Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI PEMBANGUN

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

Dosen Pengampu: Marija, S.E.,M.Ak

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:

Budi Sanjaya : 2101101783


Chandra Ade Putra : 2101101785

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA


S I N G KAWAN G
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami hatarkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat segala rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Marija, S.E.,M.Ak selaku dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Pembangun yang telah membimbing kami dalam
proses pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan
makalah berikutnya kami dapat mengerjakannya dengan lebih baik lagi.

Singkawang, 10 oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Distribusi Pendapatan...........................................................................3
B. Jenis-Jenis Distribusi Pendapatan...........................................................................3
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan.......................................5
D. Pengertian Kemiskinan...........................................................................................5
E. Jenis-jenis kemiskinan............................................................................................7
F. Faktor Penyebab Kemiskinan.................................................................................8
G. Strategi mengatasi kemiskinan.............................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketidak merataan distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan
problematika kompleks yang selalu menjadi momok dalam pembangunan
negara. Pendapatan negara yang tinggi acapkali tidak dibarengi dengan
kesejahteraan yang menyeluruh dari rakyatnya dikarenakan adanya sebuah
ketimpangan pendapatan. Ketika ketimpangan pendapatan pada akhirnya
menjadi jurang pemisah antara golongan borjuis dan proletar, pada akhirnya
ketimpangantersebut akan menimbulkan masalah-masalah sosial di kalangan
masyarakat.
Begitupula dengan kemiskinan, rantai kemiskinan yang seakan tidak
pernah putus menjadi bayang-bayang pembangunan negeri ini. Ketika banyak
rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka perkembangan suatunegara akan terhambat.
Untuk itu diperlukan kajian mendalam mengenai konsep distribusi
pendapatan dankemiskinan, agar nantinya konsep tersebut dapat
dikembangkan dan menjadi sebuah dasaran bagi solusi atas masalah
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian distribusi pendapatan dan kemiskinan?
2. Jenis-jenis distribusi pendapatan?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan?
4. Jenis-jenis kemiskinan?
5. Faktor-faktor penyebab kemiskinan?
6. Strategi mengatasi kemiskinan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Pengertian distribusi pendapatan dan kemiskinan?
2. Mengetahui Jenis-jenis distribusi pendapatan?
3. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan?

1
2

4. Mengetahui Jenis-jenis kemiskinan?


5. Mengetahui Faktor-faktor penyebab kemiskinan?
6. Mengetahui Strategi mengatasi kemiskinan?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi Pendapatan
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang
berarti penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian atau
pengiriman barang kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah
suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke
konsumen dan para pemakai. Dalam ekonomi konvensional, distribusi
diartikan dengan klasifikasi pembayaran-pembayaran berupa sewa, upah,
bunga, modal dan laba, yang berhubungan dengan tugas-tugas yang
dilaksanakan oleh tanah, tenaga kerja, modal, dan pengusaha-pengusaha.
Pendapatan menurut Samuelson berarti penerimaan total atau kas yang
diperoleh oleh seseorang atau rumah tangga selama periode waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari penghasilan tenaga kerja,
penghasilan atas milik (seperti sewa, bunga, dan dividen), dan tunjangan
transfer pemerintah.
Distribusi pendapatan adalah penyebaran pendapatan pada suatu
wilayah geografis. Dalam pengertian lain, pengertian distribusi pendapatan
merujuk pada penyaluran pendapatan melalui penyelesaian pekerjaan dalam
pengadaan barang, jasa, dan bidang niaga.
Distribusi pendapatan juga mencerminkan ketimpangan serta
pemerataan hasil pembangunan suatu daerah atau negara, baik yang diterima
masing-masing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi di
kalangan penduduknya.
Sehingga, bisa dikatakan bahwa pengertian distribusi pendapatan adalah
suatu ukuran yang digunakan untuk melihat penyebaran pendapatan ataupun
pemerataan hasil pembangunan di suatu daerah ataupun negara.
B. Jenis-Jenis Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan
tujuan analisis maupun kuantitatif, antara lain:

