Anda di halaman 1dari 16

Peran APBD untuk Mengatasi Kesenjangan Sosial di Jawa Timur

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
BAB III METODE KAJIAN............................................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
4.1 Peran APBD dalam mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur…………… 6
4.2 Kendala yang dihadapi dalam penggunaan APBD dalam mengatasi kesenjangan
sosial di Jawa Timur………………………………………………………….. 7
4.3 Cara dalam mengoptimalkan penggunaan APBD untuk mengatasi kesenjangan
sosial di Jawa Timur…………………………………………………………... 8
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 11
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 11
5.2 Saran…………………………………………………………………………... 11
5.3 Implementasi Kebijakan………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesenjangan sosial merupakan sebuah permasalahan yang kompleks dan
membutuhkan perhatian secara khusus dari pemerintah dan masyarakat. Di Jawa Timur,
meskipun kondisi perekonomian telah berangsur membaik kesenjangan sosial masih menjadi
masalah yang serius. Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang perekonomian terbesar
nomor dua setelah DKI Jakarta di Pulau Jawa, akan tetapi tingkat kesenjangan sosial yang
terjadi masih tinggi. Pada Maret 2021, realisasi dari Indeks Gini DI Provinsi Jawa Timur
mengalami peningkatan menjadi 0,374 yang mana peningkatan tersebut masih dalam kategori
ketimpangan sedang. Capaian indeks Theil Provinsi Jawa Timur pada tahun 2020 mengalami
penurunan menjadi 0,3077 yang mana penurunan tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kesenjangan yang terjadi semakin kecil.
Akan tetapi, kesenjangan sosial di Jawa Timur masih terjadi karena disebabkan
beberapa faktor, seperti minimnya akses yang dimiliki oleh masyarakat yang disebabkan oleh
sistem sosial dan budaya yang dinilai tidak adil. Menurut Oscar Lewis, kebudayaan
kesenjangan sosial dan kemiskinan dilahirkan dalam masyarakat yang memiliki karakteristik
dalam sistem perekonomian yang berorientasi terhadap keuntungan, tingginya tingkat
pengangguran, rendahnya tingkat upah atau gaji yang diperoleh pekerja, tidak berhasilnya
orang yang memiliki penghasilan rendah untuk meningkatkan organisasi sosial, ekonomi, dan
politik secara sukarela, sistem keluarga bilateral yang lebih menonjol dibandingkan sistem
unilateral, serta kuatnya nilai-nilai terhadap kelas yang memiliki kekuasaan yang
menekankan harta kekayaan.
Dalam hal ini, APBD memiliki peranan yang sangat krusial dalam membantu
mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur. APBD dapat digunakan untuk membantu
meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan, membangun infrastruktur, serta
memberdayakan masyarakat di daerah-daerah yang masih tertinggal di Jawa Timur.
Walaupun anggaran yang diperuntukkan pendidikan dan kesehatan dalam APBD Jawa Timur
masih belum maksimal, akan tetapi melalui koordinasi antara pemerintah kabupaten dan kota,
maka program pendidikan dan kesehatan dapat dioptimalkan.
Selain itu, APBD juga dapat dimanfaatkan untuk memfokuskan pemberdayaan di
daerah-daerah yang masih tertinggal di Jawa Timur, khususnya untuk menstimulasi lahirnya
industri kecil menengah di daerah tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah pada keberlanjutan hal itu dikarenakan,
terdapat berbagai tantangan seperti kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya akses ke
infrastruktur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, APBD dapat dipergunakan untuk
membantu memberdayakan UMKM agar dapat berkelanjutan dan membantu dalam
meningkatkan kesejahteraan di masyarakat. Dengan demikian APBD dapat menjadi salah
satu solusi dalam mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan APBD dalam mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur?

