Pendahuluan
Sektor pertanian di Indonesia memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penyerapan tenaga
kerja. Terdapat 1 dari 3 tenaga kerja di Indonesia berkerja di sektor pertanian (Kementerian
Pertanian, 2015). Namun, data dari Badan Pusat Statistik menunjukan dalam rentang tahun 2009
sampai 2016, penyerapan tenaga kerja dalam sektor pertanian mengalami penurunan dari 43,03
persen menjadi 38,29 persen. Fanomena ini terus mengalami penurun pasca pandemic Covid 19
yang menyerang perekonomian Indonesia di tahun 2019. Sedangkan PDRB setor pertanian,
tercatat menurun drasttis (-2.07) npada tahun 2020.
Gambar 1. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari tahun 2009-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik (benih pertiwi.co.id)
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam sektor pertanian
merupakan hal yang sangat kompleks. Tenaga kerja sektor pertanian banyak sekali berjuang
dengan berbagai masalah pertanian seperti produktifitas yang rendah, daya melih masyarakat
yang rendah, konversi lahan, dan tingkat kesejahteraan petani yang rendah. Hal inlah yang
menjadi pemicu banyak tenaga kerja dari sektor pertanian yang beralih ke sektor non pertanian
(Nugroho et al., 2018). Masalah lainya yang timbul adalah banyak generasi muda yang enggan
untuk masuk ke dalam sektor pertanian. Berdasarkan Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS)
BPS Tahun 2018, Jumlah Petani dengan umur antara 45 tahun sampai 54 tahun mencapai
7.841.335 atau mencapai 28,3 persen dari jumlah total petani sebanyak 7.682.117. sedangkan
posisi kedua ditempati oleh petani dengan umur antara 35 tahun sampai 44 tahun mencapai
6.548.105 atau mencapai 23,6 persen dari jumlah total petani sebanyak 7.682.117. selanjutnya
disi oleh petani dengan rentang umur 55-64 tahun dengan 22,59 persen, petani diatas 65 tahun
sebesar 14,89 persen, petani dengan umur 25-34 tahun sebesar 9,8 persen dan petani dengan umur
dibawah 25 tahun yang hanya menempati posisi terakhir dengan 0,6 persen atau 191.000 dari
total keseluruhan petani sebesar 27.684.117.
Sudah menjadi hal umum bahwa petani di desa rata-rata berusia diatas 50 tahun. Banyak
para petani di desa yang merasa kebingungan karena tidak ada anak-anaknya yang mau untuk
meneruskan pekerjaan mereka sebagai petani dari generasi ke generasi. Namun, yang lebih
memprihatinkan lagi adalah sebagian besar petani di pedesaan tidak mengingkan anak mereka
untuk menjadi petani. kajian Bi (2014), menjelaskan bahwa berdasarkan survey di cina, mayoritas
orang tua yang bekerja sebagai petani tidak menghendaki anaknya mewariskan pekerjaanya.
Kemudian terdapat 84,5 persen pemuda yang berimigrasi ke kota belum pernah terlibat dalam
pekerjaan sektor pertanian.
Ada berbagai alasan yang menyebabkan penurunan minat tenaga kerja muda dalam sektor
pertanian. Yang pertama, para tenaga kerja muda mengangap sektor pertanian belum bisa
memberikan kompensasi yang sesuai. Kedua, way of life dan cara pandang dari para pemuda yang
menganggap bahwa bertani merupakan pekerjaan yang tidak relevan lagi dengan perkembangan
zaman yang semakin modern. Krisis regenerasi petani memiliki konsekuensi yang sangat besar
terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khusunya yang berkaitan dengan
produktivitas dan daya saing pasar. Jika hal ini tidak direspon pemerintah secara cepat maka
dapat mengancam ketahanan pangan di indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini akan membahas tentang permasalahan regenerasi
petani di indonesia serta alternatif kebijakan yang akan penulis usulkan kepada pemangku
kebijakan untuk mengatasi krisis regenerasi petani. tujuan dari makalah ini adalah untuk
memerikan alternatif kebijkan terbaik dalam mengatasi krisis regenerasi petani di indonesia.
BAB II
Masalah Krisis Regenerasi Petani
Di indonesia sendiri, isu terkait penuaan petani dan krisis regenerasi petani tidak mendapat
banyak perhatian pemerintah dibandingan isu-isu lainya. Padahal masalah terkait regenerasi
petani merupakan tantangan yang sangat serius dan perlu mendapat perhatian
pemerintah.berubahnya struktur demografi ketenagakerjaan dalam sektor pertanian tidak hanya
terjadi di indonesia, tetapi juga di negara negara Asia, Amerika maupun Eropa. hal ini
menunjukan bahwa krisis regenerasi petani sudah menjadi sebuah fenomena global yang
membutuhkan perhatian serius dari para pemangku kebijakan untuk menyelamatkan sektor
pertanian di indonesia. Oleh karena itu, pemerintah indonesia perlu menkaji masalah-masalah
krisis regenerasi petani di negara lainya dan alternatif kebijakan yang diberikan pemerintah
negara tersebut. Berikut adalah beberapa ulasan fenomena regenerasi petani di indonesia dan
bebrapa negara lainya.
Indonesia
Masalah krisis petani muda di indonesia sudah menjadi hal yang biasa, bahkan trenya
konsisten dari waktu ke waktu. Dalam Sensus Pertanian tahun 2003 , terlihat bahwa petani
dengan rentang umur 25-44 tahun mencapai 44,7 persen dari total populasi petani. kemudian pada
posisi kedua, ditempati oleh petani dengan rentang umur 45−60 tahun sebesar 23 persen, untuk
petani (>60 tahun) sebesar 13,persen, dan yang paling rendah adalah petani muda (<24 tahun)
sebesar 9,2 persen. Berbanding lurus dengan sensus pertanian di tahun 2013, proporsi petani yang
berusia 40-54 tahun sebesar 41 persen, yang berusia diatas 27 persen sebesar 27 persen, dan yang
berusia kurang dari 35 tahun sebesar 11 persen. Selanjutnya, Berdasarkan Survey Pertanian Antar
Sensus (SUTAS) BPS Tahun 2018, Jumlah Petani dengan umur antara 45 tahun sampai 54 tahun
mencapai 7.841.335 atau mencapai 28,3 persen dari jumlah total petani sebanyak 7.682.117.
sedangkan posisi kedua ditempati oleh petani dengan umur antara 35 tahun sampai 44 tahun
mencapai 6.548.105 atau mencapai 23,6 persen dari jumlah total petani sebanyak 7.682.117.
selanjutnya disi oleh petani dengan rentang umur 55-64 tahun dengan 22,59 persen, petani diatas
65 tahun sebesar 14,89 persen, petani dengan umur 25-34 tahun sebesar 9,8 persen dan petani
dengan umur dibawah 25 tahun yang hanya menempati posisi terakhir dengan 0,6 persen atau
191.000 dari total keseluruhan petani sebesar 27.684.117. Sayangnya, dalam penyajian data
struktur tenaga kerja di indonesia, pengelompokan umur oleh Badan pusat Statistik (BPS) tidak
dilakukan secara konsisten sehingga perbandinganya tidak dapat diketahui secara jelas. Namun,
data sensus pertanian ini telah menunjukan telah terjadi pengurangan petani muda secara
signifikan
Vietnam
Penduduk pedesaan di vetnam memiliki proporsi penduduk perkotaan yaitu sebanyak 59,9
juta penduduk desa atau sebesar 68,3 persen dari total populasi (Dang, 2014). Proporsi tenaga
kerja tua di vietnam juga mengalaim peningkatan yaitu sebanyak 9,83 persen (1996) menjadi
10,45 persen (2007). Sedangkan kelompok umur 45-64 tahun juga menunjungan kecenderungan
yang sama. Walaupun proporsi tenaga kerja muda mengalami penurunan, proporsi tenaga kerja
muda di vietnam masih lebih unggul dari tenaga kerja tua.