3
4

1. Distribusi pendapatan perorangan


Distribusi pendapatan perorangan ( personal distribution of income) atau
distribusiukuran pendapatan ( size distribution of income) merupakan
ukuran yang paling seringdigunakan oleh para ekonom. Ukuran ini
secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh
setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya.
2. Distribusi pendapatan fungsional
Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per
faktor produksi ( functional or factor share distribution of income )
berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh
masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja,dan modal). Teori
distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan
persentase pendapatan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai
unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara individual, dan
membandingkannya dengan persentase pendapatan total yang dibagikan
dalam bentuk sewa, bunga, dan laba ( masing-masing merupakan
perolehan dari tanah, modal uang, dan modalfisik ). Walaupun individu-
individu tertentu mungkin saja menerima seluruh hasil darisegenap
sumber daya tersebut.
3. Distribusi pendapatan regional
Aspek keadilan dan pemerataan, selain dapat ditinjau berdasarkan
distribusi perorangandan fungsional, dapat pula ditinjau berdasarkan
distribusi regional (antar daerah). Misalnya untuk kasus Indonesia,
distribusi pendapatan antarkabupaten, antar provinsi.Untuk Indonesia,
berdasarkan data yang ada tampak adanya perbedaan tingkat
kesejahteraan antar wilayah/daerah di Indonesia. Beberapa faktor penting
yang diduga sebagai penyebab terjadinya perbedaan pendapatan antar
wilayah ini adalah kepemilikan sumber daya alam, ketersediaan
infrastruktur, dan kualitas sumber daya manusia.
5

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan


Ada berbagai faktor yang memengaruhi distribution of income sehingga
terjadi ketimpangan/ketidakmerataan:

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya


pendapatan perkapita.
2. Inflasi, di mana pendapatan uang bertambah, tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal
(Capital Insentive).
5. Rendahnya mobilitas sosial.
6. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golongan kapitalis.
7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang
dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat
ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang
ekspor negara berkembang.
8. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga, dan lain-lain.
D. Pengertian Kemiskinan.
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya
tidak berharta-benda. Kemiskinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mempunyai persamaan arti dengan kata kefakiran.
Dua kata ini biasanya disebutkan secara bersamaan yakni fakir miskin
yang berarti orang yang sangat kekurangan. Di dalam kamus lisanu al-Arabi,
pengertian kata miskin dibedakan dengan kata faqir. Di sana dijelaskan bahwa
kondisi miskin masih lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi faqir. Faqir
berarti tidak memiliki apapun sedangkan miskin masih memiliki sebagian
6

harta. Dalam bahasa Arab, kata miskin berasal dari kata sakana yang terdiri
atas tiga huruf sin, kaf dan nun yang bermakna dasar diam atau tenang,
sebagai lawan dari berguncang dan bergerak.
Beberapa ahli mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dalam
mendefinisikan kemiskinan. Berikut definisi kemiskinan menurut beberapa
ahli:
1. Levitan
Mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan bahan dan
pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai hidup layak. Schiller
menyatakan kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk mendapat barang
dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang
terbatas. Kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar berkaitan
dengan keadaan ekonomi masyarakat itu sendiri. Subandi menyatakan
jika kemiskinan dapat dipahami sebagai kondisi dimana masyarakat
berada pada tingkat ekonomi yang lemah, ditambah kebijakan
pemerintah yang sifatnya jangka pendek sehingga belum dapat
menyelesaikan persoalan ekonomi rakyat miskin.
2. Benyamin White
Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan adalah
perbedaan kriteria tingkat kesejahteraan masyarakat dari satu wilayah
dengan wilayah lainya.
3. Parsudi Suparlan
Mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
4. John Friedman
Mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu ketidaksamaan
kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuatan sosial.
7

