NUTRIGENOMIK
INTERFERENSI GENOM MANUSIA OLEH NUTRIEN
DOSEN PANGAMPU : Helmy Widyastuti, S.Si., M.Si.
Kelompok II:
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
Daftar Isi
Sampul .......................................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................i
Daftar Gambar ......................................................................................................... ii
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
Bab II. Pembahsan
2.1 Makanan Sebagai Sumber Nutrisi ......................................................................3
2.2 Adaptasi Genetik terhadap Perubahan Pola Makan ...........................................4
2.3 Pengaruh Nutrisi terhadap Interferensi Genetik .................................................5
2.4 Contoh Kasus .....................................................................................................6
Bab III. Kesimpulan ...............................................................................................12
Daftar Putaka ..........................................................................................................13
i
Daftar Gambar
ii
BAB I
Pendahuluan
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah Interferensi Genom Manusia
dengan Nutrien ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan interferensi kode genetik?
2. Bagaimana mekanisme nutrisi pada makanan dalam menginterferensi kode
genetik?
3. Bagaimana pengaruh interferensi tersebut terhadap suatu organisme?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah Interferensi Genom Manusia dengan Nutrien
ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi interferensi kode genetik.
2. Untuk mengetahui mekanisme nutrisi pada makanan dalam menginterferensi
kode genetik.
3. Untuk mengetahui pengaruh interferensi kode genetik terhadap suatu
organisme.
2
BAB II
Pembahasan
3
Makanan yang kita makan terdiri dari campuran bahan kimia yang
kompleks, banyak di antaranya aktif secara biologis. Zat bioaktif ini bertindak
sebagai sinyal makanan yang memanipulasi DNA yang sangat terorganisir dan
diatur dengan ketat. Pengaruh makanan yang paling penting terjadi pada tingkat
molekuler, dimana nutrisi yang diperoleh dari makanan akan memberikan
pengaruh signifikan kesehatan seseorang (Hirsch dan Evans, 2015).
2.2 Adaptasi Genetik terhadap Perubahan Pola Makan
Interaksi antara nutrisi, metabolisme, dan ekspresi gen wajib untuk
pemeliharaan homeostasis tubuh. Gangguan terkait atau ketergantungan nutrisi
telah dilaporkan sebagai hasil campuran nutrisi dengan banyak gen bukan dengan
satu gen. Variasi genetik adalah dasar utama untuk perbedaan orang-ke-orang
dalam menanggapi diet. Variasi genetik memengaruhi ekspresi gen dan dijadikan
sebagai faktor risiko gangguan kesehatan yang bergantung pada nutrisi.
Perubahan genom manusia yang berhubungan dengan adaptasi pola makan, mode
subsisten, dan variabel lingkungan telah diidentifikasi. Variasi terbaru yang
dikaitkan dengan diet adalah peningkatan jumlah salinan gen amilase, yang
memungkinkan pencernaan pati. Selain itu, variasi gen laktase, yang
memungkinkan orang dewasa mencerna susu segar, juga berkaitan dengan pola
makan (Palma dkk., 2022).
Perubahan evolusioner utama dalam anatomi dan fisiologi manusia telah
disertai dengan perubahan pola makan, menghasilkan kerangka kerja adaptif yang
memengaruhi pola makan modern. Terlepas dari stabilitas genom manusia,
adaptasi terhadap lingkungan dan cara makan baru telah memungkinkan spesies
untuk berkembang dan beradaptasi dengan kondisi yang berbeda. Perubahan
genetik baru-baru ini telah menentukan pola diet saat ini dan menjelaskan
mengapa rekomendasi distribusi kalori makronutrien saat ini berbeda dari pola
diet spesies pendahulunya. Oleh karena itu, rekomendasi dsitribusi energi
sebagian besar berasal dari asupan karbohidrat (Palma dkk., 2022).
Makanan pokok yang banyak mengandung karbohidrat sebagian besar
terdiri atas pati dari tepung, gandum, beras atau kentang. Polisakarida yang
berasal dari makanan pokok akan dicerna menjadi glukosa dengan bantuan enzim
amilase yang diekspresikan oleh gen AMY yang disintesis oleh air liur (AMY1)
4
dan pankreas (AMY2A dan AMY2B). Individu dengan pola makan kaya pati,
cenderung memiliki jumlah salinan gen AMY yang lebih tinggi daripada individu
dengan konsumsi pati rendah. Misalnya, di Jepang besar jumlah beras dan pati
dari sumber lain yang dikonsumsi mencerminkan banyak salinan dari gen AMY1,
sedangkan pada populasi Siberia yang terkait secara genetik (terutama makan ikan
dan daging) secara signifikan lebih sedikit salinan AMY1 yang ditemukan.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa peralihan ke sumber makanan baru setelah
munculnya pertanian dan kolonisasi habitat baru telah menjadi faktor utama
terhadap pemilihan gen manusia. Selain itu, gen yang dipilih secara positif karena
perubahan pola makan adalah ADAMTS (ADAM metallopeptidase dengan motif
trombospondin) 19 dan 20, APEH (N-acyla (minoacyl-peptide hydrolase), PLAU
(aktivator plasminogen, urokinase) dan UBR1 (ubiquitin protein ligase Komponen
E3 n-recognin 1), yang menyandikan enzim yang terkait dengan metabolisme
protein. Dengan demikian, populasi manusia telah beradaptasi secara genetik
terhadap pola makan berdasarkan sumber daya lokal yang tersedia dengan sebaik-
baiknya (Carlberg dkk., 2020).
