Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan


Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen pengampu: Supena SE,MM

Disusun oleh:

 Novivah Fadilah (2202064)

 Hana Maulida Dewi (2202056)


 Sela Ade Nuryani (2202072)

 Reza Fahlevi (22202068)


 Hasan Sodikin (2202107)

 Mohammad Hilmy (2202056)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MIFTAHUL HUDA

2024/2025
Kata pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang berkat
anugerah dari-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Distribusi
pendapatan dan kemiskinan” Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Perekonomi
Indonesia dan juga untuk pembaca sebagai bahan penambah pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat juga agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Subang, 11 Maret 2024


Daftar isi
KATA PENGANTAR ................................................................................... .......i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. ............1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan .....................................................................................................2

II. PEMBAHASAN
A. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Kemiskinan........2
1. Pengertian Distribusi pendapatan................................................................2
2. Ukuran Pokok Distribusi pendapatan........................................................2
3. Indikator Ukuran Distribusi Pendapatan...................................................3
4. Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pendapatan..................................3
5. Teori dan Pengukuran Distribusi Pendapatan...........................................3
B. Pengertian Kemiskinan....................................................................................4
1. Ciri-ciri Masyarakat Miskin.......................................................................4
2. Faktor-faktor penyebab Kemiskinan..........................................................4
C. Hubungan antara Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan............................5
D. Jenis-jenis Kemiskinan.....................................................................................5
E. Dampak Kemiskinan........................................................................................5

III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ .......6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi


pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas setiap individu
dimana individu/kelompok lain. Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan
merupakan indikator dari distribusi dari distribusi pendapatan masyarakat di suatu
daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kecenderungan kenaikan tren ketimpangan
pendapatan tersebut terjadi baik di level nasional, perkotaan, pedesaan, juga di semua
provinsi di indonesia. Di perkotaan, ketimpangan cenderung lebih tinggi dari pada di
pedesaan, demikian juga di kota-kota besar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian, ukuran pokok, indikator, faktor yang mempengaruhi


distribusi pendapatan, teori dan pengukuran distribusi pendapatan?
2. Bagaimana ciri-ciri, dan faktor-faktor kemiskinan?
3. Bagaimana hubungan antara distribusi pendapatan dan kemiskinan?
4. Bagaimana jenis-jenis dan contoh kemiskinan?
5. Bagaimana dampak kemiskinan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian, ukuran pokok, indikator, faktor mempengaruhi distribusi


pendapatan dan teori dan pengukuran distribusi pendapatan.
2. Mengetahui pengertian, ciri-ciri, dan faktor-faktor kemiskinan.
3. Mengetahui hubungan antara distribusi pendapatan dan kemiskinan.
4. Mengetahui jenis-jenis dan contoh kemiskinan.
5. Mengetahui dampak kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Kemiskinan

Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidak merataan distribusi


pendapatan murapakan salah satu inti masalah pembangunan, terutama di negara
sedang berkembang.

Todaro dan Smith (2004) mengatakan penggulangan kemiskinan dan


ketimpangan distribusi pendapatan merupakan inti dari semua masalah
pembangunan dan merupakan tujuan utama kebijakan pembangunan di banyak
daerah.

Menurut Todaro (2000) pengaruh antara ketimpamgan distribusi pendapatan


terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk
miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin
memilki jumhlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian
mereka berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan
memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.

Penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidak samaan pola kepemilikan


sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang.

1. Pengertian Distribusi pendapatan

Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa inggris distribution yang


berarti penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian, atau pengiriman
barang kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses
penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai. Dalam ekonomi konvensional, distribusi diartikan dengan
klasifikasi pembayaran-pembayaran berupa sewa, upah, bunga, modal, dan laba
yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tanah, tenaga
kerja, modal, dan pengusaha-pengusaha. Distribusi adalah proses penentuan harga
yang dipandang dari sudut penerimaan pendapatan dan bukanlah dari sudut
prmbayar biaya-biaya. Pendapatan menurut Samuelson berarti penerimaan total
atau kas yang diperoleh oleh seseorang atau rumah tangga selama periode waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari penghasilan tenaga kerja,
penghasilan atas milik (seperti sewa, bunga, dan dividen) dan tunjangan transfer
pemerintah.

