Anda di halaman 1dari 18

PERAN SKM DALAM MENANGGULANGI

MASALAH GIZI MASYARAKAT


KABUPATEN SINTANG

Disusun Oleh :

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah “………………………..”.

Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna penyempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon

maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB  I
PENDAHULUAN

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,


Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang
dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan
(sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai
dengan minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Dengan demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap
kesehatan guna mencegah terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk
menjadi kurang gizi.
Tingginya angka kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada
penduduk. Mulai dari bayi dilahirkan, masalahnya sudah mulai muncul, yaitu
dengan banyaknya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR<2.5 Kg).
Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita, anak usia
sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia lanjut.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor
yang terkait.
Secara Nasional berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 secara nasional
Balita Gizi buruk dan Gizi kurang sebesar 17,7 % , jumlah ini masih dibawah
target dari RPJMN tahun 2019 yaitu sebesar 17 %. Sedangkan untuk gizi buruk
tahun 2018 sebesar 3,9 % dan Gizi Kurang 13,8 %.
Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu daerah yang masih memiliki

1
permasalahan dibidang gizi balita dimana berdasarkan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas ) tahun 2018 , gizi buruk dan gizi kurang pada bayi umur lima tahun
mencapai 23,8 %, angka tersebut masih tinggi bila dibandingkan dengan target
RPJMN yang seharusnya hanya mencapai 19 %. Dari 23,8 % itu yang gizi
buruknya 5,4 %, gizi kurang 18,5 %. Sementara gizi buruk nasional angkanya 3,9
%, gizi kurang 13,8 %. Jadi untuk Nasional jumlah underweight hanya mencapai
17,7 %.
Kabupaten Sintang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di wilayah
Kalimantan Barat yang juga masih dihadapkan pada persoalan gizi pada balita,
diamana berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 untuk gizi buruk sebesar 6,63 %,
gizi kurang 9,49 %. Jika dibandingkan dengan angka nasional untuk gizi buruk
hanya sebesar 3,8 % yang artinya kasus gizi buruk di Kabupaten sintang masih
tinggi yaitu diatas angka nasional. Sedangkan untuk data proporsi status gizi
sangat pendek dan pendek pada Bayi dibawah dua tahun (Baduta) di Kabupaten
Sintang sebesar sangat pendek 24,21 % (angka nasioanl yaitu 12,8 %), pendek
27,67 % (angka Nasional 17,1 %). Proporsi status gizi sangat kurus dan kurus
pada Baduta sangat kurus 6,30 % (Nasional 4,50 %) , Buduta kurus 10,44 %
( Nasional 7,20 %).
Berlandaskan dari latar belakang di atas maka di dalam makalah ini akan
dibahas alternatif program penanggulangan gizi masyarakat yang ada di wilayah
Kabupaten Sintang.

BAB II

2
PEMBAHASAN

 2.1. Gizi dalam kesehatan masyarakat


Terkait erat dengan ”gisi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi
masyarakat,” yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat
yang memantau diet, status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan
memberikan peran kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-
prinsip untuk kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan.
Definisi Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk
gizi kesehatan masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan
internasional dilapangan.
Gizi istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai komponen
dari cabang kesehatan masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat” berkonotasi
koeksistensi gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu pada
cabang kesehatan masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat dengan menyediakan layanan berkualitas dan program-
program berbasis masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan yang unik dari
komunitas yang berbeda dan populasi. Gizi masyarakat meliputi program promosi
kesehatan, inisiatif kebijakan dan legislatif, pencegahan primer dan sekunder, dan
kesehatan di seluruh rentang hidup

2.2. Definisi Status Gizi


Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-
buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Adapun definisi lain menurut Suyatno,
Ir. Mkes, Status gizi yaitu Keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
(“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi yang

3
baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan,
membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang pembinaan prestasi
olahragawan. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor
risiko untuk terjadinya kesakitan atau kematian. Status gizi yang baik pada
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan kesehatan. Status gizi juga dibutuhkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya malnutrisi pada individu maupun masyarakat.
Dengan demikian, status gizi dapat dibedakan menjadi gizi kurang, gizi baik, dan
gizi lebih.

