I. PENDAHULUAN
sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba. Berdasarkan sifat fisik media dapat
dibedakan atas 3 yaitu: 1). Media padat, media padat adalah media yang memiliki
komposisi agarnya 15%, 2). Media semi padat, media yang mengandung agar
kurang dari yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi
kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair, 3). Media cair, media cair adalah media
pertumbuhan mikroorganisme yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroalga. Macam media dan cara pembuatannya
1). Nutrien agar (NA), NA adalah media yang terbuat dari bahan: beef extrak
sebanyak 3g, peptone 5 g, agar 15 g dan aquades sebanyak 1000ml, cara
pembuatannya adalah: 1. Timbang beef, agar dan pepone sesuai dengan yang
dibbutuhkan menggunakan neraca analitik, 2. Larutkan ekstrak beef dan peptone ke
dalam 500ml aquades, 3. Larutkan larutkan agar ke dalam 500ml aquades sambil
terus diaduk dan dipanaskan di atas kompor atau hot plate, 4. Tuang larutan ekstrak
beef dan peptone je dalam larutan agar sambil diaduk sampai homogen, 5. Ukur pH
menggunakan pH meter atau kertas pH, jika larutan belum netral bisa ditambahkan
dengan HCL atau NaOH, 6. Masukan media ke dalam erlenmeyer dan
sterilisasikan menggunakan autoklaf, apabila sudah sterilisasi dinginkan media lalu
tuang secara aseptis dalam laminar air flow untuk membuat media tegak atau
miring. 2). Potato dextrose agar (PDA), media PDA adalah medium yang memilki
pH 4.5 sampai 5.5 sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7.0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25–30 °C. bahan pembuatan media ini meliputi kentang 200 gram, dektrosa
20 gram, agar 17 gram dan aquades sebanyak 1000ml. Cara pembuatan medium ini
adalah: 1. Kupas dan iris kentang, lalu cuci bersih, 2. timbang kentang yang sudah
bersih seberat 200 gr 3. Rebus kentang dengan aquades selam 1-2 jam, 4. Saring
kentang yang sudah di rebus dengan penyaring teh ke dalam gelas beaker, 5.
Larutkan agar dan dektrosa dalam 500 ml aquades homogenkan serta didihkan di
atas hot plate, 6. Gabungkan larutan agar dan destrosa dengan ekstrak kentang dan
aduk hingga homogen 7. Masukan larutan ke dalam erlenmeyer lalu tutup
menggunakan kapas, alumuniumfoil dan plastic wrapping 8. Sterilkan media ke
dalam autoklaf. 3). Nutrien broth (NB), Nutrien broth adalah medium yang
3
mata telanjang untuk atau colony counter; b). Jumlah koloni kemudian dicatat dan
Jumlah koloni 1
dihitung menggunakkan rumus CFU = × F.Pengeceran sementara
F.Pengeceran
media dimasukkan kembali ke dalam enkas; c). Pada pengamatan hari kelima,
Media di keluarkan dari enkas dan diamati kembali jumlah koloni menggunakan
mata telanjang untuk atau colony counter; Jumlah koloni yang didapatkan
kemudian dicatat dan dihitung kembali dengan menggunakan rumus CFU =
Jumlah koloni 1
× ; d). Cawan petri kemudian dibuka dan diamati
F.Pengeceran F.Pengeceran
pertumbuhan jamur yang ada pada media; e). Jamur yang tumbuh kemudian diukur
dan dicatat (Atun, 2014).
9
5. Membuka cawan petri dari kertas kemudian di panaskan pinggiran cara petri
menggunakan api Bunsen
6. Setelah itu mengambil 1 ml sampel dari pengenceran 10-3 ke cawan petri
lalu di miringkan agar tersebar diseluruh permukaan cawan.
7. Membuka penutup rrlenmeyer yang berisikan media PDA lalu memanaskan
mulut erlenmeyer menggunakan api bunsen kemudian menuangkan PDA
kedalam cawan petri yang berisi sampel. Menutup kembali media PDA agar
tidak terkontaminasi.
8. Memanaskan kembali pinggiran cawan petri lalu ditutup dan dilapisi plastik
wrapping hingga tertutup rapat.
9. Melakukan perlakuan atau cara kerja yang sama dengan sampel 10-3 dan 10-
4
pada ketiga sampel produk.
