Dosen Pengampu:
OLEH:
KELOMPOK 6
Ribka Oktafiana Silaban (2007511035)
Nyoman Krishy Raka Putra (2007511140)
I Nyoman Krisna Wardana (2007511156)
I Gusti Putu Agung Masguhyantara (2007511186)
I Gusti Made Krisna Arimbawa (2007511187)
I Gede Wahyu Indrayana (2007511261)
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan judul “Studi kasus pemerataan pendaptatan, kependudukan dan
pengangguran”.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen terkait dengan RPS 7
mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Drs. I Ketut Sudibia, S.U. sebagai dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dalam pembuatan makalah
ini masih banyak sekali kekurangan yang ditemukan, baik menyangkut tampilan maupun
substansinya. Oleh karena itu, kami mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
bagi kami khususnya .
Penulis
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I .......................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...................................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................4
BAB II ......................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................5
PENUTUP..............................................................................................................16
Kesimpulan ........................................................................................................16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini, kami dari kelompok akan memaparkan 3 kasus dengan tema yang
berbeda yaitu yang pertama mengenai pemerataan pendapatan, yang kedua mengenai
kependudukan, dan yang ketiga mengenai pengangguran. Kasus-kasus yang kami akan bahas
tersebut kami ambil dari data-data yang ada dari kepemerintahan dan beberapa jurnal yang sudah
disebarkan di internet dan merupakan contoh riil pada masyarakat. Kemudia dari ke tiga kasus
tersebut, kami dari kelompok akan mengkaitkan dengan pembangunan ekonomi di Indonesia,
seberapa besar pengaruhnya, bersifat negative atau positif terhadap pembangunan beserta solusi
yang menurut kami dapat mengurangi dari kejadian kasus tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kaitan kasus antara pemerataan pendapatan, kependudukan, dan
pengangguran terhadap pembangunan ekonomi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui contoh riil atau kasus yang ada di masyarakat mengenai pemerataan
pendapatan, kependudukan, dan pengangguran yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
iv
BAB II
ISI
Kelompok pengeluaran terbesar untuk jenis pengeluaran makanan terjadi pada kelompok
pengeluaran < 400.000 rupiah yaitu sebanyak 60,64 persen dan pengeluaran non makanannya
sebanyak 39,36 persen. Sedangkan untuk komposisi konsumsi non makanan terbesar terjadi pada
kelompok pengeluaran >=2.500.000 dengan komposisi 34,71 persen makanan dan 65,29 persen
non makanan. Untuk kelompok pengeluaran 600.000 - 799.000 rupiah hampir imbang antara
kelompok pengeluaran untuk makanan dan non makanannya yaitu sebanyak 51,33 persen untuk
6
makanan dan 48,67 persen untuk non makanan. Secara umum total pengeluaran perkapita di
Kota Yogyakarta pada tahun 2016 lebih banyak digunakan untuk konsumsi non makanan.
Persentase pengeluaran perkapita untuk konsumsi makanan sebanyak 37,06 persen dan 62,94
persen untuk konsumsi non makanan. Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
kelompok pengeluaran perkapita nya, prosentase untuk jenis pengeluaran makanan cenderung
semakin rendah dibanding dengan non makanan. Secara rata-rata di Kota Yogyakarta untuk
kelompok pengeluaran perkapita di bawah 2.000.000 rupiah, komposisi pengeluarannya lebih
banyak di gunakan untuk memenuhi kebutuhan makanannya, sedangkan untuk pengeluaran
perkapita di atas 2.000.000 rupiah, lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan non
makanannya. Pada tahun 2016, dari total penduduk terlihat bahwa yang berada pada kelompok
40 persen penduduk berpenghasilan rendah (masyarakat lapis bawah) menyerap sebanyak 13,09
persen dari total pendapatan, kelompok 40 persen penduduk berpenghasilan menengah mendapat
39,98 persen dan kelompok 20 persen penduduk berpenghasilan tinggi mendapat 46,93 persen
Apabila diumpamakan dengan pembagian 100 potong kue, maka pembagian kue adalah 40 orang
berpenghasilan terendah hanya mendapat 13 potong kue, 40 orang berpenghasilan menengah
mendapat 40 potong kue dan 20 orang dengan penghasilan tertinggi mendapat 47 potong kue.
