam kategori usia tua sebanyak 70 dapat mempermudah meningkatkan
persen hanya lulusan tingkat sekolah tenaga kerja ke sektor pertanian.
dasar (SD). Sedangkan, pada usia Melalui program ini, diharapkan akan
petani muda berusia di bawah 25 tahun mendorong dan menumbuhkan petani-
jumlahnya jauh lebih sedikit. Tercatat petani muda menjadi pengusaha
hanya sekitar 3 persen yang merupakan pertanian milenial di masa mendatang.
lulusan perguruan tinggi. Dengan Hal ini dilakukan dengan harapan alumni
kondisi tersebut, maka akan sulit akan menjadi agen perubahan struktur
untuk mencapai tujuan pembangunan sosial di masyarakat petani terutama
pertanian, menyediakan pangan bagi di desa. Program ini juga menunjang
masyarakat, menyejahterakan petani adanya peningkatan penggunaan
dan menggenjot pasar ekspor. teknologi komunikasi, media, dan juga
Selain itu, kondisi kesejahteraan teknologi digital.
petani juga menjadi perhatian bagi Program magang petani muda di
kalangan petani muda untuk dapat Jepang sebenarnya telah dimulai sejak
menggali potensi di sektor pertanian. Di tahun 1984, dan hingga tahun 2020
mana peningkatan produksi pertanian telah memiliki 1.386 alumni. Namun
tidak sebanding dengan peningkatan belum dapat dipastikan berapa besar
kesejahteraan petani yang tercermin alumni yang mengaplikasikan ilmunya
dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). langsung ke pertanian. Meskipun fakta
Pada tahun 2019, NTP mengalami sebenarnya petani bekerja membantu
peningkatan sebesar 0,73 persen jika petani Jepang, namun dengan
Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021 13
Gambar 2. Nilai Tukar Petani Tahun 2015- permodalan petani muda dalam memulai
2020 bisnis pertanian (Junaedi et.al, 2020).
Kedua, akses kepemilikan lahan
oleh petani muda semakin sempit.
Berdasarkan hasil SUTAS tahun 2018,
luas lahan pertanian yang dikuasai
rumah tangga usaha pertanian kurang
dari 0,5 hektar yaitu sebanyak 15,89
juta rumah tangga atau 59,07 persen
dari total rumah tangga petani. Adapun
kondisi lemahnya kepemilikan lahan
disebabkan oleh: (1) meningkatnya
konversi lahan pertanian untuk
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah. keperluan pemukiman dan fasilitas
terciptanya kemandirian dan sikap umum; (2) terjadinya fragmentasi
percaya diri, kegiatan magang pada lahan karena proses pewarisan; dan
petani maju di Jepang telah menempa (3) terjadinya penjualan tanah sawah.
semangat petani muda Indonesia untuk Umumnya, adanya persoalan antar
mampu mengaplikasikan ilmu yang generasi dikarenakan lahan pertanian
diterima di lingkungan tempat tinggalnya baru akan diwariskan setelah orang tua
(Riskianingrum, 2014). Para alumni meninggal dunia. Sehingga sebelum
ini bergabung dalam Ikatan Keluarga tanah itu diwariskan, pewaris atau calon
Alumni Magang Jepang (IKAMAJA), di petani tidak punya hak penuh untuk
mana dalam ikatan ini dapat memantau mengelola tanah maupun melakukan
peran para alumni dalam berperan inovasi dalam bertani. Hal ini juga
dan membangun pertanian di daerah menunjukkan hambatan pada modal,
asalnya. Selain menjadi petani, anggota dimana petani muda tidak dapat
IKAMAJA banyak yang bekerja menjadi memulai usaha pertaniannya sendiri
Senpai (hubungan senior dan junior di jika tanah tersebut tidak atau belum
Jepang), penyuluh petani, dan fasilitator diwariskan. Ketiga, ketidakcocokan
calon peserta magang Jepang. antara kualitas pendidikan dan
kesempatan kerja yang tersedia.
Tantangan Regenerasi Petani Pasalnya, semakin tingginya tingkat
Indonesia diperkirakan berpotensi pendidikan, maka semakin selektif
kehilangan profesi petani dalam pula dalam memilih pekerjaan. Hal ini
beberapa tahun ke depan, yang menjadikan adanya perubahan persepsi
disebabkan pekerja pada sektor seiring dengan arus modernisasi,
pertanian kian hari kian berkurang. sehingga menjadi petani tidak lagi
Oleh karena itu, ada beberapa catatan menjadi pilihan utama lulusan pertanian.
penting yang menjadi tantangan dan Keempat, citra sektor pertanian yang
permasalahan selama ini terhadap dianggap kurang bergengsi dan kurang
regenerasi petani yang enggan masuk menjanjikan imbalan yang memadai
ke sektor pertanian. Pertama, belum serta adanya anggapan usaha pertanian
optimalnya kebijakan insentif untuk tidak layak untuk menjamin kebutuhan
petani muda. Menyadari semakin hidup. Hal ini menyebabkan rendahnya
berkurangnya minat pemuda ke motivasi dan minat generasi muda untuk
pertanian, salah satunya karena beraktivitas pada bidang pertanian,
pendapatan petani yang masih sangat sehingga kapasitas generasi muda
kecil bahkan tidak menentu. Dukungan pada bidang pertanian relatif terbatas
kepada petani muda lebih banyak (Anwarudin 2019).
bersifat pelatihan dan peningkatan Daftar Pustaka
kapasitas, namun insentif berupa
finansial belum banyak dilakukan Anwarudin O, Sumardjo S, Satria A,
(Reviza et.al, 2021). Hambatan akses Fatchiya A. 2019. Factors Influencing
finansial juga memengaruhi kapasitas The Entrepreneurial Capacity Of Young