1
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penggunaan APBD dalam mengatasi
kesenjangan sosial di Jawa Timur?
3. Bagaimana cara dalam mengoptimalkan penggunaan APBD untuk mengatasi
kesenjangan sosial di Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui peran APBD sebagai upaya dalam mengatasi kesenjangan sosial di
Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam mengatasi kesenjangan sosial di
Jawa Timur.
3. Untuk mengetahui pengoptimalan penggunaan APBD dalam mengatasi kesenjangan
sosial di Jawa Timur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena kompleks kemiskinan dan kesenjangan sosial di Jawa Timur telah menjadi
sorotan utama dalam serangkaian penelitian yang menyoroti rangkaian faktor yang saling
terkait dalam menciptakan kondisi tersebut. Analisis dari Khoirul Rosyadi menegaskan
bahwa hubungan yang erat antara kemiskinan dan kesenjangan sosial di wilayah tersebut
berkaitan dengan masalah kultural dan struktural yang melingkupinya. Pemahamannya
menyoroti peran signifikan budaya dalam membentuk pola akses terhadap kesempatan
ekonomi, sementara struktur sosial yang mungkin membatasi pergerakan dan akses terhadap
sumber daya menjadi elemen kunci yang berkontribusi pada disparitas ekonomi dan sosial
yang tampak jelas. Dalam konteks ini, pengkajian kultural dan struktural menjadi penting
untuk memahami akar permasalahan dan dinamika yang mendasari fenomena kemiskinan
serta ketimpangan sosial yang termanifestasikan di Jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Awalu Pasholihah dan Aminuddin Anwar
menghadirkan sebuah pandangan yang mempertanyakan dampak dari kebijakan
desentralisasi fiskal terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur. Meskipun tujuan utama dari
desentralisasi fiskal adalah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah, temuan
mereka justru memperlihatkan potensi adanya implikasi negatif yang tidak diantisipasi
sebelumnya. Bahkan, ada indikasi bahwa implementasi kebijakan ini dapat berkontribusi
pada peningkatan tingkat kemiskinan di tingkat regional.
Hasil temuan ini menjadi sorotan kritis yang memperlihatkan bahwa efektivitas dari
kebijakan desentralisasi fiskal dalam konteks pengurangan kemiskinan di daerah perlu
dievaluasi secara lebih mendalam. Dalam konteks kebijakan publik, khususnya terkait
pengentasan kemiskinan, penting untuk melakukan analisis yang cermat terhadap
konsekuensi yang mungkin terjadi dari kebijakan desentralisasi fiskal agar upaya
pemberdayaan daerah tidak malah menghasilkan dampak yang kontraproduktif. Evaluasi
mendalam ini menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam
menangani masalah kemiskinan di tingkat regional, terutama di Jawa Timur.
Perspektif yang dihadirkan oleh Nugroho dan Dahuri menggambarkan kemiskinan
sebagai sebuah kondisi yang melibatkan berbagai dimensi, baik yang bersifat relatif maupun
absolut, yang menghambat masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan
norma yang berlaku. Analisis mereka tidak hanya menyoroti faktor-faktor alamiah yang
memengaruhi kemiskinan, melainkan juga memperhatikan peran penting aspek budaya dan
struktural dalam membentuk konteks sosial masyarakat. Mereka menegaskan bahwa
pemahaman yang mendalam terhadap interaksi kompleks antara faktor-faktor ini merupakan
kunci utama dalam merumuskan kebijakan yang efektif dalam menangani persoalan
kemiskinan di Jawa Timur.
Pendekatan mereka menegaskan bahwa kemiskinan tidaklah terbatas pada kondisi
material semata, namun juga melibatkan aspek budaya yang mempengaruhi pola pikir dan
perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Faktor-faktor struktural, seperti
ketimpangan akses terhadap sumber daya dan kesempatan, turut membentuk dinamika sosial
ekonomi yang mengakibatkan ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi standar
kebutuhan hidup yang layak.

