Anda di halaman 1dari 18

Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung (Pengukuran Faktor Ekologi)

Posted on 2 Juni 2015 by leilyairwanti

Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung

(Pengukuran Faktor Ekologi)

Disusun oleh:

Leiilya Irwanti 122110101093

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2015

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Endang (2003) sejak sebelum merdeka sampai sekitar tahun 1960-an, masalah gizi
buruk merupakan masalah besar di Indonesia. masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja. penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan beberapa sektor yang
terkait.

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,


pemecahaannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus
tertentu, seperti dalam keadaan krisis ( bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis
ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya.

Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya.

1. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penentuan status gizi?

2. Apa yang dimaksud dengan penentuan status gizi secara tidak langsung?

3. Bagaimana penentuan status gizi dengan pengukuran Faktor Ekologi?

1. Tujuan
1. Memahami pengertian penentuan status gizi

2. Mengetahui penentuan status gizi secara tidak langsung

3. Memahami penentuan status gizi dengan pengukuran Faktor Ekologi.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penentuan Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan akibat
dari tersedianya zat gizi dalam salurel tubuh disebut keadaan gizi (Supariasa, 2002).

Jika gizi dianggap sebagai suatu proses gizi, maka status gizi merupakan suatu keadaan yang
terjadi sebagai akibat interaksi antar makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia.
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu disebut status gizi sedangkan malnutrizi merupakan
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif satu atau lebih zat gizi.

Jadi, status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier,
2009).

Status gizi keluarga dikatakan baik apabila tidak bermasalah dengan status gizi anak
balitanya, sedangakan kurang bila ada balita yang kurang gizi. Keadaan gizi anak balita
dipergunakan sebagai ukuran sebab mereka termasuk kelompok rawan yang perlu mendapat
perhatian. Apabila makanan tidak memenuhi kebutuhan akan zat gizi maka akan terjadi
masalah kekurangan gizi. Makanan adalah salah satu kunci dari kesehatan dan khususnya
bagi anak-anak dimana makanan tidak hanya menetukan kesehatan masa kini tetapi juga
berpengaruh terhadap seluruh kehidupan anak selanjutnya. Fungsi dari makan itu sendiri bagi
tubuh adalah sebagai sumber tenaga, memenuhikeperluan pertumbuhan, pemeliharaan dan
mengganti bagian tubuh yang rusak.

Penentuan status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari
data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota
tim penilai.

Terdapat beberapa jenis teknik penentuan status gizi, yaitu:

1. Penentuan status gizi secara langsung


Penentuan status gizi secara langsung terbagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik.

2. Pengukuran status gizi secara tidak langsung.

Penentuan status gizi secara tidak langsung terbagi menjadi tiga penilaian yaitu survei
konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi.

Gambar. Metode Penentuan Status Gizi

Sumber: Supariasa et al.2002 disarikan dari Jellife D.B. dan Jelliffe E.F Patrice.
1989.Community Nutrition Assessment,Oxford University Press.

1. Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung

Pengukuran status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga, antara lain:

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan
dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital dilakukan dengan menganalisis statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan. Teknik ini digunakan antra lain
dengan mempertimbangkan berbagai macam indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat.

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis
dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain lain (Bengoa). Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

1. Penentuan Status Gizi Berdasarkan Pengukuran Faktor Ekologi

Menurut Bengoa (dikutip oleh jelliffe, 1966), malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik,
biologi dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia
bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi
dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti
kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan maka bagi
golongan rawan gizi. Dengan menyadari hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk
melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi (schrimshaw, 1964).