2.3 Pengaruh Nutrisi terhadap Interferensi Genetik
Nutrisi Kesehatan
Genotip A Increase
Genotip C Decrease
Gambar 1. Ilustrasi Pengaruh Nutrisi dan Gen terhadap Kesehatan.
5
diet terjadi dalam tiga mekanisme, yaitu sebagai ligan untuk resptor faktor
trankripsi, dimetabolisme dengan jalur metabolic primer maupun sekunder yang
akhirnya dapat mengubah konsentrasi substrata tau intermediet, dan memngaruhi
jalur sinyal baik secara positif maupun negatif (Muhammad dkk., 2021).
Terlihat jelas bahwa jenis komponen diet dapat mengubah proses genetik
yang selanjutnya dapat memengaruhi kesehatan individu tersebut. Tidak hanya
nutrisi esensial, seperti kalsium, zink, folat, selenium, vitamin C, dan vitamin E,
nutrient nonesensial juga terbukti secara signifikan dapat memengaruhi kesehatan
individu tersebut (Muhammad dkk., 2021).
Variasi genetik pada manusia menjadi penyebab adanya perbedaan respons
fenotip diet dari seseorang dengan orang yang lain. Variasi genetik ini disebut
dengan Single Nucleotide Polymorphism (SNP). SNP dapat menentukan respons
seseorang terhadap suatu paparan, misalnya diet. Adanya perbedaan alel pada gen
SNP pada dua orang berbeda yang sedang menjalani diet mengakibatkan ekspresi
fenotip yang berbeda pula dari hasil dietnya meskipun keduanya mengkonsumsi
asupan nutrisi yang sama (Muhammad dkk., 2021).
6
non gizi. Sistem sensor seluler mendeteksi sinyal lingkungan ini dan terus
mengaktifkan gen, ekspresi protein dan ekspresi metabolit. Hal ini tentu saja
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebuah penelitian nutrigenomik membahas
tentang interaksi antara nutrisi dengan gen yang berpengarruh terhadap transduksi
sinyal, protein dan metabolit terkait. Pengetahuan terkait interaksi tersebut dapat
digunakan untuk mengeksplorasi biomarker baru sebagai dasar mempelajari
perkembangan penyakit tertentu (Anna dan Wijaya, 2020).
1. Diabetes Melllitus Tipe II
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia, yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin,
atau keduanya. Diabetes terjadi akibat adanya interaksi yang kompleks antara
kecenderungan genetik dan gaya hidup seseorang. DM dikaitkan dengan disfungsi
dan kegagalan organ yang berbeda, seperti pembuluh darah, jantung dan ginjal.
Sebagian besar kasus DM terbagi dalam dua kategori etiopatogenetik, yaitu DM
tipe 1 dan tipe 2 (masing-masing T1DM dan T2DM). T2DM adalah gangguan
kronis yang disebabkan oleh defisiensi sekresi insulin dan resistensi insulin.
T2DM adalah sifat kompleks yang dihasilkan dari kontribusi banyak gen, banyak
faktor lingkungan, termasuk diet, dan interaksi antara gen dan faktor
lingkungan (Berna dkk., 2014) dan (Maimunah, dkk., 2020).
Diabetes mellitus tipe II merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah akibat adanya resisensi insulin. Pada
resistensi insulin, hati, otot, dan lemak tidak mempunyai respon terhadap insulin.
Banyak penelitian menyatakan bahwa diabetes melitus tipe II juga dipengaruhi
oleh faktor genetik. Antara lain penelitian di Belanda menyatakan bahwa anak
yang lahir dengan berat lahir rendah pada kondisi kelaparan di Amsterdam
memiliki kadar glukosa darah post pandrial lebih tinggi. Penelitian di India
menyatakan bahwa bayi dengan Body Mass Index (BMI) rendah pada 2 tahun
pertama kehidupan memiliki risiko yang tinggi terkena diabetes. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa gizi buruk pada janin dan bayi menimbulkan
pengaruh buruk pada mekanisme yang mengatur toleransi karbohidrat. Hal ini
akan mempengaruhi struktur dan fungsi sel beta dan bisa merubah respon jaringan
terhadap insulin (Castillo dkk., 2017).
7
Gambar 3. Pengaruh Makanan terhadap Ekpresi Gen Diabetes Mellitus.
8
Obesitas kini juga dianggap timbul sebagai hasil interaksi antara gen dan
nutrisi (Castillo, dkk., 2017).
Salah satu faktor terkait obesitas yang diteliti secara ekstensif adalah high-
density lipoprotein (HDL). Gen Apolipoprotein A2 (APOA2) merupakan bagian
dari multigen apolipoprotein yang mengkodekan protein APOA2 yang
berhubungan dengan HDL, yaitu dalam hal aktivitas modulasi lipoprotein lipase
pada proses lipogenesis hepar dan lipolisis adiposa. Studi yang ada
mengindikasikan bahwa individu dengan variasi gen APOA2 rs5082 akan lebih
cenderung mengalami peningkatan berat badan, IMT, dan lingkar pinggang
setelah peningkatan asupan tinggi lemak dan protein (Boughanem dkk., 2020).
Selain itu, variasi gen UCP2 mempengaruhi regulasi energi melalui
sensitivitas leptin. Dalam sebuah kohort pada dewasa sehat di Yogyakarta,
ditemukan korelasi positif peningkatan berat badan pada subjek yang memiliki
variasi genetik UCP2 dengan genotipe GG. Ditemukan bahwa variasi gen UCP2
dapat mempengaruhi respon adiposit terhadap perubahan asupan energi. Subjek
dengan genotip GG gen UCP2-866G/A lebih responsif terhadap asupan energi,
sehingga lebih rentan terhadap kenaikan berat badan karena asupan
berlebihan (Muhammad dkk., 2020).
Selanjutnya, variasi gen Fat Mass And Obesity Associated (FTO). Selain
dikaitkan dengan obesitas, juga dinyatakan berhubungan dengan resiko diabetes
mellitus. Dalam sebuah penelitian, ekspresi gen FTO ditemukan secara signifikan
diatur dalam hipotalamus tikus, terutama saat keadaan lapar, dan sangat
berkorelasi negatif dengan ekspresi galanin orekogenik yang terlibat dalam
stimulasi asupan makanan. Pada manusia, ekspresi gen ini juga ditemukan dalam
hipotalamus. Hubungannya dengan peningkatan IMT dikaitkan dengan modulasi
asupan makanan, dimana peningkatan ekspresi gen FTO akan berkaitan dengan
peningkatan asupan energi (Boughanem dkk., 2020).
3. Kanker
Secara epidemiologis didapatkan data bahwa kanker menyumbang proporsi
tinggi dari total morbiditas dan mortalitas pada orang dewasa di seluruh dunia.
Faktor genetik memainkan peran kunci dalam perkembangan dalam
perkembangan kanker. Faktor-faktor penyebab kanker di antaranya adalah faktor
9
genetik seperti ketidakstabil genetik seperti ketidakstabilan DNA dan perubahan
gen yang dipengaruhi oleh nutrisi. Nutrisi juga dapat menyebabkan
penyimpangan metilasi DNA yang berkontribusi terhadap karsinogenesis.
Penyebab kanker adalah mekanisme interaksi faktor genetik dan lingkungan yang
kompleks. Asupan nutrisi makanan merupakan faktor lingkungan yang penting
dan terdapat variasi yang nyata dalam perkembangan kanker dengan asupan
makanan yang sama di antara individu. Hal ini dapat dijelaskan oleh variasi
polimorfisme genetik, yang mengarah pada munculnya konsep nutrigenomik dan
nutrigenetik (Calberg dkk., 2020).
Kadar homocysteine yang meningkat dikaitkan dengan penyakit
kardiovaskular, dan peningkatan kecenderungan kanker kolon terutama jika ada
kekurangan makanan yang mengandung asam folat dibandingkan dengan
kebutuhan harian yang direkomendasikan. Banyak penelitian menunjukkan peran
setiap makanan untuk menyesuaikan enzim Fase I dan Fase II, yang merupakan
enzim metabolism xenobiotik dan akibatnya mengkonfirmasi pemeliharaan sel-
sel normal. Modifikasi metabolisme karsinogen adalah salah satu mekanisme
utama yang memungkinkan komponen makanan dapat meminimalkan risiko
kanker. Ekspresi gen dari gen enzim metabolisme xenobiotik fase I, yang biasanya
mengaktifkan sebagian besar karsinogen, dibentuk oleh reseptor nuklir
penginderaan xenobiotik seperti AhR, PXR, dan RXR. Kemudian, enzim Tahap II
mengkatalisis konjugasi karsinogen ini dan berulang kali diatur oleh jalur
pensinyalan berbeda pada tingkat transkripsi (Calberg dkk., 2020).
Etiologi dan patogenesis kanker adalah mekanisme interaksi yang kompleks
antara faktor genetik dan lingkungan. Asupan makanan dan suplemen gizi
dianggap sebagai faktor lingkungan yang penting, sehingga para ilmuwan telah
melaporkan bahwa makanan dan nutrisi dapat memainkan peran penting dalam
perkembangan kanker. Selain itu, banyak penelitian telah melaporkan hubungan
dari kuantitas dan kualitas nutrisi makanan dengan kejadian kanker
dan patogenesis. Dari hasil patogenesis. Dari hasil penelitian sebelumnya, kom
penelitian sebelumnya, komponen makanan yang berper ponen makanan yang
berperan dalam kejadian an dalam kejadian kanker kolorektal adalah heterosiklik
amin yang sehari-hari ditemui pada daging merah dan daging olahan dengan gen
10
polimorfik N-asetil transferase 1 dan 2 dan sitokrom P450 1A2, dan 2 dan
sitokrom P450 1A2, alcohol dengan alcohol dengan gen polimorfik Glutation S
transferase dan alcohol dehydrogenase, cruciferous vegetables dengan gen
polimorfik sitokrom P450 1A2 dan Glutation S transferase, kalsium/vitamin D
dengan gen polimorfik vitamin D reseptor, dan folat juga metionin dengan gen
polimorfik metilen-tetrahidrofolat reductase (Calberg dkk., 2020).
11
BAB III
Kesimpulan
12
Daftar Pustaka
Anna, M., dan Wijaya, A., Nutrigenetics, Nutrigenomics and Precision Nutrition,
The Indonesian Biomedical Journal, 12(3); 189-287.
Berna, G., Oliveras, M., Jurado, R. E., Tejedo, J., Bedoya, F., Soria, B., dan
Martín, F. 2014. Nutrigenetics and Nutrigenomics Insights into Diabetes
Etiopathogenesis. Nutrients, 6(11); 5338–5369.
Boughanem, H., Bandera, M. B., Hermandez, A. P., Moreno, M. N., Tinahones,
F. J., Lozano, J., dkk. 2020. Association Between the APOA2 rs3813627
Single Nucleotide Polymorphism and HDL and APOA1 Levels Through
BMI. Biomedicines, 8(3); 44.
Carlberg, C., Ulven, S. M., dan Molnar, F. 2020. Nutrigenomics: How Science
Works.
Castillo, J.J., Orlando, R. A., dan Garver, W.S. 2017. Gene-Nutrient Interactions
and Susceptibility to Human Obesity. Genes Nutr, 12(1); 29.
Hirsch, J. B., dan Evans, D. 2015. Beyond Nutrition: The Impact of Food on
Genes. Food technology, 59(7).
Kustin dan Puspitasari F. 2017. Hubungan Pemenuhan Nutrisi dengan Status Gizi
Balita Yang Dirawat di Wilayah Puskesmas Panti Kabupaten Jember,
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 5(1); 382-391.
Maimunah, S., Asrinawaty, dan Rahman, E. 2020. Pengaruh Faktor Aktifitas
Fisik, Genetik dan Pola Makan Terhadap Kejadian Diabetes Militus Type
II di Rsud Dr.H.Moch Ansari Saleh : Banjarmasin.
Muhammad, H. F. L., Sulistyoningrum, D. C., Huriyati, E., Lee, Y. Y., dan Muda,
W. A. M. W. 2020. The Interaction Between Energy Intake, Physical
Activity and UCP2 -866G/A Gene Variation on Weight Gain and
Changes in Adiposity: an Indonesian Nutrigenetic Cohort
(INDOGENIC). Br J Nutr, 1–7.
Muhammad, H. F. L., Sulistyoningrum, D. C., Kusuma, R. J., Dewi, A. L., dan
Permatasari, I. K. 2021. Buku Ajar Nutrigenomik Dan Nutrigenetik Bagi
Mahasiswa Gizi. Ugm Press.
Palma, M. M., Mateos, A., Rodriguez, J., Casuso, R. A., dan Huertas, J. R. 2022.
Food Made Us Humans: Recent Genetic Variability And Its Relevance 2
To The Current Distribution Of Macronutrients 3. Nutrition, 11(17).
Palupi dan Jelita, S. 2019. Nutrition Content in The Vegetable Menu at The
Canteen of Soegijapranata Catholic University. Unika Soegijapranata :
Semarang.
13
Rahmi, P. 2019. Peran nutrisi bagi tumbuh dan kembang anak usia dini. Jurnal
Pendidikan Anak Bunayya, 5(1); 1-13.
Widyastuti, D. A. 2018. Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Junk Food Terhadap
Kejadian Obesitas Remaja.
14