Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan umum gizi balita


1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun,
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan
dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periode selanjutnya.

2. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi
salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau
produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrient
input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.

Sedangkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) merupakan suatu


kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG ditulis dalam bentuk tabel.
Pada kolom pertama, tertulis kelompok umur dan jenis kelamin mulai dari
bayi hingga usia lanjut serta tambahan energi dan zat gizi untuk ibu hamil
dan ibu menyusui. Pada kolom berikutnya tertulis BB (kg) dan TB (cm)
yang merupakan rata-rata BB dan TB pada kelompok umur tersebut. Pada
7 kolom keempat dan seterusnya berisi kecukupan energi dan zat gizi
sehari untuk kelompok umur dan jenis kelamin tertentu. Zat gizi yang
dicantumkan terdiri dari zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, lemak,
serat dan air, serta vitamin dan mineral.

a. Status gizi balita

Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita umur 0-59 bulan yang
ditentukan dengan metode Antropometri, berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan mrnurut Umur (TB/U), dan Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Berat Badan Menurut Umur
adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu, Tinggi Badan
Menurut Umur adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
Berat Badan Menurut Tinggi Badan adalah berat badan anak dibandingkan
dengan tinggi badan yang dicapai. Ketiga nilai indeks status gizi diatas
dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO. Z-score adalah nilai
simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut baku
pertumbuhan WHO.
Salah satu kelompok umur dalam masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi (rentan gizi) adalah anakbalita (bawah lima tahun).
Pada anak balita terjadi proses pertumbuhan yang pesat, sehingga
memerlukan zat gizi tinggi untuksetiap kilogram berat badannya. Anak
balita justru paling sering menderita akbat kekurangan gizi.sesangkan
masa balita ini merupakan periode penting dalam pertumbuhan, dimana
pertumbuhan dasar yang berlsngsung pada masa balita akan menenrkan
perkembangan anak selanjutnya.

3. Klasifikasi status gizi


Dalam klasifikasinya status gizi dibagi menjadi 2 penilaian secara
langsung dan tidak langsung.
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh


manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umum dan
tingkat gizi. Pengukuran melalui antropometri mempunyai
kelebihan dari beberapa segi kepraktisan lapangan. Pengukuran
antropometri yang biasa dilakukan adalah Berat Badan (BB),
Panjang Badan (PB), Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan
Atas (LLA).
2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini berdasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mukosa oral/pada organ_organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan yang diuji secara laboratorium yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
4. Biofisik Penilaian status gizi baik secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan menilai kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1.) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah


metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2.) Statistik Vital Penilaian status gizi dengan statistik vital adalah
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
3.) Faktor Ekologi Bengoa dalam Supariasa mengungkapkan
bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi balita

Pertumbuhan merupakan dasar dari antropometri gizi, dimana


antropometri digunakan untuk mengukur status gizi. Konsumsi makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat- zat gizi esensial.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer
adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas atau kualitas
yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya
distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah
dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan
dikonsumsi. Misalnya faktor- faktor yang menyebabkan tergangguanya
pencernaan, seperti gigi geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran
cerna dan kekurangan enzim.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Gizi meliputi:

a) Konsumsi Makanan

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk


mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal
ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan
faktor yang dapat menyebabkan malnutrisi.Beberapa hal yang
berhubungan dengan konsumsi makanan:

1) Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan


menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
seperti makanan maupun yang sekunder.

Tingkat penghasilan juga ikut menentukan jenis


pangan yang akan dibeli dengan adanya tambahan
penghasilan. Orang miskin membelanjakan sebagian besar
untuk serealia, sedangkan orang kaya membelanjakan
sebagian besar untuk hasil olahan susu. Jadi, penghasilan
merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas
makanan. Antara penghasilan dan gizi jelas ada
hubungannya yang menguatkan. Pengaruh peningkatan
penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi
keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi
yang berlaku hampir universal.

Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk


tidak memenuhi kebutuhan gizi pada anak, sedangkan
apabila kita cermati, pemenuhan gizi pada anak tidaklah
mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga
obat yang harus dibeli ketika berobat di rumah sakit.