Berdasarkan kriteria Bank Dunia, kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan
di Kota Yogyakarta tahun 2016 tergolong berketimpangan sedang atau moderat, dimana
penduduk kelompok berpenghasilan rendah menerima diantara 12 sampai 17 persen dari total
pendapatan. Jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015,
kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah menikmati bagian pendapatan yang
sedikit lebih tinggi, yaitu 14,01 persen. Begitu pula dengan 20 persen penduduk lapisan atas,
terjadi sedikit penurunan bagian pendapatan yaitu 50,50 persen pada tahun 2015 menjadi 46,93
persen pada tahun 2016. Sedangkan untuk 40 persen penduduk lapisan menengah/sedang terjadi
peningkatan bagian pendapatan yaitu dari 35,49 persen pada tahun 2015 menjadi 39,98 persen
pada tahun 2016. Secara total, kelompok pendapatan menengah dan tinggi menguasai 87 persen
distribusi pendapatan masyarakat di kota.. Sehingga dapat dikatakan dampak kemajuan
pembangunan lebih dirasakan untuk penerima pendapatan kelompok sedang dan tinggi. Idealnya
untuk kelompok penerima pendapatan sedang dan tinggi mampu mentransfer ke kelompok
penerima pendapatan rendah sehingga akan lebih merata.
• Pembahasan Kasus
Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk
konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran
kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih
besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah.
Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk
makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga/keluarga akan semakin sejahtera bila
persentase pengeluaran untuk makanan semakin lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran
7
untuk non makanan. Salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut harus
dibarengi dengan pemerataan pendapatan masyarakat, sehingga hasil-hasil pembangunan
tersebut dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat agar tidak berdampak pada kesenjangan
sosial. Maka dari itu diharapkan Pemerintah Kota Yogyakarta dapat terus memberikan perhatian
khusus dalam upaya mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan. Bukan
hanya pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat juga perlu ikut berperan aktif, agar kaum miskin
tidak semakin terpinggirkan, dan apa yang dicita-citakan dalam pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
2. Kasus Kependudukan
A. Distribusi Penduduk Nusa Tenggara Barat Menurut Umur
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan provinsi yang berada di Wilayah Timur
Indonesia. NTB terbagi menjadi beberapa pulau kecil dengan suku yang beragam. Walaupun
pulaunya kecil, penduduk NTB cenderung tidak sedikit. Pertambahan jumlah penduduk terus
terjadi.NTB telah berkontribusi sebanyak 1,9 persen terhadap penduduk Indonesia secara
keseluruhan sehingga menjadikan NTB sebagai pulau yang memiliki penduduk terpadat di
Indonesia setelah Pulau Jawa dan Bali (Jalaludin dan Fahri, 2013). Kepadatan penduduk ini
dikarenakan jumlah penduduk yang banyak, namun dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa adanya
ketimpangan jumlah penduduk yang ada di NTB.
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Nusa Tenggara Barat, per Kabupaten/Kota 2016-2018
8
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk Nusa Tenggara Barat Tahun 2015-
2018.
Sumber: Proyeksi Penduduk Tahun 2010-2020 dalam BPS Tahun 2015-2018, diolah
Pertumbuhan jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat menunjukkan tren yang semakin
meningkat (Gambar 1) dimana pada tahun 2015-2016 terjadi peningkatan sebesar 61.782 jiwa,
tahun 2016-2017 sebesar 60.585 jiwa, dan tahun 2017-2018 sebesar 58.416 jiwa. Pertumbuhan
jumlah penduduk menurut Tabel 1 menunjukkan angka tertinggi di Lombok Timur pada tahun
2016-2017 dan terendah di Lombok Utara, sedangkan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2017-
2018 adalah di Lombok Timur dan terendah di Sumbawa Barat. Pertumbuhan penduduk yang
dipengaruhi oleh tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi menunjukkan masih kurangnya
pengendalian angka pertumbuhan jumlah penduduk melalui ketiga komponen tersebut.
B. Piramida Penduduk
9
penduduk Nusa Tenggara Barat sebagaimana direpresentasikan melalui piramida tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia 0-4 tahun, 5-9 tahun,
dan 10-14 tahun yaitu sebanyak 1.474.018 jiwa atau 29,39 persen dari jumlah penduduk Nusa
Tenggara Barat. Jumlah penduduk usia muda yang lebih besar menunjukkan angka kelahiran
yang besar serta angka kematian bayi rendah dibandingkan dengan angka kematian penduduk
usia lanjut.
Piramida ekspansif menunjukkan karakteristik pertumbuhan penduduk yang cepat,
seperti yang dimiliki oleh Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya yang menunjukkan
struktur umur transisional (Malamassam dan Hidayati, 2015 dalam LIPI, 2019). Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan struktur penduduk Nusa Tenggara Barat diantaranya fertilitas
(kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (masuk dan keluar). Angka kelahiran total di
Nusa Tenggara Barat rata-rata mencapai 2,8 dimana angka tersebut masih lebih tinggi dari rata-
rata nasional yaitu 2,3 menurut Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) 2017. Angka
kelahiran yang tinggi di Nusa Tenggara Barat disebabkan rata-rata umur perkawinan pertama
sehingga peluang untuk melahirkan anak pun tinggi, pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang
belum maksimal dan banyaknya penolakan pemakaian alat kontrasepsi, serta banyaknya
pernikahan dibawah usia hingga kejadian pemerkosaan. Tingginya angka mortalitas disebabkan
angka kematian bayi (AKB) yang relatif tinggi akibat kurangnya edukasi terhadap masyarakat,
proses persalinan yang kurang melibatkan tenaga medis profesional, serta menurunnya kondisi
kesehatan ibu dan anak selama proses kehamilan. Begitu juga dengan angka migrasi yang
menunjukkan tingkat migrasi keluar yang lebih besar dibandingkan migrasi masuk (BPS, 2015).
Hal tersebut disebabkan daya tarik lokasi tujuan yang lebih tinggi, peluang kerja yang lebih
tinggi di luar Nusa Tenggara Barat, serta migrasi akibat pernikahan.
• Pembahasan Kasus
Dari Teori Pembangunan Ekonomi Menurut Todaro (2000) pembangunan ekonomi
berarti suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam
struktur sosial, sikapsikap masyarakat, dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan
atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan kemiskinan absolut.
Keyfit dan Nitisastro (1997) menjelaskan bahwa tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu
negara adalah memperoleh susunan ekonomi sedemikian rupa sehingga dapat terjamin suatu
tingkat hidup yang setinggi-tingginya bagi seluruh warganegara. Tingkat hidup dalam suatu
negara biasanya diukur dengan pendapatan rata-rata tiap orang berdasarkan pembangunan
nasional. Meskipun demikian, bertambahnya hasil produksi belum berarti naiknya tingkat
penghidupan, apabila pertambahan penduduk melebihi tingkat pertambahan produksi. Sasaran
Pembangunan adalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seperti yang diamanatkan oleh Pancasila. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan terciptanya stablitas nasional yang sehat dan dinamis. Mulyadi
(2003:16) menyatakan bahwa tingginya angka pertumbuhan penduduk yang terjadi di negara
sedang berkembang seperti Indonesia dapat menghambat proses pembangunan.. Namun, jumlah
10
penduduk dan penduduk umur produktif yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang efektif di negara
itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat, termasuk penyediaan
kesempatan kerja.
