Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN PERIODE 2010-2011 Oleh : Jurusan

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 Mata Kuliah : Demografi Dosen : Tony S. Chendrawan, ST.,SE.,M.Si

ABSTRACT Poverty is a very complex problem in developing countries, especially Indonesia. Increasing the number of people who happen every year make poverty is increasing. high number of population is not matched by the number of jobs. It would also result in increased unemployment in Indonesia. In this paper will discuss how to influence the level of labor force participation levels in the period 2010-2011 Banten province. The data used in this paper is a two-year panel data. this research is useful to see if there is an influence of the increase in the labor force participation rate of poverty in the province of Banten. Keyword : labor force and poverty

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan keadaan dimana manusia atau penduduk tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (Junaiddin Zakaria:2009) dan keadaan seperti ini banyak terdapat di Negara-negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Negara-negara berkembang biasanya memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat kelahiran yang tinggi. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari laki- laki sebanyak 119.630.913 orang dan perempuan sebanyak 118.010.413 orang. Jumlah penduduk yang banyak merupakan salah satu masalah yang membuat negara-negara berkembang terutama Indonesia sulit untuk tumbuh. Hal ini disebabkan karena kualitas SDM Indonesia kurang baik dibandingkan dengan negara-negara maju. padahal dengan banyak jumlah SDM yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat

meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta meningkatkan pembangunan ekonomi. Di Indonesia, jumlah penduduk lebih banyak tersebar dibeberapa provinsi besar di Pulau Jawa. Salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk besar adalah Provinsi Banten, yaitu pada tahun 2010 sebesar 10.632.166 juta jiwa dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 11.005.518 juta jiwa. jumlah penduduk yang besar membuat permasalahan baru yaitu masalah ketenagakerjaan. Banyaknya jumlah penduduk yang berusia produktif di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang ada. Sehingga penduduk berusia produktif tersebut menambah jumlah pengangguran dan kemudian berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Tahun 2010 2011 Kemiskinan 7.46 TPAK 65.34

6.26 67.79 Tabel diatas merupakan prosentase kemiskinan dan tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Banten tahun 2010-2011. Dapat

dilihat bahwa pada tingkat kemiskinan di provinsi Banten mengalami penurunan sebesar 1.2% dari 7.46% pada tahun 2010 menjadi 6.26% pada tahun 2011. Kemudian pada prosentase tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 65.34% menjadi 67.79%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran tentang tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi banten ? Bagaimana gambaran tentang kemiskinan di Provinsi banten ? Bagaimana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap kemiskinan di Provinsi banten ? 1.3 Tujuan Untuk menggambarkan tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi banten. Untuk menggambarkan kemiskinan di Provinsi banten. Untuk menggambarkan pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap kemiskinan di Provinsi banten.

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Teori-teori 2.1.1 Teori Tentang Ketenagakerjaan Angkatan kerja dapat dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu. Teori Klasik Adam Smith Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudiandikenal sebagai aliran klasik.Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasisumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi.Setelah ekonomitumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessarycondition) bagi pertumbuhan ekonomi.

Teori Malthus Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas RobertMalthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan denganproduksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuaidengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkanturunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalahmelakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yangditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antaralain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya. Teori Keynes John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyaisemacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruhdari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali,tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggotamasyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akanmenyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akanmendorong turunya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginalvalue of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalammempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilaiproduktivitas hanya turun sedikit.Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetapsaja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang

ditawarkan. Lebih parah lagi kalau hargaharga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, danjumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakinluas. Teori Harrod Domar Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan.Menurut teori ini investasitidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi.Kapasitasproduksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidakmenurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplusakan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