Distribusi pendapatan memiliki pengertian penyebaran pendapatan pada


suatu wilayah geografis. Distribusi ini juga bisa memiliki makna penyaluran
pendapatan melalui penyelesaian pekerjaan dalam pengadaan barang, jasa dan
bidang niaga. Adapun yang mengartikannya sebagai suatu proses pembagian
pada faktor produksi yang mengikuti pendapatan. Hal ini dapat dikatakan efektif
bila merata sehingga tidak terjadi ketimpangan. Apabila miskin tidak
mendapatkan fasilitas yang sama dengan lainnya maka pemerintah bisa
memberikan bantuan baik tunai, skill dan kesempatan kerja maupun program
pemerintah lainnya.
2. Ukuran Pokok Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan sebagai suatu ukuran dibedakan menjadi dua ukuran


pokok, baik untuk tujuan analisis maupun untuk tujuan kuantitatif yaitu:

a. Pendapatan “personal” atau distribusi pendapatan berdasarkan ukuran atau


besarnya pendapatan. Distribusi pendapatan pribadi atau distribusi
pendapatan berdasarkan besarnya pendapatan paling banyak digunakan
ahli ekonomi. Distribusi ini hanya menyangkut per orang atau rumah
tangga dan total pendapatan yang mereka terima, dari mana pendapatan
yang mereka peroleh tidak dipersoalkan. Tidak dipersoalkan pula berapa
banyak yang diperoleh masing-masing individu, apakah merupakan hasil
dari pekerjaan mereka atau berasal dari sumber-sumber lain. Selain itu
juga diabaikan sumber-sumber pendapatan yang menyangkut lokasi
(apakah di wilayah desa atau kota) dan jenis pekerjaan.

b. Distribusi pendapatan “fungsional” atau distribusi pendapatan menurut


bagian faktor distribusi. Sistem distribusi ini mempertimbangkan individu-
individu sebagai totalitas yang terpisah.

3. Indikator Pengukuran Distribusi Pendapatan

a. Distribusi pendapatan antar sektor

Ukuran ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima
oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
Teori distribusi pendapatan ini pada dasarnya mempersoalkan persentase
penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit
usaha atau faktor produksi yang terpisah secara individual dan
membandingkannya dengan persentase pendapatan total yang dibagikan
dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing merupakan perolehan
dari tanah, modal, uang, dan modal fisik).

b. Koefisien Gini

Koefisien Gini (Gini coeffiecient) adalah statistik ketimpangan ekonomi


dalam masyarakat. Itu memberitahu dispersi pendapatan atau distribusi
kekayaan di antara individu di dalam sebuah perekonomian Koefisien
Gini bukan ukuran absolut dari pendapatan atau kekayaan suatu negara.
Itu hanya memberitahu bagaimana pendapatan atau kekayaan di dalam
perekonomian tersebar di antara penduduk. Istilah lain dari koefisien Gini
adalah rasio gini atau indeks gini.

Dua pendekatan untuk menghitung koefisien gini : metode langsung dan


tidak langsung. Di bawah ini metode langsung, anda dapat menggunakan
rumus koefisien Gini berikut:

Rumus Koefisien Gini


Dimana:

GINI = Koefisien Gini

U = rata-rata variabel (misalnya pendapatan atau kekayaan)

N = jumlah total observasi yi dan

Yi = nilai pendapatan atau kekayaan individu

Dalam pendekatan tidak langsung, anda dapat menghitung koefisien


dengan membagi dua area dari Kurva Lorenz.

Nilai Koefisien Gini

Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan


makin merata jika nilai koefisien gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu
distribusi pendapatan dikatakan makin merata jika nilai Koefisien Gininya makin
mendekati makin mendekati satu (1).

Pada prakteknya Koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat


ketimpangannya berkisar antara 0,50 hingga 0,70, ketimpangan sedang berkisar
antara 0,36 hingga 0,49, sedangkan untuk negara-negara yang distribusi
pendapatannya relatif merata angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35.
c. Distribusi Pendapatan Per orangan

Ukuran distribusi pendapatan per orangan (personal distribution) merupakan


ukuran yang paling umum digunakan oleh para ekonomi. Ukuran sederhana
ini menunjukkan hubungan antara individu-individu dengan pendapatan total
yang mereka terima. Bagaimana caranya pendapatan itu diperoleh tidak
diperhatikan. Berapa banyak pendapatan masing-masing pribadi, atau apakah
pendapatan itu berasal dari hasil kerja keras semata ataukah sumber-sumber
lain. Oleh karena itu, para ekonomi dan ahli statistik lebih suka menyusun
semua individu menurut tingkat pendapatannya yang semakin tinggi dan
kemudian membagi semua individu tersebut ke dalam kelompok-kelompok
yang berbeda-beda. Metode yang umum adalah membagi penduduk ke dalam
kuantil (5 kelompok) atau desil (10 kelompok) sesuai dengan tingkat
pendapatan yang semakin tinggi tersebut dan kemudian menentukan proporsi
dari pendapatan nasional total yang diterima dari masing-masing kelompok
tersebut.

4. Faktor yang mempengaruhi Distribusi Pendapatan

1) Pemerataan pembangunan disetiap wilayah juga berdampak pada distribusi ini.


Infrastruktur nyatanya menjadi bagian dari transportasi, teknologi industri dan
sistem pendidikan suatu wilayah.

2) Pertumbuhan penduduk juga ikut berpengaruh karena semakin tinggi


pertumbuhan penduduk yang tidak diselingi kenaikan pendapatan nasional
akan membuat pendapatan per kapita lebih kecil.

3) Nilai tukar mata uang mempengaruhi distribusi ini khususnya atas


penyelesaian pekerjaan.

4) Investasi yang terlalu banyak pada proyek padat modal akan menghambat
pendistribusian pendapatan kepada pekerja. Pengangguranpun bertambah dan
kesenjangan ekonomi ikut meningkat.

5) Kebijakan pemerintah seperti sistem ekonomi pancasila mempengaruhi


pendistribusian pendapatan. Misalnya saja kebijakan subsidi pajak untuk jenis
usaha UMKM untuk meningkatkan kapasitas produksi. Peran lembaga
keuangan juga penting dalam menyalurkan dana untuk kebutuhan konsumsi
maupun bisnis.

5. Teori dan Pengukuran Distribusi Pendapatan

Para ekonomi pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi


pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif.
Kedua ukuran tersebut adalah ukuran distribusi pendapatan, yakni besar atau
kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang (biasanya
menggunakan metode Kurva Loremz dan Koefisien Gini) dan distribusi
fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi yang indikatornya
berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang dterima oleh masing-masing
faktor produksi (Todaro dan Smith, 2004).
B. Pengertian kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi


standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik
berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga
akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata
seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.

Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan


pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya,
standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan
kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak
merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di
suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila
memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak
memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004)

Bebarapa para ahli mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dalam mendefinisikan


kemiskinan. Berikut definisi kemiskinan menurut beberapa ahli:

a. Levitan mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan bahan dan pelayanan


yang dibutuhkan untuk mencapai hidup layak. Schiller menyatakan kemiskinan
adalah ketidak mampuan untuk mendapat barang dan pelayanan yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.

b. Benyamin White mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan


adalah perbedaan kriteria tingkat kesejahteraan masyarakat dari satu wilayah
dengan wilayah lainnya.

c. Parsudi Suparlan mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup


yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan.

d. Dalam konteks politik, John Friedman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu


ketidak samaan kesempakatan dalam mengakumulasikan basis kekuatan sosial.
1. Ciri-ciri Masyarakat Miskin

Menurut Fernandez dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

1) Aspek politik.

Tidak mempunyai akses ke proses pengambilan keputusan yang


menyangkut dirinya.

2) Aspek sosial.

Tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada

3) Aspek ekonomi.

Rendahnya SDM, termasuk rendahnya tingkat kesehatan, pendidikan,


keterampilan yang membuat rendah penghasilan. Rendahnya kepemilikan
atas aset fisik, termasuk air bersih dan penerangan.

4) Aspek budaya atau nilai.

Terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM, etos kerja yang


rendah, pikiran yang pendek dan mudah menyerah.

2. Faktor-faktor penyebab Kemiskinan

1. Laju pertumbuhan penduduk yang Tinggi

Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan laju


pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi lebih besar. Sehingga, dapat
menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas untuk dapat
merekrut masyarakat yang membutuhkan pekerjaan demi mendapatkan gaji
agar dapat membeli kebutuhan pokoknya.

Selain itu, apabila laju pertumbuhan penduduk tinggi tetapi tidak sebanding
dengan laju pertumbuhan ekonomi. Maka akan mengakibatkan angka
kemiskinan semakin meningkat.

2. Masyarakat pengangguran meningkat

Angka pengangguran di daerah tersebut akan meningkat. Semakin banyak


masyarakat yang pengangguran, maka angka kemiskinan pun akan meningkat.

3. Pendidikan yang rendah

Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak


memiliki keterampilan, wawasan maupun pengetahuan yang memadai untuk
mendapatkan pekerjaan. Sehingga, masyarakat yang berpendidikan rendah
tidak dapat bersaing dengan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi di
dunia kerja maupun usaha. Hal inilah yang membuat masyarakat
berpendidikan rendah kalah bersaing dan membuat angka pengangguran
serta kemiskinan menjadi bertambah.
4. Terjadi bencana alam

Bencana alam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kemiskinan yang


tidak dapat dihindari. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor maupun
tsunami dapat menimbulkan kerusakan pada infrastruktur serta kerusakan
psikologis masyarakat yang tertimpa bencana.

Selain itu, bencana alam dapat menjadi penyebab kemiskinan, karena


masyarakat yang terdampak bencana tersebut akan kehilangan harta
bendanya.

5. Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata

Distribusi pendapatan yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya


ketimpangan pada pola kepemilikan sumber daya. Umumnya, masyarakat yang
memiliki sumber daya terbatas serta rendah umumnya berada di bawah garis
kemiskinan.

Selain lima faktor penyebab kemiskinan tersebut, beberapa ahli berpendapat


bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kepemilikan pribadi maupun
eksploitasi kaum pekerja. Beberapa ahli seperti Henry George, Karl Marx
berpendapat mengenai penyebab kemiskinan.

Menurut Henry George, penyebab utama dari kemiskinan adalah kepemilikan


pribadi serta monopoli yang dilakukan oleh individu atas tanah. Pandangan
George ini muncul, ketika kepemilikan tanah telah menjadi alat ukur untuk
melihat kekayaan pribadi seorang individu.

Karl Marx berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah eksploitasi yang


terjadi kepada para kaum pekerja yang dilakukan oleh kaum kapitalisme.

Sedangkan Robert Malthus mengatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah


karena jumlah penduduk yang cenderung lebih meningkat menurut deret ukur,
namun produksi bahan makanan hanya meningkat menurut deret hitung.

C. Hubungan antara distribusi pendapatan dan kemiskinan

Dari segi teori ekonomi dapat dijelaskan menurut beberapa teori, dalam teori
Karl Mark berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahap awal
pembangunan akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah
dari tenaga kerja selanjutnya berpengaruh terhadap kenaikan resiko per kapital
terhadap tenaga kerja sehingga terjadi penurunan terhadap permintaan tenaga
kerja.

Menurut kuznets seorang ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi


di negara miskin awalnya cenderung menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan
dan ketidak merataan distribusi pendapatan. Namun bila negara-negara miskin
tersebut sudah semakin maju maka kemiskinan dan ketimpangan distribusi
pendapatan akan menurun.
Para ekonomi klasik mengemukakan pertumbuhan ekonomi akan selalu
cenderung mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan walaupun masih
dalam tahap awal pertumbuhan. Bukti empiris dari pandangan isi berdasarkan
pengamatan di beberapa negara seperti Taiwan, Hongkong, Singapura, RRC,
Kelompok Neo Klasik sangat optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada
prakteknya cenderung mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.

D. Jenis-jenis Kemiskinan

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang menjadikan suatu kondisi dimana


pendapatan seorang individu atau sekelompok orang berada di bawah garis
kemiskinan. Sehingga individu atau kelompok orang tersebut akan kesulitan untuk
mencakupi serta memenuhi kebutuhan standarnya seperti sandang, pangan dan papan
yang diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Garis kemiskinan yang dimaksud dalam pengertian kemiskinan absolut adalah


pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata seorang individu untuk memenuhi
kebutuhan pokok yang berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan individu
tersebut. Jenis kemiskinan absolut merupakan jenis kemiskinan yang paling banyak
dipakai sebagai sebuah konsep untuk menentukan maupun mendefinisikan kriteria
seorang individu maupun kelompok orang miskin atau tidak.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi karena adanya
pengaruh dari kebijakan pembangunan yang tidak menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan adanya ketimpangan-ketimpangan
pendapatan serta ketimpangan standar kesejahteraan di negara tersebut. Daerah yang
belum mendapatkan jangkauan program pembangunan dikenal dengan sebutan daerah
tertinggal.

3. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi karena akibat
dari adanya sikap serta kebiasaan seorang individu maupun masyarakat yang umumnya
berasal dari budaya dan adat istiadat yang umumnya relatif tidak tidak ingin
memperbaiki taraf hidupnya dengan cara-cara modern. Kebiasaan-kebiasaan yang
disebutkan dapat berupa kebiasaan bersikap malas, kurang kreatif, pemborosan dan
sikap relatif yang bergantung pada pihak lain.