Pemertaan pembangunan akan cepat dirasakan penduduk apabila kesempatan kerja
tersedia dengan baik dan sesuai dengan kondisi masyarakat. Kesempatan kerja yang tercipta
untuk penduduk dapat menghasilkan pendapatan yang akan digunakan untuk menikmati hidup
yang layak dan meningkat dari masa ke masa Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi harus mencerminkan pertumbuhan output per kapita. Dengan pertumbuhan perkapita,
berarti terjadi pertumbuhan upah riil dan meningkatnya standar hidup. Dengan demikian
pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang
mencerminkan adanya pertumbuhan output perkapita dan meningkatnya standar hidup
masyarakat (Murni, 2006)
Pertumbuhan penduduk sebenarnya merupakan keseimbangan dinamis antara dua
kekuatan yang menambah atau yang mengurangi jumlah penduduk. Perkembangan penduduk
akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh
jumlah kematian yang dapat terjadi pada semua golongan umur. Dalam konteks spasial moblitas
penduduk juga berpengaruh terhadap perubahan dalam jumlah penduduk, dimana imigrasi akan
menambah jumlah penduduk dan emigrasi akan mengurangi jumlah penduduk dalam suatu
wilayah. Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif
karena dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek
pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun
disisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah
sebagai asset seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa
penduduk merupakan beban bagi pembangunan.
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Sebenarnya permasalahan yang muncul
dibidang kependudukan bukan hanya pada jumlah yang besar semata akan tetapi juga berimbas
pada turunan dari kuantitas yang besar tersebut antara lain adalah persebaran penduduk, kualitas
penduduk, kecukupan dari sisi konsumsi, struktur penduduk yang sebagian besar masih muda,
modal dan teknologi yang dimiliki juga masih rendah dan akibatnya produktivitas kerja makin
menurun serta masalah krusial yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
11
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum mendapatkan hasil maksimal, masih
banyak persoalan yang perlu diselesaikan oleh pemerintah seperti pengangguran dan
masalah-masalah sosial lainnya (Sudradjad, 1999:1).
Permasalahan sosial bukan hanya menjadi masalah individual atau kelompok
masyarakat, tetapi permasalahan sosial merupakan masalah negara yang menjadi
tanggung jawab bersama untuk dapat diselesaikan dengan baik dan berkelanjutan.
Permasalahan sosial yang dihadapi oleh seuatu negara atau wilayah tidak terlepas dari
arah pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh segenap warga negara (Sudradjad,
1999:1). Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat dilihat dari beberapa indikator
perekonomian. Salah satu di antaranya adalah melalui tingkat pengangguran. Besarnya
tingkat pengangguran dapat menunjukkan kondisi suatu negara, apakah
perekonomiannya berkembang atau mengalami kemunduran. Selain itu dengan tingkat
pengangguran, dapat diketahui pula adanya ketimpangan atau kesenjangan distribusi
pendapatan yang diterima masyarakat.
Pulau Bali sudah terkenal di penjuru dunia dengan keindahan objek wisatanya
yang menjadikan Pulau Bali sebagai tujuan wisata dunia yang digemari, apalagi
ditambah dengan beragamnya adat istiadat dan kebudayaan yang kental dan unik. Sektor
pariwisata yang terus berkembang, tidak membuat masalah pengangguran mudah
diatasi, dan pengangguran masih menjadi masalah yang cukup serius yang menjadi
pekerjaan rumah bagi segenap pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi maupun
bagi pemerintah kabupaten/kota. Data BPS menunjukkan jumlah pengangguran di
seluruh kabupaten/kota di Bali tahun 2004-2010. Secara rata-rata, jumlah
pengangguran terendah di Bali terjadi pada tahun 2009 dengan tingkat penggangguran
7.650 jiwa dan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 13.360 jiwa. Dari
Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran di seluruh kabupaten/kota sangat
berfluktuasi. Keadaan fluktuatif tersebut merupakan cerminan bahwa pengangguran
bukanlah masalah yang mudah untuk dapat diatasi oleh pemerintah yang ada.
12
Masalah pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan merupakan
isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator yang
mempengaruhinya. Adapun indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat
pengangguran seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan upah minimum.
Menurut Sukirno (2004 : 331), apabila pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan,
diharapkan akan berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran, hal ini diikuti
dengan tingkat upah. Jika tingkat upah naik akan berpengaruh pada penurunan jumlah
pengangguran pula, sedangkan tingkat inflasi yang tinggi akan berpengaruh pada
kenaikan jumlah pengangguran. Penelitian yang dilakukan oleh Tunah (2010), variabel
GDP dan inflasi mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengangguran, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2007) menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran.