Menurut Supariasa kehidupan ekonomi keluarga


akan lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja
dibandingkan dengan keluarga yang hanya
menggantungkan ekonomi pada kepala keluarga atau ayah.
Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik akan
memungkinkan keluarga mampu memberikan perhatian
yang layak bagi asupan gizi balita.

Masalah ekonomi yang rendah merupakan salah


satu faktor yang sangat dominan dialami oleh banyak
keluarga. Guna mencukupi kebutuhan gizi anak, banyak
orangtua yang merasa kesulitan, penyebabnya adalah
keadaan ekonomi yang lemah, penghasilan dari pekerjaan
kurang mencukupi dan harga dari bahan makanan yang
mahal. Padahal masa kritis gizi kurang yang dialami anak
terjadi pada usia antara 1 sampai 3 tahun. Hubungan
pendapatan perkapita dengan status gizi balita yaitu
pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan
pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang
diinginkan oleh masyarakat. Rata-rata keluarga dengan
pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat
pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu.

Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari


jumlah rata- rata pendapatan yang diterima keluarga baik
tetap maupun tidak tetap setiap bulan dibagi dengan jumlah
anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah. Keluarga
dengan pendapatan lebih tinggi akan mempunyai
kesempatan untuk memperoleh atau menyediakan jenis
makanan yang lebih bervariasi baik dari aneka macam
makanan maupun kualitasnya. Pendapatan mempunyai
pengaruh dalam penyediaan konsumsi makanan keluarga.
Bertambahnya tingkat pendapatan perkapita, diharapkan
keluarga dapat menyajikan makanan yang dianggap baik.
Sebagian besar kejadian gizi buruk terjadi oleh penyediaan
konsumsi yang kurang. Keluarga miskin tidak mampu
menyediakan makanan yang bergizi bagi seluruh
anggotanya, juga tidak mampu merawat dan membina
anaknya dengan baik shingga mudah terkena penyakit
infeksi. Akibatnya status gizi keluarga menjadi rendah
terutama pada usia anak balita dan pada giliranya sulit
terwujud Sumber Daya Manusia generasi selanjutnya yang
berkualitas. Penelitian Supandi menyebutkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah
terletak pada pola asuh makan. Sementara pola asuh makan
yang diberikan ibu kepada anak balitanya adalah salah
satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi
rendahnya pendapatan keluarga memberi dampak terhadap
baik buruknya pola asuh makan yang pada akhrnya
berpengaruh pada status gizi balita.

2) Pekerjaan

Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga dapat


mempengaruhi asupan gizi balita karena ibu berperan
sebagai pengasuh dan pengatur konsumsi makanan anggota
keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang
cukup untuk mengasuh dan merawat anaknya sehingga
anaknya dapat menderita gizi kurang.

Mosley dan Chen dalam penelitian Nazmiah (2012)


menyatakan bahwa pada masyarakat tradisional, suatu
pembagian kerja yang jelas menurut jenis kelamin
cenderung memaksimalkan waktu ibu untuk merawat
anaknya. Sebaliknya dalam masyarakat yang ibunya
bekerja, maka waktu ibu mengsuh anaknya sangat kurang.
Bagi keluarga miskin, pekerjaan ibu di luar rumah
menyebabkan anak dilalaikan. Peranan ibu dalam keluarga
sangatlah penting yaitu sebagai pengasuh anak dan
pengatur konsumsi pangan anggota keluarga dan juga
berperan dalam usaha perbaikan gizi keluarga terutama
untuk meningktakan status gizi anak.

3) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah (baik formal maupun non formal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi Pendidikan seseorang, makin
mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media
massa.
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor
yang penting dalam tubuh kembang anak, karena dengan
pendiidkan yang baik maka orangtua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik. pendidikan formal maupun informal
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu.
Pendiidkan formal sangat diperlukan oleh ibu rumah tangga
dalam meningkatkna pengetahun dalam upaya mengatur
dan mengetahui hubungan makanan dan kesehatan atau
kebutuhan tubuh termasuk kebutuhan gizi bagi anggota
keluarganya. Seorang ibu dengan pendiidkan yang tinggi
akan dapat merencanakan menu makanan yang sehat dan
bergizi bagi dirinya dan keluarganya dalam upaya
memenuhi zat gizi yang diperlukan.

Perbaikan gizi keluarga adalah pintu


gerbang perbaikan giai masyarakat dan pendiidkna gizi
keluarga merupakan kunci pembuka pintu gerbang itu. Di
dalam keluarga ibu berperan mengatur makanan keluarga,
oleh karena itu para ibu adalah sasaran utama pendidikan
gizi keluarga. Pendidikan gizi keluarga bertujuan
mengubah perbuatan-perbuatan orang yang keliru yang
mengakibatkan bahaya gizi kurang.

Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat


pemahaman terhadap pengasuhan anak termasuk dalam hal
perawatan, pemberian makanan dan bimbingan pada anak
yang akan berdampak pada kesehatan dan gizi yang
semakin menurun. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan formal
dikategorikan menjadi tiga yaitu, pendidikan dasar
(SD/sederajat, SMP/sederajat), pendidikan menengah
(SMA/sederajat), dan pendidikan tinggi (diploma/sarjana/
pendidikan yang diselenggarakan perguruan tinggi).

4) Kemampuan Sosial

Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu


masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan,
penyimpanan makanan, air dan kakus.
5) Kemampuan Keluarga Menggunakan Makanan

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi


yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu
biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung
gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya
dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
Pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan
pangan dalam pengolahan dengan tujuan membersihkan
kotoran, tetapi sering kali dilakukan berlebihan sehingga
merusak dan mengurangi zat gizi yang dikandungnya.
Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi
gizi pada anak.Faktor lingkungan (makanan) meliputi
bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan
dan higienis serta sanitasi makanan.

b) Kesehatan

Salah satu hal yang menyebabkan masalah gizi adalah


keadaan infeksi. Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2012)
menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri,
virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa
terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit
infeksi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan
zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan
kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan
perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari
peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat
dalam tubuh.

B. Tinjauan umum gizi ibu hamil


1. Pengertian Ibu Hamil
Ibu hamil adalah seorang ibu yang mengalami kehamilan atau
konsepsi yang dimulai dari awal kehamilan sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu, di hitung dari
hari pertama haid terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu ada
gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba
bagian-bagian janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan
stetoskop laenec, alat kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat
dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
melihat kerangka janin, ultrasonografi

a) Klasifikasi masa kehamilan

Periode kehamilan dibedakan menjadi III trismester yaitu :

a. Masa kehamilan trimester I


Masa kehamilan trimester I yaitu 0-12 minggu, pada awal
kehamilan ( trimester I) sering terjadinya mual dan muntah yang
dialami oleh wanita atau sering disebut morning sickness. Mual
dan muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan
kadar hormonal pada tubuh wanita hamil. Pada kehamilan
trimester I biasanya terjadi peningkatan berat badan yang tidak
berarti yaitu sekitar 1-2 kg.
b. Masa kehamilan trimester II dan III
Masa kehamilan trimester II yaitu 13-27 minggu dan trimester
III yaitu 28-40 minggu, pada masa trimester II dan III terjadi
penambahan berat badan yang ideal selama kehamilan. 8 Ibu hamil
harus memiliki berat badan yang normal karena akan berpengaruhi
tehadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi akan menyebabkan keguguran, anak
lahir prematur, berat badan bayi rendah, gangguan rahim pada
waktu persalinan, dan pendarahan setelah persalinan.

b. Tanda tanda kehamilan

a. Teraba bagian−bagian janin

Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba


pada wanita kurus dan otot perut relaksasi. Kehamilan 28 minggu
jelas bagian janin dapat diraba demikian pula gerakan janin dapat
dirasakan oleh ibu.

b. Gerakan Janin

Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan


oleh pemeriksa.