Metode penilaian gizi seringkali terdiri dari pengumpulan informasi tentang berbagai faktor
lainnya yang diketahui mempengaruhi status gizi individu atau populasi, termasuk data sosio-
ekonomi dan demografi yang relevan. Variabel dapat mencakup komposisi rumah tangga,
pendidikan, melek huruf, suku, agama, pendapatan, pekerjaan, sumber daya material,
persediaan air, dan sanitasi rumah tangga, akses terhadap layanan kesehatan dan pertanian,
serta kepemilikan lahan dan informasi lainnya. Data tambahan pada harga pangan, kecukupan
peralatan persiapan makanan, derajat cadangan makanan, peluan kas- produktif, dan
persentase pendapatan rumah tangga dihabiskan untuk makan tertentu seperti makanan
hewani, buah, dan sayuran juga dapat dikumpulkan, jika sesuai. Data tentang kesehatan dan
statistik vital juga dapat diperoleh, sebagai informasi mungkin dengan persentase penduduk
yang memiliki akses untuk sumber air minum baik, proporsi anak yang diimunisasi campak,
proporsi bayi yang lahir dengan BBLR, persentase ibu menyusui, dan usia serta penyebab
spesifik tingkat kematian.

Beberapa variabel non- gizi yang sangat terkait dengan malnutrisi dan dapt digunakan untuk
mengidentifikasi individu yang beresiko selama masa studi surveilans. Misalnya, Morley
(1973) mengidentifikasikan urutan kelahiran dari tujuh, rincian pernikahan, kematian salah
satu orangtua, dan episode penyakit infeksi pada awal kehidupan sebagai faktor penting
dalam prediksi anak- anak Afrika Barat yang memiliki gizi beresiko.

Secara rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua faktor yang
terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu. Menurut jellife (1966), faktor
ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi dalam enam kelompok, yaitu
keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan,
serta kesehatan dan pendidikan.

1. Keadaan Infeksi

Scrimshow et.al, (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi
(bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis
antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi
dan mempercepat malnutrisi.

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun


bersamaan, yaitu:

1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.

2. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penaykit diare, mual/muntah dan


pendarahan yang terus menerus.

3. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebuthan akibat sakit (human host)
dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

4. Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Konsumsi makanan secara rinci
terlihat pada bab 4 terdahulu.

3. Pengaruh Budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,
penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan,
masih banyak terdapat pantangan, tahyul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan
konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh
adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran
anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat
gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi
pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan
teknologi yang bersifat tradisional.

4. Faktor Sosial Ekonomi

Data sosial

Data sosial yang diperlukan adalah:

1. Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan geografis)

2. Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)

3. Pendidikan: -Tingkat pendidikan ibu/bapak.

-Keberadaan buku-buku.

-Usia anak sekolah.

1. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumalah kamar,
pemilikan dan lain-lain)

2. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan sampah)

3. Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)

4. Air (sumber, jarak dari rumah)

5. Kakus (tipe jika ada, keadaanya)

2). Data ekonomi

Data ekonomi meliputi:

1. Pekerjaan (pekerjaan umum, misalnya pekerjaan pertanian dan pekerjaan tambahan,


misalnya pekerjaan musiman).
2. Pendapatan keluarga (gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan/non pangan,
utang).

3. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan,
radio, TV dan lain-lain.

4. Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, menyewa, minyak/bahan


bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan).

5. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman.

5. Produksi Pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah :

1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll).

2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan


serangga dan penyuluhan pertanian).

3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan,
jumlah tenaga kerja).

4. Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat
penangkap ikan, dll.

5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit).

6. Pelayanan Kesehatan Dan Pendidikan

Walaupun pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakanfaktor ekologi, tetapi


informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data penting tentang
pelayanan kesehatan/pendidikan adalah:

1. Rumah sakit dan pusat kesehatan (puskesmas), jumlah rumah sakit, jumlah tempat
tidur, pasien, staf dan lain-lain.

2. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan


gizi/kurikulum dll). Remaja yang meliputi organisasi karang taruna dan organisasi
lainya. Orang dewasa, yang meliputi buta huruf. Media masa seperti radio, televisi
dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi sangat kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan jumlah staf,
waktu yang tersedia dan tujuan survei. Yang penting adalah data yang dikumpulkan dapat
menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan program. Meskipun
demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara langsung, dapat
dilakukan dengan metode klinis dan antropometri. Tabel dibawah ini menggambarkan jenis
data yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan faktor ekologi secara cepat. Beberapa
faktor ekologi juga dapat digambarkan seperti yang terlihat pada Bagan dibawah tabel.
Tabel. Jenis data yang sering digunakan dalam mengidentifikasi faktor ekologi secara cepat.
(sumber: jellife DB, 1989. Community nutritional assessment. Oxford university press hlm.
150).

