Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS EKONOMI ATAU PENDAPATAN, KONSUMSI, STATUS GIZI, DAN


KUALITAS SDM DI KABUPATEN SLEMAN

Dosen Pengampu : Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si

Disusun oleh :

Jihannira Natasya Kirani

(P17110223077)

2B/25

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI D-III GIZI

JURUSAN GIZI

TAHUN AJARAN 2023-2024


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
2.1 Pendapatan Per Kapita Daerah Istimewa Yogyakarta ..................................................... 7
2.2 Konsumsi Energi dan Zat Gizi Kabupaten Sleman ......................................................... 10
2.3 Status Gizi Kabupaten Sleman .......................................................................................... 11
2.4 Analisis Kualitas SDM di Kab. Sleman………………………………………………….
Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesenjangan pendapatan dan masalah gizi merupakan dua isu yang sering kali
terkait erat dalam konteks pembangunan sosial dan ekonomi suatu daerah. Kesenjangan
pendapatan mencerminkan ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan di suatu
masyarakat, sementara masalah gizi mengacu pada kecukupan dan kualitas zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu dan kelompok dalam masyarakat. Kedua isu ini memiliki dampak
yang signifikan pada kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat. Makalah ini akan
mengeksplorasi "Pengaruh Kesenjangan Pendapatan terhadap Kualitas Gizi Masyarakat di
Kabupaten Sleman."
Kabupaten Sleman, yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
merupakan salah satu daerah yang mencerminkan ragam karakteristik ekonomi dan sosial
yang sering terlihat di banyak wilayah di Indonesia. Seperti halnya di banyak daerah lain
di negara ini, Kabupaten Sleman juga menghadapi tantangan terkait ketidaksetaraan
pendapatan dan masalah gizi yang kompleks. Di satu sisi, terdapat penduduk yang memiliki
akses yang cukup baik terhadap sumber daya ekonomi dan layanan, sementara di sisi lain,
ada kelompok yang hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih rentan dan mungkin
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kesenjangan pendapatan adalah fenomena yang biasanya menggambarkan
perbedaan dalam tingkat pendapatan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hal
ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perbedaan dalam akses terhadap
peluang pendidikan dan pekerjaan, serta distribusi sumber daya ekonomi yang tidak merata.
Kabupaten Sleman bukanlah pengecualian dari masalah ini.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di beberapa sektor seperti konstruksi, real estate,
dan pariwisata di Kabupaten Sleman telah menciptakan peluang bagi sebagian
penduduknya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Namun, terdapat juga sejumlah
penduduk yang tetap terjebak dalam kemiskinan atau rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Kesenjangan pendapatan yang ada dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas
hidup mereka.
Masalah gizi adalah isu serius yang perlu diperhatikan dalam konteks kesejahteraan
masyarakat. Kualitas gizi yang buruk dapat mengarah pada masalah kesehatan yang serius,
terutama di antara anak-anak dan wanita hamil. Kabupaten Sleman, seperti banyak wilayah
di Indonesia, memiliki tantangan dalam memastikan bahwa semua penduduknya memiliki
akses terhadap makanan yang cukup bergizi.
Kualitas gizi yang buruk dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk
kurangnya akses terhadap makanan bergizi, kurangnya pengetahuan tentang diet yang
seimbang, serta ketidakmampuan untuk membeli makanan yang sehat akibat keterbatasan
ekonomi.
Sumber daya manusia atau SDM merupakan satu-satunya sumber daya yang
memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan dan karya (rasio,
rasa dan karsa). Tanpa adanya unsur manusia dalam perusahaan, tidak mungkin perusahaan
tersebut dapat bergerak dan berjalan menuju yang diinginkan. SDM perlu dikelola secara
baik dan professional agar dapat tercipta keseimbangan antara kebutuhan SDM dengan
tuntutan serta kemajuan bisnis perusahaan.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan ini, diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pemerintah, peneliti, dan
pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mereka untuk mengurangi kesenjangan
pendapatan dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat di Kabupaten Sleman. Kesimpulan
yang dihasilkan dari penelitian ini dapat memberikan dasar untuk pengembangan kebijakan
yang lebih efektif dan intervensi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan
penduduk setempat.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana tingkat kesenjangan pendapatan di Kabupaten Sleman memengaruhi akses
terhadap makanan berkualitas dan kualitas gizi masyarakat di wilayah tersebut?
2. Bagaimana analisis kualitas SDM di Kabupaten Sleman