E. Jenis-jenis kemiskinan
Jenis-jenis Kemiskinan menurut Ali Khomsan dan kawan-kawan dalam
buku yang berjudul Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin,
ada beberapa jenis kemiskinan yang perlu diketahui, yakni:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan
individu-individu yang tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan
yang ditetapkan oleh negara. Atau bisa juga diartikan seperti keadaan
individu yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
primernya.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh
kebijakan pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat
menjangkau seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah ada
penduduknya yang memiliki ketimpangan pendapatan. Meskipun kondisi
seorang penduduk sudah berada di atas batas garis kemiskinan, tetapi
tetap terlihat miskin karena rata-rata pendapatan penduduk daerah
tersebut lebih tinggi. Maka dari itu, kemiskinan jenis ini dinamakan
kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif juga bisa diartikan sebagai
kemiskinan yang berasal dari perbandingan antara penduduk dan
lingkungannya. Dari kemiskinan relatif ini, maka bisa terbentuk stigma
bahwa personal A relatif lebih miskin dibandingkan personal B karena
personal B pendapatannya lebih tinggi.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena
kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-
nilai yang diusung, pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan
kultural yang banyak terjadi di masyarakat sebagai berikut:
a. Malas
b. Etos kerja yang rendah
8

c. Mudah menyerah pada nasib


d. Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
e. Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
f. Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
g. Minder
h. Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
i. Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
j. Mengandalkan harta warisan orang tua
k. Tidak berdiri di atas kaki sendiri alias tidak mandiri
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang berasal dari struktur
sosial yang tersemat pada golongan masyarakat tertentu dan
memungkinan terjadinya kondisi di mana mereka tidak dapat
menggunakan sumber daya yang sebenarnya tersedia untuk mereka.
Contoh kemiskinan struktural yang banyak terjadi di masyarakat, yaitu:
Sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi
masyarakatnya tidak dapat menikmati kekayaan tersebut.
Penggusuran atau pembersihan lahan yang dilakukan oleh
pemerintah di suatu daerah sehingga menyebabkan masyarakat sekitar
tidak memiliki tempat tinggal dan kehilangan pekerjaan. Masyarakat di
satu daerah tidak sempat memiliki pekerjaan atau kehilangan pekerjaan
karena sumber daya alam daerah tersebut dikuasai oleh investor asing
yang memakai tenaga kerja asing. Negara yang miskin karena tidak
mampu membayar utang luar negeri.
F. Faktor Penyebab Kemiskinan
Seperti yang sudah kita ketahui kemiskinan merupakan salah satu
permasalahan sosial yang sulit diurai dan kerap kali terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan dapat terjadi karena ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab kemiskinan tersebut. Berikut adalah faktor-
faktor penyebab kemiskinan:
9

1. Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi


Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan
laju pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi lebih besar. Sehingga,
dapat menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas
untuk dapat merekrut masyarakat yang membutuhkan pekerjaan demi
mendapatkan gaji agar dapat membeli kebutuhan pokoknya.
Selain itu, apabila laju pertumbuhan penduduk tinggi tetapi tidak
sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi. Maka akan mengakibatkan
angka kemiskinan semakin meningkat.
2. Masyarakat Pengangguran Meningkat
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan
lapangan kerja yang ada di suatu negara menjadi terbatas. Sehingga,
angka pengangguran di daerah tersebut akan meningkat. Semakin banyak
masyarakat yang pengangguran, maka angka kemiskinan pun akan
meningkat.
3. Pendidikan yang Rendah
Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak
memiliki keterampilan, wawasan maupun pengetahuan yang memadai
untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga, masyarakat yang berpendidikan
rendah tidak dapat bersaing dengan masyarakat yang memiliki
pendidikan tinggi di dunia kerja maupun usaha. Hal inilah yang membuat
masyarakat berpendidikan rendah kalah saing dan membuat angka
pengangguran serta kemiskinan menjadi bertambah.
4. Terjadi Bencana Alam
Bencana alam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
kemiskinan yang tidak dapat dihindari. Bencana alam seperti banjir,
tanah longsor maupun tsunami dapat menimbulkan kerusakan pada
infrastruktur serta kerusakan psikologis masyarakat yang tertimpa
bencana.
10

