Anda di halaman 1dari 7

Srategi Mendorong Keterlibatan Pemuda Dalam Bidang Pertanian

PENDAHULUAN

Indonesia disebut sebagai negara agraris karena sektor pertanian menjadi mayoritas pekerjaan
penduduknya. Namun, kekhawatiran regenerasi petani sering muncul ke permukaan, sehubungan
dengan kurangnya pemuda yang terlibat aktif dalam kegiatan pertanian. Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda
Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya mencapai 2,7 juta orang atau sekitar 8% dari jumlah
total petani, kemudian 90% sisanya merupakan petani usia tua. Dalam mengoptimalkan program
pembangunan pertanian, sumber daya manusia mempunyai peranan penting, terutama dalam
menyusun perencanaan pembangunan pertanian secara efektif dan efisien. Faktor kekuatan
Sumber Daya Manusia atau ketenagakerjaan merupakan unsur yang penting dalam
menggerakkan roda pembangunan nasional Indonesia. Perubahan pertumbuhan ekonomi
berdampak pada perubahan komposisi kebutuhan tenaga kerja antar sektor yang menjadi sangat
tidak merata karena hanya beberapa sektor usaha yang diminati sebagian besar masyarakat
Indonesia. Menurut penelitian Nugroho, dkk (2018) sektor pertanian mempunyai pola penurunan
jumlah tenaga kerja setiap tahunnya mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Melihat dari tren,
sektor pertanian mengalami penurunan tenaga kerja sebanyak 4.247 tenaga kerja setiap
tahunnya. generasi muda saat ini lebih tertarik ke sektor industri dan jasa karena beberapa faktor.
Pertama, Penghasilan tenaga kerja di sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sektor
industri dan jasa. Kedua, lebih menjanjikan jenjang karir yang lebih pasti. Ketiga, Petani tidak
ingin generasi penerusnya menjadi petani maksudnya adalah petani mengharapkan generasinya
memiliki karir yang lebih baik. Keempat, banyaknya konversi lahan yang menunjukkan usaha
pertanian tidak ekonomis. Kelima, tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menjalankan agribisnis, termasuk dari sisi kemampuan manajerial.

PEMBAHASAN

Percepatan regenerasi petani muda di Indonesia sangat diperlukan agar Indonesia tidak
mengalami krisis petani. Menurut Dedi (2020), dibutuhkan sekelompok anak muda yang
memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia secara modern dan
berorientasi ekspor agar Indonesia menjadi negara agraris yang mandiri pangan. Penelitian
Nugroho,dkk (2018) menunjukan bahwa profesi pertanian dianggap tidak prestisius bagi
generasi muda karena pendapatan petani yang cenderung rendah. Oleh karena itu, hanya 26,67%
anak petani yang memiliki motivasi tinggi menjadi petani. Agar minat generasi muda pada sektor
pertanian meningkat, perlu adanya kebijakan yang terstruktur dan intensif dalam pengembangan
sumber daya manusia sehingga akan berpengaruh pada meningkatnya produktifitas pertanian,
pendapatan petani, dan pertumbuhan ekonomi. Strategi yang dapat dilakukan untuk mendorong
keterlibatan pemuda dalam bidang pertanian antara lain :

1. Mengoptimalkan kelembagaan pertanian dari tingkat petani kecil dengan memaksimalkan peran kelompok
tani dan pemberdayaan berkelanjutan bagi petani muda.

Peraturan Menteri Pertanian No.07/permentan/OT.140/1/2013 adalah salah satu upaya keseriusan


pemerintah dalam rangka regenerasi petani. Permentan tersebut berisi mengenai pedoman pengembangan
generasi muda pertanian yang bertujuan meningkatkan kedudukan dan peran pemuda dalam integrasi
pertanian dan perwujudan petani muda kreatif, inovatif, serta berdaya saing global. Beberapa program yang
diusung antara lain adalah, program pengenalan pertanian, peningkatan kompetensi generasi muda
pertanian, serta integrasi dan sinergi pengembangan generasi muda dengan membentuk Taruna Bumi dan
Taruna Tani sebagai wadah pengembangan skill pertanian generasi muda.

2. Pengenalan pertanian pada usia dini melalui pendidikan pelatihan dan pendampingan

Pengenalan pertanian pada saat usia dini dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara formal
dapat dilakuan dengan cara pengenalan pertanian melalui estrakulikuler. Selain itu, dapat dilakukan diklat
Agricultural Training Camp (ATC) yang diharapkan mampu memberi pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang pertanian. Pendidikan pertanian memberi pencerahan pada tenaga kerja muda hingga pada saat
watunya nanti sudah tidak buta terhadap dunia pertanian. Selain itu perlunya pendampingan petani muda
dalam memulai usaha dibidang pertanian agar mampu menciptaan usaha berelanjutan dengan prospek yang
menjanjikan.