2.3. Indikator Status Gizi


Indikator status gizi yaitu tanda-tanda yang dapat memberikan gambaran
tentang keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh.
Indikator status gizi umumnya secara langsung dapat terlihat dari kondisi fisik
atau kondisi luar seseorang.
contoh: pertumbuhan fisik → ukuran tubuh → antropometri (berat badan, tinggi
badan, dan lainnya).

2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Seseorang


a. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya
saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik,
juga kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran
kuman patogen.
Lingkungan yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis
tumbuhan yang dapat hidup sehingga berhubungan dengan produksi
tanaman.
b. Faktor Ekonomi
Di banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian
besar penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak
mencukupi dan pada umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah

4
mempunyai ukuran badan yang lebih kecil.
Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan
adalah mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan
penyediaan pangan yang tidak mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh.
Kualitas berhubungan dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi khusus yang
diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan jaringan, dan pemeliharaan
tubuh dengan segala fungsinya.
c. Faktor Sosial-Budaya
Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain
stabilitas keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak
yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat
rentan terhadap penyakit gizi kurang. Juga indikator demografi yang
meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti peningkatan jumlah
penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga, serta jarak
kelahiran.
Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan
berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan
seseorang, kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat
meningkatkan daya beli makanan.
d. Faktor Biologis/Keturunan
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat
dicapai oleh anak. Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan
untuk mencapai ukuran yang ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di
negara-negara berkembang memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun-
tahun terakhir mengakibatkan perubahan tinggi badan yang jelas.
e. Faktor Religi
Religi atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat,
contohnya seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok
umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan
dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu
mengonsumsi ikan.

5
2.5.  Akibat yang Ditimbulkan Karena Gizi Salah (Malnutrisi)
Gizi salah berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental,
perkembangan fisik, produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia. Gizi salah
yang diderita pada masa periode dalam kandungan dan periode anak-anak,
menghambat kecerdasan anak. Anak yang menderita gizi salah tingkat berat
mempunyai otak yang lebih kecil daripada ukuran otak rata-rata dan mempunyai
sel otak yang kapasitasnya 15%-20% lebih rendah dibandingkan dengan anak
yang bergizi baik. Studi di beberapa negara menunjukkan bahwa anak yang
pernah menderita gizi salah, hasil tes mentalnya kurang bila dibandingkan dengan
hasil tes mental anak lain yang bergizi baik. Anak yang menderita gizi salah
mengalami kelelahan mental serta fisik, dan dengan demikian mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi di dalam kelas, dan seringkali ia tersisihkan dari
kehidupan sekitarnya.
Anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah
telah diteliti memiliki persentase di bawah ukuran normal bagi tinggi dan berat
badan anak sehat. Sedangkan hubungan antara zat gizi dan produktivitas kerja
telah dikenal baik sejak satu abad yang lalu oleh orang-orang yang mempunyai
budak belian yang melihat bahwa gizilah berarti penurunan nilai modal.
Produktivitas pekerja yang disiksa atau mendapat tekanan akan memberikan hasil
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan yang diurus dengan baik,
dalam artian diberikan makanan yang bergizi cukup baik.
Gizi salah merupakan sebab-sebab penting yang berhubungan dengan
tingginya angka kematian di antara orang dewasa meskipun tidak begitu
mencolok bila dibandingkan dengan angka kematian di antara anak-anak yang
masih muda. Dampak relatif yang ditimbulkan oleh gizi salah ialah melemahkan
daya tahan tehadap penyakit yang biasanya tidak mematikan dan perbaikan gizi
adalah suatu faktor utama yang membantu meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Status gizi juga berhubungan langsung dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan setelah menderita infeksi, luka, dan operasi yang
berat.