4.2. Pembahasan
4.2.2.Teknik Pengenceran
Pengenceran dilakukan dengan perbandingan sampel dan aquades 1/9, sampel
1gr atau ml dan aquades 9 ml. pengenceran dilakuan untuk 3 sampel yaitu terasi,
14
kimchi, dan kecap. Setiap sampel metode pengencerannya sama yaitu pengenceran
4 kali dari 10-1 sampai 10-4 .
Terasi ditimbang sampai 1 gram lalu dihancurkan menggunakan
mortar dan penumbuk setelah terasi hancur lalu dimasukan
kedalam tabung reaksi pengenceran 10-1 lalu dihomogenkan
menggunakan vortex mixer sampai homogen, setelah homogen
homogen ambil 1 ml lagi dan masukan ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-3
homogenkan dengan vortex, setelah homogen ambil 1 ml dan masukan ke dalam
tabung reaksi pengenceran 10-4 lalu homogenkan menggunakan vortex,
pengenceran kecap siap digunakan untuk pembuatan media tanam.
Gambar 5. Isolasi bertujuan untuk memperoleh kultur mikroba yang tidak lagi
Terasi
Dokumen pribadi bercampur dengan mikroba lain yang disebut kultur murni.
Isolasi pada mikroorganisme biasanya dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh mikroba yang berasal dari luar atau bisa juga di gunakan sebagai
metode untuk mengidentifikasi mikroba yaitu untuk mengetahui sifat
morfologinya, biokimia, dan molekul dari bakteri.
Isolasi medium dilakukan didalam cawan perti menggunakan
hasil pengenceran 10-3 dan 10-4 dari 3 sampel terasi, kecap dan
komchi. Cara pembuatan media tanam meliputi: a). Masukan
kedua tangan ke dalam engkas dari 2 sisi yang berbeda; b).
Gambar 6. Isolasi Sterilkan cawan perti menggunakn api bunsen lalu masukan
Kimchi
Dokumen pribadi hasil pengenceran sebanyak 1 ml dan ratakan sampai merata di
cawan; b). Buka tutup erlemeyer yang berisi PDA lalu sterilkan mulut erlemeyer
secara merata menggunakan api Bunsen lalu tuangkan ke dalam cawan petri yang
berisi 1 ml hasil pengenceran sampai lantai petri tertutup dengan PDA lalu sterilkan
lagi mulu dan penutup erlenmeyer dan tutup rapat Erlenmeyer; c). Homogenkan
campuran PDA dengan hasil pengenceran dengan cara memiringkan cawan petri
dengan merata; d). Lalu bungkus pinggiran cawan perti dengan tutupnya
menggunakan plastik wrapping dengan rapat dan kuat; e). simpan media sampai
pada saat perhitungan. Lakukan sampai setiap hasil pengenceran 10 -3 dan 10-4 dari
3 sampel terambil semua.
16
Gambar 7. Isolasi Oleh karena itu sebelum memasukan tangan ke dalam engka
Kecap
Dokumen pribadi dilakukan sterilisasi tangan dengan cara menyemprotkan
alkohol 70% ke telapak tangan. Alasan menggunakan alkohol 70% adalah karena
alkohol 70% masuk ke dinding bakteri lebih lambat dibandingkan alkohol 100%
atau 90% dengan kadar alkohol pembunuh bakteri yang cukup sehingga punya
banyak waktu merusak dinding bakteri sehingga bakteri dapat mati. Jika
menggunakan 10%, 20% atau kurang dari alkohol 70% maka kadar alkohol tidak
akan cukup untuk membunuh bakteri sehingga sterilisasi tidak mematikan bakteri
atau mikroba lain. Pada 3 sampel yang kami gunakan memiliki mikroorganisme
yang berupa 2 bakteri dan 1 jamur yaitu bakteri Genus bacillus yang terdapat pada
terasi, Lactobacillus terdapat pada kimchi dan jamur Aspergillus yang terdapat pada
kecap.
enkas; c). Pada pengamatan hari kelima, Media di keluarkan dari enkas dan diamati
kembali jumlah mikroorganisme menggunakan mata telanjang atau colony counter;
d). Jumlah koloni yang didapatkan kemudian dicatat dan dihitung kembali dengan
Jumlah koloni 1
menggunakan rumus CFU = × F.Pengeceran; e). Cawan petri kemudian
F.Pengeceran
dibuka dan diamati pertumbuhan jamur yang ada pada media; f). Jamur yang
tumbuh kemudian diukur dan dicatat ke dalam lembar kerja.
17
Gambar 8. Terasi 10-3 Gambar 9. Terasi 10-4 media hasil pengenceran 10-4, jumlah koloni
Dokumen pribadi Dokumen pribadi
CFU 1,66 x 106 Cfu/Ml untuk pengeceran
10-3 dan 6,2 x 106 Cfu/Ml untuk pengeceran 10-4. Pada hari kelima didapatkan hasil
perhitungan mikroorganisme sebanyak 170 dari media hasil pengenceran 10-3 dan
75 dari media hasil pengenceran 10-4, dengan jumblah koloni CFU 1,7 x106 serta
panjang jamur 0,6 cm untuk pengeceran 10-3 dan 7,5 x106 serta panjang jamur 5,6
cm untuk pengeceran 10-4.
Pada hari ketiga Kimchi memiliki jumlah
bakteri sebanyak 98 dari media hasil
pengenceran 10-3 dan 107 untuk
pengenceran 10-4, untuk jumblah koloni
Gambar 10. Kimchi 10-3 Gambar 11. Kimchi 10-4 CFU 9,8 x 105 Cfu/Ml untuk pengeceran
Dokumen pribadi Dokumen pribadi
10-3 dan 1,07 x 107 Cfu/Ml untuk
pengeceran 10-4. Pada hari ke lima didapatkan hasil perhitungan mikroorganisme
Kimchi memiliki jumlah bakteri sebanyak 96 dari media hasil pengenceran 10-3 dan
24 dari media hasil pengenceran 10-4, jumblah koloni CFU 9,6 x105 serta panjang
jamur 3,3 cm untuk pengeceran 10-3 dan 2,4 x106 serta panjang jamur 0,5 cm untuk
pengeceran 10-4
Kecap memiliki jumlah bakteri 42 dari
media hasil pengenceran 10-3 dan 317 dari
media hasil pengenceran 10-4, jumblah
koloni CFU 4,2 x 105 Cfu/Ml untuk
Gambar 12. Kecap 10-3 Gambar 13. Kecap 10-4 pengeceran 10-3 dan 3,17 x 107 Cfu/Ml
Dokumen pribadi Dokumen pribadi
untuk pengeceran 10-4. Pada hari kelima
didapatkan hasil perhitungan mikroorganisme Kecap memiliki jumlah bakteri 99
dari media hasil pengencran 10-3 dan 197 dari media hasil pengenceran 10-4, dengan
jumblah koloni CFU 9,9 x105 serta panjang jamur 1,8 cm untuk pengeceran 10-3
18
dan 1,97 x107 serta panjang jamur 2,7 cm untuk pengeceran 10-4.
Pengamatan Produk Hari Ke 3
• Produk Terasi
CFU : Jumlah koloni x 1 CFU : Jumlah koloni x 1 1
1FFFFF. Pengenceran F. Pengenceran F F. Pengenceran F. Pengenceran
: 166 x 1 1 : 62 x 1 1
10-3 10-1 10-4 10-1
: 1,66 x 106 Cfu/Ml : 6,2 x 106 Cfu/Ml
• Produk Kimchi
CFU : Jumlah koloni x 1 CFU : Jumlah koloni x 1 1
1FFFFF. Pengenceran F. Pengenceran F F. Pengenceran F. Pengenceran
: 98 x 1 1 : 107 x 1 1
10-3 10-1 10-4 10-1
Pada hasil perhitungan dari kimchi dan kecap tidak dapat memenuhi tujuan
dari pengenceran yaitu mengurangin jumblah mikroorganisme. Hasil perhitungan
kimchi dari pengenceran 10-4 lebih banyak dari pengencaran 10-3, hal ini juga terjadi
pada kecap. berarti bahwa pengenceran yang dilakukan malah menambah jumlah
mikroba dan dapat dikatakan gagal. Mikroba dalam pengenceran 10-4 lebih banyak
dari 10-³ padahal tujuan pengenceran adalah mengurangi jumlah mikroba beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya : a). terjadi kontaminasi pada saat
pembuatan media taman dengan menggunakan engkas yang tidak memiliki penutup
di atasnya sehingga udara dapat masuk dengan leluasa; b). Menggunakan pipet tetes
padahal seharusnya menggunakan mikropipet agar pengenceran yang di ambil tidak
lebih dan tidak kurang dari 1 ml, karena jika menggunakan pipet tetes cairan yang
diambil tidak akurat; c). Pada saat membuat media, banyak orang yang berkumpuk
di sekitar enkas sehingga banyak mikroba yang dapat masuk untuk
mengkontaminasi media tanam. Untuk terasi memenuhi tujuan pengenceran yaitu
mengurangi jumblah mikroba alasan kenapa terasi memenuhi tujuan pengenceran
adalah karena sampel terasi lebih awal dilakukan pembuatan media dibandingkan
dengan kimchi dan kecap sehingga saat pembuatan media tanam dari terasi udara
dan benda-benda disekitar masih starilisasi yang kemudia akan mengurangi resiko
terkontaminasi.
20
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Teknik Pembuatan Medium memerlukan sterilisasi yang cukup agar tidak
terjadi kontaminasi saat pengembang biakan mikroorganisme, medium yang
digunakan pada saat praktukum adalah PDA yang terbuat dari agar, dekstrosa dan
ekstra kentang, PDA merupakan media yang sering digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan kapang. Setelah PDA jadi kita
harus mensterilkannya di autoklaf agar tidak ada mikroorganisme yang ada di
Erlenmeyer ataupun PDA yang dapat mengganggu proses pertumbuhan
mikroorganisme yang akan dihitung.
Isolasi pengenceran bertujuan untuk mengurangi mikroba yang ada pada
sampel. Pengenceran dilakukan dengan perbandingan sampel dan aquades 1/9,
sampel 1gr atau ml dan aquades 9 ml. pengenceran dilakuan untuk 3 sampel yaitu
terasi, kimchi, dan kecap. Setiap sampel metode pengencerannya sama,
perbedaannya hanya di dalam cair dan padat, untuk sampel padat ditimbang sampai
1 gr lalu dihancuekan baru dilakukan pengenceran, sedangkan sampel cair langsung
di ambil 1 ml lalu dilalukan proses pengenceran. Pengenceran yang dilakukan
menggunakan 4 kali pengenceran yaitu dari 10-1 sampai 10-4.
Metode perhitungan mikroorganisme TPC adalah perhitungan jumblah
bakteri yang tumbuh pada media tanam lalu jumlah koloni bakteri yang dihitung
Jumlah koloni
pada cawan petri kemudian hitung menggunakan rumus CFU = ×
F.Pengeceran
1
F.Pengeceran
5.2. Saran
Saran saya untuk kedepannya kegiatan praktikum harus lebih mengarah
mahasiswa untuk aktif dalam pelaksanaan dan disiplin dalam meneliti atau
mengenal alat mikroorganisme.
21
DAFTAR PUSTAKA
Atun, S. (2014). Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan
alam. Jurnal konservasi cagar budaya borobudur, 8(2), 53-61.
Christanti, A. D. (2006). Isolasi dan karakterisasi bakteri halotoleran pada terasi.
Dwijoseputro,D. 2016. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fitri, L., & Yasmin, Y. (2011). Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri
kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 3(2), 20-25.
Komarawidjaja, W. (2011). Karakteristik dan Keragaman Mikroba Unit Pengolah
Limbah Cair Tekstil. Jurnal Teknologi Lingkungan, 8(2).
Meryandini, A., Widosari, W., Maranatha, B., Sunarti, T. C., Rachmania, N., &
Satria, H. (2010). Isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi
enzimnya. Makara Journal of Science.
Nasution, N. (2007). Pemeriksaan Cemaran Mikroba pada Kecap Kedelai yang
Dipasarkan di Kota Medan (Doctoral dissertation, Universitas Medan
Area).
Puspitasari, F. D., Shovitri, M., & Kuswytasari, N. D. (2012). Isolasi dan
karakterisasi bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. Jurnal Sains
dan Seni ITS, 1(1), E1-E4.
Ulinnuha, M., Kalsum, U., & Wadjdi, M. F. (2020). Pengaruh Penambahan Dosis
Multi Enzim pada Proses Enkapsulasi Probiotik Lactobacillus
fermentum terhadap Kandungan Bahan Organik dan Jumlah
Mikroba. Dinamika Rekasatwa, 3(02).
Zein, A., Nurhayati, D., Rahmatia, F., Cahyati, T. N., Hidayatullah, D., Afrilasari,
W., & Christyaningsih, N. PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN
METODE HITUNGAN CAWAN. LAPORAN PRAKTIKUM, 53.