3
Perspektif ini memberikan wawasan penting bahwa upaya untuk mengatasi
kemiskinan di Jawa Timur tidak bisa hanya terfokus pada solusi yang bersifat material
semata. Diperlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai faktor, seperti
aspek budaya, struktural, dan kebijakan publik, untuk merumuskan langkah-langkah yang
lebih efektif dalam menangani akar permasalahan kemiskinan di tingkat regional. Kesadaran
akan kompleksitas interaksi antara faktor-faktor ini menjadi landasan penting dalam
pembentukan kebijakan yang tidak hanya mengurangi tingkat kemiskinan, tetapi juga
meningkatkan kualitas hidup dan kesetaraan sosial di Jawa Timur.
Tinjauan pustaka atas beragam temuan ini menggambarkan kompleksitas serta
multidimensionalitas persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial di Jawa Timur.
Permasalahan ini tidak dapat disederhanakan menjadi satu faktor tunggal, melainkan
merupakan hasil dari interaksi kompleks antara aspek budaya, struktural, kebijakan publik,
dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif serta
terpadu dalam mengembangkan kebijakan yang mampu menangani permasalahan tersebut
secara efektif dan berkelanjutan di tingkat regional.

4
BAB III
METODE KAJIAN

Penelitian ini menitikberatkan pada penerapan metode deskriptif analitis dengan


pendekatan kualitatif sebagai kerangka kerja utama dalam melakukan analisis. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
fenomena kemiskinan dan kesenjangan sosial di Jawa Timur. Metode deskriptif analitis
memungkinkan peneliti untuk menggambarkan secara terperinci terkait karakteristik, faktor
penyebab, serta dampak dari kemiskinan dan kesenjangan sosial di wilayah tersebut. Data
yang menjadi landasan utama dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber terpercaya seperti jurnal ilmiah, buku-buku referensi, serta dokumen resmi
terkait topik yang dikaji. Penggunaan data sekunder memungkinkan peneliti untuk
memanfaatkan informasi yang sudah ada dan telah diuji kevaliditasannya sebelumnya,
sehingga memperkuat keakuratan dan keandalan analisis yang dilakukan.
Dalam mengumpulkan data, teknik studi pustaka dan analisis dokumen menjadi
pilihan utama yang diterapkan. Studi pustaka memungkinkan peneliti untuk menggali
informasi yang telah dipublikasikan dan telah melalui proses penelitian serta evaluasi secara
menyeluruh. Sementara analisis dokumen memungkinkan peneliti untuk menyusun dan
menginterpretasikan informasi dari dokumen-dokumen resmi terkait kebijakan, data statistik,
atau laporan yang relevan dengan fenomena kemiskinan dan kesenjangan sosial di Jawa
Timur. Semua langkah metodologis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
komprehensif dan mendalam tentang konteks kemiskinan dan kesenjangan sosial di Jawa
Timur. Data sekunder yang diambil dari berbagai sumber terpercaya serta penggunaan
metode deskriptif analitis dan pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan analisis
yang mendalam dan informatif. Dengan demikian, informasi yang dihasilkan dari penelitian
ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang bermakna dalam penyusunan makalah serta
pemahaman yang lebih baik terkait masalah tersebut.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Peran APBD dalam mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur


APBD, atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, merupakan sebuah pilar yang
terfokus pada pengeluaran dan penerimaan keuangan lokal, APBD tidak hanya menjadi
sebuah instrumen anggaran, tetapi juga menjadi sebuah landasan terhadap kebijakan fiskal
yang berkelanjutan. Pada provinsi Jawa Timur, peran APBD sangat menonjol karena tidak
hanya berfungsi mengatur aliran keuangan, tetapi juga menjadi katalisator perubahan sosial
yang signifikan. Penggunaan APBD secara tepat dan efisien memungkinkan pembangunan
infrastruktur yang memadai di seluruh wilayah, mulai dari jalan, jembatan, hingga fasilitas
publik lainnya. Namun, keberadaan APBD di Jawa Timur tidak sekadar sebatas
pembangunan fisik semata. Dana yang dialokasikan juga perlu dirancang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program pendidikan, kesehatan,
dan kegiatan ekonomi produktif.
Selain itu, APBD juga berperan penting dalam menekan tingkat kesenjangan sosial di
antara penduduk. Melalui alokasi dana yang strategis, pemerintah daerah dapat memberikan
bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, serta mengembangkan program-program
yang meratakan peluang ekonomi dan akses terhadap layanan dasar. Keberadaan APBD di
Jawa Timur tidak hanya sekedar administratif, melainkan merupakan tonggak utama bagi
kemajuan inklusif di tingkat daerah. Dengan mengatur keuangan secara bijaksana, APBD
mampu menjadi pendorong utama bagi perubahan sosial yang berdampak luas bagi
kesejahteraan dan kesetaraan di masyarakat.
Menurut data yang diungkapkan oleh Khoirul Rosyadi dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Jawa Timur pada Maret 2021, angka kemiskinan di wilayah tersebut mencapai angka
yang mengkhawatirkan, dengan 4.572.730 jiwa atau setara dengan 11,40% dari total
populasi. Namun, APBD menjadi salah satu sumber harapan dalam mengubah realitas ini
menjadi lebih baik. Penggunaan APBD memiliki potensi besar untuk menekan angka
kemiskinan ini. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian
bantuan sosial yang tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan alokasi
dana yang tepat, APBD juga dapat diperuntukkan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan
akses terhadap pelayanan kesehatan yang merata di seluruh lapisan masyarakat.
Tidak hanya itu, APBD juga dapat menjadi kekuatan dalam memperbaiki
infrastruktur di daerah-daerah yang terpinggirkan. Dengan memfokuskan sumber daya pada
pembangunan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, akses air bersih, serta sarana
transportasi, pemerintah daerah melalui APBD dapat merangkul wilayah-wilayah yang
sebelumnya terabaikan, membuka pintu kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi lokal, serta
mengurangi disparitas antar wilayah. Melalui strategi penggunaan APBD yang terencana
dengan baik, pemerintah Jawa Timur memiliki peluang besar untuk mereduksi tingkat
kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan akses yang lebih merata bagi
seluruh penduduknya.
Selain menjadi instrumen keuangan, APBD juga berperan sebagai mesin penggerak
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Salah satu caranya adalah
dengan memperluas akses terhadap layanan publik yang mendasar seperti transportasi yang

6
handal, pasokan air bersih yang memadai, dan sanitasi yang terjamin. Langkah ini memiliki
potensi besar untuk meminimalisir kesenjangan antara daerah perkotaan yang berkembang
pesat dan pedesaan yang sering kali terpinggirkan di Jawa Timur. Dengan adanya
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terencana di dalam APBD, maka rencana
tersebut perlu diperhatikan dengan seksama. Distribusi dana yang merata tidak hanya menjadi
sebuah keharusan, melainkan juga menjadi kunci untuk menyeimbangkan kesenjangan sosial
yang melekat di Jawa Timur. Itu artinya, pemerataan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan
menjadi krusial guna menutup kesenjangan antara kota dan desa, antara kelompok ekonomi
yang berbeda, serta memastikan bahwa semua lapisan masyarakat merasakan manfaat dari
pertumbuhan ekonomi.
Dalam upaya menangani kesenjangan sosial di Jawa Timur, APBD menjadi alat
utama. Melalui investasi yang strategis dalam infrastruktur, peningkatan mutu pendidikan dan
kesehatan, serta pembenahan terhadap layanan publik, APBD mampu memainkan peran
signifikan dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan meminimalisir kesenjangan sosial yang
terus meningkat di wilayah tersebut. Dengan pemanfaatan yang disesuaikan dengan kondisi
di lapangan, APBD dapat menjadi kunci bagi terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan
merata dalam akses terhadap kesempatan dan layanan.

4.2 Kendala yang dihadapi dalam penggunaan APBD dalam mengatasi kesenjangan
sosial di Jawa Timur
Dalam pemanfaatan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
sebagai instrumen utama dalam upaya mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur, terdapat
beberapa tantangan signifikan. Salah satunya adalah rendahnya tingkat penyerapan anggaran
yang terlihat dari data realisasi anggaran. Informasi tersebut menyoroti terdapat kendala
dalam proses penyaluran dan penggunaan dana, yang kemudian dapat menimbulkan
keterlambatan dalam pelaksanaan program-program yang diharapkan dapat meredakan
kesenjangan sosial. Studi menunjukkan bahwa realisasi belanja APBD di tingkat
Kabupaten/Kota cenderung lebih rendah dibandingkan dengan realisasi APBD Provinsi.
Ketimpangan ini berpotensi dalam mempengaruhi efektivitas upaya-upaya pengentasan
kesenjangan sosial, perlu digaris bawahi pentingnya evaluasi dan analisis mendalam terhadap
kendala-kendala ini guna merumuskan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan APBD guna
meminimalisir tingkat kesenjangan sosial di Jawa Timur.
Selain rendahnya penyerapan anggaran, terdapat beberapa hambatan lain yang turut
mempersulit upaya meminimalisir kesenjangan sosial di Jawa Timur. Salah satunya adalah
tingkat buta huruf yang masih cukup signifikan di beberapa wilayah, yang kemudian
membatasi akses masyarakat terhadap peluang ekonomi dan sosial. Masalah inflasi yang
terus-menerus, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, serta tingkat pengangguran yang
belum teratasi dengan optimal juga merupakan faktor-faktor yang turut memperumit proses
pengentasan kesenjangan sosial di Jawa Timur. kondisi tersebut semakin memperumit
tantangan pengurangan kesenjangan sosial di Jawa Timur. Data dari Bappeda Jawa Timur
pada tahun 2017 juga menggarisbawahi kompleksitas persoalan dengan menekankan
perlunya solusi holistik dan terintegrasi untuk mengatasi kesenjangan sosial serta kemiskinan
yang masih menjadi fokus perhatian utama di wilayah ini. Dengan menghadapi berbagai
kendala ini, diperlukan adanya strategi yang lebih komprehensif dan terarah guna

7
mengoptimalkan penggunaan APBD serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk
mencapai tujuan pengentasan kesenjangan sosial di Jawa Timur.
Dalam mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur, penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi terkendala oleh beberapa faktor. Menurut
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur pada Maret 2021, tercatat bahwa jumlah
penduduk miskin di provinsi ini mencapai 4.572.730 jiwa, yang setara dengan 11,40% dari
total populasi. Angka tersebut menunjukkan adanya tantangan serius terkait kemiskinan yang
masih menghantui masyarakat. Tak hanya itu, indeks Gini Provinsi Jawa Timur pada periode
yang sama menunjukkan peningkatan menjadi 0,374, mencerminkan kenaikan ketimpangan
pendapatan di antara penduduknya. Meskipun masih berada dalam kategori ketimpangan
sedang, peningkatan ini menyoroti perlunya langkah konkret untuk menangani disparitas
ekonomi.
Menyusul dari informasi tersebut, Bappeda Provinsi Jawa Timur mengemukakan
bahwa persoalan terhadap kesenjangan ekonomi dan kemiskinan menjadi fokus yang
membutuhkan perhatian serius. Data dari BPS pada tahun 2016 menunjukkan bahwa indeks
Gini rasio Jawa Timur berada pada angka 0,40, menunjukkan tingkat ketimpangan yang juga
tergolong sedang. Hal ini memperkuat konfirmasi bahwa kesenjangan ekonomi bukanlah
masalah baru dan memang menjadi pekerjaan rumah yang terus harus diatasi secara
sistematis dan menyeluruh. Dari data tersebut tergambar bahwa APBD yang diarahkan untuk
menangani kesenjangan sosial di Jawa Timur menghadapi tantangan nyata. Angka
kemiskinan yang masih cukup signifikan serta peningkatan indeks Gini dalam kurun waktu
yang relevan menegaskan bahwa langkah-langkah yang lebih efektif dan terstruktur perlu
segera diambil guna menyeimbangkan disparitas ekonomi dan sosial di wilayah ini.

4.3 Cara dalam mengoptimalkan penggunaan APBD untuk mengatasi kesenjangan


sosial di Jawa Timur.
Dalam upaya menghadapi tantangan kesenjangan sosial di Jawa Timur, terdapat
strategi dalam pengoptimalan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang menjadi kunci utama dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan APBD guna mengatasi kesenjangan
sosial di wilayah ini dapat diperinci sebagai berikut:

Strategi yang dapat dilakukan yaitu, Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) di Jawa Timur memiliki peranan yang sangat krusial dalam menangani
kesenjangan sosial yang ada yaitu, dilakukannya penyusunan APBD yang berkelanjutan dan
transparan, yang kemudian menjadi pondasi utama dalam mengurangi kesenjangan sosial.
Dalam proses penyusunan yang transparan tersebut memungkinkan pemerintah daerah dalam
mengalokasikan dana secara efisien, serta mempertimbangkan dengan cermat kebutuhan
yang mendesak, seperti pengembangan infrastruktur, peningkatan kesehatan masyarakat, dan
pembenahan sektor pendidikan. Langkah selanjutnya adalah penganggaran pengeluaran
APBD yang didasarkan pada landasan hukum yang kuat, serta memastikan sektor-sektor vital
tersebut mendapatkan dukungan yang cukup sesuai dengan kebutuhan aktual. Dengan adanya
dasar hukum yang kokoh, alokasi dana untuk sektor-sektor krusial seperti pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur dapat diatur dan diprioritaskan secara tepat, yang kemudian

8
memastikan bahwa kebutuhan masyarakat yang paling mendesak dapat terpenuhi dengan
efektif. Hal ini tidak hanya memperkuat infrastruktur dan layanan kesehatan, tetapi juga
meningkatkan aksesibilitas pendidikan, memberikan pondasi yang lebih kokoh bagi upaya
mengurangi kesenjangan sosial di Jawa Timur.

Selanjutnya, pengaturan pembiayaan daerah memegang peran yang krusial dalam


menyesuaikan alokasi dana dengan kebutuhan aktual. Hal ini mengacu terhadap estimasi
nasional dan ketentuan peraturan yang berlaku, pengaturan ini kemudian memberikan
kemampuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan pendapatan yang dapat dimanfaatkan
secara efektif dalam APBD. Proses tersebut memberikan landasan yang kokoh bagi
pemerintah daerah untuk secara proporsional dalam mengalokasikan sumber daya ke
berbagai sektor yang membutuhkan. Selain itu, penggunaan bantuan keuangan Desa menjadi
strategi signifikan dalam manajemen APBD. Pentingnya mengintegrasikan bantuan keuangan
Desa sesuai dengan rencana anggaran belanja, serta memastikan kesesuaian dengan peraturan
hukum, secara substansial akan meningkatkan efektivitas penggunaan dana tersebut. Dengan
memastikan bahwa penggunaan dana bantuan Desa sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, pemerintah daerah dapat menjamin
bahwa sumber daya tersebut dikelola dengan optimal, memberikan dampak yang signifikan
bagi pengentasan kesenjangan sosial.

Akan tetapi, tidak hanya pentingnya penggunaan dana bantuan Desa yang perlu
diperhatikan, tetapi juga pentingnya pemeriksaan dan pertanggungjawaban yang
berkelanjutan terkait dengan penggunaan dana tersebut. Proses ini diperlukan guna menjamin
tingkat akuntabilitas yang tinggi, serta memastikan bahwa dana tersebut digunakan sesuai
dengan tujuan awalnya, dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat setempat.
Dengan adanya mekanisme pemeriksaan dan pertanggungjawaban yang baik, transparansi
penggunaan dana bantuan Desa dapat terjamin, dan efektivitas pengelolaan APBD secara
keseluruhan dapat ditingkatkan.