WKWK NYG SALAH ORA SI TRIS nyg wis mumet len JANE WIS HISO RAMPUNG TRIS SEK DUWUR
MAU DI GABUNG KARO NGISOR SEK DEE NEMBE NGAWE TAPI LEBIH 2 HLM :(

sumber :
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4226013/indonesia-terancam-alami-krisis-jumlah-petani-dalam-10-tahun-men
datang

https://core.ac.uk/download/pdf/326037001.pdf (jurnal)

1. Mengembangkan pertanian terpadu

Pertanian terpadu merupakan pola integrasi beberapa unit usaha pertanian yang dikelola secara terpadu,
berorientasi ekologis dan ekonomis dengan peningkatan efisiensi. Pertanian terpadu mengintegrasikan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan
kelestarian lingkungan dan peningkatan secara ekonomis karena penambahan efisiensi dan nilai produktivitas
(Agus,2015). Pertanian terpadu berbasis Agroforestry, Agroindustri, Agropolitan, dan Agrowisata dapat
menjadi strategi yang baik agar inovasi pertanian dapat terus dilakukan sehingga ancaman gagal panen dapat
diminimalisir dengan penggunaan teknologi dan pengetahuan yang tepat.

2. Penguatan Cooperative Farming (Integrasi Lahan) sehingga tercipta jaminan luas lahan pertanian yang
mempunyai skala ekonomi tertentu.

Permasalahan kepemilikan lahan yang sempit memang menjadi salah satu kendala sulitnya efisiensi di
bidang pertanian. Dengan membentuk Integrasi Lahan, para petani dapat menggarap sawah dengan luas yang
cukup, sehingga teknologi pertanian dapat dengan leluasa digunakan tanpa mengkhawatirkan inefisiensi karena
lahan yang kecil.

3. Asuransi Pertanian dan Jaminan Pemasaran

Selama ini, salah satu penyebab pekerjaan sebagai petani dianggap remeh yaitu kecilnya pendapatan serta
tidak jelasnya pemasaran hasil-hasil pertanian. Dengan adanya asuransi pertanian dan jaminan pemasaran,
ketakutan akan kerugian akibat gagal panen akan diminimalisir, kemudian petani pun akan mendapatkan
kejelasan pintu pemasaran apabila pemerintah melakukan pembelian secara langsung hasil pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, A.D, Waluyati, L.R & Jamhari. (2018). Upaya Memikat Generasi Muda Bekerja pada Sektor Pertanian di
Daerah Istimewa Yogyakarta.JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA,6 (1): 76-95.
Tira Santia, (2020). Indonesia Terancam Alami Krisis Jumlah Petani dalam 10 Tahun Mendatang. Diunduh di
www.liputan6.com/bisnis/read/4226013/indonesia-terancam-alami-krisis-jumlah-petani-dalam-10-tahun-mendatang
tanggal 4 Desember 2020.
Strategi Mendorong Keterlibatan Pemuda Dalam Bidang Pertanian

Indonesia disebut sebagai negara agraris karena sektor pertanian menjadi pekerjaan
mayoritas penduduknya. Namun, kekhawatiran regenerasi petani sering muncul ke permukaan
sehubungan dengan kurangnya pemuda yang terlibat aktif dalam kegiatan pertanian. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat
petani muda Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya mencapai 2,7 juta orang atau sekitar 8%
dari jumlah total petani, kemudian 90% sisanya merupakan petani usia tua.

Menurut penelitian Nugroho (2018), sektor pertanian mempunyai pola penurunan jumlah
tenaga kerja mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Generasi muda saat ini lebih tertarik ke
sektor industri dan jasa. Sementara itu, generasi muda yang menggeluti bidang pertanian sangat
sedikit bila dibandingkan dengan ketersediaan lahan pertanian di Indonesia (Sukayat,2017).

