BAKTERIOLOGI
Oleh: Prof. Dr. Dirayah Rauf Husain, DEA.
1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan III:
Su Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menjelaskan Batasan dan Prinsip Pertumbuhan dan Reproduksi serta
Kondisi Lingkungan yang dibutuhkan Pertumbuhan bakteri
1
Perilaku Awal:
Setelah mahasiswa mengikuti materi bahasan ini maka mahasiswa mampu menjelaskan
batasan dan mendikripsikan Pertumbuhan dan Reproduksi serta factor lingkungan yang
dibutuhkan Bakteri
Urutan Pembahasan:
b) Petunjuk Belajar:
Pada materi pokok bahasan ketiga ini mahasiswa terlebih dahulu mengetahui prinsip
menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme pada medium pertumbuhan secara in vitro,
untuk selanjutnya menjabarkan batasan dan kondisi Pertumbuhan dan Reproduksi serta factor
lingkungan yang dibutuhkan bakteri
Pertumbuhan dari satu sel bakteri merupakan suatu kenaikan terkoordinasi massa dari
suatu bagian – bagian penyusunnya. Jadi Pertumbuhan pada Bakteri bukanlah
merupakan suatu kenaikan yang sederhana dari massa total, karena hal tersebut dapat
diakibatkan misalnya akumulasi dari suatu produk cadangan pada bagian dalam sel.
Biasanya pertumbuhan satu sel bakteri mengakibatkan atau berlanjut pada pembelahan
sel menjadi dua sel yang serupa atau identik. Akibatnya pada bakteri pertumbuhan dan
reproduksi sangat berkaitan erat. Istilah pertumbuhan umumnya digunakan untuk
menggambarkan kedua proses terjadi berurutan yang tidak terpsahkan yaitu
pertumbuhan dan reproduksi.
2
3.1. Kondisi Pertumbuhan Bakteri
Senyawa nutritif memberikan pada sel – sel bakteri bahan – bahan utama untuk
pertumbuhan perawatan dan pembelahan. Bakteri menggunaknnya untuk sumber makanan dalam
bentuk yang lebih luas. Senyawa tersebut terdiri dari karbohidrat, asam amino, sterol, alkohol,
hydrokarbon, metana, garam – garam anorganik dan CO 2. namun secara individual tak ada satupun
bakteri yang dapat menggunakan semua senyawa senyawa tersebut karena tidak memilki semua
enzim – enzim yang dibutuhkan dan enflop selnya tidak mengandung semua sistem absorbsi yang
dibutuhkan. Apapun organismenya sel –sel membutuhkan sebuah/sumber karbon, N, P, S dan
materi – materi yang lain yang dibutuhkan untuk menyusun senyawa organisme. Bakteri tertentu
memenuhi semua kebutuhan nutritifnya dengan garam – garam anorganik dan senyawa seperti CO 2
dan amoniak. Sedang yang lainnya senyawa – senyawa organik yang lebih atau kurang kompleks
berasal dari organisme lain.
3.1.2 Energi
3
Kebanyakan reaksi kimia yang dibutuhkan atau yang utama terjadi dalam sel organisme
menggunakan energi. Hal tersebut juga dibutuhkan misalnya untuk mobilisasi flagella dan untuk
absorbsi berbagai substansi nutritif. Semua energi ini berasal dari lain sumber yang tersedia dialam.
Spesies fotosintetik mengambil energi utamanya semua dari cahaya. Sedangkan spesies kemiotrof
energi diperoleh dengan mentransformasi senyawa – senyawa kimia yang diambil dari lingkungan
sekitarnya. Spesies tertentu dapat menggunakan dua cara perolehan energi.
3.1.3 Air
Air di dalam sel suatu bakteri sekitar 80 % atau lebih selama pertumbuhannya. Senyawa –
senyawa nutritif, limbah dan sampah –sampah atau sisa – sisa metabolisme masuk dan keluar
bersamaan dalam bentuk solusi. Akibatnya bakteri hanya dapat tumbuh didalam/pada bahan
organik yang mengandung cukup air. Di dalam suatu senyawa yang diberikan pada bakteri tidak
selamanya air tersedia untuk pertumbuhannya dimana satu bagia misalnya dapat berupa gel, atau
ion – ion dalam bentuk solusi.