Selanjutnya, pemberlakuan evaluasi berkala terhadap rancangan APBD, perubahan


APBD, dan implementasinya di tingkat Kabupaten/Kota merupakan poin kunci dalam
memastikan bahwa APBD berjalan sesuai rencana serta dapat memberikan hasil yang
optimal. Dengan adanya proses evaluasi yang diakukan ini berperan strategis dalam
memungkinkan adanya penyesuaian terhadap kondisi aktual yang terjadi di lapangan. Dengan
mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja APBD secara berkala, pemerintah daerah dapat
memastikan efisiensi pengeluaran yang tepat sasaran dan penggunaan dana yang optimal
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, evaluasi ini juga memberikan
kesempatan bagi pemerintah daerah dalam meninjau kembali prioritas-prioritas yang telah
ditetapkan dalam APBD, sehingga memungkinkan penyesuaian yang diperlukan untuk
memaksimalkan manfaatnya bagi masyarakat. Dengan melakukan evaluasi yang cermat,
pemerintah daerah dapat meningkatkan kualitas layanan publik yang disediakan kepada
masyarakat secara keseluruhan.

9
Melalui strategi-strategi ini, diharapkan pemerintah daerah Jawa Timur dapat
mengoptimalkan APBD bukan hanya sebagai alat anggaran semata, melainkan juga sebagai
instrumen yang mampu mengatasi kesenjangan sosial dan meningkatkan pelayanan publik
bagi masyarakat secara menyeluruh. Tujuan akhir dari keseluruhan strategi ini adalah
menjadikan APBD bukan hanya sebagai alat pengeluaran dana semata, tetapi juga sebagai
instrumen yang efektif dalam mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan pelayanan
publik secara menyeluruh bagi masyarakat Jawa Timur. Dengan adanya evaluasi berkala
yang terencana dengan baik, APBD dapat menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan yang
berubah, mengarah pada pengelolaan dana yang lebih cerdas dan pelayanan publik yang lebih
baik bagi masyarakat.

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam upaya mengatasi kesenjangan sosial di Jawa Timur, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) memiliki peran krusial. APBD bukan hanya mengatur keuangan,
tetapi juga menjadi pendorong perubahan sosial yang signifikan. Alokasi dana yang efisien
akan memungkinkan pembangunan infrastruktur yang merata serta pengembangan program
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Data menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Jawa
Timur mencapai angka mengkhawatirkan, namun, APBD memiliki potensi besar dalam
menekan angka tersebut. Akan tetapi, kendala dalam pemanfaatan APBD muncul dalam
rendahnya penyerapan anggaran, khususnya di tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini berpengaruh
terhadap pelaksanaan program-program yang diharapkan dapat meredakan kesenjangan
sosial. Disamping itu, faktor-faktor seperti tingkat buta huruf yang signifikan, inflasi,
pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, dan tingkat pengangguran yang belum teratasi,
semakin mempersulit pengentasan kesenjangan sosial di wilayah ini.

Dalam mengatasi tantangan ini, strategi dalam pengoptimalan APBD perlu dilakukan.
Langkah pertama adalah penyusunan APBD yang transparan dan berkelanjutan, memastikan
alokasi dana yang tepat pada infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Penganggaran yang
didukung oleh landasan hukum yang kuat juga penting untuk memprioritaskan sektor-sektor
vital. Selanjutnya, pengaturan pembiayaan daerah, penggunaan bantuan keuangan Desa yang
terencana, serta pemeriksaan dan pertanggungjawaban terkait dana tersebut, akan
meningkatkan efektivitas penggunaan APBD. Evaluasi berkala terhadap APBD juga
diperlukan untuk memastikan pengeluaran yang tepat sasaran dan penyesuaian terhadap
kondisi aktual. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan pemerintah daerah dapat
menjadikan APBD sebagai instrumen yang efektif dalam mengatasi kesenjangan sosial serta
meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat secara menyeluruh di Jawa Timur.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut terkait peran APBD dalam mengatasi


kesenjangan sosial di Jawa Timur. Penulis memberikan saran, bahwa APBD merupakan salah
satu instrumen yang krusial dalam membantu mengatasi dan meminimalisir kesenjangan
sosial yang terjadi di Jawa Timur. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan pengawasan
ketat terhadap rencana serta penyaluran dana APBD sehingga APBD sendiri dapat menjadi
instrumen yang bekerja dengan baik dalam mengatasi dan meminimalisir kesenjangan sosial
yang terjadi di Jawa Timur.