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah berjudul " Analisis Ekonomi Atau Pendapatan, Konsumsi, Status
Gizi, dan Kualitas SDM di Kabupaten Sleman" adalah:

1. Menganalisis Hubungan Kesenjangan Pendapatan dan Kualitas Gizi:


• Untuk memahami bagaimana tingkat kesenjangan pendapatan di Kabupaten Sleman
berpengaruh terhadap kualitas gizi masyarakat, termasuk akses terhadap makanan
berkualitas dan status gizi individu dan kelompok.
2. Mengidentifikasi Faktor-faktor Penyebab Perbedaan dalam Status Gizi:
• Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjelaskan perbedaan dalam status
gizi antara kelompok penduduk dengan pendapatan yang tinggi dan rendah di
Kabupaten Sleman.
3. Memberikan Wawasan untuk Kebijakan dan Intervensi yang Lebih Baik:
• Untuk memberikan wawasan yang berharga kepada pemerintah daerah, peneliti, dan
pemangku kepentingan lainnya dalam merancang kebijakan dan program intervensi
yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat serta mengurangi
kesenjangan pendapatan.
4. Mendorong Kesadaran tentang Isu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan:
• Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya isu kesejahteraan sosial
dan kesehatan, termasuk bagaimana kesenjangan pendapatan dapat memengaruhi
kualitas hidup dan kesehatan individu dan keluarga.
5. Mendukung Pembangunan Berkelanjutan:
• Untuk memberikan kontribusi pada upaya mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Sleman dengan mengidentifikasi potensi solusi yang dapat
mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
6. Untuk mengetahui analisis kualitas SDM di Kabupaten Sleman

1.4 Manfaat
Manfaat Praktis:
1. Pengembangan Kebijakan yang Lebih Efektif: Makalah ini dapat memberikan
pandangan kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk merancang kebijakan
yang lebih efektif dalam menangani masalah kesenjangan pendapatan dan gizi di
Kabupaten Sleman. Ini termasuk merumuskan program intervensi yang lebih terarah
dan efisien.
2. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
pengaruh kesenjangan pendapatan pada kualitas gizi, makalah ini dapat membantu
dalam merancang program-program yang dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, terutama yang berpendapatan rendah.
3. Pemberdayaan Masyarakat: Manfaat praktis juga meliputi upaya untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang hubungan antara pendapatan dan gizi. Hal ini dapat
memotivasi individu dan keluarga untuk mengambil tindakan yang lebih baik dalam
mengelola sumber daya dan pola makan mereka.
4. Pemantauan dan Evaluasi: Makalah ini dapat membantu dalam pengembangan
indikator dan metode pemantauan yang lebih baik untuk mengukur dampak program-
program penanggulangan kemiskinan dan perbaikan gizi di Kabupaten Sleman.
Manfaat Teoritis:
1. Kontribusi pada Penelitian Ilmiah: Makalah ini dapat menjadi kontribusi pada literatur
penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kesenjangan pendapatan dan
kualitas gizi. Temuan dan analisis dalam makalah ini dapat membuka pintu untuk
penelitian lebih lanjut dalam konteks yang lebih luas.
2. Pengembangan Teori Sosial Ekonomi: Makalah ini dapat membantu dalam
mengembangkan dan memperdalam teori sosial ekonomi terkait dampak
ketidaksetaraan ekonomi pada kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat.
3. Pemahaman yang Lebih Dalam tentang Konteks Lokal: Makalah ini dapat membantu
dalam memahami dinamika dan tantangan yang unik di Kabupaten Sleman dan wilayah
serupa, yang dapat memiliki implikasi penting pada pengembangan teori dan
pemahaman tentang masalah kesejahteraan sosial.
4. Pembelajaran antar Daerah: Makalah ini juga dapat memberikan pemahaman yang
berguna bagi daerah-daerah lain dengan karakteristik serupa dalam menghadapi
masalah kesenjangan pendapatan dan gizi, sehingga memungkinkan berbagi
pengalaman dan pembelajaran antar daerah.
Dengan demikian, makalah ini memiliki manfaat praktis yang dapat membantu
meningkatkan kebijakan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sleman, serta
manfaat teoritis dalam hal kontribusi pada pengetahuan ilmiah dan pemahaman yang lebih
baik tentang isu-isu sosial ekonomi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sleman

Meningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Sleman


atas dasar harga berlaku dan harga konstan sejak tahun 2016 adalah indikator positif
pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan perkembangan yang baik dalam daerah ini.
PDRB perkapita adalah ukuran standar yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan
ekonomi rata-rata penduduk di suatu wilayah. Untuk memahami lebih rinci mengenai
peningkatan ini, mari kita bahas beberapa aspek penting yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sleman.

1. Sektor Konstruksi: Sektor konstruksi adalah salah satu sektor yang menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Ini mencerminkan adanya
aktivitas pembangunan infrastruktur dan properti yang terus berkembang di Kabupaten
Sleman. Proyek-proyek konstruksi seperti pembangunan jalan, perumahan, dan fasilitas
umum lainnya telah memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan PDRB.
Pertumbuhan sektor konstruksi juga menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan
dampak positif pada sektor lainnya seperti perdagangan dan real estate.

2. Sektor Akomodasi, Makan, dan Minum: Sektor ini juga memainkan peran penting
dalam peningkatan PDRB. Kabupaten Sleman adalah tujuan wisata populer di
Indonesia, terutama karena dekatnya dengan Yogyakarta, salah satu tujuan wisata
utama di negara ini. Pertumbuhan sektor akomodasi, restoran, dan kafe mencerminkan
meningkatnya jumlah wisatawan yang mengunjungi daerah ini. Ini menciptakan
peluang bisnis baru dan menyumbang pendapatan yang signifikan kepada daerah ini.

3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran: Sektor perdagangan besar dan eceran
adalah tulang punggung ekonomi di banyak daerah, termasuk Kabupaten Sleman.
Peningkatan aktivitas perdagangan mencerminkan pertumbuhan bisnis lokal, serta
meningkatnya permintaan konsumen. Ini juga menciptakan peluang pekerjaan dan
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

4. Sektor Real Estate: Sektor real estate memiliki dampak besar pada ekonomi lokal
karena melibatkan investasi besar dalam pembangunan properti. Pertumbuhan sektor
ini dapat disebabkan oleh permintaan yang tinggi atas properti, baik untuk tempat
tinggal maupun investasi. Pertumbuhan real estate juga sering kali berdampak positif
pada sektor konstruksi dan perdagangan.

5. Administrasi Pemerintahan: Sektor administrasi pemerintahan juga memiliki andil


dalam peningkatan PDRB. Ini mencakup berbagai layanan pemerintah seperti
administrasi publik, pendidikan, dan kesehatan. Peningkatan kualitas layanan publik
dan infrastruktur pemerintah dapat meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor
ekonomi dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk bisnis.

