Anda di halaman 1dari 3

PENGELOLAAN PERABAIKAN MANAJEMEN PERTANIAN SEKTOR PANGAN

OLEH BANGUN PERMAEDHY

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki peluang pengembangan sektor


industri pangan yang besar. Indonesia memiliki lahan yang cukup luas untuk melakukan
pembukaan lahan untuk ditanami tanaman konsumsi dan pembukaan industri pengolahan pangan
tersebut. Tanah dan iklim di Indonesia juga sangat mendukung untuk proses pengembangan
beberapa jenis tanaman pangan.

Manajemen pengelolaan pangan mulai dari bidang pertanian sampai dengan pengolahan hasil
tani perlu dilakukan dengan baik agar produktivitas pertanian nasional dapat dilakukan secara
efektif. Pengelolaan lahan pertanian yang tepat akan menjadikan Indonesia negara yang cukup
untuk memiliki pasokan pangan untuk negaranya sindiri, hal ini akan berakibat pada kestabilan
harga pangan dari tahun ke tahun diluar dengan pengaruh monopoli pasar pangan.

Berdasarkan laporan Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2015 2019, produk
domestik bruto hasil tani dari sektor pangan di Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Di Indonesia, peningkatan produk domestik bruto sektor pangan ini mengalami kenaikan rata-rata
tiap tahunnya sebesar 1,53 % berdasarkan data hasil produk domestik bruto Indonesia pada tahun
2011 sampai dengan 2014. Peningkatan produksi pangan ini diikuti dengan menurunnya jumlah
pekerja pada sektor pertanian primer dari 38,7 juta orang pada tahun 2010 menjadi 35,7 juta orang
pada 2014.

Berdasarkan data tersebut, seharusnya peningkatan produksi pertanian dengan jumlah pekerja
pada sektor pertanian yang menurun menandakan efektifitas produksi pangan meningkat dan
mengalokasikan dana upah kerja pada jumlah pekerja yang lebih sedikit. Nyatanya, meningkatnya
jumlah produksi pada sektor pertanian tiap tahun tidak memberikan peningkatan kesejahteraan
pada para pekerja. Pada tahun 2014 pendapatan per kapita pekerja pada sektor pertanian sebesar
Rp 9.032,00 /kapita/hari, angka ini sangat jauh dari batas pendapatan minimal pada tahun 2014
menurut bank dunia yang memiki standar US$ 2 /kapita/hari dengan tingkat kurs pada saat itu
sektirar Rp 10.000,00 / US$ 1.

1
Berdasarkan perolehan kedua data tersebut, peningkatan jumlah produksi hasil tani tidak
berbanding lurus dengan pendapatan para pekerja di sektor pertanian. hal tersebut menjadi
permasalahan nasional pada bidang kerja di sektor pertanian. rata-rata pendapatan yang rendah
menjadikan bisnis dan pekerjaan pada sektor pertanian di Indonesia ini menjadi tidak diminati.
Padahal, kebutuhan permintaan terhadap bahan pangan pokok akan terus meningkat dari tahun ke
tahun dan pada titik tertentu pangan merupakan kebutuhan pokok yang bernilai tinggi karena
kurangnya suplai. Misalnya saja dibuktikan berdasarkan data neraca perdagangan dari badan pusat
statistik di negara Indonesia ekspor tanaman pangan di Indonesia berada pada angaka US$ 478
sedangkan impor US$ 3.894, dari data tersebut masih banyak peluang untuk orang-orang yang
menggerakan pengolahan lahan pangan dan pengolhannya untuk memenuhi kebutuhan dalam
negri maupun luar negri.