11
5.3 Implementasi Kebijakan

Terdapat implementasi kebijakan APBD yang dapat membantu mengatasi


kesenjangan sosial di Jawa Timur dengan cara:

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan: APBD dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas


pendidikan di daerah-daerah yang kurang berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun sekolah baru, memperbaiki fasilitas pendidikan yang sudah ada, dan
memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi namun kurang mampu secara finansial.

2. Peningkatan Kesehatan: APBD juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan


masyarakat di daerah-daerah yang kurang berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun puskesmas baru, memperbaiki fasilitas kesehatan yang sudah ada, dan
memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu secara finansial.

3. Peningkatan Infrastruktur: APBD dapat digunakan untuk membangun infrastruktur yang


dibutuhkan oleh masyarakat di daerah-daerah yang kurang berkembang. Hal ini dapat
dilakukan dengan membangun jalan baru, memperbaiki jalan yang sudah ada, membangun
jembatan, dan membangun sarana air bersih.

4. Pemberdayaan Ekonomi: APBD dapat digunakan untuk memberdayakan ekonomi


masyarakat di daerah-daerah yang kurang berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan bantuan modal usaha kepada masyarakat yang kurang mampu secara finansial,
memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan, dan membangun pasar-pasar tradisional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Jatim Sumbang Perekonomian Terbesar Kedua di Jawa, Sebesar 24,99%. (2023). Diakses
pada 23 Desember 2023 dari https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/jatim-sumbang-
perekonomian-terbesar-kedua-di-jawa-sebesar-24-99

Gini Ratio Jawa Timur Maret 2021 sebesar 0,374.(2021). Diakses pada 23 Desember 2023
dari https://jatim.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1234/gini-ratio-jawa-timur-maret-
2021-sebesar-0-374.html

Palikhah, N. (2016). Konsep kemiskinan kultural. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 15(30),
1-17.

Mulyadi, M. (2017). Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Pengangguran Dan Kemiskinan


Dalam Masyarakat. Kajian, 21(3), 221-236.

Rosyadi. K. (2021). Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial di Jawa Timur Pada Masa dan
Pasca Pandemi Covid-19; Refleksi Sosiologis. Prosiding Seminar Nasional
Penanggulangan Kemiskinan, 1(1), 1-6.

Pasholihah, F.A. & Anwar, A. (2023). Desentralisasi fiskal dan kemiskinan regional di Jawa
Timur. Jurnal Kebijakan Ekonomi dan Keuangan, 2(1), 98-106.

Aprianto, N. E. K. (2018). Kemiskinan dalam perspektif ekonomi politik


Islam. Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam, 8(2).

Atasi Kesenjangan, Entas Kemiskinan. (2017). Diakses pada 23 Desember 2023 dari
https://bappeda.jatimprov.go.id/2017/05/29/atasi-kesenjangan-entas-kemiskinan/

Yabbar, R. Bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Kepada
Desa. Diakses pada 23 Desember 2023 dari
https://www.iaijawatimur.or.id/course/interest/detail/12

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur. 2022. LAPORAN


PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2022

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Timur. 2023. Rencana Aksi Tahunan
Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2023. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Jawa Timur, 183 hal.

Dony Anang I, Al Qodar P S. 2020. Pengaruh Pandemi Dalam Menciptakan Ketimpangan


Sosial Ekonomi Antara Pejabat Negara Dan Masyarakat. Jurnal Citizenship Virtues,
22(1), 251-262

13

Anda mungkin juga menyukai