6
2.6.  Alternatif program / Cara-Cara dalam penanggulangan Perbaikan
Status Gizi
Pengaturan makanan adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara
lain menambah berat badan dan meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah
pengaturan makanan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi:
 Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis
kelamin, dan aktivitas;
 Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan
makanan, vitamin, dan mineral sesuai dengan kebutuhan
 Menu disesuaikan dengan pola makan;
 Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat
besi yang berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak diserap
oleh tubuh daripada sumber makanan nabati;
 Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu
menambah makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya,
jeruk, nanas, pisang hijau, sawo kecik, sukun, dll.
Seperti yang telah kita ketahui, masalah gizi yang salah kian marak di
negara kita. Dengan demikian diperlukan penanggulangan guna memperbaiki gizi
masyarakat Indonesia. Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi gizi salah, baik gizi kurang maupun gizi lebih.
a) Penanggulangan masalah gizi kurang
Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
 Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga;
 Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit;
 Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem

7
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);
 Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat;
 Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas;
 Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta
kapsul minyak beriodium;
 Peningkatan kesehatan lingkungan;
 Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi;
 Upaya pengawasan makanan dan minuman;
 Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
b) Penanggulangan masalah gizi lebih
Dilakukan dengan cara menyeimbangkan masukan dan keluaran energi
melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan fisik atau olahraga
serta menghindari tekanan hidup/stress. Penyeimbangan masukan energi
dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta
menghindari konsumsi alkohol.

2.7. Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat


Menurut Hadi (2005), solusi yang bisa kita lakukan adalah berperan
bersama-sama. Peran Pemerintah dan Wakil Rakyat (DPRD/DPR). Kabupaten
Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan
yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin agar
tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI.
Peran Perguruan Tinggi. Peran perguruan tinggi juga sangat penting dalam
memberikan kritik maupun saran bagi pemerintah agar supaya pembangunan
kesehatan tidak menyimpang dan tuntutan masalah yang riil berada di tengah-
tengah masyarakat, mengambil peranan dalam mendefinisikan ulang kompetensi
ahli gizi Indonesia dan memformulasikannya dalam bentuk kurikulum pendidikan
tinggi yang dapat memenuhi tuntutan zaman.

8
Menurut Azwar (2004). Solusi yang bisa dilakukan adalah :
1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan
penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait
perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu
juga sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak
kepada perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta
target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan
seluruh sektor terkait.
2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan
peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat
diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat,
sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’
(efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi
membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium
pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat
permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada
keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan
publik.
4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat
dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem
informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui
kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya
penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan
manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk
pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa

9
aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi,
misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu
kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
6. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan
dengan swasta, LSM dan masyarakat.

2.8. Program alternatif dalam penanggulangan dan perbaikan Gizi


Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu
antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan
pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan,
peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta
peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya ini
bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang
beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi.
Kesepakatan yang telah dicapai pada beberapa pertemuan di tingkat
dunia untuk mempercepat pencapaian MDGs telah direspons dengan komitmen
nasional untuk menyediakan sumber daya terutama untuk sektor prioritas seperti
pendidikan dan kesehatan, penambahan lapangan kerja dan mengurangi
kesenjangan diantara keluarga kaya dan keluarga miskin melalui program
memandirikan masyarakat dan pemberian subsidi kebutuhan pokok untuk
masyarakat miskin.
1. Kebijakan
Peningkatan status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui
ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih
dan sehat termasuk sadar gizi, sejalan dengan penguatan mekanisme
koordinasi lintas program serta kemitraan.
2. Strategi
a. Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil, bayi
dan anak melalui peningkatan ketersediaan dan jangkauan pelayanan
kesehatan berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu

10
pra hamil, ibu hamil, bayi dan anak baduta.
b. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam melalui peningkatan
ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga
rawan pangan dan miskin.
c. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui
peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada
makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah
tangga yang tersertifikasi.
d. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan
pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal
terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang
difokuskan pada penaganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber
daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi
posyandu.
e. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguaatan
kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten
kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program
bidang pangan dan gizi termasuk sumber daya serta penelitian dan
pengembangan.
Maka dari itu, upaya penanggulangan masalah gizi kurang harus
dilakukan secara terpadu antara lain:
1. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan di mulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit.
4. Maka dari itu, upaya penanggulangan masalah gizi kurang harus dilakukan
secara terpadu antara lain:

11
5. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
6. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
7. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan di mulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit.
8. Hasil penelitian menyatakan bahwa intergrasi dari keterampilan orang tua dan
rangsangan psikososial dini pada anak yang mengalami gizi kurang di sarana
pelayanan kesehatan primer memungkinkan dan efektif untuk dilakukan
untuk meningkatkan perkembangan dan aspek kognitif anak. 22
9. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistim Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG);
10. Peningkatan komunikasi, informasi dan educasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat;
11. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas;
12. Intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta
kapsul minyak beriodium;
13. Peningkatan kesehatan lingkungan;
14. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi;
Berangkat dari besarnya masalah gizi dan kesehatan serta bervariasinya
faktor penyebab masalah ini antar wilayah, maka diperlukan program yang
komprehensif dan terintegrasi baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun
nasional. Jelas sekali kerja sama antar sektor terkait menjadi penting, selain
mengurangi aktivitas yang tumpang tindih dan tidak terarah.
Berikut ini merupakan program- program alternatif yang dapat dilakukan dalam
rangka penanggulangan dan perbaikan gizi di masyarakat sebagai berikut :
1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi

12
2. Penanggulangan masalah gizi buruk
3. Penanggulangan masalah stunting
4. Penanggulangan KEP,anemia gizi, Gaky, kurang vitamin A dan kekurangan
zat gizi lainnya
5. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan kader posyandu sebagai
konselor ASI diwilayah Puskesmas
6. Optimalisasi kegiatan berbasis posyandu
Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam penanggulangan
gizi di beberapa wilayah kerja Kabupaten Sintang yaitu :
1. Workshop perencanaan desa bebas stunting Evaluasi percepatan dan
penurunan prevalensi stunting tingkat Kabupaten.
2. Rembuk Stunting bersama Lintas Program dan Lintas sektor.
3. Monev pencegahan stunting ke Kecamatan dan Puskesmas.
4. Orientasi PMBA ke desa - desa
5. Survey anemia di Kabupaten dan Kecamatan se Kabupaten Sintang.
6. Pertemuan lintas sektor dalam rangka menurunkan stunting
7. Bina wilayah ke desa dengan konsep P4K
8. Role Model 1 desa bebas stunting
9. Pemberian TTD Rematri secara massal tingkat Kecamatan
10. Pusat Penatalaksanaan Gizi Buruk (PPGB)
11. Upaya sensitif melalui kegiatan STBM, dengan penguatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu :

13
1. Beberapa faktor yang memengaruhi status gizi seseorang yaitu faktor
lingkungan, faktor ekonomi, faktor sosial-budaya, faktor
biologis/keturunan, dan faktor religi.
2. Akibat yang ditimbulkan karena gizi salah (malnutrisi) akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas,
dan kesanggupan kerja manusia.
3. Cara-cara perbaikan status gizi yaitu dengan pengaturan makanan yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi.
4. Penanggulangan masalah gizi terdiri dari: Penanggulangan masalah gizi
kurang dan Penanggulangan masalah gizi lebih
5. Permasalahan Gizi Masyarakat. Penyebab langsung, Penyebab tidak
langsung, Pokok masalah di masyarakat dan Akar masalah.
6. Program Perbaikan Gizi Dan Kesehatan berangkat dari besarnya masalah
gizi dan kesehatan serta bervariasinya faktor penyebab masalah ini antar
wilayah, maka diperlukan program yang komprehensif dan terintegrasi
baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Hasil Utama RISKESDAS , Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018


Hasil Utama RISKESDAS, Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018
Pontianak.tribunnews.com/Angka gizi Buruk di Kalbar masih Tinggi/republika

14
oneline
M.rri.co.id / Kesehatan-Permasalahan Gizi di Kalbar Masih Memprihatinkan
http://dinkes.kalbarprov.go.id/kabupaten-sintang-stunting
http://www.academia.edu/9728/Penanggulangan gizi buruk di wilayah kerja
puskesmas

15

Anda mungkin juga menyukai