13
kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan agregat di dalam
perekonomian dibanding penawaran agregatnya.
3) Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan adanya
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
4) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang disebabkan adanya
penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia.
C. Penyebab Pengangguran
Menurut Sukidjo (2005), ada berbagai penyebab terjadinya pengangguran, di
antaranya adalah:
1) Keterbatasan jumlah lapangan kerja, sehingga tidak mampu menampung seluruh
pencari kerja.
2) Keterbatasan kemampuan yang dimiliki pencari kerja, sehingga pencari kerja tidak
mampu mengisi lowongan kerjanm karena tidak memenuhi persyaratan
kemampuan dan keterampilan yang diperlukan.
3) Keterbatasan informasi, yakni tidak memiliki informasi dunia usaha mana yang
memerlukan tenaga kerja serta persyaratan apa yang diperlukan.
4) Tidak meratanya lapangan kerja. Daerah perkotaan banyak tersedia lapangan
pekerjaan sedangkan di pedesaan sangat terbatas.
5) Kebijakan pemerintah yang tidak tepat, yakni pemerintah tidak mampu
mendorong perluasan dan pertumbuhan sektor modern.
6) Rendahnya upaya pemerintah untuk melakukan pelatihan kerja guna meningkatkan
skill pencari kerja.
14
D. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengangguran
Menurut Todaro (1985 : 219) pembangunan ekonomi mensyaratkan pendapatan
nasional yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi
merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan
hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang
melaksanakan dan berhak
menikmati hasilnya. Setiap adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi
diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran.
15
1
4
1 200
0 9
201
8 0
di daerah tersebut (Algofari, 2010). 201
6
2 1
4 201
0 2
201
3
Gambar 1.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali Tahun 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut harus dibarengi dengan pemerataan
pendapatan masyarakat, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat agar tidak berdampak pada kesenjangan social. Bukan hanya
pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat juga perlu ikut berperan aktif, agar kaum
miskin tidak semakin terpinggirkan, dan apa yang dicita-citakan dalam pembangunan
untuk kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
2. Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif karena
dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek
pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Hal
ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut
3. Tingkat pengangguran antar kabupaten/kota di Provinsi Bali berfluktuasi setiap
tahunnya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran antar
kabupaten/kota di Provinsi Bali tidak merata, hal tersebut disebabkan oleh tidak
berimbangnya perkembangan antara jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di suatu
daerah dengan jumlah angkatan kerja didalam suatu daerah tersebut. Pertumbuhan
ekonomi sangat penting didalam menilai kinerja suatu perekonomian, salah satunya
ialah untuk menganalisis hasil dari pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan
oleh suatu daerah.Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi tolak ukur tingkat
kesejahteraan masyarakat suatu daerah karena peningkatan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah biasanya diikutidengan peningkatan pendapatan per kapita suatu daerah.
17
Daftar Pustaka:
Permono AI, dkk. 2020. Analisis Distribusi Penduduk Nusa Tenggara Barat Menurut Umur dan
Jenis Kelamin [Google Scholar].[diunduh 20 Maret 2021]. Tersedia pada
https://www.researchgate.net/profile/Adia_Permono/publication/344770874_Analisis_Distribusi
_Penduduk_Nusa_Tenggara_Barat_Menurut_Umur_dan_Jenis_Kelamin/links/5f8eb5a5a6fdccfd
7b6ea345/Analisis-Distribusi-Penduduk-Nusa-Tenggara-Barat-Menurut-Umur-dan-Jenis-
Kelamin.pdf
Ayuningsasi, Anak Agung Ketut. PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT
INFLASI, DAN UPAH MINIMUM TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DI BALI,
unud.ac.id, diakses 20 Maret 2021, <https://scholar.google.com/citations?
user=yJtDL7sAAAAJ&hl=en>
18