Jenis data Keterangan


1. Ukuran keluarga Jumlah, hubungan, umur, seks, jarak kelahiran
2. Pekerjaan Utama dan tambahan
Remaja yang tidak buta/buta huruf, keberadaan
3. Pendidikan
buku, jumlah anak-anak di sekolah
Tipe dan konstruksi (atap, dinding, lantai) jumlah
4. Rumah
kamar.
Alat rumah tangga, pakaian, radio/TV, alat
5. Ekonomi
transportasi (motor, sepeda).
6. Dapur Kompor, bahan bakar, alat masak
7. Pola pemberian makan Menu, pantangan, menyusui, prestise makanan.
8. Penyimpanan makanan Ukuran, isi, pengontrolan serangga.
9. Air minum Tipe dan jarak.
10. Kakus Tipe dan keadaan.
Luasnya, penggunaan untuk pertanian (tanaman
11. Tanah
pangan dan nonpangan)
12. Sistem pertanian Irigasi dan pupuk
Jumlah dan jenis ternak, dan kolam ikan,
13. Peternakan dan
perikanan Pasar

14. Peralatan makan Ketersedian dan harga makanan.

Bagan 1. Faktor ekologi yang erat hubungannya dengan terjadinya malnutrisi.

Bagan 2. Model ekologi dalam bidang gizi (sumber: caliendo. 1979. Nutrition and the world
food crisis. New york. Hlm. 15).

Caliendo M.A, (1979) membuat kaitan antara faktor agen, pejamu dan status gizi dengan
lingkungan mikro dan makro. Contpoh faktor agen adalah kekurangan zat gizi spesifik; faktor
pejamu yang berhubungan dengan individu, seperti jenis kelamin, fisiologi dan psikologi; dan
status gizi, terkait dengan agen dan pejamu.
Faktor lingkungan mempengaruhi persediaan pangan, dan asupan zat- zat gizi. Faktor
lingkungan tersebut meliputi biologi, sosial, ekonomi, politik, ideologi, dan lingkungan fisik.
Kaitan status gizi dengan faktor pejamu, agen dan lingkungan dapat dilihat pada bagan 2
diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Endang, 2003. Gizi Buruk di Masyarakat dan Upaya Pencegahannya. [serial online].
http://www.kesehatandiy.go.id (3 maret 2015)

Gibson, Rosalind. 2005. Principles of Nutritional Assessment Seccon Edition. New York:
Oxford University Press.

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

file:///C:/Users/U53R/Pictures/psg%20gizi/Penentuan%20Status%20Gizi%20Secara
%20Tidak%20Langsung%20%28Pengukuran%20Faktor%20Ekologi
%29%20%E2%80%93%20Leilya%20Irwanti%20Wor%28l%29d.htm

PENGUKURAN FAKTOR EKOLOGI

Filed under: Penilaian Status Gizi Tags: Status Gizi hasanah619 @ 6:25 pm

Menurut Bengoa (dikutip oleh jelliffe, 1966), malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik,
biologi dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia
bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi
dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti
kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan maka bagi
golongan rawan gizi. Dengan menyadari hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk
melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi (schrimshaw, 1964).

Secara rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua faktor yang
terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu. Menurut jellife (1966), faktor
ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi dalam enam kelompok, yaitu
keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan,
serta kesehatan dan pendidikan.

KEADAAN INFEKSI

Scrimshow et.al, (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi
(bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis
antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi
dan mempercepat malnutrisi.

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun


bersamaan, yaitu:

1. Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.

2. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penaykit diare, mual/muntah dan


pendarahan yang terus menerus.

3. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebuthan akibat sakit (human host)
dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

KONSUMSI MAKANAN

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Konsumsi makanan secara rinci
terlihat pada bab 4 terdahulu.

PENGARUH BUDAYA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,
penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan,
masih banyak terdapat pantangan, tahyul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan
konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh
adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran
anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat
gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi
pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan
teknologi yang bersifat tradisional.