Meskipun sektor-sektor di atas menunjukkan pertumbuhan yang positif, penting


juga untuk memperhatikan sektor-sektor lain yang mungkin tidak mengalami perubahan
yang signifikan atau bahkan mengalami penurunan. Beberapa sektor mungkin menghadapi
tantangan tertentu, seperti persaingan global atau perubahan dalam pola konsumsi.
Selain sektor-sektor di atas, faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sleman termasuk investasi asing, kebijakan pemerintah daerah,
pendidikan, dan infrastruktur transportasi. Pembangunan sumber daya manusia melalui
pendidikan dan pelatihan juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja lokal dan
membantu berbagai sektor ekonomi.
Peningkatan PDRB perkapita Kabupaten Sleman atas dasar harga berlaku dan harga
konstan adalah hasil dari berbagai faktor yang saling terkait. Ini mencerminkan komitmen
pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
penduduknya. Dengan menjaga berbagai sektor yang berkontribusi positif dan mengatasi
tantangan yang ada, Kabupaten Sleman dapat terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan memberikan manfaat kepada seluruh masyarakatnya.
Untuk menganalisis kesenjangan pendapatan di Kabupaten Sleman berdasarkan
data yang diberikan, kita perlu memeriksa perbedaan antara PDRB perkapita atas dasar
harga berlaku dan harga konstan selama beberapa tahun terakhir. Kesenjangan pendapatan
dapat diidentifikasi dengan melihat perbedaan pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar
harga berlaku dan harga konstan.
Dalam kasus ini, data yang disediakan adalah:
1. PDRB atas dasar berlaku tahun 2019: Rp38.919.848,82
2. PDRB atas dasar berlaku tahun 2020: Rp40.711.782,51
3. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2019: Rp27.800.313,04
4. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2020: Rp31.343.650,67
Untuk menghitung kesenjangan pendapatan antara harga berlaku dan harga konstan,
kita dapat menggunakan rumus berikut:
Kesenjangan Pendapatan = (PDRB atas dasar berlaku tahun 2020 - PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2020) - (PDRB atas dasar berlaku tahun 2019 - PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2019)
Kesenjangan Pendapatan = (Rp40.711.782,51 - Rp31.343.650,67) -
(Rp38.919.848,82 - Rp27.800.313,04)
Kesenjangan Pendapatan = (Rp9.368.131,84) - (Rp11.119.535,78)
Kesenjangan Pendapatan = -Rp1.751.403,94
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan pendapatan negatif
sebesar Rp1.751.403,94 antara harga berlaku dan harga konstan pada tahun 2020. Ini
berarti bahwa PDRB perkapita atas dasar harga berlaku lebih rendah daripada PDRB
perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 2020.
Kesenjangan pendapatan negatif ini dapat mengindikasikan bahwa ketika
menghitung PDRB perkapita dengan mempertimbangkan inflasi atau perubahan harga
(harga konstan), pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya mungkin lebih rendah daripada
yang tampak dalam harga berlaku. Dengan kata lain, pendapatan per individu mungkin
tidak mengikuti pertumbuhan PDRB secara keseluruhan.
Hal ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah dan peneliti ekonomi daerah untuk
memahami apakah pendapatan penduduk sebenarnya mengalami peningkatan atau
penurunan, terutama jika terdapat disparitas yang signifikan antara harga berlaku dan harga
konstan. Upaya untuk mengurangi kesenjangan ini mungkin melibatkan kebijakan yang
lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara langsung atau perlindungan
terhadap inflasi yang berlebihan.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan bahwa kesenjangan pendapatan dapat
bervariasi di berbagai kelompok penduduk dan wilayah di Kabupaten Sleman. Analisis
lebih lanjut dapat dilakukan dengan memeriksa distribusi pendapatan dan mengidentifikasi
kelompok yang mungkin lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
2.2 Konsumsi Energi dan Zat Gizi Kabupaten Sleman
Untuk menganalisis konsumsi energi dan zat gizi di Kabupaten Sleman, kita perlu data
yang lebih spesifik terkait konsumsi masyarakat dalam hal makanan dan energi. Data
seperti ini dapat digunakan untuk memahami tingkat nutrisi dan kesehatan masyarakat,
serta efisiensi penggunaan energi di daerah tersebut. Namun, karena data spesifik terkait
konsumsi makanan dan energi di Kabupaten Sleman tidak disediakan dalam pertanyaan,
kita akan melakukan analisis umum yang dapat menjadi dasar untuk pemahaman lebih
lanjut.
Penting untuk mencatat bahwa analisis yang lebih mendalam mengenai konsumsi
energi dan zat gizi di Kabupaten Sleman akan memerlukan data yang lebih rinci dan
penelitian lapangan. Data ini penting untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin ada
dan mengembangkan solusi yang sesuai, termasuk program pendidikan, perubahan dalam
pola konsumsi, dan inisiatif kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2.3 Status Gizi Kabupaten Sleman

Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Keadaan gizi buruk dan kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, serta mental dan jaringan otak. Prevalensi balita Kurang Energi
Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun 2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini
menurun dibandingkan dengan tahun 2013 tetapi sedikit lebih tinggi dari tahun 2014.
Pada tahun 2016 KEP DIY sebesar 8,83 dan kembali turun menjadi 8,26 pada tahun
2017 dan turun lagi menjadi 7.94 tahun 2018. Pada tahun 2019 kembali meningkat 8,35,
tahun 2020 menurun 0,5 menjadi 8,30. Pada tahun 2021 ini meningkat menjadi 8,50.
Angka prevalensi selama tiga tahun terakhir masih berkisar pada angka 7-8 yang
menunjukan bahwa upaya yang dilakukan dalam rangka penurunan prevalensi KEP
Balita di DIY belum tercapai secara maksimal. Kondisi paling tinggi prevalensi balita
KEP adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo sebesar 10,50 dan terendah
di Sleman 7,00.
Status gizi merupakan gambaran tentang kondisi tubuh dan kesehatan penduduk
suatu wilayah yang dapat dilihat dari berbagai indikator, termasuk tingkat kecukupan
gizi, prevalensi penyakit terkait gizi, dan akses terhadap makanan yang sehat. Dalam
konteks Kabupaten Sleman, status gizi dapat dipahami melalui beberapa aspek berikut:
1. Tingkat Kecukupan Gizi: Salah satu indikator utama status gizi adalah tingkat
kecukupan gizi penduduk. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti konsumsi
makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral, serta pola makan seimbang.
Penting untuk mencatat bahwa tingkat kecukupan gizi dapat berbeda-beda di
berbagai daerah di Kabupaten Sleman, terutama antara daerah perkotaan dan
pedesaan.
2. Prevalensi Stunting: Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak
terhambat sehingga mereka memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari yang
seharusnya sesuai dengan usia mereka. Prevalensi stunting adalah indikator
penting dalam mengukur masalah gizi kronis pada anak-anak. Faktor-faktor
seperti pola makan yang kurang seimbang dan kurangnya akses ke gizi yang
memadai dapat menyebabkan prevalensi stunting yang tinggi di beberapa
daerah di Kabupaten Sleman.
3. Prevalensi Gizi Buruk: Selain stunting, gizi buruk lainnya seperti wasting
(kekurusan) dan underweight (berat badan kurang) juga perlu diperhatikan.
Prevalensi gizi buruk dapat menjadi indikator kesehatan anak yang buruk dan
mungkin menunjukkan kurangnya akses terhadap makanan bergizi.
4. Akses Terhadap Makanan Sehat: Ketersediaan dan aksesibilitas terhadap
makanan sehat merupakan faktor penting dalam status gizi. Di Kabupaten
Sleman, daerah perkotaan mungkin memiliki akses yang lebih baik ke pasar,
toko-toko makanan modern, dan restoran yang menawarkan pilihan makanan
yang lebih sehat dibandingkan dengan pedesaan.
5. Pendidikan Gizi dan Kesadaran Masyarakat: Pendidikan gizi dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya makanan sehat juga berperan penting dalam
status gizi. Upaya penyuluhan gizi dan promosi pola makan seimbang dapat
membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi dan kesehatan.
2.4 Analisis Kualitas SDM di Kabupaten Sleman
A. Pengembangan SDM
Pengembangan sumber daya manusia aparatur dalam Zaenuri (2015: 212)
dinilai cukup berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan sebuah organisasi,
baik organisasi yang berskala kecil maupun besar, hal itu dikaitkan juga dengan
keberadaan sumber daya manusia yang benar-benar memiliki kemampuan untuk
mendukung kinerja organisasi dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya.

Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2021 menggunakan anggaran


sebesar 156 milyar rupiah dalam rangka mendukung penanganan Covid-19. Jumlah
tersebut di antaranya bersumber dari pengalihan atau refocusing anggaran. Kebijakan
pengalihan anggaran untuk mendukung percepatan penanganan pandemi Covid-19
berpengaruh terhadap kinerja kegiatan Perangkat Daerah, karena sejumlah kegiatan
menjadi ditiadakan atau ditunda.

Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan program vaksinasi yang


menjangkau seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu bentuk penanganan Covid-
19. Pada akhir tahun 2021 tercatat bahwa vaksinasi Dosis 1 telah mencapai 94,14%,
Dosis 2 mencapai 84,79%, dan Dosis 3 mencapai 1,76%. Pemerintah Kabupaten
Sleman terus berupaya untuk melaksanakan percepatan vaksinasi dalam rangka
penanganan Covid-19.

Tema Pembangunan Kabupaten Sleman pada tahun 2021 adalah


“Mengoptimalkan Potensi Daerah Menuju Kemandirian dan Kesejahteraan
Masyarakat Sleman yang Berbudaya”. Sebagai bentuk respon Pemerintah Kabupaten
Sleman terhadap pandemi Covid-19 dan dampaknya di masyarakat, serta mengikuti
dinamika keadaan, tema tersebut diubah menjadi “Mengoptimalkan Potensi Daerah
Dalam Rangka Pemulihan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sleman”.
Tema pembangunan Kabupaten Sleman dituangkan dalam 8 prioritas
pembangunan daerah, 31 sasaran pembangunan, dan 145 program yang dilaksanakan
oleh 46 Perangkat Daerah dan 2 RSUD, dengan anggaran 3,1 triliun rupiah. Pada
tahun 2021 penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sleman didukung oleh 8.561
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari 8.382 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
179 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). ASN di Kabupaten Sleman
terdiri dari 3.006 ASN laki-laki (35%) dan 5.555 ASN perempuan (65%). ASN
berpendidikan Sarjana S1 dan Diploma IV menempati proporsi terbesar, yaitu sebesar
59%.
Kinerja kualitas pelayanan publik Pemerintah Kabupaten Sleman juga dinilai
dari predikat AKIP yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Predikat AKIP Pemerintah Kabupaten Sleman pada
tahun 2021 ditargetkan sebesar 81,42 dengan kategori A, namun sampai dengan LKPJ
ini disampaikan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi belum mengeluarkan predikat AKIP tahun 2021. Pemerintah Kabupaten
Sleman sejak tahun 2018 hingga tahun 2020 selalu mendapatkan predikat A dengan
kategori memuaskan.

Capaian indikator kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan pada


tahun 2021, antara lain:

1. Angka Partisipasi Kasar (APK)

APK PAUD sebesar 98,35%

APK SD/MI sebesar 98,12%

APK SMP/MTs sebesar 106,67

2. Angka Partisipasi Murni (APM)

APM PAUD sebesar 76,56%

APM SD/MI sebesar 92,96%

APM SMP/MTs sebesar 86,42%

3. Angka Partisipasi Sekolah (APS)


APS PAUD sebesar 84,67%

APS SD/MI sebesar 99,95%

APS SMP/MTs sebesar 99,61%

Kualitas kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan Angka Harapan Hidup (AHH). AHH
Kabupaten Sleman tahun 2021 sebesar 74,92 tahun meningkat 0,15% dibandingkan tahun
2020 sebesar 74,81 tahun.
AHH Kabupaten Sleman lebih rendah dibandingkan DIY sebesar 75,04 tahun, namun diatas
nasional sebesar 71,57 tahun. Dibandingkan kabupaten kota lain di DIY, AHH Kabupaten
Sleman berada dibawah AHH Kabupaten Kulonprogo sebesar 75,27 tahun.

Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2021 menerima penghargaan terkait prestasi
dalam bidang kesehatan dari Menteri Kesehatan RI, yaitu:

1. Penganugerahan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


2. Penghargaan STBM Berkelanjutan Kabupaten/Kota terbaik kategori Enabling.
Kualitas olahraga masyarakat ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Olahraga (IPO).
Target IPO Kabupaten Sleman tahun 2021 sebesar 0,35 terealisasi 0,33 sehingga capaian
kinerja 94,29%. Indeks pembentukan IPO meliputi 4 indikator yaitu ruang terbuka yang
tersedia untuk olahraga, sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan, partisipasi warga
masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur, dan derajat kebugaran jasmani
masyarakat

Meningkatnya partisipasi pemuda dalam pembangunan dapat dilihat dari persentase


organisasi kepemudaan dan organisasi sosial kemasyarakatan yang aktif. Persentase
organisasi kepemudaan dan organisasi sosial yang aktif pada tahun 2021 sebesar 95,65% dari
target 93,48% sehingga capaian kinerja 102,32%.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis mengenai peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) perkapita, konsumsi energi, dan konsumsi zat gizi di Kabupaten Sleman adalah
sebagai berikut:
PDRB Perkapita: Kabupaten Sleman telah mengalami peningkatan PDRB perkapita
dalam beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan sektor
konstruksi, akomodasi, makan, minum, perdagangan besar dan eceran, real estate, dan
administrasi pemerintahan. Namun, perlu diingat bahwa terdapat kesenjangan antara
PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan, yang dapat mempengaruhi pemahaman
terhadap pertumbuhan ekonomi sebenarnya.
Konsumsi Energi: Diperlukan analisis lebih lanjut terkait konsumsi energi di
Kabupaten Sleman untuk memahami sumber energi yang digunakan, efisiensi energi, dan
dampak lingkungan. Ini akan membantu dalam merancang kebijakan untuk meningkatkan
efisiensi energi dan mendukung transisi ke sumber energi yang lebih bersih.
Konsumsi Zat Gizi: Konsumsi zat gizi adalah aspek penting dalam kesejahteraan
masyarakat. Penanganan masalah kesehatan dan gizi, serta promosi pola makan seimbang,
perlu menjadi fokus dalam upaya peningkatan kualitas hidup penduduk Kabupaten Sleman.
Penanggulangan Kemiskinan: Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan,
Kabupaten Sleman perlu mengadopsi konsep penanggulangan kemiskinan yang
komprehensif. Ini termasuk upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan dasar,
pemberdayaan ekonomi, program perlindungan sosial, dan pendidikan kesadaran tentang
kemiskinan. Kolaborasi antara pemerintah daerah, LSM, dan sektor swasta adalah kunci
dalam upaya ini.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang kondisi ekonomi, energi, dan gizi,
Kabupaten Sleman dapat merancang dan melaksanakan program dan kebijakan yang lebih
efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan, dan
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Karmila, B. D. (2014). Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kecamatan Di Kabupaten


Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2012.

Alfadhillah, F. H., Windari, N. N., Nurparida, M., & Widyarif, M. A. (2023). Analisis faktor-
faktor penyebab ketimpangan pendapatan di provinsi DI Yogyakarta (periode 2005-
2021). Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi, 8(1), 39-50.

Nisa, D. M. K., & Sukesi, T. W. (2022). Hubungan Antara Kesehatan Lingkungan dengan
Kejadian Stunting di Wilayah Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 21(2), 219-224.

Musa, S. P. N., Fauzia, F. R., Gz, S., Ansokowati, A. P., & Gz, S. (2022). Pengaruh pmt nugget
daun kelor (Moringa Oleifera) terhadap perubahan berat badan pada balita di posyandu
dusun trini desa trihanggo kecamatan gamping sleman (Doctoral dissertation,
Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

Widaryanti, R. (2019). Makanan pendamping asi menurunkan kejadian stunting pada balita
Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum Salatiga, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai