Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai

akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah gizi lebih yang

terutama terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Dilain pihak empat masalah gizi kurang

seperti gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB), kurang

viatmin A(KVA), kurang energi protein (KEP) masih tetap merupakan gangguan khususnya di

pedesaan.

Dengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di perkotaan

maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan makanan yang

cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Rata-

rata makanan jenis ini mengandung lemak dan garam tinggi, tetapi kandungan serat yang

rendah. Disamping itu masih banyak masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan

dimana pemenuhan kebutuhan makanan kurang sehingga timbul masalah gizi kurang. Jadi

masalah gizi yang timbul, baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih sebenarnya

disebabkan oleh perilaku makan seseorang yang salah yaitu tidak adanya keseimbangan

antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya.

Ada pergeseran konsep standar gizi yang digunakan pada masa lalu dan masa kini.

Pada masa lalu hanya dibuat satu standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi yang dianjurkan

(recommended dietary allowances, RDA) untuk keperluan berbagai tujuan. Pada masa kini

standar gizi dibuat tidak tunggal lagi, tergantung tujuan penggunaannya, yaitu kebutuhan rata-

rata (estimated average requirement, EAR), asupan gizi yang cukup (Adequate Intake, AI),

1
kecukupan gizi (recommended dietary allowances, RDA), dan batas atas asupan (Tolerable

Upper Intake Level, UL). Untuk keperluan di Indonesia hasil Widyakarya Nasional Pangan

dan Gizi VIII tahun 2004 menetapkan tiga standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi (AKG),

batas atas asupan (UL), dan acuan label gizi (ALG).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kecukupan zat gizi ?

2. Apa perbedaan kecukupan dan kebutuhan zat gizi ?

3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kecukupan zat gizi ?

4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi ?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan definisi kecukupan zat gizi

2. Membedakan kecukupan dan kebutuhan zat gizi

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan zat gizi

4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan

fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan

gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu

disebut dengan kebutuhan gizi.

Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar makro,

yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan standar kecukupan gizi

secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak diterapkan di Indonesia.

Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,

status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi. Untuk kecukupan protein

dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas

protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi.

Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari

bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Pada

anak usia 0-6 bulan, kecukupan energi dan proteinnya masing-masing sebesar 550 Kalori dan

10 gram. Semakin bertambah umur, kecukupan gizi makro berupa energi dan protein serta zat

gizi mikro juga bertambah.

Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu untuk dilakukan agar

kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi secara optimal. Perencanaan pemenuhan

kecukupan zat gizi dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan

menentukan kebutuhan zat-zat gizi masing-masing individu, memperhatikan zat gizi pada

3
bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman

umum gizi seimbang contohnya AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang Dianjurkan Bagi Bangsa

Indonesia.

2.1.1 Status Kecukupan Gizi


a. Konsep dan Kegunaan angka kecukupan gizi
Pedoman atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh individu secara

rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu terdapat konsep kebutuhan

gizi minimum sehari (minimum daily requiment), yaitu jumlah zat gizi minimal yang

diperlukan seseorang dalam sehari untuk hidup sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah

yang dianjurkan sehari (recommended dietary allowance/RDA), yaitu standar gizi yang

dianjurkan untuk dimakan agar dapat menjamin kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan

demikian RDA adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hamper setiap orang

(97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal.


RDA disebut juga sebagai angka kecukupan gizi atau AKG. Angka kebutuhan maupun

angka kecukupan gizi berguna untuk beberapa hal sebagai berikut :


1) Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survey

konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang

diperoleh dari survey konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagi

tingkat konsumsi.
2) Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makan tambahan

untuk anak sekolah (PMT_AS), lembaga permasyarakatan, pantisosial.


3) Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun

kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologi sehingga untuk

tingkat produksi sampai sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15%.


4) Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan No. 7 Tahun 1996

bahwa setiap industry makanan wajib mencantumkan kandungan gizi, biasanya dalam

prosentase zat gizi makanan tersebut terhadap angka kecukupannya.

4
5) Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur,

fisiologi dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan

gizi.
b. Faktor Pengaruh dan Angka kebutuhan Gizi
Kebutuhan pangan dan gizi berbeda-beda antar individu, karena dipengaruhi oleh beberapa

hal sebagi berikut :


1) Tahap perkembangan, meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-

kanak, remaja, dewasa, dan lansia. Laju pertumbuhan sebelum dan setelah lahir (pre-natal dan

post-natal) serta semasa bayi (<1 tahun) adalah lebih cepat daripada tahap lainnya dari

kehidupan. Setiap unit bobot tubuh pada saat bayi memerlukan zat gizi esensial lebih tinggi

dibandingkan masa lainnya. Usia bayi juga paling rawan untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Janin yang sehat mempunyai peluang yang baik untuk memulai kehidupan

yang sehat. Dalam usia 6 bulan, bayi yang sehat berat badannya dua kali lipat dari berat

sewaktu lahir. Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung

dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya

meningkat. Oleh karenanya dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan gizi

tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur, fospor sangat penting.

Masa remaja disebut sebagi growth spurt II, dengan kisaran usia 10-19 tahun. Pertumbuhan

seksual terjadi pada usia remaja. Selain itu juga tinggi dan bobotnya bertambah, system

kerangka tubuh pertumbuhannya lengkap, ukuran jantung serta organ percernaan bertambah.

Masa dewasa yaitu usia 20-60 tahun, baik wanita maupun pria terlibat dalam masa kerja fisik

yang tinggi. Pada masa dewasa madya (40-60 tahun) aktivitas mulai menurun, angka

metabolism basal (basal metabolism menurun/BMR) yang diperlukan relative rendah

sehingga zat gizi lebih digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia lanjut (>60 tahun) terjadi

penurunan kegiatan fisik, rentan terhadap penyakit. Zat gizi dimamfaatkan untuk

mengganti/memperbaiki jaringan yang rusak. Dengan demikian kebutuhan energy menurun

dan protei meningkat.


5
2) Factor fisiologi tubuh, misalnya kehamilan. Pada masa ini, zat gizi diperlukan untuk

pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil yang

tidak bertambah berat badannya mulai bulan ke empat hingga ke tujuh, kemungkinan akan

melahirkan sebelum waktunya atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR<

2,5 kg). begitu pula selama menyusui, kebutuhan gizi lebih tinggi daripada sebelum hamil

karena zat gizi diperlukan ibu untuk menghasilkan ASI.


3) Keadaan sakit dan dalam penyembuhan. Seseorang yang menderita penyakit disertai

denag demam membutuhkan lebih banyak protei. Pada masa ini akan banyak kehilangan

nitrogen yang diperoleh dari perombakan protei.


4) Aktivitas fisik yang tinggi makin bayak memerlukan energy. Pengukuran kebutuhan

energy didasarkan pada pengeluaran energy dengan komponen utama angka metabolism basar

(BMR) dan kegiatan fisik sesuai dengan tingkatannya (ringan,sedang, berat) pada masing-

masing jenis kelamin.


5) Ukuran tubuh ( berat dan tinggi badan ). Pada jenis kegiatan yang sama, orang yang

besar menggunakan lebih banyak energy dari pada yang kecil.

2.2 Pengertian Angka Kecukupan Zat Gizi

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkaan (AKG) atau Recommended Dietary

Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan

ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka

kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk

mempertahankan status gizi adekuat (Almatsier 2009).

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing

kelompok umum, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan

menyusui. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-

rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan

penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG

6
dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk

perorangan (Almatsier 2009).

Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh individu

secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi

setiap individu berbeda tergantung beberapa faktor yang mempengaruhinya. Penilaian standar

kecukupan gizi berpedoman pada angka kecukupan gizi (AKG). Angka kebutuhan yang

digunakan sebagai pedoman adalah hasil Widya Karya Pangan dan Gizi yang direvisi setiap

lima tahun sekali.

AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional (WNPG) tahun

2004 meliputi zat-zat gizi sebagai berikut: energi (kkal), protein (g), vitamin A (RE), vitamin

D (mcg), vitamin E (mg), vitamin K (mcg), tiamin (mg), riboflavin (mg), niasin (mg), asam

folat (mcg), piridoksin (mg), vitamin B12 (mcg), seng (mg), selenium (mcg), mangan (mg),

dan flour (mg) WNPG 2004 juga menganjurkan kebutuhan serta makanan (dietary fiber)

sebanyak 10-14 gram/1000 kkal atau 19-30 g/orang/hari, dengan rasio serat makanan tidak

larut air dan serat larut air sebesar 3:1 (Almatsier 2009).

2.2.1 Kegunaan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai

berikut:

1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk

2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok

3. Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah,

industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga permasyarakatan

7
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat; membantu para

transmigrasin dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan

untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil

5. Menilai kecukupan persediaan pangan nasional

6. Merencanakan program penyuluhan gizi

7. Mengembangkan produk pangan baru di industri

8. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. (Almatsier 2009).

2.3 Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan

fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan

gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu

disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989).

Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar makro,

yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan standar kecukupan gizi

secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak diterapkan di Indonesia.

Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,

status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi. Untuk kecukupan protein

dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas

protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989).

Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari

bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut. Pada

anak usia 0-6 bulan, kecukupan energi dan proteinnya masing-masing sebesar 550 Kalori dan

8
10 gram. Semakin bertambah umur, kecukupan gizi makro berupa energi dan protein serta zat

gizi mikro juga bertambah.

Pada anak usia 7-9 tahun, kecukupan energinya meningkat menjadi 1800 Kalori dan

kecukupan proteinnya sebesar 45 gram. Remaja dan dewasa pria memiliki angka kecukupan

gizi yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, keadaan fisologis juga sangat

berpengaruh terhadap angka kecukupan gizi individu. Pada wanita hamil, kecukupan

energinya bertambah 180 Kalori pada saat trimester 1, dan pada trimester 2 serta 3 bertambah

300 Kalori dari kecukupan energi wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Kecukupan

protein pada wanita hamil juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 17 gram dari kecukupan

protein wanita normal (Atmarita & Tatang 2004).

Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu untuk dilakukan agar

kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi secara optimal. Perencanaan pemenuhan

kecukupan zat gizi dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan

menentukan kebutuhan zat-zat gizi masing-masing individu, memperhatikan zat gizi pada

bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman

umum gizi seimbang (Azwar 2004).

Angka kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi

esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk

mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat

badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui.

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances

(RDA) dalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah

dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat di suatu negara.

Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan,

genetika, serta keadaan hamil dan menyusui. Dalam perhitungan angka kecukupan gizi yang

9
dianjurkan sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, dimana kebutuhan yang

dianjurkan sudah mencakup hampir 97,5 % populasi, dan untuk ekcukupan beberapa zat gizi

seperti vitamin, mineral sudah diperhitungkan sampai cadangan zat gizi dalam tubuh.

Sehingga perhitungan kecukupan zat gizi sudah memperhitungkan penambahan sebesar dua

kali simpang baku (standar deviasi) dari kebutuhan rata-rata penduduk yang sehat (dr. I

Wayan Sujana, M.Kes : Dasar Kebutuhan dan Kecukupan Gizi 14 April 2011).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk

masing-masing kelompok umur, gender, dan aktifitas fisik. Dalam penggunaannya bila

kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan

patokan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut

dinilai terlalu kurus, maka AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang

dianjurkan tidak dipergunakan untuk perorangan atau individu, namun lebih menggambarkan

kelompok penduduk/masyarakat. Angka Kecukupan gizi dianjurkan digunakan untuk tujuan

seperti :

a) Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk;

perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk

b) Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau kelompok; perlu ditetapkan

patokan berat badan untuk masing-masing gender, dan bila menyimpang dari patokan berat

badan dilakukan penyesuaian

c) Perencanan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri, asrama,

dan lain-lain

d) Menetapkan standar bantuan pangan; misalnya dalam keadaan darurat, dan untuk

kelompok penduduk yang berisiko seperti balita, anak sekolah, ibu hamil

e) Menilai kecukupan persediaan pangan nasional

f) Merencanakan program penyuluhan gizi

10
g) Mengembangkan produk pangan baru di industry

h) Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan

Langkah pertama dalam penyusunan AKG adalah menetapkan kebutuhan faali rata-rata

penduduk yang sehat dan mewakili tiap golongan umur dan gender menurut kriteria yang

telah ditetapkan. Untuk itu, perlu diketahui perbedaan-perbedaan di dalam tiap golongan yang

memungkinkan perkiraan jumlah yang perlu ditambahkan pada kebutuhan rata-rata untuk

memenuhi kebutuhan sesungguhnya semua orang sehat. Karena alasan mahal dan perlu waktu

lama eksperimen tersebut tidak dilakukan, hanya digunakan perkiraan kebutuhan dan

variasinya berdasarkan informasi yang terbatas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan AKG, seperti :

a) Adanya variasi individual masing-masing orang yang mempengaruhi utilisasi zat gizi oleh

tubuh

b) Adanya perbedaan komposisi zat gizi yang terkandung dalam setiap sumber makanan

c) Adanya saling mempengaruhi antar zat gizi dalam tubuh

d) Adanya perubahan komposisi zat gizi akibat proses pemasakan, atau pengolahan sampai

makanan siap dikonsumsi.

Nilai AKG untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada

kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk

terpenuhi. Oleh karena itu asupan dibawah nilai AKG tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi

makin jauh di bawah nilai tersebut risiko untuk memperoleh asupan tidak cukup meningkat.

Khusus untuk energi, nilai kecukupannya ditaksir setara dengan nilai pakainya sebab asupan

energi yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada

terganggunya kesehatan.

11
Tabel kecukupan zat gizi yang dianjurkan bagi manusia
berat
I keterang golonga kalo protei kalsiu bes vitami thiami riboflvi niaci vitami
bada
D an n umur ri n m i nA n n n nC
n
1 anak-anak 0.5 - 1.0 8.0 870 20 0.6 10 1200 0.4 0.5 6.0 20
2 1-3 11.5 1210 23 0.5 10 1500 0.5 0.6 8.0 20
3 4-6 16.5 1600 29 0.5 10 1800 0.6 0.8 10.0 20
4 7-9 23.0 1900 36 0.5 10 2400 0.8 1.0 13.0 20
5 pria 10 - 12 30.0 1950 46 0.7 10 3450 0.9 1.2 14.0 30
6 13 - 15 40.0 2100 56 0.7 18 4000 0.9 1.3 15.0 30
7 16 - 19 53.0 2500 58 0.6 15 4000 1.0 1.4 17.0 30
8 20 - 39 55.0 2650 49 0.5 9 4000 1.0 1.4 18.0 30
9 - 60 55.0 2100 49 0.5 9 4000 0.9 1.2 14.0 30
1 wanita 10 - 12 32.0 1750 49 0.7 12 3450 0.8 1.1 11.0 30
0
11 13 - 15 42.0 1900 56 0.7 24 3500 0.8 1.2 13.0 30
1 16 - 19 45.0 1950 46 0.6 24 3500 0.8 1.1 13.0 30
2
1 20 - 39 47.0 2150 41 0.5 12 3500 0.9 1.2 15.0 30
3
1 - 60 47.0 1710 41 0.5 8 3500 0.7 0.9 11.0 30
4
1 wanita + +9 0.6 + 2 + 500 + 0.2 + 0.2 +2 +2
5 hamil 285

2.4 Angka Kebutuhan Gizi

Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang

diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan

hidup, melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas

fisik, pemeliharaan tubuh, basal metabolisme, pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan

eksresi. Angka Kebutuhan Gizi mempertimbangkan segala aspek yang mempengaruhi

kebutuhan gizi yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh, genetik, kondisi

kesehatan, gaya hidup (merokok dan alkoholik), dan penggunaan obat. Angka kebutuhan gizi

sifatnya lebih personal yang mana kebutuhannya dihitung berdasarkan kebutuhan perorangan,

12
sementara itu dalam AKG sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu dan cadangan

zat gizi dalam tubuh.

2.4.1 Dasar Perhitungan AKG di Indonesia


Dasar Perhitungan AKG di Indonesia dilakukan dengan cara:
1) Menetapkan berat badan patokan untuk berbagai golongan penduduk. Data diperoleh

dari hasil pengumpulan data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen

Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada bebrapa kelompok dengan keadaan gizi optimal dan

aktivitas sedang.
Tabel Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika Serikat.

Golongan umur Indonesia WHO AS


0-6 bulan 5,5 - 6
7-12 bulan 8,0 - 9
1-3 tahun 12,0 16 13
4-6 tahun 18,0 - 20
7-9 tahun 24,0 25 28
Pria
10-12 tahun 30 35 45
13-15 tahun 45 48 66
16-19 tahun 56 64 72
20-49 tahun 62 65 79
50 tahun 62 65 77
Wanita
10-12 tahun 35 37 46
13-15 tahun 46 48 55
16-19 tahun 50 55 63
20-49 tahun 54 55 65
50 tahun 54 55 65

Sumber: Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.


2) Menggunakan rujukan WHO, FAO dan Amerika Serikat. AKG disusun berdasarkan

rujukan dari WHO, FAO, dan AKG Amerika Serikat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh

orang Indonesia.AKG beberapa zat gizi mikro diambil langsung dari AKG Amerika Serikat

karena pengaruh keragaman berat badan tidak bermakna.

2.4.2 Penentuan Kebutuhan Kecukupan Gizi

Nilai AKG (Angka Kecukupan Gizi) digunakan untuk menghitung TKG (Tingkat Kecukupan

Gizi).
13
Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG adalah:

TKG = Asupan zat gizi x100

AKG

Tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan ke dalam lima tingkat, yaitu

defisit tingkat berat (<70%),

defisit tingkat sedang (70-79%),

defisit tingkat ringan (80-89%),

normal (90-119%), dan

kelebihan (120%) (Depkes 1996).

Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dihitung tanpa menggunakan koreksi berat badan.

Perhitungan dilakukan dengan langsung membandingkan konsumsi zat gizi dengan angka

kecukupan gizi (AKG) berdasarkan WNPG VIII tahun 2004.

Tingkat kecukupan vitamin dan mineral

<77% AKG tergolong kurang, dan

77% tergolong cukup (Gibson 2005).

Perhitungan kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan rata-rata patokan berat

badan untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Penyesuaian perbedaan berat

badan ideal dalam AKG dengan berat badan aktuual, dilakukan berdasarkan rumus :

(berat badan aktual)/(berat badan standar) x AKG

Keterangan :

Berat badan actual = berat badan berdasarkan hasil penimbangan (kg)

Berat badan standar = berat badan acuan yang tertera pada tabel angka kebutuhan gizi

AKG = angka kebutuhan gizi yang dianjurkan

Daftar AKG disusun untuk 17 golongan umur sesuai jenis kelamiin. Perbedaan

kebutuhan gizi terutama energy dan protein, cukup mencolok antar jenis kelamin terjadi pada

14
usia 9 tahun. Pada usia 10 tahun AKG dibedakan antara pria dan wanita. Berdasarkan

WKNPG angka kecukupan energy rata-rata per kapita pada tingkat konsumsi adalah 2.200

kkal, tingkat ketersediaan adalah 2.500 kkal.

Contoh perhitungan :

Seorang ria berusia 35 tahun dengan berat badan 58 kg. hitunglah kebutuhan energy dan

protein pria tersebut. Berdasarkan tabel 23, berat badan standar untuk pria usia 35 tahun

adalah 62 kg.

AKG : Energi = 2.800 kkal, protein 55 g

Maka kebutuhan gizi pria tersebut adalah :

Energy = 58/62 x 2800 = 2619,35 kkal (dibulatkan 2619 kkal)


Protein = 58/62 x 55 = 51,5 g
Vitamin A = 58/62 x 700 654,8 RE

2.5 Perbedaan Kecukupan dan Kebutuhan Zat Gizi

Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang

diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan

hidup, melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas

fisik, pemeliharaan tubuh, basal metabolisme, pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan

eksresi. Angka Kebutuhan Gizi dipengaruhi oleh variasi kebutuhan tinggi atau rendah, antara

lain faktor genetika, sementara itu dalam AKG sudah memperhitungkan variasi kebutuhan

individu dan cadangan zat gizi dalam tubuh.

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi

berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia

15
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan

kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang

dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.

Angka kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat

gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk

mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat

badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin

dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi

kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan

fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004).

Rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia tahun 2013 masing-

masing sebesar 2150 Kilo kalori dan 57 gram protein perorang perhari pada tingkat konsumsi.

Sedemikian besarnya kegunaan AKG sehingga telah ditetapkan peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan

Bagi Bangsa Indonesia. Permenkes tersebut ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 November

2014 dan dapat diunggah melalui internet.

2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Zat Gizi

Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

2. Ukuran dan komposisi tubuh.

3. Jenis kelamin.

4. Keadaan kesehatan tubuh.

16
5. Keadaan fisiologis tubuh.

6. Kegiatan fisik.

7. Lingkungan.

8. Mutu makanan.

9. Gaya hidup.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi

Kebutuhan pangan dan gizi berbeda antara indivitu, karena dipengaruhi oleh beberapa hal

sebagai berikut :

1. Tahap perkembangan, meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak,

remaja, dewasa, dan lansia. Laju pertumbuhan sebelum dan setelah lahir (pre-natal dan post-

natal) serta semasa bayi (<1 tahun) adalah lebih cepat daripada tahap lainnya dari kehidupan.

Setiap unit bobot tubuh pada saat bayi memerlukan zar gizi esensial lebih tinggi dibandingkan

masa lainnya. Usia bayi juga paling rawan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Janin yang

sehat mempunyai peluang yang baik untuk memulai kehidupan yang sehat. Dalam usia 6

bulan, bayi yang sehat berat badannya dua kali lipat dari berat sewaktu lahir. Pertumbuhan

masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih

lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karena dengan

adanya pertimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan gizi tetap tinggi. Menyediakan

pangan yang mengandung protein, kapur, fosfor yang sangat penting. Masa remaja disebut

sebagai growth spurt II, dengan kisaran usia 10-19 tahun. Pertumbuhan seksual terjadi pada

masa remaja. Selain itu juga tinggi dan bobotnya juga bertambah, sistem kerangka

pertumbuhannya sudah lengkap, ukuran jantung serta organ pencernaan bertambah. Masa

dewasa yaitu usia 20-60 tahun baik wanita maupun pria mengalami masa kerja fisik yang

tinggi. Pada masa dewasa madya (40-60 tahun) aktivitas mulai menurun, angka metabolism

basal (basal metabolism rate/BMR) yang diperlukan relative rendah sehingga zat gizi lebih

17
digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia lanjut (>60 tahun) terjadi penurunan kegiatan fisik,

rentan terhadap penyakit. Zat gizi dimanfaatkan untuk mengganti/memperbaiki jaringan yang

rusak. Dengan demikian kebutuhan energy menurun dan protein meningkat.

2. Faktor fisiologis tubuh, misalnya kehamilan. Pada masa ini, zat gizi diperlukan untuk

pertumbuhan organ reproduksi ubu maupun untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil yang

tidak bertambah berat badannya mulai bulan ke empat hingga ke tujuh, kemungkinan akan

melahirkan sebelum waktunya atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR

< 2,5 kg). begitu pula selama menyusui, kebutuhan gizi lebih tinggi daripada sebelum hamil

karena zat gizi diperlukan ibu untuk menghasilkan ASI.

3. Keadaan sakit dan dalam penyembuhan. Seseorang yang menderita penyakit yang disertai

dengan demam membutuhkan lebih banyak protein. Pada masa ini akan banyak kehilangan

nitrogen yang diperoleh dari perombakan protein.

4. Aktivitas fisik yang tinggi makin banyak memerlukan energy. Pengukuran kebutuhan

energy didasarkan pada pengeluaran energy dengan komponen utama angka metabolism besar

(BMR) dan kegiatan fisik sesuai dengan tingkatannya (ringan, sedang, berat) pada masing-

masing jenis kelamin.

5. Ukuran tubuh (berat dan tinggi badan), pada jenis kegiatan yang sama, orang yang besar

menggunakan lebih banyak energy daripada yang kecil.

2.7 Standart kecukupan gizi.

Standart kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:

Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.

Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral.

2.7.1 Kecukupan kalori (energi)

18
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan, tubuh

memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam makanan ini terdapat

sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Bentuk energi yang

berkaitan dengan proses-proses biologi adalah energi kimia, energi mekanis, senergi

panas dan energi listrik..