FAKTOR SOSIAL EKONOMI

1. Data sosial

Data sosial yang diperlukan adalah:

1. Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan geografis)

2. Keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu/bapak.

Keberadaan buku-buku.
Usia anak sekolah.

1. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumalah kamar,
pemilikan dan lain-lain)

2. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan sampah)

3. Penyimpanan makanan (ukuran, isi, penutup serangga)

4. Air (sumber, jarak dari rumah)

5. Kakus (tipe jika ada, keadaanya)

6. Data ekonomi

Data ekonomi meliputi:

1. Pekerjaan (pekerjaan umum, misalnya pekerjaan pertanian dan pekerjaan tambahan,


misalnya pekerjaan musiman)

2. Pendapatan keluarga (gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan/non pangan,


utang)

3. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan,
radio, TV dan lain-lain.

4. Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makan, pakaian, menyewa, minyak/bahan


bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan)

5. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman.

PRODUKSI PANGAN

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah :

1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll).

2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan


serangga dan penyuluhan pertanian).

3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan,
jumlah tenaga kerja).

4. Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat
penangkap ikan, dll.

5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit).

PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN


Walaupun pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakanfaktor ekologi, tetapi
informasi ini sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data penting tentang
pelayanan kesehatan/pendidikan adalah:

1. Rumah sakit dan pusat kesehatan (puskesmas), jumlah rumah sakit, jumlah tempat
tidur, pasien, staf dan lain-lain.

2. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan


gizi/kurikulum dll). Remaja yang meliputi organisasi karang taruna dan organisasi
lainya. Orang dewasa, yang meliputi buta huruf. Media masa seperti radio, televisi
dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi sangat kompleks. Hal ini tergantung pada tipe dan jumlah staf,
waktu yang tersedia dan tujuan survei. Yang penting adalah data yang dikumpulkan dapat
menggambarkan situasi sekarang dan berguna untuk pengembangan program. Meskipun
demikian untuk mendapatkan gambaran prevalensi malnutrisi secara langsung, dapat
dilakukan dengan metode klinis dan antropometri.

Tabel 1. Jenis data yang sering digunakan dalam mengidentifikasi faktor ekologi secara cepat.
(sumber: jellife DB, 1989. Community nutritional assessment. Oxford university press hlm.
150).

Jenis data Keterangan


1. Ukuran keluarga Jumlah, hubungan, umur, seks, jarak kelahiran
2. Pekerjaan Utama dan tambahan
3. Pendidikan Remaja yang tidak buta/buta huruf, keberadaan buku,
jumlah anak-anak di sekolah
4. Rumah Tipe dan konstruksi (atap, dinding, lantai) jumlah kamar.
5. Ekonomi Alat rumah tangga, pakaian, radio/TV, alat transportasi
(motor, sepeda).
6. Dapur Kompor, bahan bakar, alat masak
7. Pola pemberian makan Menu, pantangan, menyusui, prestise makanan.
8. Penyimpanan makanan Ukuran, isi, pengontrolan serangga.
9. Air minum Tipe dan jarak.
10. Kakus Tipe dan keadaan.
11. Tanah Luasnya, penggunaan untuk pertanian (tanaman pangan
dan nonpangan)
12. Sistem pertanian Irigasi dan pupuk
13. Peternakan dan Jumlah dan jenis ternak, dan kolam ikan,
perikanan
Pasar

14. Peralatan makan Ketersedian dan harga makanan.

Bagan 8-1. Faktor ekologi yang erat hubungannya dengan terjadinya malnutrisi.
Bagan 8-2. Model ekologi dalam bidang gizi (sumber: caliendo. 1979. Nutrition and the
world food crisis. New york. Hlm. 15).