Kenaiakan produksi pangan 1,5% tiap tahunnya belum cukup untuk memenuhi permintaan
pasar di Indonesia. Hal ini menggambarkan tingkat produksi sektor pertanian pangan masih rendah
untuk mencukupi kebutuhan pangan dan perdagangan nasional. Tidak terpenuhinya permintaaan
pangan nasional dan terlalu banyak perdagangan import di negara Indonesia ini adalah karena tidak
banyak yang mau mengurus pada sektor pertanian ini. Bisnis sektor pertanian ini dianggap tidak
menarik bagi orang-orang muda yang berusia produktif. Menurut RENSTRA Pertanian tahun 2016
2019, para pekerja di bidang pertanian ini rata-rata adalah orang berusia diatas 40 tahun dengan
pendidikan maksimal sekolah menengah, sehingga sebagian besar para pekerja pengelola lahan ini
belum tersentuh oleh generasi lanjut Indonesia.

Seharusnya pengelolaan pangan bidang pertanian ini memiliki manajen yang lebih baik lagi.
Mulai dari sumber daya manusia, seharusnya terdapat pemimpin tiap sektor tempat penghasil
pangan di beberapa loaksi untuk di jadikan pemimpin rencana kerja yang memiliki pendidikan
yang cukup dan usia produktif. Pemimpin ini akan merencanaka soal suplai dan pembelanjaan
bahan baku, mengamati kerja para patani, perencanaan distribusi penjualan, melakukan riset
operasi mengenai hal yang diperlukan untuk mengembangakn area yang dipimpin, melakukan
perencanaan penyediaan produk pangan pada distributor agar harga lebih stabil dan relevan, serta
melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kementrian pusat mengenai lahan pertanian yang
dipimpin olehnya. Dengan adanya pengelolaan kerja yang baik, hal tersebut bisa meningkatkan
jumlah produksi yang lebih banyak lagi dengan proporsi pekerja yang sesuai.

2
Manajemen teknologi pada sektor pertanian juga perlu dilakukan agar pemakaian teknologi
pada saat itu sesuai. Perbandingan beban biaya pengadaan dan opersional teknologi dengan
produksi bahan pangan yang dihasilkan harus memiliki proporsi yang layak investasi. Contoh
pemanfaatan teknologi bisa berupa pemanfaatan mesin tandur otomatis, mesin panen otomatis,
melakukan research and developmenet berkaitan dengan bibit dan tanah yang digunakan akan
menghasilkan produk dengan umur panen lebih cepat dan lebih banyak dalam satuan berat,serta
melakukan pengembangan teknologi packaging untuk produk hasil tani tersebut. Pengelolaan
teknologi ini diperlukan adanya tenaga kerja untuk keperluan manajemen teknologi yang akan
mengatur seluruh kegiatan pekerja yang belum meliliki pengetahuan dan kesadaran tentang
pemanfaatan teknologi yang sesuai.

Untuk melakukan persiapan akan penggunaan dan manajemen teknologi ini, seharusnya
pekerja pada sektor pertanian memiliki taraf pendidikan yang lebih tinggi lagi agar pekerja dan
pemimpin pada sektor kerja pertanian ini memiliki tingkat wawasan yang lebih luas. Pada saat
pergantian dominasi pekerja oleh generasi Y dan generasi Z ini seharusnya sudah dilakukan
peningkatan taraf pendidikan pekerja untuk melakukan pekerjaan pada sektor pertanian dan
manajerial sektor pertanian agar inovasi, efektfitas kerja, dan produksi produk tani nasional dapat
tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Dukungan fasilitas dari pemerintah juga sangat perlu dilakukan. Penyediaan kantor pusat,
penyediaan laboratorium dan workshop untuk melakukan pengambamgan produk, dukungan
pengembangan teknologi pertanian, dan pengembangan struktur organisasi pelaksana kerja pada
sektor pertanian perlu dilakukan analisis secara ekonomi oleh pemerintah sebagai proyek jangka
panjang untuk publik. Proyek ini diharapkan memiliki nilai perbandingan keuntungan yang lebih
besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah yang diukur dalam skala satuan mata uang.
Apabila analisi proyek ini dapat diterima dan dilakukan oleh pemerintah tiap daerah di indonesia,
maka seleuruh upaya peningkatan efektifitas produksi pangan nasional dapat mulai dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai