Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebelum melakukan pengamatan terhadap bakteri dan jamur di
laboratorium, telebih dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan
bakteri/jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami
atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh
manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media.
Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrisi yang
diisyaratkan oleh bakteri atau jamur dan juga macam lingkungan fisik yang
menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Mikroorganisme dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium.
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenisjenis mikroorganisme yang bersangkutan.
Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat
sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber
karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan
suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan
darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.
Dalam bidang mikrobiologi, dipelajari mengenai mikroba yang
meliputi bakteri, fungi atau mikroorganisme lainnya, baik dalam morfologi
dan penampakan koloninya. Karena itu, untuk melihat dengan jelas
penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu kita membuat biakan atau
piaraan organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus dalam keadaan
steril, artinya pada bahan dan peralatan yang ingin dipergunakan tidak
terdapat mikroba lain yang tidak diharapkan. Proses dari kegiatan steril
disebut sterilisasi.
Sementara itu, untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sudah
dibiakkan (murni) digunakan media. Media merupakan campuran dari
beberapa zat-zat makanan untuk pertumbuhan mikroba dan berfungsi sebagai
nutrisi bagi mikroba tersebut. Media dibedakan berdasarkan fase (sifat fisik
media), yaitu media padat, media setengah padat, media cair, dan berdasarkan
komposisinya, yaitu media sintesis, media semi sintesis, dan media non
sintesis. Dari media tersebut, maka kita dapat mengetahui sifat dan bentuk
(koloni) dari mikroba.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembenihan mikroorganisme
dengan menggunakan media agar yakni agar cawan dan agar miring. Selain
itu bakteri diberi perlakuan khusus untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
bakteri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri tersebut.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mampu melakukan kerja aseptis
2. Mampu mengisolasi, melakukan pembenihan dan sub kultur bakteri
dengan teknik/ metode cawan gores
3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.Inokulasi atau pembenihan mikroorganisme dimaksudkan untuk
menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang
murni. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama
ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Media untuk
membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Untuk mendapatkan
kultur bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umunya dilakukan dengan
biakan murni, biakan murni hanya mengandung satu jenis, untuk mengisolasi
biakan murni, umumnya digunakan 2 prosedur yaitu cawan dengan goresan dan
metode agar tuang.
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu
mengandung zat-zat makanan untuk bakteri. Berbagai resep ramuan untuk
membuat media telah dibuat untuk memungkinkan untuk tumbuhan jenis-jenis
tertentu. Medium pilihan dan diferensial bermanfaat untuk memisahkan berbagai
jenis.
Pembiakan adalah proses memperbanyak mikroorganisme melalui
penyedian lingkungan yang sesuai. Mikroorganisme yang sedang tumbuh
membuat reflika dirinya, membutuhkan adanya elemen, dalam komposisi kimia
mereka. Nutrisi harus menyediakan elemen ini dalam bentuk yang mudah di
metabolisme (Jewetc, etc. 2001), demikian pula dengan media sebagai tempat
perkembangn biakan bakteri, karena media merupakan salah satu bahan yang
terdiri dari nutrisi zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan bakteri.
Klasifikasi media berdasarkan fungsinya, yaitu (1) Enerched media, adalah
sejumlah media umum yang kemudian ditambahkan dengan darah, serum, ekstra
tumbuh-tumbuhan atau kaldu yang memacu pertumbuhan pathogen. (2) Media
selektif, yaitu media yang menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat
memacu pertumbuhan bakteri yang diinginkan. (3) Media diferensial yaitu media
yang ditambahkan zat-zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu organisme
membentuk perubahan tertentu, sehingga dapat membedakan tipe organisme.(4)
Media penguji, yaitu media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk
menguji antibiotic, asam amino, dan vitamin. (5) Media khusus yaitu media untuk
menentukan tipe pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuanya untuk
megadakan perubahan-perubahan tertentu. (6) Media untuk bakteri anaerob yaitu
beberapa bahan kimia dapat ditambahkan untuk menguji kandungan O 2 dengan
pengikatan kimiawi.
Syarat yang harus dipenuhi untuk media biakan adalah sebagai berikut :

a) Mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang


berkembang
b) Memiliki kelembaban optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme
c) Mengandung oksigen (kultur bakteri aerob) dan pH sesuai
d) Harus bebas dari mikroba lain dan steril
Ada tiga jenis media pengembang biakan berdasarkan konsentrasinya antara
lain:
a) Media padat, yaitu media berbentuk padat yang mengandung agar 11,5% misalnya nutrient agar
b) Media cair yaitu media yang berbentuk cair yang tidak mengandung agar,
misalnya nutrient broth
c) Media semi padat, yaitu media yang berbentuk padat pada suhu dingin,
dan berbentuk cair bila suhu panas, misalnya media SIM (media yang
digunakan untuk uji produksi sulfur, indiol, motilitas).
Berdasarkan komposisinya, media dibedakan menjadi 2, yaitu media
sintesis dan non-sintesis. Media sintesis adalah yang telah diketahui susunan
kiminya. Media non-sintesis adalah media yang belum diketahui susunan
kiminya.
Pelaksanaan pembiakan yaitu dengan pembelahan diri atau division.
Pembelahan diri dapat dibagi atas tiga fase, yaitu:
a. Fase pertama: dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak
lurus pada arah memanjang
b. Sekat tersebut di ikuti oleh suatu bidang melintang. Dinding melintang ini
tidak selalu merupakan penyekat yang sempurna; ditengah-tengah sering
ketinggalan suatu lubang kecil, diman kedua protoplasma kedua sel baru
masih tetap berhubung-hubungan. Hubungan protoplasma disebut
plasmodesmida.
c. Fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel. (Prof. DR. Dwidjoseputro.
1981)
Beberapa medium buatan manusia dapat berupa:
1. Medium yang cair
Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagi
berikut. 1 L air murni ditambahkan 3 gram kaldu lembu dan 5 gram
pepton. Medium ini kemudian di tentukan pHnya 6,8 sampai 7 jadi
sedikit asam atau netral, keadaan yang demikian tersebut sesuai bagi
kebanyakan bakteri

2. Medium yang kental (padat)


Suatu penemuaan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang sedikit
di campur dengan agar-agar. Setelah medium itu disterilkan, dan
kemudian medium itu dibiarkan mendingin, maka kita memperoleh
medium yang padat. Gelatin dapat juga dipakai sebagai bahan pengental
tetapi sejak lama orang lebih suka menggunakan agar-agar. (Prof. DR,
Dwidjoseputro.1981.hal.32-33)
3. Medium yang diperkaya
Serum atau darah yang dicampurkan kedalam medium yang sudah
disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan secara sterilisasi , maka
serum atau darah tersebut akan mengental, akibat pemanasan. Pada
medium Loeffer, serum dicampurkan kedalam dasar seringkali orang
menambahkan makanan sebelum disterilisasi. Seringkali orang
menambahkan susu-air tomat kepada dasar makanan untuk
menumbuhkan Loctobacillus dan beberapa spesies lainnya.
4. Medium kering
Untuk menyiapkan medium kering, cukup mengambil sekian gram
serbuk kering tersebut untuk dilarutkan sekian liter dan kemudian lautan
tersebut disterilkan. Penentuan pH tidak lagi, karena hal itu sudah
dilakukan terlebih dahulu pada pembuatan serbuk.
5. Medium sintetik
Medium sintetik berupa ramuan. Ramuan zat organik yang tertentu yang
mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri outotrof dapat hidup dalam
medium ini. Bakteri safprofit juga dapat hidup didalam medium ini
asalkan ditambahkan natriun-sitrat dan patrium. Amonium posfat yang
pertama merupakan sumber karbon, sedang yang kedua merupakan
sumber nitrogen. (Prof. DR, Dwidjoseputro.1981. hal.32-33).

BAB III
METODE
1. ALAT DAN BAHAN
Alat : Ose, lampu spiritus
Bahan : nutrient agar miring, nutrient agar cawan, kultur mikroba.
2. CARA KERJA
Buka tabung yang berisi kultur
yang akn dipindahkan, panasi
mulut tabung dengan lampu
spiritus

Panasi ose sampai merah

Masukkan ose steril ke dalam


biakan, ambil sedikit biakan

Buka tabung atau cawan berisi


media,panasi muilut tabung atau
tutup cawan petri dengan lampu
spritus

pindahkan biakan dari ose ke


dalam media

panasi kembali mulut tabung atau


tutup cawan petri, tutup
segera(tabung ditutup dengan kapas
berbalut kassa dan aluminium foil
steril), panasi kembali tutupnya.

Inkubasi Selama 24 Jam

Amati pertumbuhan
Mikroorganisme

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Proses pembiakan mikroba s.aureus

Proses wraping

Hasil pembiakan
Pembiakan pada media agar miring

Pembiakan pada media agar cawan penggoresan T

Pembiakan pada media agar cawan penggoresan sinambung

Hasil inkubasi selama 24 jam dan diberi perlakuan dengan UV selama 15


menit dan dimasukkan incubator 37C :
a. Pada agar miring, bakteri Staphylococcus aureus tidak berkembang
biak. Goresan bakteri pada agar miring tidak terlihat secara kasat
mata.
b. Pada goresan T, hasil goresan terlihat jelas. Bakteri dapat berkembang
biak
c. Pada goresan sinambung, bakteri juga dapat berkembang biak
8

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 PERTUMBUHAN BAKTERI
Untuk membiakkan Staphylococcus diperlukan suhu optimal antara
28-38 C, atau sekitar 350C. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang
penderita, suhu optimal yang diperlukan adalah 37 0C. pH optimal untuk
pertumbuhan Staphylococcus
aureus adalah
7,4.
Pada
umumnya
Staphylococcus dapat tumbuh pada medium-medium yang biasa dipakai di
laboratorium bakteriologi misalnya sebagai berikut :
1. Nutrient Agar Plate (NAP)
Medium tersebut penting untuk mengetahui adanya pembentukan
pigmen dan Staphylococcus aureus akan membentuk pigmen berwarna
kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, berdiameter 1-2 mm,
konveks dengan tepi rata,permukaan mengkilat dan konsistensinya lunak.
2. Blood Agar Plate (BAP)
Medium tersebut dipakai secara rutin. Koloninya akan tampak lebih
besar, dan pada galur yang ganas biasanya memberikan hemolisa yang jernih
disekitar koloni yang mirip dengan koloni Streptococcus -hemolyticus.
Pada umumnya untuk membiakkan Staphylococcus aureus, perlu
medium yang mengandung asam amino dan vitamin-vitamin, misalnya
threonine, asam nikotinat, dan biotin.
Hasil dari metode ini yang menggunakan bakteri Staphylococcus
aureus yang tumbuh pada permukaan medium agar miring secara spreading
atau menyebar. Warna dari koloni bakteri Staphylococcus aureus ialah
berwarna putih tulang dengan tepi koloni berbentuk bergelombang atau
undulate serta bentuk koloni yang irregular. Sedangkan penanaman inokulasi
bakteri ini pada cawan petri, ditunjukkan dengan adanya penampakan bakteri
di atas permukaan media, ini menunjukkan bahwa bakteri ini bersifat aerob,
bakteri ini menuju keatas untuk mendapartkan oksigen lebih banyak, warna
agar tetap putih dan terdapat lender berbentuk zig-zag.
0

Namun pada praktikum yang telah kami lakukan, bakteri tidak tumbuh
pada media agar miring. Kesalahan yang dilakukan ialah tidak memanfaatkan
permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga
pengenceran mikroorganisme menjadi kurang dan menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan.
4.2.2

PRINSIP KERJA ISOLASI BAKTERI

Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan


menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang
dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari

bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian


mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia
tanah, air, makanan dan udara.
Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang
digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah
berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga
dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang
didapat seharusnya merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di
kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang
diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atas streak yang dibuat
dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui
adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan
dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja.
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macammacam metode. Isolasi tersebut antara lain:
1.

2.

3.

4.
5.

4.2.3

isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan


bahan yang mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup
dengan menggunakan mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah
obyektif mikroskop.
isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser
atau menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung
mikroorganisme dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig
zag yang dimulai dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung.
3.
isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan
bahan yang mengandung mikroorganisme pada permukaan atas
tabung.
isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil
sedikit sampel
campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut
kemudian disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin
encer.
ILUSTRASI CARA PENGGORESAN INOKULUM BAKTERI

10

Metode Gores (Streak Plate Method) pada Media Agar Datar :


a) Media dalam tabung reaksi diletakkan pada telapak tangan kiri.
b) Dipanaskan jarum ose pada nyala api lampu spiritus hingga membara
c) Dibuka sumbat kapas pada biakan induk dengan jari manis dan
kelingking.
d) Disumbat kapas pada biakan induk ditutup
e) Dipanaskan pinggiran cawan petri untuk proses sterilisasi cawan petri
f) Dibuka sedikit tutup cawan petri dengan tetap melakukannya di dekat api
bunsen.
g) Digeserkan
ujung
jarum
ose
yang
sudah
mengandung
mikroorganismedengan hati-hati di atas permukaan agar, dimulai dari
atas permukaan secara zig-zag menuju ke bagian bawah (goresan T dan
kuadran).
h) Ditutup secepatnya pada media cawan petri yang telah
diinokulasi.dipanaskan ujung jarum ose kembali sampai membara untuk
memusnahkan mikroorganisme yang masih menempel.
i) Disimpan biakan yang baru diinokulasi dalam inkubator
j) Diamati,digambar dan diberi keterangan pertumbuhan koloni bakteri.

11

A. Pembuatan Goresan T
Cara kerja :
Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan
streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar
untuk memperoleh goresan yang sempurna
Lakukan hal yang sama pada daerah 3
B. Pembuatan Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda
yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih
mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya
dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah
semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.
Goresan Kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan
agar dibagi menjadi 4.
C. Pembuatan Goresan Radian
a. Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
b. Pijarkan sengkelit dan dinginkan kembali.
c. Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus di atas goresan
sebelumnya.
d. Pijarkan ose.

12

D. Pembuatan Goresan sinambung

Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan


lempengan agar.

Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180o, gunakan sisi mata ose
yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.
4.2.4

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


BAKTERI CAWAN GORES

METODE

ISOLASI

Metode cawan gores ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut
ekonomi dan waktu, karena metode ini praktis, hemat biaya dan waktu tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri
dengan jarum pindah (lup inokulasi).
Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah
sehingga dapat tumbuh menjadi. Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah
yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masingmasing laboratorium tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan. Kesalahan-kesalahan
yang umum dilakukan dalam metode ini antara lain :
(1) tidak memanfaatkan permukaan medium untuk digores sehingga
pengenceran kurang optimal,
(2) penggunaan inokulum yang terlalau banyak sehingga menyulitkan
pemisahan sel waktu digores.
4.2.5

ALASAN DIBUAT AGAR MIRING UNTUK MEMBUAT STOK


KULTUR
Media agar miring merupakan media agar padat dalam tabung reaksi
yang diletakkan miring sehingga mempunyai permukaan media yang lebih
bagus daripada permukaan agar tegak, digunakan untuk menumbuhkan dan
menyimpan biakan murni sebagai stock biakan murni (stock pure culture).
Keuntungan media agar miring ini adalah luas permukaan yang kecil
sehingga peluang kontaminasi rendah dan dapat memperluas bidang untuk
digunakan strain murni (indukan murni). Sedangkan kerugiannya hanya
memuat sedikit mikroorganisme.
4.2.6 FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN BAKTERI
Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada
faktor lingkungan. Faktor lingkungan itu meliputi faktor abiotik dan faktor

13

biotik. Faktor abiotik adalah faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmose dan
lain-lain. Sedangkan faktor biotik adalah dari mikroorganisme itu sendiri.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
adalah penyediaaan nutrien yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri, faktor
fisika, dan faktor kimia. Meskipun medium yang digunakan sangat beragam,
tetapi sebagai makhluk hidup bakteri mempunyai kebutuhan dasar yang sama,
yaitu meliputi air, karbon, dan mineral.Kemampuan mikroorganisme untuk
tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
sangat penting di dalam mengendalikan mikroba. Ada 2 macam faktor
lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba/bakteri yaitu:
A. FAKTOR ABIOTIK
Berikut ini faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba/bakteri :
1. Air
Air merupakan kompunen utanma dalam sel mikroba dan medium.
Fungsi air ialah sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada
respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut
dalam proses metabolise.
2. Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya.Unsur-unsur
dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Kekurangan sumbersumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
3. Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi
dan pertumbuhan mikroorganisme. Setiap bakteri memilik daya tahan
terhadap suhu yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan
pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya
maka pertumbuhan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung
paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi).
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi.

14

Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba


digolongkan menjadi :
Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu
Kelompok

Suhu Minimum

Suhu Optimum Suhu Maksimum

Psikrofil

- 15 C.

10 C.

20 C.

Psikrotrof

- 1 C.

25 C.

35 C.

Mesofil

5 10 C.

30 37 C.

40 C.

Thermofil

40 C.

45 55 C.

60 80 C.

Thermotrof

15 C.

42 46 C.

50 C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi


tiga macam, yaitu :
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan
pada suhu 60C selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100C selama 10
menit untuk mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60C selama 1020 menit tapi kurang dari 100C selama 10 menit untuk mematikan
sel.
4. Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri
hanya dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan.
Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang
lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering.
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering
untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia,
arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan menyebabkan
kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya
dengan naiknya kadar zat terlarut.
5. Keasaman atau Kebasaan (pH)
15

Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan


memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Bakteri memiliki jarak pH
yang sempit yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral. Adapula
bakteri yang dapat hidup dibawah pH 4, tetapi ada juga bakteri yang
dapat hidup pada pH alkalis.
Oleh karena itu bakteri termasuk makhluk hidup dimana proses
biokimiawi, misalnya proses metabolisme, memerlukan peranan enzim
maka, masing-masing bakteri juga memiliki pH optimal untuk
pertumbuhannya.
6. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam
kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini
digolongkan menjadi :
a. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
b. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
c. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen
bebas.
d. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah
kecil.
7. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika
tekanan osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan
mengalami plasmolisis. Plasmolisis yaitu keluarnya cairan dari sel
bakteri melalui membrane sitoplasma.
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan
rusaknya sel. Oleh karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai,
walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan
osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
8. Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas
zat-zat yang keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau.
Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel
tertentu sehingga fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu
enzim.
Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan
diri pada beberapa enzim. Sehigga fungsi enzim terganggu. Memblokir
beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic
acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat

16

dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat


koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:

Logam-logam berat

Klor dan senyawa klor

Fenol dan senyawa-senyawa sejenis

Zulfonomida

Alkohol

Detergen

Aldehit

Zat pewarna

Yodium

Peroksida
B. FAKTOR BIOTIK
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan
murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar
jasad dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang
lain saling berinteraksi.
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua
macam, yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif
menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek
sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis
meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga
kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan
dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba
yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk
metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi.
Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah,
dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.
2. Interaksi antar berbagai macam mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul
berbagai macam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh
positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba
yang satu dengan yang lain. Nama masing-masing interaksi adalah
sebagai berikut:
a. Netralisme

17

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling


mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang
sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikro habitat, serta
populasi yang keluar dari habitat alamiahnya.
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu
populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh.
c. Sinergisme
Asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bila mengadakan
kegiatan tidak saling menganggu, akan tetapi kegiatan masingmasing justru merupakan urut-urutan yang saling menguntungkan.
Misalnya, ragi untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies
Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan Acetobacter.
Masing-masing spesies mempunyai kegiatan-kegiatan sendiri,
sehingga amilum berubah menjadi gula, dan gula menjadi
bermacam-macam asam organik, alkohol, dan Iain-Iain. Asosiasi
komensalisme dan sinergisme tidak ada perbedaan yang tegas.
d. Mutualisme
Hubungan hidup antara dua populasi mikroba yang keduanya
saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme
sering disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik
(khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip.
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya
mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel
hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi
mikroba yang menggunakan nutrient (makanan) yang sama atau
dalam keadaan nutrien terbatas.
f. Amensalisme
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan
salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak
terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi
diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan
senyawa asam, toksin, atau antibiotika.

18

g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan
(parasit) dan populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya
parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik.
Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya
parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta
waktu kontak yang relatif lama.
h. Predasi
Hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut predatorisme.
Amoeba merupakan pemangsa (predator), sedangkan bakteri
merupakan mangsa. Kematian mangsa berarti kehidupan pemangsa
Berbeda dengan parasitisme adalah dalam hal ukuran besar kecilnya
saja; parasit lebih kecil daripada hospes, sedangkan predator lebih
besar daripada organisme yang dimangsa. Seperti parasit, tidak dapat
hidup tanpa hospes, maka predator pun tidak dapat hidup tanpa
mangsa.
4.2.7

PENGARUH SUHU DAN UV TERHADAP PERTUMBUHAN


BAKTERI

Faktor temperatur atau suhu merupakan faktor lingkungan terpenting


yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim
yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur.
Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki
mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil,
mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil.
Mengenal pengaruh temperatur terhadap kegiatan fisiologi maka seperti
halnya dengan makhluk-makhluk lain, mikroorganisme pun dapat bertahan di
dalam suatu batasan temperatur tertentu. Berdasarkan itu ada tiga golongan
bakteri, yaitu

Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik


sekali pada temperature setinggi 55oC 65oC , meskipun bakteri ini jua
dapat berkembangbiak pada temperatur lebih rendah ataupun lebih tinggi,
yaitu dengan batas 40oC 80oC.

Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5 oC


dan 60oC, sedang temperatur optimalnya adalah antara 25oC 40oC.

Bakteri psikofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0 oC


30oC, sedang temperatur optimumnya antara 10oC 20oC.

19

Sinar ultra violet (UV) diketahui merupakan salah satu sinar dengan daya
radiasi yang dapat bersifat letal bagi mikroorganisme. Sinar UV mempunyai
panjang gelombang mulai 4 nm hingga 400 nm dengan efisiensi tertinggi
untuk pengendalian mikroorganisme adalah pada 365 nm. Karena mempunyai
efek letal terhadal sel-sel mikroorganisme, maka radiasi UV sering digunakan
di tempat-tempat yang menuntut kondisi aseptik seperti laboratorium, ruang
operasi rumah sakit dan ruang produksi industri makanan dan minuman, serta
farmasi.
Salah satu sifat sinar ultra violet adalah daya penetrasi yang sangat
rendah. Selapis kaca tipis pun sudah mampu menahan sebagian besar sinar
UV. Oleh karena itu, sinar UV hanya dapat efektif untuk mengendalikan
mikroorganisme pada permukaan yang terpapar langsung oleh sinar UV, atau
mikroba berada di dekat permukaan medium yang transparan. Absorbsi
maksimal sinar UV di dalam sel terjadi pada asam nukleat, maka diperkirakan
mekanisme utama perusakan sel oleh sinar UV pada ribosom, sehingga
mengakibatkan terjadinya mutasi atau kematian sel. Mutasi adalah suatu
perubahan pada rangkaian nukleotida dari suatu asam nukleat. Mutasi dapat
berakibat pada kesalahan menyandi protein dan keadaan ini jika tidak bersifat
letal, biasanya menimbulkan penampakan fenotip yang berbeda dari keadaan
normalnya. Karena merupakan perubahan pada materi genetik, maka mutasi
diwariskan pada keturunannya.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pembenihan mikroba dengan metode cawan gores adalah berupa
kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung goresan sehingga dapat
diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel).
Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi.
Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat
digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja.

20

Agar miring digunakan untuk membuat stok kultur karena luas permukaan
yang kecil sehingga peluang kontaminasi rendah dan dapat memperluas
bidang untuk digunakan strain murni (indukan murni)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri meliputi
faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik adalah faktor luar seperti
suhu, pH, tekanan osmose dan lain-lain. Sedangkan faktor biotik adalah
dari mikroorganisme itu sendiri.
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena enzim yang
menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Dan sinar UV
hanya dapat efektif untuk mengendalikan mikroorganisme pada
permukaan yang terpapar langsung oleh sinar UV, atau mikroba berada di
dekat permukaan medium yang transparan.
5.2 Saran
Faktor lingkungan seperti PH, suhu, dan pendinginan pada saat melakukan
pembenihan mikroorganisme harus dikendalikan agar bakteri dapat tumbuh
dengan baik. Selain itu, sebaiknya lakukan penggoreskan bakteri pada
permukaan medium dengan sebaik-baiknya dan tidak menggunakan inokulum
terlalu banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Alimuddin.2005. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Makassar: State University of


Makassar Press.
Anonim1. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Dwidjoseputro, D.2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta

21

Hadioetomo, Ratna Siri.1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek..Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama
Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga
Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. II, hal. 103-106 /HUMASBPPT/ANY
Schlegel, Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma
Jaya. Yogyakarta.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma
Jaya: Yogyakarta.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang

22

Anda mungkin juga menyukai