Anda di halaman 1dari 37

Pertumbuhan Bakteri

Na’imatul R. Faizah, S.Tr.,Keb.,M.Farm


Pertumbuhan bakteri adalah meningkatnya jumlah
kuantitas massa sel dengan cara terbentuknya sel-sel baru.
Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari
kemampuan sel dalam membentuk protoplasma baru dari
nutrient yang tersedia di lingkungan.

Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut


dengan pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung
dengan interval yang teratur dengan penambahan atau
kelipatan secara eksponensial.
Fase Pembelahan Binner

1. Sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus


2. Tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang
3. Terpisahnya kedua sel anak yang identik
Fase Pertumbuhan Bakteri
Fase Lag (Fase Penyesuaian)
Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan
yang baru. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi,
tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel
pada inokulum awal dan sifat fisiologis mikro organisme pada
media sebelumnya.
Pada fase ini tidak ada pertambahan populasi, sel mengalami
perubahan dalam komposisi kimia dan bertambah ukuran,
substansi intraseluler bertambah.
Fase Logaritma / eksponensial
Fase Logaritma / eksponensial ditandai dengan terjadinya periode
pertumbuhan yang cepat. Setiap sel dalam populasi membelah
menjadi dua sel. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase
eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya. Selain itu, derajat pertumbuhan juga dipengaruhi
oleh kadar nutrien dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH dan
aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah menghasilkan
populasi yang maksimum, maka akan terjadi keseimbangan
antara jumlah sel yang mati dan jumlah sel yang hidup.
Fase stasioner
o Pada fase ini pertumbuhan melambat, jumlah sel mati dengan
jumlah sel baru seimbang dan populasi stabil
o Ukuran sel menjadi lebih kecil, karena sel tetap membelah
meskipun nutrisi sudah habis dan produk metabolit paling
tinggi
o Akumulasi sisa produk beracun dan kehabisan bahan nutrisi
tertentu bersamaan dengan perubahan pH dan suhu mungkin
menjadi sebab metabolit tinggi
o Dengan menggunakan kemostat mungkin dapat
mempertahankan pertumbuhan eksponensial
Fase Kematian
 Biasanya pada akhir pertumbuhan akan terjadi jumlah sel mati
lebih banyak daripada sel hidup
 Laju kematian sel tinggi dan sel mengalami lisis
 Hal ini terus terjadi sampai popolasi menjadi sangat kecil
jumlahnya
Waktu Generasi
 Waktu yang dibutuhkan dari mulai tumbuh sampai berkembang
dan menghasilkan individu baru
 Untuk mikroorganisme yang membelah, waktu generasi
diartikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk
membelah diri menjadi 2 kali lipat
 Contoh:
Waktu generasi bakteri E.coli sekitar 17 menit artinya dalam 17
menit satu E.coli menjadi dua atau lebih
Waktu generasi
t : waktu pertumbuhan eksponensial (menit)
n : jumlah generasi
Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri

1) Nutrisi
Nutrisi untuk bakteri : diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsinya yang normal.
Sehingga diketahui beberapa tipe nutrisi bakteri :
a) Bakteri Autotrof
Yunani, auto=diri; trophos= memakan adalah bakteri yang mampu membuat
makanannya sendiri. Bakteri autrof dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan
asal energi untuk mensintesis makanannya, yaitu fotoautotrof dan kemoautotrof
 Bakteri fotoautotrof
Adalah bakteri yang menggunakan energi cahaya matahari untuk membuat
makanannya. Jenis pigmen bakteri autotrof utama adalah klorofil dan karoten.
Contoh: Thiocystis sp bakteri memperoleh makanannya melalui proses
fotosintesis
 Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang menggunakan energi kimia
untuk mensintesis makanannya. Energi kimia diperoleh dari proses
oksidasi senyawa anorganik.
Contoh:
o Nitrosomonas dan Nitrosococcus (bakteri nitrit) yang mengoksidasi
senyawa amonia menjadi ion nitrit
o Nitrobacter (bakteri nitrat) mengoksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat
o Gallionella (bakteri besi) mengoksidasi ion fero menjadi ion feri.
o Hydrogenobacter (bakteri hydrogen) yang mengoksidasi gas
hydrogen menjadi air
b) Bakteri Heterotrof
(Yunani, hetero= yang lain, trophos =memakan) adalah bakteri yang
makanannya berupa senyawa organik dari organisme lain. Bakteri
heterotrof terbagi menjadi bakteri saprofit dan bakteri parasit.
 Bakteri Saprofit
Adalah bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-sisa organisme atau produk organisme
lain. Sisa-sisa organisme, misalnya daun yang gugur dan kotoran hewan, sedangkan produk
organisme, misalnya susu dan daging. Bakteri saprofit merupakan salah satu organisme
pengurai (decomposer) di alam. Contoh bakteri saprofit adalah E. coli, Lactobacillus
bulgaricus dan Mycobacterium (bakteri pengurai sampah)
 Bakteri parasit.
Adalah bakteri yang memperoleh makanan dari inangnya. Inang tempat hidup bakteri adalah
tumbuhan, hewan atau manusia.
Jika menimbulkan penyakit pada inangnya, maka bakteri disebut bakteri pathogen. Contoh:
Mycobacterium tuberculosis ; Bacillus anthracis dan Clostridium tetani
2) Media
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba
diperlukan suatu substansi yang disebut media.
Media dapat dibuat dari bahan alam seperti toge, kentang,
wortel, daging, telur, susu ataupun dari bahan buatan yaitu
senyawa kimia organik ataupun anorganik.
Syarat Media :
a. Mengandung semua unsur hara yang diperlukan
b. Memenuhi semua faktor yang dibutuhkan oleh mikroba,
seperti pH
c. Harus dalam keadaan steril
3) Kondisi fisik / Lingkungan
a) Suhu
Suhu selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi
perbanyakan, dan daya tahan. Suhu setiap jenis bakteri bervariasi.
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3
golongan:
 Psikrofil (0 - 15ºC) : bakteri, fungi, alga, protozoa.
 Mesofil (25 - 40ºC): hampir semua mikroba (termasuk bakteri
patogen).
 Termofil ( > 50ºC) : prokariotik.
Temperature
 For optimal growth and metabolism :
• Psychrophile : 0 to 15 °C
• Mesophile : 20 to 40 °C
• Thermophile : 45 to 80 °C
b) pH
pH optimum pertumbuhan bakteri : 6,5 – 7,5
Perubahan pH di dalam medium → ditambahkan larutan penyangga
(buffer  misal KH2PO4, K2HPO4).
c) Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya
cahaya merusak sel mikro organisme yang tidak berklorofil. Sinar
ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian.
Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar
sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan
tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia
tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies
dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora.
d) Gas Atmosfir
Gas-gas utama : Oksigen , Karbon dioksida, Nitrogen, Metan

Pembagian Mikroba berdasarkan kebutuhan O2 :


1. Aerobik (bakteri yang membutuhkan O2) mis : Mycobacterium
2. Anaerobik (bakteri tidak membutuhkan O2)
mis : Methanobacterium
3. Fakultatif (bakteri yang dapat tumbuh ada atau tanpa O2)
mis : E. coli ; S. cerevisiae.
4. Mikroaerofilik (bakteri yang tumbuh kalau ada sedikit O2,
1 – 15%).
mis : Campylobacter jejuni (bakteri penyebab diarrhea)
e) Tekanan Osmotik
• Halofilik :
- Membutuhkan konsentrasi garam tinggi
- Tahan thd kondisi hipertonik
 contoh : Halobacterium
• Halofilik Fakultatif
– Dapat bertahan pd kondisi garam berkonsentrasi tinggi,
namun tetap hidup pada kondisi garam rendah
– e.g Staphylococcus aureus
Metode Menghitung Pertumbuhan Bakteri
1. Penghitungan langsung
a. Metode Turbidimetri
b. Metode Total Count
c. Metode Berat Kering

2. Penghitungan tak langsung


Metode viable count/TPC
Metode Turbidimeter

– Jumlah sel dapat dihitung dengan cara mengetahui kekeruhan


atau turbiditas kultur.
– Semakin keruh, suatu kultur, semakin banyak jumlah selnya.
– Prinsip dasar : jika cahaya mengenai sel, maka sebagian
cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan.
– Jumlah cahaya yang diserap proporsional dengan jumlah sel
– Kelemahan : Tidak dapat membedakan antara sel hidup atau
sel mati
Metode Total/ Direct Count
 Memerlukan mikroskop dan wadah yang diketahui volumenya
 Jika setetes kultur dimasukkan kedalam wadah misalnya
haemositometer, maka jumlah sel dapat dihitung
 Kelemahan : tidak dapat membedakan sel hidup dan sel mati
dan tidak digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit
(kurang dari sel/ml)
• Haemositometer
Jumlah sel per ml = jumlah sel bakteri x faktor
pengenceran x volume haemositometer
Metode Berat Kering

o Kultur di saring atau disentrifugasi, bagian yang disaring atau


yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan.
o Tidak dapat membedakan sel hidup/ sel mati
o Pertumbuhan di ukur dengan satuan berat, sehingga dapat
diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan
senyawa yang diinginkan
Penghitungan Biomassa
Metode Viable Count
a)METODE TOTAL PLATE COUNT
o Kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan dan
diinokulasikan pada medium, sehingga diharapkan setiap sel
tumbuh menjadi satu koloni
o Terdiri atas metode “Pour plate” dan “Spread plate”
o Kelemahan : jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari
sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal lebih
dari 2 sel) dan tidak dapat diaplikasikan pada mikroba yang
tumbuh lambat
METODE TOTAL PLATE COUNT
Metode Total Plate Count

Jumlah Mikroba
»D = B x P
» D = jumlah mikroba (cfu/ml) B =
jumlah koloni mikroba
» P = Pengenceran

• Syarat : Jumlah koloni yang


dihitung antara 30-300
• Menggunakan colter counter
• Jumlah sel per ml = jumlah koloni x faktor pengenceran x
volume bahan
b. METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
 Suatu metode statistik untuk menghitung jumlah sel dari suatu
contoh.
 Dasarnya semakin besar jumlah sel, semakin banyak
pengenceran yang diperlukan untuk menurunkan densitas sampai
tidak lebih daripada 1 sel untuk setiap contohn yang diukur.
 Beberapa tabung dengan media digunakan untuk keperluan ini.
 Dihitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya pertumbuhan,
kemudian dicocokkan dengan tabel yang tersedia.
 MPN hanya menyatakan 95% kemungkinan bahwa populasi
terletak pada kisaran tertentu.
Contoh Perhitungan MPN

Anda mungkin juga menyukai