OLEH:
KELOMPOK 5 :
1. ANSI ARIANTI RIWU (33118183)
2. MARIA VIRGINIA MANEK (33117059)
3. KAROLINA UTARI (33118173)
4. APLONIA ENJELINA HADIA (33118154)
5. MATEUS RIDO GELI (33118207)
6. ERNI TRISNA SERAN (33118119)
7. STEFANIA B. DJUMA (33118145)
8. AKNESIA K. MANEHAT (33118215)
9. MEGA ACHAB (33118217)
10. GRESENTYA VENNY SEPTIARA TSE (33118122)
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR
puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN
KEMISKINAN Selain sebagai tugas, makalah yang penulis buat ini bertujuan memberi
informasi kepada para pembaca tentang KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN
KEMISKINAN. Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu,
selesainya makalah ini bukan semata karena kemampuan penulis, banyak pihak yang mendukung
dan membantu. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-
pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar kedepannya kami
mampu lebih baik lagi.
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………………………………………………………….
B. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan. Hal ini bisa terjadi bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki
oleh setiap individu dimana satu individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi
pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di Negara di dunia. Kita
menyaksikan bahwa kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di Negara Negara
berkembang, meskipun telah terjadi perbaikan- perbaikan yang signifikan selama lebih dari
separuh abad terakhir. Sudah jelas bahwa pembangunan memerlukan GNI yang lebih tinggi
dan pertumbuhan yang cepat. Namun masalah dasarnya bukan hanya bagaimana
menumbuhkan GNI, sejumlah besar masyarakat yang ada dalam sebuah Negara ataukah
hanya segelintir orang didalamnya. Jika yang menumbuhkan hanyalah orang –orang kaya
yang berjumlah sedikit,maka manfaat pertumbuhan GNI itu pun hanya dinikmati oleh
mereka saja, sehingga kemiskinan dan ketimpangan pendapatan pun akan semakin parah.
Namun jika pertumbuhannya dihasilkan oleh orang banyak, mereka pulalah yang akan
memperoleh manfaat terbesarnya, dan buah pertumbuhan ekonomi akan terbagi secara
merata. Oleh karena itu, banyak Negara berkembang yang dalam sejarahnya menikmati
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi menemukan bahwa pertumbuhan semacam itu
kurang memberikan manfaat kepada kaum miskin.karena penanggulan kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan merupakan inti dari semua masalah pembangunan dan
merupakan tujuan utama kebijakan pembangunan di banyak Negara, maka kita melihat
bagian dua dengan berfokus pada hakikat kemiskinan dan masalah ketimpangan pendapatan
di Negara – negara berkembang. Meskipun focus utama kita adalah kemiskinan ekonomi
dan ketimpangan dalam hal distribusi pendapatan asset,perlu diinagatkan bahwa hal tersebut
hanyalah bagian kecil dari masalah ketimpanagan yang sebenarnya lebih luas di Negara
berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan
yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah yaitu pengaruh ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap kemiskinan.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
2. Untuk mengetahui dan lebih memahami tentang ketimpangan Distribusi pendapatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketimpangan adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat yang
menjadikan suatu perbedaan yang mencolok.
Distribusi Pendapatan adalah suatu ukuran yang digunakan untuk melihat beberapa
pembagian dari pendapatan nasional yang diterima masyarakat.
Kemiskinan adalah suatu keadaan atau ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan primer seperti makanan, air, pakaian serta tempat tinggal.
Garis pemerataan
Garis pemerataan
a.Distribusi pendapatan yang relative merata b.Distribusi pendapatan yang relative tidak merata
Misalnya, satu tahun peraga 6.1 memuat kurva Lorenz yang menggunakan data desil
(populasi terbagi menjadi sepuluh kelompok)yang termuat dalam tabel 6.1.dalam kalimat
lain,sumbu horizontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama,sesuai
dengan 10 kelompok desil.titik A menunjukan bahwa sepuluh persen terbawah (termiskin)
dari total penduduk hanya menerima 1,8% pendapatan total, titik B menunjukan bahwa 20%
kelompok terbawah hanya menerima 5% dari pendapatan total, demikian seterusnya bagi
masing-masing 8 kelompok lainya.perhatikanlah bahwa titik tengah, yang menunjukan 50%
penduduk hanya menerima 19,8% dari pendapatan total.
Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal (yang merupakan garis
pemerataan sempurna), maka seakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya.
Kasus ekstrem dari ketidakmerataan yang sempurna (yaitu, apabila hanya seorang saja yang
menerima seluruh pendapatan nasional, sementara orang-orang lainnya sama sekali tidak
menerima pendapatan) akan diperlihatkan oleh kurva Lorenz yang berhimpit dengan sumbu
horizontal sebelah bawah dan sumbu vertikal disebelah kanan.oleh karena tidak ada satu
Negara pun yang memperlihatkan pemerataan sempurna atau ketidak merataan sempurna
didalam distribusi pendapatannya, semua kurva Lorenz dari setiap Negara akan berada
disebelah kanan garis diagonal seperti ditunjukan pada Peraga 6.1. Semakin parah tingkat
ketidakmerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan disuatu Negara maka bentuk kurva
Lorenznya pun akan semakin melengkung mendekati sumbu horizontal bagian bawah. Dua
macam bentuk kurva Lorenz yang melambangkan kondisi distribusi pendapatan yang jauh
berbeda dapat dilihat pada Peraga 6.2. Peraga 6.2a menunjukan suatu distribusi pendapatan
yang relatif merata (ketimpangannya tidak parah) sedangkan Peraga 6.2b menunjukan
distribusi yang relative tidak merata (ketimpangan parah).
Garis pemerataan
Kurva lorenz
W= W (W, I, P)
Dimana Y adalah pendapatan per kapita dan berhubungan positif dengan fungsi
kesejahteraan kita, I adalah ketimpangan dan berhubungan negatif, dan P adalah kemiskinan
absolut dan juga berhubungan negatif. Ketika komponen ini mempunyai signifikasi yang
berbeda-beda, dan kita perlu mempertimbangkan ketiga elemen ini semua untuk
mendapatkan penilaian menyeluruh terhadap kesejahteraan di negara berkembang.
Dalam buku klasiknya yang berjudul Poverty, Inaquality, and Development, Gariy S.
Fielsds menunjukan penggunaan kurva Lorenz untuk menganalisis tiga kasus terbatas
dalampenggunaan dualistik. Ia membedakannya menjadi tiga tipologi pembangunan:
100
0 100
Ketiga tipologi ini menawarkan prediksi yang berbeda-beda mengenai apa yang
akan terjadi terhadap ketimpangan pendaptan akibat pertumbuhan ekonomi. Dengan
pengayaan sektor modern, ketimpangan akan semakin meningkat, sementara dalam kondisi
yang memperkaya sektor tradisional, ketimpangan akan semakin menurun. Sebaliknnya,
dalam perluasan sektor-modern, mula-mula ketimpangan akan meningkat dan setelahnya
menurun. Jika proses pembangunan khusus ini memang terjadi, kita tidak usah merisaukan
meningkatnya ketimpangan distribusi pendapatan sementara, karena di samping sifatnya
hanya sementara, proses pembangunan ini mencerminkan naiknya pendapatan yang di
nikmatai masing-masing penduduk di atas garis kemiskinan absolut.
Pengamatan ini menegaskan bahwa kita harus sedikit mengubah kesimpulan yang
menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan itu buruk. Khususnya, dalam sejumlah khasus
tertentu, ketimpangan mungkin akan meningkat sementara waktu akibat hal-hal yang pada
gilirannya akan membuat semua orang diuntungkan dan pada akhirnya menurunkan
ketimpangan pendapatan. Namun di sisi lain, dengan pertumbuhan yang disebabkan oleh
pengayaan sektor modern, dan penduduk miskin tidak akan terlepas dari kemiskinan.
