Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Pemberdayaan Kebun Gizi Keluarga Sebagai Alternatif Peningkatan


Gizi dan Ekonomi Masyarakat Desa Rejomulyo

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat
Dosen Pengampu : Dr. Katmini, S.Kep.Ns,M.Kes.

Disusun oleh :
Etha Oktavia Puspita Dewi 1921B0008

Evelyn Nadi Damanti 1921B0009

Rossa Widhiya Ningrum 1921B0027

Rosita Silfiani 1921B0028

Sheren Mega Fitri Ananda 1921B0029

FAKULTAS FAKAR
PROGAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INONESIA
KEDIRI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan membangun Kebun Gizi didampingi oleh ahli di bidangnya
dengan harapan kelompok masyarakat juga dapat berkonsultasi langsung selama
proses pendampingan, baik itu terkait praktik berkebun maupun mengenai
konsumsi makanan beragam dan bergizi seimbang. Seperti yang kita ketahui,
sejak masa pandemi ini bertanam menjadi hobi yang sangat diminati masyarakat,
selain hobi, bertanam juga bisa menjadi tambahan penghasilan dan bisa
dikonsumsi keluarga sendiri dengan menanam tanaman yang beraneka ragam,
khususnya pemenuhan sayur dan buah. Kegiatan ini menjadi salah satu upaya
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebutuhan makan sayur dan buah untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga di tengah masyarakat dan dapat meningkatkan
kesehatan warga.
Peningkatan gizi masyarakat atau pengoptimalan gizi masyarakat sangat
dikembangkan oleh pemerintah guna menciptakan masyarakat yang sehat dan
produktif. Peningkatan gizi masyarakat dapat tercapai salah satunya dengan cara
pemberdayaan kebun gizi masyarakat. Kegiatan ini mendukung program
pemerintah untuk meningkatkan jumlah gizi masyarakat dimulai dari keluarga.
Kebun gizi keluarga diharapkan mampu meningkatkan gizi dengan memanfaatkan
tempat atau halaman kosong dirumah.
Peningkatan ekonomi dengan kebun gizi merupakan Kegiatan yang
membentuk perilaku masyarakat dalam peningkatan pendapatan keluarga melalui
penjualan sayur dan buah yang ditaman sendiri sehingga manfaat ekonominya
yaitu pendapatan masyarakat maupun penghematan anggaran belanja rumah
tangga.
Oleh karena itu kami dengan Tim Pengabdian Pada Masyarakat dari
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat IIK STRADA Indonesia mengajak maupun
berbagi pengalaman kepada masyarakat Desa Rejomuly, Kota Kediri, Jawa Timur
ini dalam meningkatkan gizi dan ekonomi masyarakat setempat melalui
pemberdayaan kebun gizi keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah seperti :
1. Apakah yang dimaksud dengan status gizi dan bagaiamana cara
meningkatkannya?
2. Apakah manfaat yang didapatkan dengan pengabdian masyarakat
pemberdayaan kebun gizi keluarga?
3. Apakah yang dimaksud dengan pengabdian masyarakat dalam melakukan
pemberdayaan kebun gizi keluarga pada masyarakat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi


2.1.1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan
secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin, jika dalam keadaan sebaliknya maka akan terjadi
masalah gizi (almatsier, 2009).
Status gizi yang merupakan gambaran keseimbangan dan kecukupan zat-
zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut kepustakaan bahwa asupan nutrisi dan penyakit
infeksi merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita
(Almatsier, 2004).
Status gizi adalah ekpresi dari keseimbangan dalam bentuk
variablevariabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau
keadaan fisikologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh
(Supariasa I. D., 2016).

2.1.2. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi (PSG) menurut Hartriyanti dan Triyanti (2007) adalah
interpretasi dari data yang didapatkan dari berbagai metode untuk
mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko status gizi buruk. Penilaian
status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung (Supariasa,2001).