3.1.4 Temperatur
Pada umumnya, satu tipe bakteri tumbuh lebih cepat pada suatu temperatur tertentu.
Kondisi ini disebut temperatur optimal pertumbuhan. Kecepatan pertumbuhan menurun bila
temperatur menjauh dari suhu optimumnya. Untuk semua bakteri akan ada suhu maksimal dan
minimal dimana pertumbuhannya akan berhenti.
4
Gambar 3. 1. Growth rate vs temperature for five environmental classes of procaryotes. Most
procaryotes will grow over a temperature range of about 30 degrees. The curves exhibit three
cardinal points: minimum, optimum and maximum temperatures for growth. There is a steady
increase in growth rate between the minimum and optimum temperatures, but slightly past
the optimum a critical thermolabile cellular event occurs, and the growth rates plunge rapidly
as the maximum T is approached. As expected and as predicted by T.D. Brock, life on earth,
with regard to temperature, exists wherever water remains in a liquid state. Thus,
psychrophiles grow in solution wherever water is supercooled below 0 degrees; and extreme
thermophilic archaea (hyperthermophiles) have been identified growing near deep-sea
thermal vents at temperatures up to 120 degrees. Theoretically, the bar can be pushed to even
higher temperatures.
5
Among all thermophiles is wide
Above 100
Thermophile 45 50-85 variation in optimum and
(boiling)
maximum T
Tabel 3.1. Temperature untuk pertumbuhan berbagai kelompok bakteri berdasarkan toleransi pada
suhu (Co)
Bakteri thermofile adalah bakteri yang suhu pertumbuhan optimalnya berada diatas 45 oC
(Tabel 3.1.). Bakteri termofil ini terdapat misalnya dalam kompos, sumber air panas, daerah
hydrotermal didasar laut misalnya spesies dari Bakteri termotoleran dapat survive tapi tidak benar –
benar tumbuh pada suhu yang dapat mematikan secara normal sebagian bakteri vegetatif lainnya.
Di dalam bakteriologi untuk produk – produk susu, bakteri termotoleran merupakan bakteri yang
dapat survive pada proses pasteurisasi.
Bakteri mesofil memilki suhu pertumbuhan optimal antara 15 – 45 oC bakteri mesofil dapat
ditemukan pada berbagai habitat secara luas. Bakteri patogen pada manusia dan hewan termasuk
dalam kelompok ini.
Bakteri psikrofil tumbuh optimal pada atau dibawah 15 oC. tidak tumbuh diatas 20 oC dan
batasan paling rendah pada O0C atau kurang. Bakteri psikrofil hidup terutama bagian di daerah laut
kutub.
Bakteri psikotrop dapat tumbuh pada suhu rendah 0 – 5 oC tetapi dapat tumbuh dengan baik
diatas 15oC dengan batasan paling tinggi 20oC.
Vibrio marinus 4 15 30
Pseudomonas maltophilia 4 35 41
Escherichia coli 10 37 45
Clostridium kluyveri 19 35 37
Streptococcus pyogenes 20 37 40
6
Streptococcus pneumoniae 25 37 42
Bacillus flavothermus 30 60 72
Methanococcus jannaschii 60 85 90
Tabel 3.2. Suhu Minimum dan optimum dan maksimum untuk pertumbuhan bakteri yang bersifat
cenderung ekstrim
Desulfurococcus 60 85 93 6
Methanothermus 60 83 88 6-7
Tabel 3.3. Suhu pertumbuhan minimum, optimum dan maksimum serta ph optimum dari beberapa
genus bakteri bersifat termofil.
Photobacterium phosphoreum 20
Rhizobium leguminosarum 20
Streptomyces griseus 25
7
Staphylococcus aureus 30-37
Escherichia coli 37
Mycobacterium tuberculosis 37
Pseudomonas aeruginosa 37
Streptococcus pyogenes 37
Treponema pallidum 37
Thermoplasma acidophilum 59
Thermus aquaticus 70
Bacillus caldolyticus 72
3.1.5 pH
pH optimal untuk pertumbuhan dari sebagian besar bakteri terletak disekitar pH 7 dan
sebagian besar spesiesnya hanya dapat tumbuh pada lingkungan yang sangat asam atau alkali.
Namun demikian bakteri tertentu (inang) tidak hanya toleran tapi lebih menyukai kondisi asam atau
sangat asam disebut asidofil.
8
Bakteri alkalofil tumbuh secara optimal dalam lingkungan alkali pada pH diatas 8.
Figure 3. 3. Growth rate vs pH for three environmental classes of procaryotes. Most free-living
bacteria grow over a pH range of about three units. Note the symmetry of the curves below and
above the optimum pH for growth
3.1.6 Oksigen
Bakteri mikroaerofil memiliki pertumbuhan optimal pada konsentrasi Oksigen yang lebih
rendah di udara.
Semua bakteri membutuhkan ketersediaan ion – ion anorganik tertentu misalnya klor,
magnesium dalam konsentrasi rendah. Pada konsentrasi lebih tinggi umumnya akan menghambat
pertumbuhan. Ion – ion tersebut memiliki berbagai fungsi misalnya magnesium dalam membran
eksternal, Fe dalam sitokrom dan semua enzim –enzim, mangan dan nikel dalam sistem enzimatik.
9
Terdapat bakteri (halofil) yang hanya dapat tumbuh apabila tersedia dalam konsentrasi yang
besar akan elektrolit (NaCl). Arkebakteria dari famili Bacteriaceae yang dapat hidup di dalam danau
bergaram, ikan asing, dan sebagainya merupakan contoh bakteri halofil ekstrim bakteri tersebut
membutuhkan paling sedikit NaCl, 1,5 N untuk tumbuh dan 3 – 4 N untuk pertumbuhan yang baik.
Elektrolit berfungsi terutama dalam mempertahankan struktur ribosom dan enflop seluler. Misalnya
ditempatkan dalam larutan bergaram rendah sel bakteri dari bakteri tertentu pecah oleh
melemahnya enflop selulernya.
Bakteri halotoleran adalah bakteri non halofil yang mampu tumbuh pada konsentrasi
elektrolit sekitar 2,5 M termasuk sejumlah besar Staphilococcus.
Study tentang siklus seluler bakteri sebagian besar dilakukan pada E. coli. Selama
pertumbuhan sel E. coli. mengalami peningkatan pada ukuran sel, terutama pada arah memanjang
dengan mensintesis bahan herediter dan membran baru.
Proses yang berlangsung hanya pada periode tertentu pada siklus sel yaitu pada replikasi
kromosom (DNA) dan selanjutnya pembentukan dinding transversal (septum) yang membagi sel
menjadi dua. Pembentukan septum melibatkan pertumbuhan peptidoglikan dari dinding sel menuju
ke dalam.
Selama pembelahan sel, kedua sel anak menerima kromosom dalam jumlah yang sama.
Setelah pembelahan sel pada E. coli kedua sel anak masing – masing menerima jumlah yang sama.
Pada spesies yang lain, pemisahan dapat tidak terjadi seketika sehingga membentuk berbagai tipe
kumpulan sel yang bervariasi (kelompok dalam 4 sel, rantai filamen …).
10
Selama siklus sel dipastikan bahwa replikasi kromosom dan pembelahan sel berlangsung
secara terkoordinasi. Model Helmsletter-Cooper berlangsung/tergambarkan pada saat replikasi
kromosom dalam siklus sel Gambar 3.2
Pada gambar Gambar 3.3. memperlihatkan dua kecepatan berbeda pada pertumbuhan,
yaitu :
1. Selama terjadi pertumbuhan yang lambat, penggandaan lengkap dari kromosom bertepatan
dengan pembelahan sel, sehingga setiap anak sel baru hanya menerima satu kromosom
11
2. Apabila pertumbuhan lebih cepat, suatu siklus replikasi kromosom baru dimulai sebelum
siklus sebelumnya lengkap/usai. Akibatnya setiap sel anak mewarisi lebih dari 1 kromosom
sekitar 1½. Hal ini membantu untuk memahami kenapa jumlah kromosom setiap sel
bervariasi oleh kecepatan pertumbuhan.
Bagaimana replikasi kromosom (DNA) dapat terkoordinasi dengan siklus sel? Atau inisiasi
dari siklus replikasi DNA dapat terkontrol ?
Pada saat ini, jawaban yang ada tidak populer atau jelas tetapi berbagai faktor mendukung .
sala satu diantaranya adalah konsentrasi intraseluler akan protein DnaA yang erat kaitanya dengan
DNA sebelum untai DNA berpisah yang menjadi persyaratan untuk replikasi. Begitupula derajat
metilasi pada tempat tertentu pada DNA dimana tahap metilasi penting sebelum inisiasi
berlangsung.
Suatu metilasi yang terlambat atau berlipat akan dapat berlangsung dan menit – menit
terakhir inisiasi, akhirnya inisiasi berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan misalnya,
konsentrasi intraseluler dalam guanosin 5’ – diphospat. 3’–diphospat (guanosine tetra phospat =
ppGGPP) dan sebaliknya sesuai dengan kecepatan pertumbuhan dan suatu konsentrasi tinggi dalam
ppGpp (suatu kecepatan pertumbuhan lambat) dapat menghambat sintesa protei DnaA. Jadi
terdapat korelasi antara kecepatan pertumbuhan dan konsentrasi protein Dna A rendah, dan
kurangnya frekuensi inisiasi replikasi DNA.
12
Gambar. 3.5. Pembelahan sel bakteri yang diamati dengan Mikroskop Elektron
- Morphagenesis
Kontrol genetis dari mekanisme siklus seluler terjadi oleh perantaraan morfogenesis. Pada E.
coli gen ini meliputi :
Dalam siklus sel setiap tahap dapat bergantung secara langsung pada tahapan sebelumnya.
Kemungkinan lain tahapan yang berlangsung akan dapat dikontrol secara independent dan
terkoordinasi.
Apabila satu sel bakteri diinokulasikan pada media yang cocok dan diinkubasi pada kondisi
yang sesuai pula (suhu, agitasi, .....) maka akan diproleh kenaikan jumlah sel dalam waktu yang
relative singkat. Misalnya pada bakteri Escherichia coli yang dapat mencapai populasi maksimum
dalam 24 jam. Namun adapula sebagian besar spesies bakteri yang memerlukan waktu lama
(inkubasi) agar dapat mencapai populasi yang maksimum.
Istilah pembelahan umumnya dalam dunia bakteri lebih menekankan pada perubahan dalam
populasi total dari pada kenaikan dalam ukuran atau masa dari individu sel.
Pembelahan suatu sel menjadi 2 sel anak (Gambar 3.4. dan 3.5.), melalui pembentukan
septum disebut fission binaire, tipe ini umum terjadi dalam dunia bakteri,.dimana satu sel
membelah setelah adanya pembentukan septum transversal (menembus dinding sel). Apa bila sel
anak tidak serupa pada sel induk disebut fission binaire asimetris seperti pada Caulobacter.
Fission multiple terdiri/merupakan fission binaire berulang – ulang pada tingkat struktur
yang umum seperti kantong misalnya ditemukan pada Cyanobacter.
13
Fission ternaire, 3 sel dibentuk dari satu sel, misalnya pada Pelodyction yang membentuk
suatu jaring – jaring sel 3 dimensi.
a. Binary Fission
”Transverse binary fission” adalah merupakan proses reproduksi aseksual yang umum pada
bakteri yang mana satu sel membelah setelah perkembangan septum transversal (menembus
dinding sel). Kadang-kadang pada beberapa spesies bakteri Binary fission dapat didahului oleh
pematangan atau konyugasi sel yang kadang dianggap sebagai reproduksi seksual. Konyugasi
merupakan suatu proses rekombinasi yang menyebabkan terjadinya transfer gen antar sel-sel yang
satu sama lain mengalami kontak fisik . Kontak terjadi melalui fili (Fili sex)
Gambar di bawah ini memperlihatkan skema bentuk-bentuk pembelahan sel pada berbagai
spesies bakteri.
- Streptococcus faecalis
- Prosthecobacter fusiformis
b. Pertunasan
14
Beberapa bakteri seperti Rhodopseudomonas acidhophilia bereproduksi dengan pertunasan.
Proses ini didahului terbentuknya tunas pada salah satu ujung sel, membesar dan berkembang
menjadi sel baru dan berpisah dari induknya.
Pada beberapa bertunas seperti Hypomicrobium sp. Tunas dapat berkembang pada ujung prostheca.
Sel induk menghasilkan prostecha yang ujungnya membentuk tonjolan yang selanjutnya tumbuh
menjadi sel anak.
- Rhodopseudomonas acidhophilia
- Hypomicrobium vulgare
c. Fragmentasi
Bakteri yang menghasilkan filamen seperti Nocardia sp. bereproduksi dengan cara fragmentasi dari
filamen menjadi basil kecil atau sel kokus yang masing-amsing dapat tumbuh menjadi sel baru.
- Nocardia sp.
15
4. Pembentukan Konidiaspora atau sporangiospora
Spesies dari genus Streptomyces dan bakteri tertentu menghasilkan banyak spora per sel melalui
pertumbuhan septa (septasi), pada hifa. Selanjutnya setiap spora akan dapat menjadi sel baru.
- Streptomyces sp.
a. Pembelahan biner
Contoh lain yang terjadi pada bebeapa jenis bakteri yang memiliki pili sex melakukan
pembelahan biner yang sebelumnya dapat didahului dengan peristiwa konyugasi yang merupakan
proses Rekombinasi seperti yang tercantum di bawah ini.
16
Gambar 3.6. Skema pemindahan gen plasmid dari bakteri memiliki pilus setelah terjadi konyugasi
Proses ini didahului dengan terbentuknya tunas pada salah satu ujung sel lalu membesar dan
bekembang menjadi sel baru lalu berpisah dengan induknya. Gambar dibawah ini Histoplasma
capsulatum yang sedang melakukan pertunasan
Gambar 3.6. Pengamatan dengan mikroskop elektron terhadap Histoplasma capsulatum yang
sedang melakukan pertunasan
17
d. Fragmentasi
Bakteri berbentuk filamen seperti Nocardia sp, bereproduksi secara fragmentasi dari filamen
menjadi basil kecil atau sel kokus yang masing-masing dapat tumbuh menjadi sel baru
Gambar 3.7. Filamen Nocardia sp menjadi basil kecil yang selanjutnya membentuk sel baru.
b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk tetap berfungsinya expert judments sebagai
nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.
c. Penelitian:
18
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai isolat bakteri yang telah diisolasi dari berbagai lingkungan alam
dan yang sedang dalam rencana kegiatan penelitian dari dosen dalam lingkup laboratorium
sendiri maupun peneliti terkait secara nasional maupun internasional. Demikian pula
mahasiswa dapat megutarakan hal-hal terkait yang diperoleh dan diketahuinya.
d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai isolat bakteri
yang telah berhasil diisolasi dari berbagai lingkungan alam oleh sumber daya manusia Prodi
Biologi maupun yang lainnya baik dalam bentuk kegiatan mandiri maupun kerjasama antar
dan interdisiplin ilmu. Demikianpula mahasiswa dapat megutarakan hal terkait yang
diketahuinya.
e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa mendiskripsikan dan
menggambarkan morfologi dan struktur bakteri berdasarkan tipe bentuk morfologi dan
struktur dinding sel.
f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini tentang nama kelompok dan jenis bakteri serta
membedakannya berdasarkan struktur dan morfologi sel dan bagian-bagiannya yang
dilengkapi dengan gambar jenis bakteri dalam bentuk berwarna.
3. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.
b. Tes Formatif:
19
1. Jelaskan definisi pertumbuhan pada Bakteri dan hubungannya dengan
Reproduksi
2. Jelaskan factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
c. Umpan Balik:
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Introduction To Bacteria, 1992. Second edition. Paul Singleton. Jhon Willey and Sons, Inc.
New York.
3. Microbiology: Principle and Explorations, 1999. Edited by. Black, Jacquelin, G. Prentice –
Hall, Inc. Yew Jersey.
4. Microbiology, 2005. Sixth edition. By. Prescott, L.M., Jhon P. Harley; Donald A. Klein.
Mc. Graw Hill.
5. Bebagai Publikasi
20