Tentang iklan-iklan ini

2.5 Faktor - Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Status Gizi dan Produksi Pangan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi
semua elemen-elemen termasuk host yang lain (Soemirat, 2005). Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan
memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan makan bagi
golongan rawan gizi (Supariasa, 2002).
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi persediaan pangan dan asupan gizi
seseorang adalah lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi,
2009).
1. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu daerah adalah
cuaca, iklim, kondisi tanah, sistem bercocok tanam, dan kesehatan lingkungan (Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2005).
2. Faktor lingkungan biologi misalnya adanya rekayasa genetika terhadap tanaman dan produk
pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pangan dan gizi. Selain itu adanya interaksi
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi yaitu infeksi akan mempengaruhi status
gizi dan mempercepat malnutrisi (Anonim, 2009). Ketiga,
3. Lingkungan ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam penyediaan
pangan dan kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik maka status gizinya
akan baik. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan
golongan menengah ke atas.
4. Faktor lingkungan budaya. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat
pantangan, takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi
rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu
banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Kelima,
5. Lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu
daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan oleh masyarakat.
Misalnya kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan yang memiliki pola konsumsi pangan dan
gizi yang berbeda. Selain status gizi juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, ketegangan
dan tekanan sosial dalam masyarakat. Keenam, lingkungan politik. Ideologi politik suatu
negara akan mempengaruhi kebijakan dalam hal produksi, distribusi, dan ketersediaan
pangan (Supariasa, 2002).
Dengan demikian faktor lingkungan mempengaruhi persediaan pangan dan asupan
zat-zat gizi. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Supariasa, 2002).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,
sedangkan tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di
dalam susunan hidangan dan perbandingannya antara satu zat terhadap zat yang
lain, sedangkan kuantitas merupakan kuantum masing-masing zat gizi terhadap
kebutuhan tubuh. Kecukupan kualitas dan kuantitas zat gizi di dalam suatu
hidangan akan menjadikan tubuh sehat atau disebut sehat gizi. Bila kualitas dan
jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, sebaliknya
bila kualitas dan kuantitas zat gizi dalam hidangan kurang baik maka dinamakan
kurang gizi atau defisiensi.

Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang
dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan,
dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan
oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan
minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan
demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna
mencegah terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi.
Berlandaskan oleh latar belakang di atas maka di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai status gizi dan beberapa aspek yang berkaitan dengan status gizi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan status gizi ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ?

3. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan pangan dan gizi ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan status gizi.


2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi.

3. Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan pangan dan gizi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
b) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha,
2001).
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga (Markum, 1991)
d) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
b) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.
Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada
periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat
(Suhardjo, et, all, 1986).
c) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor external
faktor eksternal. faktor external meliputi pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan
budaya sedangkan factor internal meliputi usia kondisi fisik infeksi.
Dan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi persediaan pangan dan
asupan gizi seseorang adalah lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi,
dan politik.

3.2 saran
Dalam hal ini sesungguhnya bahwa untuk keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi di masyarakat umumnya sangat tergantung dengan factor ekologi yang
dihadapi dalam suatu kalangan masyarakat. Sebab faktor tersebut berhubungan
dengan segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup,
nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-
elemen termasuk host yang lain sehingga kiita sebagai masyarkat hedaknya mampu
menyediakan penyedian pangan semaksimal mungkin demi pencapaian status gizi
yg optimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://hasanah619.wordpress.com/2010/01/04/pengukuran-faktor-ekologi/
(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 21.20 WIB)

2. http://aniamaharani.multiply.com/journal/item/21/FAKTOR-
FAKTOR_LINGKUNGAN_YANG_MEMPENGARUHI_STATUS_GIZI_KETERSEDIAA
N_DAN_PRODUKSI_PANGAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 21.35 WIB)

3. http://statusgizi.blogspot.com/2009/06/konsep-masalah-gizi.html
(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 21.38 WIB)

4. http://ajago.blogspot.com/2007/12/gizi-kesehatan-masyarakat.html

(Diakses tanggal : 21 Maret 2012, pukul 12.30 WIB)

5. http://creasoft.wordpress.com/2010/01/01/status-gizi/
(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 21.22 WIB)

6. http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/27/faktor-faktor-lingkungan-yang-
mempengaruhi-pangan-dan-gizi/
(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 21.55 WIB)

7. http://ras-eko.blogspot.com/2011/10/status-gizi.html

(Diakses tanggal : 20 Maret 2012, pukul 22.10 WIB)

Diposkan oleh afry yanti rosyani lury di 07.00 file:///C:/Users/U53R/Pictures/psg


%20gizi/smatawayang%20%20makalah%20ekologi%20pangan%20dan%20gizi.htm

Anda mungkin juga menyukai