mengatakan bahwa gambaran budaya kelompok kelas bawah, khususnya pada orientasi untuk masa sekarang dan tidak adanya penundaan atas kepuasan, mengekalkan kemiskinan di kalangan mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Michael Sherraden bahwa dalam berbagai bentuk, teori budaya miskin ini berakar pada politik sayap kiri (Lewis) dan politik sayap kanan (Banfield). Dari sayap kiri, perspektif ini dikenal sebagai situasi miskin, yang mengindikasikan bahwa adanya disfungsi tingkah laku ternyata merupakan adaptasi fungsional terhadap keadaan-keadaan yang sulit (Michael Sherraden : 2006, Parsudi Suparlan : 1995). Dengan kata lain kelompok sayap kiri cenderung melihat budaya miskin sebagai sebuah akibat dari struktur social. Sebaliknya kelompok sayap kanan melihat tingkah laku dan budaya masyarakat kelas bawah yang mengakibatkan mereka menempati posisi di bawah dalam struktur sosial. 2.1.3 Teori Tentang hubungan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan Angkatan kerja dapat dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu.Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang penting adalah modal asing, proteksi iklim investasi, pasar global, dan perilaku birokrasi serta "tekanan" kenaikan upah (Majalah Nakertrans, 2004). Otonomi daerah yang dalam banyak hal juga tidak berpengaruh positif terhadap tenaga kerja.Masalah kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi dan stabilitas politik juga sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan. Rucker (1985:2) sebagaimana dilansir oleh majalah Nakertrans, menduga bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia bersifat multidimensi sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula. Tidak ada jalan pintas dan sederhana untuk mengatasinya.Strategi pemulihan dan rekonstruksi ekonomi yang bertumpu pada penciptaan lapangan kerja merupakan keharusan. Dalam kaitan ini, masih sangat relevan untuk diperhatikan secara serius dua elemen strategi yang pernah diajukan oleh Misi ILO (1999:5) yaitu (i) strategi dan kebijakan yang membuat proses pertumbuhan ekonomi menjadi lebih memperhatikan aspek ketenagakerjaan, dan (ii) tindakan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja tambahan melalui program-program penciptaan lapangan kerja secara langsung.Semua itu dilakukan dalm rangka mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia.

2.1.2 Teori Tentang Kemiskinan Kemiskinan adalah konsep yang abstrak yang dapat dijelaskan secara berbeda tergantung dari pengalaman, perspektif, sudut pandang atau ideologi yang dianut (Darwin, 2005). Ada banyak teori tentang kemiskinan, namun menurut Michael Sherraden (2006:46-54) dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yang saling bertentangan dan satu kelompok teori yang tidak memihak (middle ground), yaitu teori yang memfokuskan pada tingkah laku individu (behavioral), teori yang mengarah pada struktur sosial, dan yang satu teori mengenai budaya miskin. Menurutnya Teori yang memfokuskan pada tingkah laku individu merupakan teori tentang pilihan, harapan, sikap, motivasi dan capital manusia (human capital).Teori ini disajikan dalam teori ekonomi neo-klasik, yang berasumsi bahwa manusia bebas mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dengan tersedianya pilihan-pilihan.Perspektif ini sejalan dengan teori sosiologi fungsionalis, bahwa ketidak setaraan itu tidak dapat dihindari dan diinginkan adalah keniscayaan dan penting bagi masyarakat secara keseluruhan.Terori perilaku individu meyakini bahwa sikap individu yang tidak produktif telah mengakibatkan lahirnya kemiskinan. Teori Struktural yang bertolak belakang dengan teori perilaku memandang bahwa hambatan-hambatan struktural yang sistematik telah menciptakan ketidaksamaan dalam kesempatan, dan berkelanjutannya penindasan terhadap kelompok miskin oleh kelompok kapitalis.Variasi teori struktural ini terfokus pada topik seperti ras, gender atau ketidak sinambungan geografis dalam kaitannya atau dalam ketidakterkaitannya dengan ras. Teori budaya miskin yang dikembangkan oleh Oscar Lewis dan Edward Banfield ini

2.2 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman.Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahamanpemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Kerangka berpikir penelitian yang sedang dipahami pada pengaruh ketenagakerjaan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi banten tahun 2010-2011 adalah sebagai berikut:
JUMLAH PENDUDUK TINGGI LAPANGAN KERJA SEDIKIT

KEMISKINAN

2.4 Hipotesis Hipotesis dalam masalah pengaruh ketenagakerjaan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi banten tahun 2010-2011 yang bersifat deskriptif. Penulis mengambil kesimpulan bahwa ketenagakerjaan akan mempengaruhi tingkat kemiskinan karena dengan adanya ketenagakerjaan kebutuhan pokok akan terpenuhi di provinsi banten. Hal ini didasari teori yang dikemukakan oleh adam smith, Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasisumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi (pengurangan angka kemiskinan). Setelah ekonomitumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessarycondition) bagi pertumbuhan ekonomi dalam penanggulangan kemiskinan.

PEREKONOMIAN BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI

BAB III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data terlebih dahulu baik itu bersumber dari beberapa referensi buku maupun data-data pendukung seperti internet, bps, dan datadata pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian penelitian ini. Metode penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, yaitu menganalisis masing-masing objek dan menghubungkan pengaruh antar objek tersebut.di provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Moh.Nazir:2005) Dalam penelitian ini variabel independent (bebas) adalah ketenagakerjaan.Sedangkan variabel dependent (terikat) adalah Tingkat Kemiskinan. Data yang digunakan adalah data data panel ketenagakerjaan dan Tingkat Kemiskinan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia serta Provinsi Banten Tahun 2010-2011.

Dari fenomena yang ada diatas penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh ketenagakerjaan terhadap tingkat kemiskinan yang terjadi di provinsi Banten. Berikut ini adalah Gambar Kerangka Berfikir Pengaruh Ketenagakerjaan Terhadap Jumlah kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 20102011 2.3 Kerangka Penelitian Kemiskinan

Permasalahan yang timbul :banyak terjadi tindakan kriminal dan meningkatnya jumlah pengangguran

Faktor yang mempengaruhi

ketenagakerjaan

Pendapatan masyarakat

Kesenjangan sosial

BAB IV HASIL PENELITIAN


Dependent Variable: KEMISKINAN? Method: Pooled Least Squares Date: 12/22/13 Time: 19:43 Sample: 2010Q1 2011Q4 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (balanced) observations: 64

KEMISKINAN_F(CILEGON) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_F KEMISKINAN_G(KOTA SERANG) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_G KEMISKINAN_H(TANGERANG SELATAN) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_H Persamaan diatas mencerminkan jika kemiskinan naik 1% maka tingkat pasrtisipasi angkatan kerja akan naik sebesar 31% di setiap wilayah yang ada di provinsi banten.
t-Statistic Prob.

Variable

Coefficient

Std. Error

C TPAK?

11.44755 3.160340

1.152153 0.623737

9.935782 5.066779

0.0000 0.0000

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.292821 0.281415 4.344991 1170.495 -183.8136 25.67225 0.000004

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

16.59594 5.125658 5.806676 5.874141 5.833254 0.774454

Dari hasil output regresi dilihat dari probability sebesar 0,0 artinya ada pengaruh antara variable independen (TPAK) terhadap variable dependen (kemiskinan). Dilihat dari hasil R-squared sebesar 0,29 artinya variable independen (TPAK) mempengaruhi variable dependen (kemiskinan) sebesar 29% dan 71% dipengaruhi oleh variable lain diluar model. Dari hasil olah data diatas diperoleh persamaan sebagai berikut : KEMISKINAN_A(PANDEGLANG)= 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_A KEMISKINAN_B (LEBAK)= 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_B KEMISKINAN_C(TANGERANG) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_C KEMISKINAN_D(SERANG) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_D KEMISKINAN_E(KOTA TANGERANG) = 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_E

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan menurut teori yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa di Provinsi Banten apabila terjadi peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja hal tersebut di ikuti dengan berkurangnya tingkat kemiskinan. Hal ini diketahui dari nilai probability sebesar 0,00. Dari hasil regresi diperoleh fungsi KEMISKINAN_A(PANDEGLANG)= 11.4475458538 + 3.16034016262*TPAK_A artinya jika kemiskinan naik 1% maka tingkat pasrtisipasi angkatan kerja akan naik sebesar 31% di setiap wilayah yang ada di provinsi banten. Maka, untuk mengurangi kemiskinan yang ada di Provinsi Banten, pemerintah harus berupaya dalam menambah jumlah lapangan kerja, sehingga prosentasi TPAK semakin meningkat dari tahun ke tahun.

DAFTAR PUSTAKA Nazir, moh. Metode penelitian. Ghalia Indonesia. 2005. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2648 4/4/Chapter%20II.pdf http://banten.bps.go.id/penduduk.html http://banten.bps.go.id/pdf/47_naker1210.pdf http://banten.bps.go.id/pdf/1150_naker_0711.pdf

Anda mungkin juga menyukai