Energi dalam tubuh digunakan untuk:

Melakukan pekerjaan eksternal;

Melakukan pekerjaan internal dan untuk mereka yang masih tumbuh;

Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk senyawa-senyawa baru.,

Macam-macam makanan tidak sama banyaknya dalam menghasilkan energi,padahal

manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang

menghasilkan energi,terutama untuk mempertahankan proses kerja tubunya dan

menjalankan kegiatan-kegiatan fisik.Untuk mengukur atau menentukan banyaknya

energi yang dihasilkan makanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Langsung

Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan dengan

menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter.Dengan menggunakan alat tersebut

akan dapat ditentukan atau diukur sejumlah kalori(untuk energi) yang dihasilkan zat

makanan.Satu kalori adalah merupakan banyaknya panas yang digunakan untuk

menaikan suhu 1 liter air sebanyak 1oC

2. Secara tidak langsung

19
Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan atau bahan

makanan melalui ustu penguraian kimiawi (analisa),denga pertama- tama di tentukan

terlebih dahulu karbonhidratya, lemak , dan protein.

2.7.2 Kecukupan protein

Tubuh manusia memerlukan berbagai zat gizi yang satu sama yang lain saling

mempengaruhi. Bayaknya protein dalam tubuh didasarkan oleh dua hal pokok berikut:

1. Untuk memenuhi kebutuhan basal (minimal ) di mana apabila jumlah kebutuhan

ini tidak dipengaruhi maka kesehatan tubuh akan terganggu dan pertumbuhan

normal tidak akan tercapai.

2. Sejumlah tambahan untuk mengimbangi adanya kerusakan infeksi , stress dan

sebagainya.

Tubuh kita tidak dapat menghindari kehilangan-kehilangan protein terutama yang terjadi

melalu air seni, kotoran(feses) dan kulit. Dari penelitian -penelitian diperoleh suatu

formula yang di kenal dengan cara factorial (factorial method) untuk memperoleh angka

kebutuhan protein sebagai berikut:

R =(U b + F b S + G) x 1,1

Keterangan

R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari


Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari
1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin

20
2.7.3 Kecukupan vitamin

Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk

proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat

oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu, harus diperoleh

dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D. Dalam

bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat

dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbetuk provitamin atau calon

vitamin (Precussor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif.

2.7.4 Kecukupan mineral

Zat gizi dapat digolongkan, yaitu golongan Makromolekul (teh, protein dan lemak) serta

mikromolekul vitamin dan mineral. Meskipun merupakan komponen yang paling vital

untuk kehidupan, pada bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau,

kambing, ayam, unggas, kelinci dan lain-lain), sayur-sayuran dan buah-buahan

merupakan sumber vitamin dan mineral. Komponen-komponen anorganik tubuh manusia

terutama adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan

Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral tulang dan ion-ion

dapat sebagai cairan tubuh. Mineral-mineral tersebut adalah bagian-bagian mustahak dari

makanan. Unsur-unsur lain yang terdapat dalam jumlah sangat kecil disebut unsur-unsur

runut (trace elements) yang juga adalah komponen-komponen makanan yang mustahak.

Ini termasuk tembaga, moblibzenum, kobalt, mangan, zink, kromium, setenium, iodium

dan fluor.

21
Penyerapan gizi dari berbagai jenis makanan telah diteliti dan dilaporkan oleh Martinez

dan Torres (1971) yang menadakan penelitian dengan menggunakan sampel 524 orang

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Penyerapan gizi dari berbagai jenis makanan.

Besi dari komoditi % Penyerapan

Beras 1%
Kedelai 6%
Jagung 3%
Ikan 11 %
Hati 13 %

Yodium (i) merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat

kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon

tiroksin. Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme sehingga dalam

keadaan konsumsi yodium yang rendah, kelenjar gondok akan berupaya membuat

konpensasi dengan membesrakan kelenjarnya. Frevalensi pembeseran kelenjar gondok di

indonesia temasuk sangat tingi. Karenanya defesiensi yudium atau gondok andemik

merupakan salah satu masalah gizi utama.

Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang

dianjurkan sekitar 40-120 g per hari untuk anak samapi umur 10 tahun, dan 150 g per

hari untuk orang dewasa. Untuk wanita dan menyusui dianjurkan tambahan masaing-

masing 25 g dan 50 g per hari.

2.8. Standart Kebutuhan Gizi

2.8.1 Standart kebutuhan gizi untuk masa balita


22
Di indonesia kelompok anak BALITA menunjukkan prevalansi paling tinggi untuk

menderita KKP dan devensiasi vitamin A serta anemia devensiasi gizi Fe.kelompok umur

ini sulit di jangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan

lainya,karena tidak dapat sendiri ke tempat pelayanan gizi dan kesehatan.perbaikan gizi

kelompok BALITA,program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga).Di taman BALITA diadakan upaya rehabilitasiderita KKP dan

melatih para ibu dan mereka yang bertanggung jawabatas pengurusan BALITA di dalam

keluarga,bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi untuk

anak BALITA.proyek PMT berupa pemberian makanan bergizi suplemen pada makanan

anak BALITA yang biasa dikomsumsi untuk terapi dan rehabilitasi anak-anak yang

kondisi gizinya tidak memuaskan.kegiatan-kegiatan diatas terutama ditujukkan pada

masyarakat yang kurang mampu.sedangkan progam UPGK merupakan upaya pendidikan

terpadu untuk menigkatkan produksi bahan makanan bergizi di lahan pekarangan sekitar

rumah,dipergunakan untuk komsumsi menigkatkan kondisi kesehatan keluarga.

Untuk menjamin pertumbuhan,perkembangan,dan kesehatan BALITA,maka perlu

asupan gizi yang cukup.Menurut anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan

Departemen Kesehatan RI untuk anak usia1-3 tahun membutuhkan 1,5 mangkok nasi (@

200g) atau padananya,0,5 ikan (50g) atau padananya,2 tempe (@ 25 g) atau padanannya,

semangkok sayur (1000g),seiris buah pepaya (100 g) atau padanannya,dan segelas susu

(200 ml) Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi (@200g) atau

padanannya,1 ikan (50 kg) atau padananya 3 tempe (@25g) atau padanannya ,i,5

mangkok sayur (100 g) ,2 iris buah pepaya(@100g) atau padanannya, dan segelas susu

(200 ml).Asupan gizi tersebut akan menjamin tercukupinya kebutuhan kalori untuk

BALITA antara 1360-1830 kalori/anak /hari dan kebutuhan protein untuk BALITA

antara 16-20 g/anak /hari.


23
2.8.2 Standart kebutuhan gizi untuk masa remaja.

Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia,

pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik

karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya.

Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan

masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.

Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara

antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan

darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan

murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk

menentukan status gizi remaja.

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat,

misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR,

penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan

kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut

antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi

berkisar antara 40%-88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar

antara 30%-40%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui

faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya

penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus.

2.8.3 Standart kebutuhan gizi masa dewasa.

Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis

kelamin, berat badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki

24
dewasa (20 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang

membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat

54 kg tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan 2250 kilo kalori. Apabila

orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar

3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.

Contoh Menu Dengan Energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori:

Ukuran Rumah Tangga Untuk


waktu Jenis Hidangan
2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori
Nasi 2 sendok nasi 2 sendok nasi 1 sendok nasi
Daging bumbu 1 potong 1 potong potong
semur
Pagi
Tumis kacang mangkok mangkok mangkok
panjang + tauge
Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas
Bubur kacang 1 gelas 1 gelas 1 gelas
10.00
hijau
Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi 1 sendok nasi
Ikan goreng 1 potong 1 potong 1 potong
Tempe bacem 2 potong 1 potong 1 potong
Siang Lalap mangkok mangkok mangkok
Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok 1 mangkok
Sambal tomat 1 sendok makan 1 sendok makan 1 sendok makan
Nenas 1 potong 1 potong 1 potong
Buah - - 1 potong
16.00

Nasi 3 sendok makan 2 sendok makan 1 sendok makan


Pepes ayam 1 potong 1 potong 1 potong
Tahu balado 1 potong 1 potong 1 potong
Malam
Sayur bening 1 mangkok 1 mangkok 1 angkok
bayam + jagung
muda
Pepaya 1 potong 1 potong 1 potong

25
2.8.4 Standart kebutuhan gizi untuk ibu hamil.

Proses kehamilan akan menigkatkan metabolisme energi hal ini disebabkan dalam

kehamilanterjadi proses pertumbuhan bayi,dan proses penyesuaian fisiologik dan

metebolisme selama kehamilan.Dalam masa kehamilan.,berat badan seorang ibu dapat

bertambah sekitar 11-13 kg yang disebabkan oleh pembesaran janin (rata-rata 3,4 kg),

jaringan plasenta (1,5 kg), uterus (0,4 kg), payudara (1,5 kg), volume darah (1,5 kg), air

ketuban (2,9 kg), dan lain-lain. Peningkatan berat badan tersebut membutuhkan makanan

yang bergizi, baik karbohodrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

Menurut informasi Vanderbit Maternal Nutrition Study bahwa kebutuhan gizi penting

bagi ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tabel kebutuhan gizi ibu hamil

Bahan gizi Kebutuhan

Trisemester I Trisemester II Trisemester III

Kalori 2140 kalori 2200 kalori 2020 kalori


(karbohidrat, dan
lemak)

protein 75 g 75 g 70 g

kalsium 1,1 g 1,1 g 1,0 g

besi 13 g 14 g 13 g

2.8.5 Standart kebutuhan gizi ibu menyusui

26
Menyusui anak sangat di anjurkan baik dari segi kesehatan maupu Agama. Islam sanagat

menganjurkan agar ibu-ibu muslimah menyempurnakan susuanya selama dua tahun ,jika

ingin menghentikan susuanya maka hendakalah ia bermusyawarah dengan suaminya

untuk menentukan ibu susuanya untuk menentukan ibu susuan pengganti

lainya.seseorang ibu yang menyusui memerlukan 2700-3000 kalori setiap

harinya.cadangan lemak setiap hari akan mensuplai 200-300 kalori perhari.ibu yanh

hamil harus banyak menkomsumsi sumber protein (daging ,keju, telur, dan susu) agar

Asi berkualitas.Asi yang berkualitas dapat menyediakan asam amino bagi bayi.Asi

merupakan makanan utama yang ideal untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologik

bayi,merupakan satu-satunya jenis pangan atau cairan yang perlu diminum oleh anak

manusia dalam waktu empat samapai dengan enam bulan pertama kehidupanya.Asi

memiliki unsur-unsur seperti kalsium dan zat besi sehingga bayi yang di beri Asi hampir

tidak mengalami Anemia .bayi yang di beri asi dapat bermanfaat terhadap pertumbuhan

jaringan otaknya,dan tahan terhadap flu,brokitis ,pneumonia,diare karena Asi

mengandung macropages yaitu zat penagkal peyakit seperti imunoglubilin,protein yang

kaya vitamin B12 (asam folat),Asi juga mengandung antibodi ,butir-butir darah putih

yang melindungi bayi.

Asam amino Kebutuhan yang di Kandungan dalam


anjurkan ASI
(mg/gprotein)
(mg/g protein)

Histidin 14 26

Isoliusin 35 46

Leusin 80 93

27
Metionin dan sistin 29 42

lisin 52 66

Finilananin dan 63 72
tirosin

Ttreonin 44 43

Valin 47 55

Jumlah 364 443

Jika asupan ibu hamil kurang, maka ibu hamil dapat terserang peyakit kekurangan kalori

protein (KKP) baik yang berupa marasmus dan khawisiokhor

Untuk menjamin kesehatan ibu menyusui dan pertumbuhan/ perkembangan bayi maka

perlu asupan gizi yang cukup.menurut anjuran makanan satu hari yang Dikeluarkan oleh

departemen Kesehatan RI untuk ibu yang menyusui membutuhkan 5 mangkok nasi (@

200 g) atau padanannya , 2 ikan (50g) atau padananya tempe (@ 25 g) atau

padanannya,3 mangkok sayur (100 g), dua irs buah pepaya (100 g) atau padanannya,dan

segelas susu (200 ml.)

2.9 Perencanaan pemenuhan kecukupan gizi

Zat gizi sangat berperan dalam peningkatan sumberdaya manusia. Sayangnya, kita masih

mengalami gizi kurang dan gizi buruk karena kurangnya asupan zat makanan bergizi.

Selain itu, upaya pemerintah selalu ada, tapi terkadang setelah sampai di target,

sasarannya menjadi kurang pas karena pemahaman masyarakat mengenai pemenuhan

gizi masih minim. Ternyata, gizi yang baik dan berkualitas tak harus mahal.

28
Persoalan gizi seolah menjadi tema yang tak pernah kering dibahas karena menyangkut

sumberdaya manusia. Sebenarnya masalah gizi apa yang kerap terjadi di masyarakat kita

saat ini? Masalah gizi makro dan gizi mikro. Masalah makronya kurang kalori protein,

sehingga marasmus dan kwasiorkor. Kadang tidak terdeteksi dan itu memberi dampak

berat. Sedangkan masalah gizi mikro yang umum adalah anemia, kekurangan vitamin A,

gondok, defisiensi zink dan selenium. Masalah gizi terjadi di Indonesia dan itu sudah ada

tendensi termasuk di Sulsel. Yang paling banyak adalah defisiensi vitamin A, gondok,

defisiensi yodium dan anemia.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok
umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep
kecukupan energi kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan pada
kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan ditambah dengan 2 kali
simpangan baku(2 SD).
Kegunaan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
1. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi, makanan bagi
penduduk/golongan masyarakat tertentu yang didapatkan dari hasil survei gizi/makanan;
29
2. Untuk merencanakan pemberian makanan tambahan balita maupun untuk perencanaan
institusi;
3. Untuk merencanakan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional;
4. Untuk patokan label gizi makanan yang dikemas apabila perbandingan dengan angka
kecukupan gizi diperlukan;
5. Untuk bahan pendidikan gizi.
Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi
Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa
keterbatasan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2. Ukuran dan komposisi tubuh.
3. Jenis kelamin.
4. Keadaan kesehatan tubuh.
5. Keadaan fisiologis tubuh.
6. Kegiatan fisik.
7. Lingkungan.
8. Mutu makanan.
9. Gaya hidup.

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
: 2006.
2. Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. Ilmu Gizi. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006.
3. Moehdi, S. Ilmu Gizi. Penerbit : Papasinar Sinanti. Jakarta : 2002.
4. Kartasapoetra, Drs.G. Ilmu Gizi. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta : 2003.
5. Krisno, agus, DR. Dasar-dasar ilmu gizi. UMM PRESS. Malang

30

Anda mungkin juga menyukai