2.1.3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi terbagi menjadi 2 (Supariasa,
2009) :
a. Faktor langsung
1) Keadaan infeksi
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2009) menyatakan bahwa ada
hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian
malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit infeksi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan
pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare,
mual/muntah dan pendarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik
dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh.
2) Konsumsi makan
Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui kenyataan
apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur
status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
b. Faktor tidak langsung
1) Pengaruh Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan.
Sikap terhadap makanan seperti terdapat pantangan, tahayul, dan tabu dalam
masyarakat menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Jarak kelahiran
anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi
asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga
dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan
karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
2) Pola pemberian makanan
Program pemberian makanan tambahan merupakan program untuk
menambah nutrisi pada balita, biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu.
Adapun pemberian makanan tambahan tersebut berupa makanan pengganti ASI
yang biasa didapat dari puskesmas setempat (Almatsier, 2009).
3)Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi dibedakan berdasarkan :
a) Data sosial
Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat, keadaan keluarga,
pendidikan, perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus.
b) Data ekonomi
Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang terlihat
seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta
harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. Di Indonesia yang
jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan
menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan
yang bergizi (Almatsier, 2009).
4)Produksi pangan
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak
terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat


2.2.1. Definisi
Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai proses di mana individu atau
kelompok mampu meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka untuk
memahami, menafsirkan masalah yang mereka hadapi dan kemudian mampu
menentukan kebutuhan serta menerjemahkannya ke dalam tindakan dengan
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan. Komponen utama pemberdayaan
dalam hal ini adalah kemampuan individu untuk mendapatkan kontrol atau
kendali dalam menentukan kehidupan mereka seperti yang mereka inginkan
(Samah dan Aref, 2009).
Konsep pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk
mendapat akses dan kontrol atas sumber-sumber hidup yang penting.
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di
Eropa mulai abad pertengahan, hingga akhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an.
Konsep pemberdayaan pada dasarnya dibangun dari ide yang menempatkan
manusia sebagai subyek dari dunianya sendiri. Terdapat dua kecenderungan
proses pemberdayaan yaitu pertama adalah proses pemberdayaan yang
menekankan ke proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih
berdaya. Proses ini dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna
mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
Kecenderungan yang kedua adalah lebih menekankan melalui proses dialog.
Kecenderungan ini terkait dengan kemampuan individu untuk mengontrol
lingkungannya (Kartasasmita, 1996)
Dalam pengelolaan sumber daya alam, pemberdayaan dimaksudkan agar
setiap individu memiliki kesadaran, kemampuan, dan kepedulian untuk
mengamankan dan melestarikan sumber daya tersebut. Pengelolaan sumber daya
alam secara berkelanjutan diperlukan untuk menjaga agar manfaat dari sumber
daya alam tersebut dapat dirasakan secara terus menerus pada generasi yang akan
datang 16 untuk memperbaiki mutu atau kualitas hidup manusia (Mardikanto dan
Soebiato, 2015). Beberapa manfaat pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam antara lain membantu mengurangi kemiskinan, perbaikan
kualitas lingkungan, dan mengatasi konflik pengelolaan sumber daya di antara
para pihak yang berkepentingan (Kullenberg ,2010)

2.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dengan program ini adalah :
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberdayaan kebun
gizi keluarga.
2. Melatih masyarakat tentang pembuatan kebun gizi keluarga yang dapat
meningkatkan gizi dan ekonomi.
3. Terwujudnya kebun gizi yang berdaya guna hasil dari pemanfaatan panen
Kebun Gizi oleh masyarakat Desa Rejomulyo
4. Meningkatkan ekonomi serta terwujudnya masyarakat yang mandiri dalam
hal pemenuhan gizi.
2.3 Target Luaran
Target luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah meningkatnya
pengetahuan masyarakat mengenai kebun gizi keluarga, terciptanya lingkungan
yang lebih hijau dengan kebun gizi keluarga, dan mewujudkan masyarakat yang
peduli dengan gizi serta ekonomi keluarga secara mandiri.

2.4 Indikator Keberhasilan


Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah :
1. Masyarakat secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan gizi sayur dan
buah
2. Masyarakat mampu meningkatkan pendapatan keluarga secara mandiri
melalui kebun gizi keluarga.
3. Masyarakat dapat membentuk unit usaha kecil untuk menjual hasil kebun
gizi keluarga.
4. Masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan hijau
dengan kebun gizi keluarga.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Tempat Pelaksanaan


Desa Rejomulyo, Kecamatan Kota Kediri, Kota Kediri, Jawa Timur
3.2. Waktu Pelaksanaan
Tanggal 30 juni 2021 dengan jangka waktu penyuluhan dan pelatihan
sebanyak 1 sesi .
Metodologi yang dilakukan adalah :
1. Pemberian Materi (Penyuluhan)
2. Dialog dan Diskusi
3. Pemberian soal pre test dan post test
4. Pelatihan Pembuatan kebun gizi keluarga.
Bahan pembuatan kebun gizi keluarga seperti bibit tanaman sayur, bibit buah,
polybag, kompos didapatkan dari para warga yang menyumbang secara sukarela.
Panitia pengabdian masyarakat menyediakan tempat sosialisasi, dan
mendatangkan ahli dalam penanaman kebun gizi keluarga.