14 Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021


Rekomendasi
Sejatinya pemerintah telah melakukan berbagai inisiatif untuk mendukung
penguatan dan regenerasi sektor pertanian, namun masih diperlukan penajaman
yaitu pertama, mengintegrasikan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia melalui pelatihan, dukungan fasilitas, dan pendampingan yang
berkelanjutan dalam aspek teknis maupun finansial. Kedua, mendorong
penumbuhan dan pengembangan kapasitas Lembaga Penyelenggara Pendidikan
Pertanian sebagai center of agrisociopreneur development berbasis inovasi
agribisnis. Ketiga, diperlukan penyuluh petani yang profesional untuk mengatasi
petani yang memiliki tingkat pendidikan rendah, agar keahlian dan pengetahuan
menjadi lebih baik dalam pengelolaan pertanian. Keempat, perlunya strategi
dalam meningkatkan kompetensi, kreativitas dan inovasi melalui pelatihan
vokasi dengan dilakukan monitoring terhadap pelaku usaha pertanian baru.
Kelima, melakukan sosialisasi yang tepat dan berkelanjutan, terutama di desa,
agar mempermudah generasi muda dalam mengembangkan sektor pertanian.
Keenam, diperlukan regulasi maupun kebijakan yang tepat terutama terkait
dengan kepastian mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian dan
ketrampilan para generasi muda termasuk di sektor pertanian.

Farmers For Farmer Succession. Minat Generasi Muda pada Kegiatan


International Journal of Innovative Usaha Tani di Kecamatan Gantar
Technology and Exploring Enginering Kabupaten Indramayu. Jurnal Inovasi
(IJITEE). Penelitian, Bogor
Badan Pusat Statistik. Survei Pertanian Media Indonesia. 2020. Indonesia
Antar Sensus (SUTAS) 2013 dan 2018. Kekurangan Petani Generasi
Badan Pusat Statistik. Data Nilai Tukar Muda. https://mediaindonesia.
Petani tahun 2015-2020. com/humaniora/354916/indonesia-
kekurangan-petani-generasi-muda
JPNN.com. 2021. Kementerian Pertanian
Seleksi Calon Peserta magang ke Reviza R, Gunawan E. 2020. Peranan
Jepang Melalui Program SWW. https:// Petani Milenial Mendukung Ekspor Hasil
www.jpnn.com/news/kementerian- Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian
pertanian-seleksi-calon-peserta-magang- Agro Ekonomi.
ke-jepang-melalui-program-ssw Riskianingrum, Gusnelly. 2014. Belajar
Junaedi A. J, Anwarudin O, Makhmudi M. dari Jepang. Transformasi Pengetahuan
2020. Dinamika Kelompok Tani Terhadap Alumni Kenshuusei Pertanian Indonesia.

Buletin APBN Vol. VI. Ed. 14, Agustus 2021 15

Anda mungkin juga menyukai