Isu terkait penuaan petani dan krisis Beberapa hal yang menyebabkan
Penyebab utama Krisis
regenerasi petani tidak mendapat banyak Krisis Regenerasi Petani: regenerasi petani di Indonesia
perhatian pemerintah dibandingan isu-isu
1. Masalah konversi lahan pertanian adalah:
lainya. data dari Badan Pusat Statistik
2. Masalah akses teknologi 1. Kurangnya daya tarik di
menunjukann dalam rentang tahun 2009pertanian yang rendah sektor pertanian bagi kaum
sampai 2016, serapan tenaga kerja dalam
3. Masalah kesejahteraan petani muda di indonesia.
sektor pertanian mengalami penurunanyang rendah. 2. Tidak adanya instensif
dari 43,03 persen menjadi 38,29 persen. khusus yang di berikan
Fanomena ini terus mengalami penurun pemerintah pada petani
pasca pandemic Covid 19 yang sebagai daya Tarik bagi
menyerang perekonomian Indonesia golongan muda.
di tahun 2019.
Forcasting
Berdasarkan Data Sensus Pertanian tahun 2003, 2003, dan 2018, dilakukanlah forcasting
dengan menggunakan Metode Time Series yang memakai data presentasi petani yang berumur
diatas 45 tahun sebagai acuan. Hasilnya adalah ditahun 2023 jumlah petani yang berumur diatas
45 tahun akan mencapai 31, 76 persen, dan ditahun 2028 jumlah petani yang berumur diatas 45
tahun diprediksi akan mencapi 36,68 persen dari total jumlah tenaga kerja petani
Gambar 4. Forcasting petani tua (>45 tahun) dengan menggunakan metode time series
Sumber: data olahan penulis
Tujuan Kebijakan
Intervensi kebijakan/program perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah regenerasi
petani di indonesia. tujuan adalah memberikan citra positif pada sektor pertanian dan menarik
kaum muda untuk dapat bekerja pada sektor pertanian di indonesia. hal tersebut dapat dilakukan
melalui pemberian insentif pada petani muda, inovasi teknologi dan pemberdayaan petani muda.
dengan adanya kebijakan program regenerasi petani tersebut, diharapkan dapat menyelesaikan
masalah penurunan produktifitas pertanian, konversi lahan pertanian, dan masalah ketahanan
pangan di indonesia.
Tujuan Kebijakan Kebijakan nasional
Mengingat tingginya korelasi antara regenerasi petani dan indeks ketahanan pangan, maka
kebijakan regenerasi petani perlu dilakukan secara terintegrasi dengan program peningkatan
ketahanan pangan di indonesia, sehingga Kebijakan/program ini diharapkan dapat menaikan
indeks ketahan pangan di indonesia menjadi 70 persen pada tahun 2030.