Selain itu, bencana alam dapat menjadi penyebab kemiskinan,


karena masyarakat yang terdampak bencana tersebut akan kehilangan
harta bendanya.
5. Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata
Distribusi pendapatan yang tidak merata dapat menyebabkan
terjadinya ketimpangan pada pola kepemilikan sumber daya. Umumnya,
masyarakat yang memiliki sumber daya terbatas serta rendah umumnya
berada di bawah garis kemiskinan.
Selain lima faktor penyebab kemiskinan tersebut, beberapa ahli
berpendapat bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kepemilikan pribadi
maupun eksploitasi kaum pekerja. Beberapa ahli seperti Henry George, Karl
Marx berpendapat mengenai penyebab kemiskinan.
Menurut Henry George, penyebab utama dari kemiskinan adalah
kepemilikan pribadi serta monopoli yang dilakukan oleh individu atas tanah.
Pandangan George ini muncul, ketika kepemilikan tanah telah menjadi alat
ukur untuk melihat kekayaan pribadi seorang individu.
Karl Marx berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah eksploitasi
yang terjadi kepada para kaum pekerja yang dilakukan oleh kaum
kapitalisme.
Sedangkan Robert Malthus mengatakan bahwa penyebab kemiskinan
adalah karena jumlah penduduk yang cenderung lebih meningkat menurut
deret ukur, namun produksi bahan makanan hanya meningkat menurut deret
hitung.
G. Strategi mengatasi kemiskinan.
1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial
Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem
perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem
perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan
masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup.
seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan,
ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem
11

perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau


masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.
Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah
masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia.
Di samping menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan
sosial, Indonesia juga dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi
penduduk tua (population ageing) pada struktur demografinya. Hal ini
dikhawatirkan akan menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi
muda untuk menanggung mereka atau tingginya rasio ketergantungan.
Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan
untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk
menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin,
perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi
mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang
sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.
2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar
Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah
memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan
dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan. kesehatan, air bersih dan
sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang
harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi lain
peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan
investasi modal manusia (human capital). Salah satu bentuk peningkatan
akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan
akses pendidikan.
Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia
merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari
kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara
penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui
pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-
anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan
12

yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin


sepanjang hidupnya. Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus
diperhatikan adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status
kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam
bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan
mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari
kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi
yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi
perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat
terhadap penyakit.
3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin
Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin
menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan
penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan
sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-
mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan
penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya
keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan
juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak
berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan
tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan
ekonomi tidak berdaya, tidsk dapat menikmati hasil pembangunan
tersebut secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat
mereka mengalami marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.
Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan
umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari
mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua
inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah
13

(pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan


petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa
memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masing-
masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak
mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin
setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara
menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi
salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.
4. Pembangunan Inklusif
Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan
sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi
manfaat kepada seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari
seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta di berbagai negara
menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu
perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan
angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan
kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat
multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk.
peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan. Untuk
mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan
iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro
merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha.
Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan
peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti
ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan.
Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus
didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar
ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya
prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan
dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin
14

terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian


perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja
dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks
kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda.
Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik
perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting
untuk memperkuat ekonomi domestik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah bahwa distribusi
pendapatan yang tidak merata dapat mengakibatkan ketimpangan ekonomi
dan sosial di masyarakat. Kemiskinan merupakan hasil dari
ketidakseimbangan ini, dan penanganannya membutuhkan kebijakan yang
memperhatikan distribusi yang lebih adil dan kesetaraan peluang.

15
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/488883828/MAKALAH-

DISTRIBUSI-PENDAPATAN-DAN-KEMISKINAN

 https://id.scribd.com/document/488883828/MAKALAH-

DISTRIBUSI-PENDAPATAN-DAN-KEMISKINAN

 https://id.scribd.com/document/246291424/Distribusi-pendapatan-

Kemiskinan

 https://gramedia.com/literasi/penyebab-kemiskinan/

16

Anda mungkin juga menyukai