Akibatnya, kita harus berhati-hati dalam menyimpulkan penyebab perubahan jangka
Sektor Modern
100
0 100
Persentase Penerimaan Pendapatan
Pendek dalam statistika ekonomi, sebelum kita mengenai lebi banyak mengenai
perubahan-perubahan mendasar dalam ekonomi riil yang menghasilkan statistika ini.
Proses pertumbuhan yang di sebebkan perluasan sektor modern menyiratkan kemungkinan
mekanisme yang dapat mengakibatkan hipotesis “kurva-U-terbalik” Kuznets.
Simon Kuznets mengatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi
pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap selanjutnya, distribusi pendapatannya
akan membaik. Observasi inilah yang kemudian dikenal sebagai kurva Kuznets “U-
terbalik”, karena perubahan longitudinal (time-series) dalam distribusi pendapatan seperti
yang diukur misalnya, oleh koefisien Gini-tampak seperti kurva berbentuk U-terbalik,
sering dengan naiknya GNP, pada beberapa khasus penelitian Kuznets, seperti terlihat pada
gambar 6.10.
Dewasa ini, terdapat banyak ulasan yang mencoba menjelaskan mengapa pada taha-
tahap awal pembangunan distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun kemudian
membaik. Sebagian besar dari ulasan tersebut mengaitkannya dengan kondisi-kondisi dasar
pertumbuhan yang bersifat struktural. Menurut model Lewis, tahapan pertumbuhan awal
akan berpusat di sektor industri modern, yang mempunyai lapangan kerja terbatas namun
tingkat upah dan produktivitas terhitung tinggi.
Seperti yang telah kita lihat, kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhan
berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring dengan
perkembangan sebuah negara dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern.
Disamping itu, imbalan yang diperoleh dari investasi disektor pendidikan mungkin akan
meningkatkan terlebih dahulu, karena sektor modenr yang muncul memerlukan tenaga
kerja terdidik meningkat dan penawaran tenaga kerja tidak terdidik menurun. Sehingga
walapun
0.75-
0.50-
0.35-
0.25
Seusai menyoroti hubungan antara kesenjangan dengan tingka pendapatan per kapita
tersebut, mari kita simak hubungan, jika memang ada, antara pertumbuhan ekonomi
dengan ketimpangan. Laju pertumbuhan GNP dengan standar perbaikan tingkat
pendapatan relatif penduduk yang paling miskin. Data dari masing-masing negara di
gambarkan dalam peraga tersebut dengan satu titik guna mencerminkan kombinasi antara
pertumbuhan GNP dan pertumbuhan pendapatan dari 40 persen penduduk yang paling
miskin.
Hubungan yang jelas atau kuat antara laju pertumbuhan GNI dan distribusi
pendapatan. Laju pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memperburuk disrtibusi
pendapatan, seperti yang di pernah dikatakan sejumlah pengamat. Di negara berkembang
seperti India, Peru, dan Filipina, laju pertumbuhan GNI yang merendah di sertai pula
dengan memburuknya distribusi pendapatan bagi 40 persen penduduknya yang paling
miskin.
Ketimpangan, seperti diukur oleh koefesien gini, nampaknya tidak berhungan sama
sekali dengan laju pertumbuhan GNI per kapita agregat. Selama periode tersebut
pertumbuhan GNI per kapita di Asia Timur rata-rata mencapai 5,5 persen, sementara
pertumbuhan GNI per kapita Afrika menurun sebesar 0,2 persen, namun koefesien Gini
kedua area tersebut tetap tidak berubah. Karakter pertumbuhan ekonomi (character of
economiv growth) yaitu bagamaimana cara mencapainya siapa yang perperan serta, sektor-
sektor yang mana saja mendapat prioritas, lembaga-lembaga yang menyusun dan yang
mengatur dan sebagainya, yang menentukan apakah pertumbuhan ekonomi mempengaruhi
perbaikan taraf kehidupan masyarakat miskin atau tidak.
Rencana subsidi barang-barang yang dikonsumsi oleh penduduk yang kurang mampu
harus ditujukan ke daerah-daerah yang banyak ditinggali kaum miskin dan harus berupa
barang-barang yang tidak dikonsumsi oleh penduduk yang tidak miskin.
Disamping itu, mungkin ada baiknya jika orang-orang yang kurang mampu itu
diharapkan bekerja dahulu sebelum memperoleh bantuan makanan. Dalam program ini,
orang-orang tidak mampu ditempatkan dilokasi pembangunan infrastruktur, seperti
pekerjaan membangun jalan yang menghubungkan denga pasar di kota besar, yang pada
akhirnya akan memberikan manfaat bagi penduduk miskin itu sendiri maupun bagi
masyarkat berada di daerah itu secara keseluruhan. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan
bayaran yang berupa bahan makanan membuat orang-orang yang mampu tidak bersedia
berpartisipasi di dalam pekerjaan infrastruktur itu, sehingga menghemat sumber daya.
Karakter seperti ini dikenal sebagai fungsi “penyaringan” dari program bantuan
ketenagakerjaan (workfare program).
Program bantuan tenaga kerja seperti food for work program merupakan kebijakan
yang lebih baik daripada program kesejahtraan atau bantuan langsung yang lain jika
syarat-syarat ini dipenuhi:
Strategi lain yang layak dipertimbangkan untuk memberantas kemiskinan adalah dengan
membantu penduduk miskin mengembangkan usaha mikro mereka, yang menjadi
andalan penduduk miskin yang tidak bekerja di sector pertanian. Dengan menigkatkan
modal kerja dan aset-aset lain dalam usaha mikronya, kaum miskin dapat meningkatkan
produktivitas dan pemdapatan secara substansial. Strategi pendirian bank kampung untuk
mencapai tujuan ini, dicontohkan oleh grameen bank di Bangladesh.
.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai rangkuman atas segenap pembahasan kita mengenai alternatif pendekatan
kebijakan atas masalah kemiskinan serta ketimpangan distribusi pendapatan di Negara –
Negara berkembang, dapat ditegaskan disini bahwa yang kita perlukan bukanlah bukanlah
satu atau dua kebijakan yang saling terpisah atau berdiri sendiri,melainkan satu peket
kebijakan yang komponen – komponen bersifat saling melengkapi dan saling menunjang,
yang meliputi empat unsur fundamental berikut.
1. Adanya satu atau serangkaian kebijakan yang dirancang guna mengoreksi berbagai
distorsi harga – harga relative dari masing –masing faktor produksi demi lebih
terjaminnya pembentukan harga pasar yang selanjutnya akan mampu memberikan sinyal
–sinyal dan insentif yang tepat (sesuai dengan kepentingan social) bagi parah produsen
maupun pemasok sumber – sumber daya.
2. Adanya satu atau serangkaian kebijakan yang dirancang untuk menghasilkan berbagai
perubahan stuktural dalam distribusi asset, kekuasaan dan kesempatan memperoleh
pendidikan serta penghasilan (pekerjaan ) yang lebih merata.
3. Adanaya satu serangkaian kebijakan yang khusus dibuat untuk memodifikasi ukuran
distribusi pendapatan kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi melalui pajak
progresif atas pendapatan dan kekayaan mereka pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah melalui tunjangan langsung maupun melalui upaya – upaya
penyedian berbagai barang konsumsi dan peningkatan jasa – jasa pelayanan yang
dibiayai oleh pemerintah.
4. Adanya seperangkat target kebijakan yang secara langsung memperbaiki kaum miskin
dan komunitasnya.
DAFTAR PUSTAKA