c. Terdengar Denyut Jantung Janin


Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin dapat
terdengar pada usia 6 sampai 7 minggu. Jika menggunakan dopler
pada usia 12 minggu sedangkan jika menggunakan stetoskop
leannec 18 minggu. Frekuensi deyut jantung janin antara 120
sampai dengan 160 kali permenit yang akan jelas terdengar bila ibu
tidur terlentang atau miring dengan punggung bayi di depan.
d. Pemeriksaan Rontgent
Gambaran tulang mulai terlihat degan sinar X pada usia
kehamilan 6 minggu namun masih belum dapat dipastikan bahawa
itu adalah gambaran janin. Pada kehamilan 12 sampai 14 minggu
baru dapat dipastikan gambaran tulang janin.
e. Ultrasonografi
USG dapat digunakan umur kehamilan 4 sampai 5 minggu
untuk memastikan kehamilan dengan melihat adanya kantong
gestasi, gerakan janin dan deyut jantung janin. 11
f. Electrocardiography
ECG jantung janin mulai terihat pada kehamilan 12 minggu.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan.
Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal
dari pangan yang dikonsumsi.

Rendahnya status gizi ibu hamil di pengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu :

1. Tingkat Pengetahuan ibu hamil


Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini didapat
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Perilaku yang didasarkan pengetahuan akan bertahan lebih lama
dibandingkan yang tidak didasarkan pengetahuan. Pengetahuan
dapat memicu kesadaran untuk merubah perilaku mengenai asupan
nutrisi ibu selama kehamilan dan pola konsumsi.
2. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi dimana ibu hamil yang memiliki kondisi ekonomi
kurang mampu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizinya
karena tidak mampu membeli bahan pangan atau makanan yang tinggi
zat gizi atau seimbang.

Umumnya jika pendapatan naik, maka jumlah dan jenis


makanan cenderung ikut membaik pula. Tingkat penghasilan ikut
menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya
tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
presentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk
membeli buah, sayur mayor dan berbagai jenis pangan
lainnya.Jadi penghasilan merupakan factor penting bagi
kuantitas dan kualitas.Antara penghasilan dan gizi, jelas ada
hubungan yang menguntungkan. Pengaruh peningkatan
penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain
yang mengadakaninteraksi dengan status gizi yang berlawanan
hampir universal

3. Faktor sosial budaya


kemudian ada faktor social budaya dimana beberapa budaya atau
pantangan social diIndonesia melarang ibu hamil memakan sesuatu
yang dipantang karena dipercaya dapat memngganggu kehamilan
contohnya udang jika mengkonsumsi udang anak akan bungkuk saat
lahir.
karena masyarakat setempat masih terpengaruh pada tradisi
yang ada di desa mereka. Dengan masih adanya masyarakat yang
tidak mengetahui tentang gizi serta tidak tahu makanan yang
baik untuk ibu hamil, sehingga kurang gizi masih ada di
masyarakat terutama ibu hamil.
4. Nafsu makan ibu
kemudian yang terakhir ada factor nafsu makan ibu, ibu hamil
seringkali kesulitan makan karena beberapa makanan membuatnya
mual sehingga seringkali mempengaruhi makanan yang
dikonsumsinya serta zat gizinya.

Dapus

Sarwinati, 2019, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


Ibu Hamil, jurnal keperawatan, Yogyakarta: universitas Aisyiah Yogyakarta.

Gaspers, 2020, Hubungan Faktor Pola Konsumsi, Riwayat Penyakit Infeksi, Dan
Personal Hygiene Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Lokus Stunting
Kabupaten Timur Tengah Utara. Nusa tenggara barat : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Nusa Cendanam.

Yuliawati, 2021, STATUS GIZI BALITA, Makassar: Universitas islam negeri


alauddin.

Sutarmi, 2019, Penilaian Status Gizi Balita, Denpasar :politeknik kesehatan


denpasar

Wulandari, 2020, Angka kecukupan gizi, Denpasar : politeknik kesehatan


denpasar.

Anda mungkin juga menyukai