3.3. Pelaksanaan Kegiatan


Tanggal 30 juni 2021
No Pukul Kegiatan Narasumber
1. 08.00-08.20 Persiapan Panitia
panitia
2. 08.20-08.30 Absensi peserta -
pengabdian masyarakat
3 08.30-08.40 Pembukaan Panitia
4 08.40-09.00 Sambutan tokoh Kepala desa
masyarakat Rejomulyo
5 09.00-09.10 Pre-test -
5 09.10-09.50 Penyuluhan dan Tim panitia
pemberdayaan kebun gizi
keluarga
6 09.50-10.30 Praktek penanaman sayur Tim Panitia
dan buah dan masyarakat
setempat
7 10.30-10.40 Tanya jawab Tim panitia
8 10.40-10.50 Post-test -
9 10.50-11.00 Penutupan Tim Panitia
3.4. Pelaksana Kegiatan
1. Dr. Katmini, S.Kep.Ns,M.Kes. (Akademis)
2. Rossa Widhiya Ningrum (Ketua Pelaksana)
3. Etha Oktavia Puspita Dewi (Sekretaris & Bendahara)
4. Sheren Mega Fitri Ananda (Moderator)
5. Evelyn Nady Damanti (Dokumentasi)
6. Rosita Silfiani (Penyuluh dan praktisi)

3.5. Analisa Kegiata


Pada Pelaksanaan Pemberdayaan dan Pelatihan ini, peserta yang hadir
sebanyak 60 orang yang terdiri daari tokoh masyarakat, pemuda dan perwakilan
dari setiap RT di desa Rejomulyo.
Selama Pemberdayaan dan Pelatihan berlangsung, terlihat bahwa antusias
peserta cukup tinggi, karena materi yang disajikan dirasa sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masyarakat setempat. Bahkan beberapa tokoh masyarakat setempat
teringat masa-masa lalu, dimana pada masa itu lingkungan masih sangat hijau dan
bebas menanam sayur atau budah dipekarangan milik pribadi
Antusias warga yang mengikuti Pemberdayaan dan Pelatihan ini terlihat
juga dari tingkat keaktifan peserta dalam menanggapi dan penyampaikan harapan,
serta keinginan mereka tentang tindak lanjut kegitan serupa dikemudian hari pada
saat sesi diskusi berlangsung. Untuk mengetahui presentasi peningkatan
pengetahuan masyarakat dengan memberikan soal pre dan post test yang
kemudian dapat menjadi acuan bagi panitia untuk pengabdian masyarakat
selanjutnya
Terkait dengan potensi wilayah, di desa Rejomulyo masih banyak terdapat
area untuk menanam sayur atau buah secara mandiri dirumah masing masing
maka denan adanya pengabdian masyarakat kebun gizi keluarga diharapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat sasaran.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program Kebun Gizi keluarga mampu memberikan dampak dan manfaat
yang positif untuk masyarakat khususnya mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat berkaitan dengan kebiasaan makan sayur, manfaat aspek ekonomi,
ketahanan pangan dan partisipasi masyarakat. Keberhasilan program kebun gizi
dapat diduplikasi di wilayah lain dengan model dan culture yang sama. Kebun
gizi keluarga meruapakan program pengabdian masyarakat yang berfokus untuk
meningkatkan gizi serta ekonomi masyarakat sasaran.

4.2 Saran
Dengan Pemberdayaan dan Pelatihan tentang Kebun gizi keluarga untuk
meningkatkan gizi serta ekonomi kepada masyarakat ini diharapkan pemahaman,
pengetahuan, dan kemampuan semakin meningkat terhadap pentingnya gizi pada
masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, dapat dilaksanakan kegiatan
lain yaitu membuka unit usaha kecil untuk menjual hasil kebun gizi keluarga, agar
masyarakat mampu menyediakan sendiri bahan baku pangan yang bergizi secara
mandiri, sehingga tingkat pendapatan masyarakat semakin meningkat dan
pengeluran untuk membeli bahan baku menurun.

Anda mungkin juga menyukai