BAB III
Alternatif Kebijakan Regenerasi Petani
Pada umumnya generasi muda di Indonesia memiliki aktivitas dan pola pikir yang sangat
dinamis.untuk itu , diperlukan media untuk menarik generasi muda agar terlibat langsung di
dalam sektor pertanian. Kebijakan yang di berikan pemerintah haruslam di desain berdasarkan
kebutuhan yang diinginkan oleh para petani muda
Terdapat 3 faktor penting yang dapat di pakai pemangku kebijakan untuk menarik para
pemuda ke sekto pertanian antara lain, kesempatan kerja yang tersedia, profitabilitas dan
produktivitas, serta rasa nyaman dalam bekerja. Di lain sisi, para generasi muda juga
membutuhkan pelatihan dan peningkatan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan sektor
pertanian
Untuk itu penulis merangkum beberapa alternatif kebijakan yang dapat dipakai untuk
mengatasi krisis regenerasi petani. antar lain. 1). Inovasi teknologi; 2) insentif; 3.) peningkatan
impor beras; dan 4) pelatihan dan pemberdayaan petani muda
Anggaran yang 1 1 2 1
disediakan Tinggi Tinggi sedang Tinggi
Kemudahan 1 3 2 1
Implemantasi Sulit Mudah Sedang Sulit
Efektifitas kebijakan 2 3 2 1
dalam menangani Efektif Sangat efektif Efektif Kurang efektif
krisis regenerasi
petani
Komplikasi Legal 1 3 2 3
Belum ada ada Ada (tidak ada
secara jelas)
Risiko Politik 2 3 3 1
Sedang Rendah Rendah Tinggi
TOTAL 7 13 11 7
Inovasi Teknologi
Inovasi teknologi merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi
masalah regenerasi petani dengan menarik kaum muda untuk berkarya di sektor pertanian
indonesia. Namun dari segi anggaran dan kemudahan implementasi yang sulit menyebabkan
program kebijakan ini bukanlah pilahan terbaik. Asian Depevopment Bank (ADB) mengatakan
anggran untuk pengembangan teknologi pertanian di indonesia dapat mencapai mencapai 600
miliar. Hal inilah yang menyebabkan kebijakan ini akan sulit diimplementasi. Dari segi
komplikasi legal, dapat diketahui bahwa belum adanya regulasi yang jelas dalam mengatur
penerapan inovasi teknologi di indonesia, kemudian dari segi resiko politik, alternatif inovasi
teknologi mendapat dukungan dari beberapa tokoh politik, salah satunya anggota DPR RI Puan
Maharani yang mendukung penerapan akses inovasi teknologi, di lain sisi karena biayanya yang
mahal sehingga pasti akan mendapat banyak kritikan dari tokoh politik (kompas.com)
Insentif untuk petani muda (Alternatif terpilih)
Pemerintah perlu untuk memberikan insentif kepada petani pemula atau petani muda
untuk menarik minat mereka bekerja di sektor pertanian. Program intensif melalui kebijakan
sistem kredit dan subsidi memang sudah diberikan kepada petani namun hal itu tidak ditujukan
langsung ke para petani muda atau petani pemula. Dari segi anggaran pemberian insentif bagi
petani muda ini cukup tinggi, menurut data dari Kementrian Pertanian (2022), anggaran untuk
subsidi petani dapat mencapai 25,3 triliun rupiah ditahun 2022. Namun dari segi kemudahan
implementasi, efektifitas, dan resiko politik kabijakan ini dianggap baik dan dapat diterima
disemua kalangan masyarakat karena sangat pro terhadap rakyat kecil. Oleh karena itu, hasil
pembobotan menunjukan bahwa aleternatif kebijakan pemberian insentif kepada petani muda
memiliki nilai tertinggi.
Pelatihan Dan Pemberdayaan Petani Muda
Pelatihan dan pemberdayaan petani muda merupakan salah satu kebijakan untuk
mengatasi masalah krisis regenerasi petani muda. Berdasarkan data dari (jatim.antaranews.com),
Provinsi jawa timur mengeluarkan anggran sebesar 10 miliar untuk mengimplementasi
pemberdayaan dan pelatihan petani. kemudian, dari segi implementasi, efektifitas, dan resiko
politik, kebijakan ini dianggap cukup baik. Namun, berdasarkan hasil pembobotan secara
keseluruhan, kebijakan insentif untuk petani muda dianggap lebih baik dalam mengatasi masalah
krisis regenerasi petani
Meningkatkan Impor Beras
Impor beras merupakan kebijakan yang paling banyak mendapat kritik dari berbagai
kalangan. Hal ini dikarenakan impor beras dianggap bukan lagi solusi terbaik dalam mengatasi
masalah pertanian di indonesia kedepanya dari segi anggaran, impor beras memakan biaya yang
sangat besar, Menurut Badan Pusat Statistik, Indonesia melakukan impor beras untuk kebutuhan
nasional sebesar 183,80 juta dolar dengan kuota sebesar 407.741,4 ton pada tahun 2021.
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh BPS pada tahun 2021, sekitar 29,59 % penduduk
Indonesia berprofesi sebagai petani. Artinya ketika kegiatan impor beras tetap dilakukan, maka
kesejahteraan sebanyak 38,78 juta orang (petani) mengalami penurunan. Dilain sisi, jika
pemerintah indonesia membatasi impor beras maka angka kemiskinan akan meningkat. Menurut
kusumah (2019), Letak dan Kondisi geografis di indonesia belum memungkinkan untuk
menerapkan swasembada pangan secara efektif.
Pemerintah perlu untuk memberikan insentif kepada petani, khususnya kepada petani
pemula atau petani muda untuk menarik minat mereka terhadap sektor pertanian. Program
intensif melalui kebijakan sistem kredit dan subsidi memang sudah diberikan kepada petani
namun hal itu tidak ditujukan langsung ke para petani muda atau petani pemula. Negara -negara
lain sudah banyak yang menerapakn kebijakan insentif kepada para petani muda (Murphy 2012),
untuk itu pemerintah indonesia juga diharapkan untuk melakukan hal yang sama melalui
kebijakan permodalan dan subsidi bagi para petani muda. Dengan adanya pemberian intensif
diharapkan krisis petani mudah dapat diselesaikan dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian. Terapat 2 hal yang paling krusial sebagai faktor penghambat para petani
muda untuk berkarya di sektor pertanian. 1). Keterbatasan kepemilikan lahan. 2). Kurangnya
dukungan akses finansial dalam pengembangan usaha pertanian. Oleh karena itu pemerintah
perlu mengambil inisiatif untuk dapat merekrut, mendorong dan mempertahankan petani muda
dalam sektor pertanian.
Pada negara-negara maju, kebijakan insentif ditamakan pada pemberian bantuan finansial
khusus bagi petani muda dalam rangka menyokong permodalan untuk memiliki lahan dan
memulai bisnisnya di sektor Sementara, dukungan di negara-negara berkembang, lebih berfokus
kepada peningkatan kapasitas dan pelatihan. Kebijakan insentif di beberapa negara diuraikan
sebagai berikut.
Kebijakan insentif di Amerika Serikat
Farm Service Agency (FSA) merupakan salah satu lembaga pertanian di Amerika Serikat
yang menerapkan kebijakan pemberian insentif bagi petani muda. Bantuan FSA diberikan dalam
bentuk 3 jenis bantuan, antara lain: (1) program jaminan sewa lahan., (2), program jaminan
pinjaman, dan (3) program pinjaman langsung. Selain FSA, Iowa Agricultural Development
Division (IADD), merupakan lembaga sektor pertanian di amerika serikat yang bertanggung
jawab terhadap pemberian bantuan kepada petani. program-program organisasi ini meliputi
(Murphy, 2012), (a) The Beginning Farmer Loan Program/BFLP atau program pinjaman kepada
petani pemula, (b) The Loan Participation Program/LPP (program pemberian pinjaman), (c)
The Beginning Farmer Tax Credit Program/BFTC (program kredit pajak bagi petani pemula).
Tabel 5. Skema pemberian insentif pada petani di Amerika Serikat
su
mber: FSA (2012)
sumbe
r: Wang (2014)
BAB V
Rencana Implementasi Pemberian insentif di Sektor Pertanian (petani muda/pemula)
Rencana implementasi alternatif kebijakan insentif di sektor pertanian bagi petani muda
dengan usia dibawah 40 tahun dapat dijelaskan dalam beberapa poin berikut:
1) Program jaminan pinjaman, (kredit bank dll)
2) Program pinjaman langsung (anggaran pemerintah)
3) program jaminan sewa lahan.
4) Program pemberian Insentif finansial dan non finansial
Program jaminan pinjaman dilaksanakan melalui Kementrian Pertanian atau
lembaga pemerintah lainya yang memiliki kewenangan untuk menjamin para petani muda
melakukan pinjaman di bank-bank komersial maupun Lembaga kredit petani. program ini
didukung secara aktif oleh pemerintah dengan cara memberikan jaminan kerugian yang tinggi
(diatas 90%) agar memperlancar proses pelayanan kredit petani muda. Program pinjaman
langsung dianggarkan dari APBN yang di perakarsai oleh Kementrian Pertanian. Sedangkan
Program jaminan sewa lahan diberikan pemerintah kepada pemilik lahan secara langsung yang
akan menyewakan lahan mereka secara langsung kepada petani pemula Selanjutnya , Program
Insentif berupa Pemberian bantuan bahan baku dan peralatan pertanian atau modal secara
langsung kepada petani muda yang baru merintis bisnisnya, atau petani petani pemula yang
memenuhi kriteria tertentu dan sudah menjalankan bisnisnya selama kurang lebih 5 tahun.
Sasaran kebijakan:
Memberikan insentif kepada Petani muda atau pemula, di daerah yang sektor pertanianya
lebih baik (Langkah awal)
Memberikan insentif kepada Petani muda atau pemula, di daerah yang memiliki potensi
pertanian yang besar
Memberikan insentif kepada Petani muda atau pemula, di seluruh daerah di indonesia
Adapun aktor serta perannya dalam kebijakan diversifikasi pangan adalah sebagai berikut:
BAB VI
Penutup
Kesimpulan
Seiring bertambahnya jumlah populasi, sektor pertanian dinilai memiliki peran yang
sangat strategis dalam menyediakan bahan baku pangan.untuk itu, peran kaum muda sangat
diperlukan untuk menjamin ketahanan pangan berkelanjutan di indonesia namun, fenomena yang
terjadi sekarang ini diman banyak petani muda yang tidak memiliki ketertarikan untuk bekerja di
sektor pertanian menyebabkan suabuah masalah yang mengancam ketahanan pangan. Ironisnya
jumlah petani tua yang semakin banyak menyebabkan ancaman krisis regenerasi petani. untuk
itu, diperlukan suatu strategi untuk mengubah presepsi kaum muda dan menarik minat mereka
untuk terlibat langsung dalam sektor pertanian. Berdasarkan hal itu, penulis menyimpulkan
bahwa upaya terbaik dalam memasarkan citra pertanian ke kaum muda adalah dengan
menerapkan kebijakan pemberian insentif terhadap petani muda dan pemula, yang bertujuan
untuk menarik kaum muda di dalam sektor pertanian.
Referensi
Badan Pusat Statistik (2003). Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS Tahun 2003.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2013). Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS Tahun 2013.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2018). Survey Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS Tahun 2018.
Jakarta.
Bi JY. 2014. Overview of youth engagement in agriculture in China and emerging trends.
CAPSA Palawija Newsletter. 31(1)6-8).
Dang BQ. 2014. Technological consultation and backup for young generation entry into
farming.
FFTC-RDA 2014 International Seminar on Enhanced Entry of Young Generation into
Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea
[FSA] Farm Service Agency. 2012. Your guide to FSA farm loans [Internet]. Washington, DC
(US): Farm Service Agency; [cited 2016 Jan 4]. Available from:
https://www.fsa.usda.gov/programs-and-services/ farm-loan-programs/
Hennessy. 2014. CAP 2014–2020 tools to enhance family farming: opportunities and limits. In-
depth Analysis. Brussel (BE): Directorate-General for Internal Policies Policy Department B:
Structural And Cohesion Policies. Also available from:
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/not e/join/2014/529051/IPOL-
AGRI_NT(2014)529051_ EN.pdf
Katchova AL, Ahearn M. 2014. Farm land ownership and leasing: implication for young and
beginning farmers. Agricultural Economics Staff Paper # 486. Lexington, KY (US):
University of Kentucky, Department of Agricultural Economics
Murphy D. 2012. Young farmer finance. Nuffield Australia Project No. 1203, Australia.
Nugroho, A. D., Waluyati, L. R., & Jamhari, J. 2018. Upaya Memikat Generasi Muda Bekerja
Pada Sektor Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta. JPPUMA: Jurnal Ilmu
Pemerintahan Dan Sosial Politik Universitas Medan Area, 6(1), 76.
https://doi.org/10.31289/jppuma.v6i1.1252