4. Kemiskinan Struktural

Berbeda dengan kemiskinan kultural, kemiskinan struktural merupakan bentuk


dari kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya akses masyarakat terhadap
sumber daya yang umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial dan budaya
maupun sosial politik yang kurang mendukung pembebasan kemiskinan
masyarakat di suatu negara. Umumnya, kemiskinan struktural terkadang memiliki
unsur diskriminatif.
Berikut beberapa contoh kemiskinan menurut jenis-jenisnya:

 Kemiskinan Subjektif : Terjadi karena pemikiran sendiri dengan anggapan bahwa


kebutuhan individu tersebut tidak dapat dipenuhi dengan cukup. Walaupun sebenarnya
individu tersebut sebenarnya tidak miskin.
Contoh : pengemis musiman.

 Kemiskinan Absolut : Terjadi pada keluarga atau individu yang tidak memiliki
penghasilan.
Contoh : keluarga kurang mampu.

 Kemiskinan Relatif : Terjadi karena pengaruh pembangunan yang tidak merata di


masyarakat.
Contoh : masyarakat pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia.

 Kemiskinan Alamiah : Terjadi karena langkanya sumber daya alam.


Contoh: penduduk yang berada di wilayah benua Afrika.

 Kemiskinan Kultural : Terjadi karena individu tersebut tidak ingin memperbaiki taraf
hidupnya.
Contoh : masyarakat di pedalaman yang masih memegang teguh adat istiadat dan tidak
membuka peluang pada modernitas.

 Kemiskinan Struktural : Terjadi karena struktur sosial. Contoh : Masyarakat Papua yang
kurang mendapatkan manfaat dari Freeport.

E. Dampak Kemiskinan

Kemiskinan sebagai mana permasalahan sosial dapat memberikan dampak pada


individu tersebut serta masyarakat luas. Kemiskinan juga dapat memberikan dampak-
dampak lain, berikut penjelasannya.

1) Meningkatnya Kriminalitas di Suatu Daerah

Kemiskinan dapat menjadi salah penyebab terjadinya kriminalitas. Hal ini dikarenakan
masyarakat miskin akan cenderung ingin memenuhi kebutuhan pokoknya dengan
menggunakan cara apa pun, termasuk dengan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas
yang dapat dilakukan oleh seorang individu adalah penipuan, pencurian, perampokan
serta pembunuhan.

2) Angka Kematian Meningkat

Masyarakat miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya akan kesulitan
untuk mendapatkan akses kesehatan yang memadai untuk dirinya dan keluarganya.
Akses kesehatan yang sulit tersebut dapat menyebabkan angka kematian suatu penduduk
menjadi meningkat, terutama angka kematian masyarakat miskin.

3) Akses Mendapatkan Pendidikan Tertutup

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, biaya pendidikan yang harus


dibayarkan oleh seorang individu cukup tinggi, sehingga hal tersebut akan menutup
akses masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan.
Padahal, salah satu penyebab kemiskinan adalah rendahnya tingkat pendidikan. Sehingga
akses pendidikan yang tertutup dapat memperparah kondisi kemiskinan yang ada di
suatu daerah maupun negara.

4) Meningkatnya Angka Pengangguran

Masyarakat yang miskin akan kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan yang
layak. Sehingga, masyarakat akan kesulitan dalam bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan, hal tersebutlah yang dapat memicu peningkatan angka pengangguran.

5) Konflik yang Terjadi di Masyarakat akan Bermunculan

Masyarakat miskin umumnya akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari


masyarakat kaya. Contohnya seperti mendapatkan akses ke beberapa fasilitas
tertentu. Kesenjangan yang terjadi di masyarakat tersebut akan memicu terjadinya
konflik di kehidupan bermasyarakat karena kecemburuan sosial yang muncul.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Distribusi pendapatan memiliki pengertian penyebaran pendapatan pada suatu wilayah


geografis, distribusi pendapatan sebagai suatu ukuran dibedakan menjadi dua ukuran pokok
yaitu personal dan fungsional, indikator pengukuran distribusi pendapatan yakni distribusi
pendapatan antar sektor, koefisien gini dan distribusi pendapatan per orangan. Sedangkan
kemiskinan merupakan ketidak mampuan untuk mendapat barang dan pelayanan yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas, ciri-cirinya dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu aspek politik, sosial ekonomi dan budaya. Hubungan keduanya yakni pertumbuhan
ekonomi di negara miskin awalnya cenderung menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan dan
ketidakmerataan distribusi pendapatan. Namun bila negara-negara miskin tersebut sudah
semakin maju, maka kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/488883828/MAKALAH-DISTRIBUSI-PENDAPATAN-DAN-
KEMISKINAN
https://www.studocu.com/id/document/universitas-gunadarma/perekonomian-
indonesia/distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan/32309711
https://id.scribd.com/doc/250247454/MAKALAH-Distribusi-Pendapatan

Anda mungkin juga menyukai