Percepatan regenerasi petani muda di Indonesia sangat diperlukan agar Indonesia tidak
mengalami krisis petani. Menurut Dedi (2020), dibutuhkan sekelompok anak muda yang
memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia secara modern dan
berorientasi ekspor agar Indonesia menjadi negara agraris yang mandiri pangan. Penelitian Agus
(2018), menunjukan bahwa profesi pertanian dianggap tidak prestisius bagi generasi muda
karena pendapatan petani yang cenderung rendah. Oleh karena itu,hanya 26,67% anak petani
yang memiliki motivasi tinggi menjadi petani. Agar minat generasi muda pada sektor pertanian
meningkat, perlu adanya kebijakan yang terstruktur dan intensif dalam pengembangan sumber
daya manusia sehingga akan berpengaruh pada meningkatnya produktivitas pertanian,
pendapatan petani, dan pertumbuhan ekonomi. Strategi yang dapat dilakukan untuk mendorong
keterlibatan pemuda dalam bidang pertanian antara lain :

Mengoptimalkan kelembagaan pertanian dari tingkat petani kecil dengan memaksimalkan


peran kelompok tani dan pemberdayaan berkelanjutan bagi petani muda. Peraturan Menteri
Pertanian No.07/permentan/OT.140/1/2013 adalah salah satu upaya keseriusan pemerintah dalam
rangka regenerasi petani. Permentan tersebut berisi mengenai pedoman pengembangan generasi
muda pertanian yang bertujuan meningkatkan kedudukan dan peran pemuda dalam integrasi
pertanian dan perwujudan petani muda kreatif,inovatif, serta berdaya saing global. Beberapa
program yang diusung antara lain adalah, program pengenalan pertanian, peningkatan
kompetensi generasi muda pertanian, serta integrasi dan sinergi pengembangan generasi muda
dengan membentuk Taruna Bumi dan Taruna Tani sebagai wadah pengembangan skill pertanian
generasi muda. Selain itu, pada tahun 2020 ini Kementerian Pertanian menetapkan Duta Petani
Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA). Duta Petani Milenial merupakan petani muda
berusia 19-39 tahun yang menekuni bidang dari hulu ke hilir dan adaptif dengan perubahan
teknologi dan informasi, sedangkan DPA adalah petani berusia 39 tahun yang memiliki
kemampuan pioneer di bidang agribisnis. Saat ini, pemerintah telah menetapkan 67 orang
sebagai DPA dan DPM yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan adanya DPA dan
DPM diharapakan mendorong keterlibatan pemuda dalam pertanian sehingga jumlah petani
petani muda dapat terus meningkat.

Mengembangkan pertanian terpadu juga dapat menjadi strategi upaya mendorong peran
pemuda pada bidang pertanian. Pertanian terpadu merupakan pola integrasi beberapa unit usaha
pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis dan ekonomis dengan peningkatan
efisiensi. Pertanian terpadu mengintegrasikan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian lingkungan dan
peningkatan secara ekonomis karena penambahan efisiensi dan nilai produktivitas (Agus,2018).
Mengingat perbedaan wilayah berdasarkan topografi wilayah, pertanian terpadu berbasis
Agroforestry, Agroindustri, Agropolitan, dan Agrowisata dapat menjadi strategi yang baik agar
inovasi pertanian dapat terus dilakukan sehingga ancaman gagal panen dapat diminimalisir
dengan penggunaan teknologi dan pengetahuan yang tepat di tempat yang tepat.

Permasalahan kepemilikan lahan yang sempit memang menjadi salah satu kendala sulitnya
efisiensi di bidang pertanian. Dengan penguatan Cooperative Farming (Integrasi Lahan) akan
tercipta jaminan luas lahan pertanian yang mempunyai skala ekonomi tertentu. Sehingga, para
petani dapat menggarap sawah dengan luas yang cukup, teknologi pertanian dapat dengan
leluasa digunakan tanpa mengkhawatirkan inefisiensi karena lahan yang kecil.

Selain permasalahan lahan, Selama ini, salah satu penyebab pekerjaan sebagai petani
dianggap remeh yaitu kecilnya pendapatan serta tidak jelasnya pemasaran hasil-hasil pertanian.
Dengan adanya asuransi pertanian dan jaminan pemasaran, ketakutan akan kerugian akibat gagal
panen akan diminimalisir, kemudian petani pun akan mendapatkan kejelasan pintu pemasaran
apabila pemerintah melakukan pembelian secara langsung hasil pertanian.

Kesimpulan?????

Daftar Pustaka

Liputan 6. (2020, April 13). Retrieved 12 4, 2020, from www.Liputan6.com:


http://www.liputan6.com/bisnis/read/4226013/indonesia-terancam-alami-krisis-ju
mlah-petani-dalam-10-tahun-mendatang

Nugroho, A. W. (2018). Upaya Memikat Generasi Muda Bekerja Pada Sektor Pertanian
di Daerah Istimewa Yogyakarta. JPPUMA : Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
Politik, 6 (1), 76-95.

Sukayat, Y. S. (2017). Perilaku Pemuda Desa dalam Kegiatan Pertanian . Jurnal Ilmu
Peternakan dan pertanian, 52.

Anda mungkin juga menyukai