Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI MAKRO


DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PEMERATAAN
PEMBANGUNAN

NAMA KELOMPOK

WALIYADIN
SOFIATUL JANAH
MAKIYAH
HOZAIMAH
LILIK RIYANA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-
cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian
yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal kelengkapan serta
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami
susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Distribusi
pendapatanDanPemerataanPembaguna)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB1PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN………………………………………………….....
A. Ketidak merataan distri busi pendapatan……………………………...
B. Ketimpangan pembangunan…………………………………………...
C. Kesenjangan social…………………………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………….......

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini karena bagi mereka
yang terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskinlagi alias lebih makmur
dibandingkan dengan masa sebelumnya.Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi
yang dicapai itu salahsasaran alias hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya
distribusi yangtidak merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan
yang bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara. Yang penting,indikator
makro di atas kertas selalu menunjukkan performa bagus.Tetapi pemberantasan kemiskinan
sebenarnya justru merupakan kondisi pentingatau syarat yang harus diadakan guna menunjang
pertumbuhan ekonomi. Bagaimana pun, bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup
yang rendah, sehinggaakan menurunkan produktivitas mereka yang pada gilirannya ekonomi
nasionalmenurun dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi.Padahal, kalau
strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan, maka taraf
hidup masyarakat secara keseluruhan akanmeningkat, sehingga mendorong permintaan barang
primer dan sekunder yang dapatdihasilkan oleh perekonomian nasional.Ini pada gilirannya
menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melaluikenaikan permintaan barang lokal dari
hasil produksi industri lokal, selanjutnyamendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi.
Bandingkan jika kenaikan pendapatan hanya terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin
atau justru bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi barang tersier
yangumumnya merupakan barang impor.Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung, maka
akan tercipta disinsentif material dan psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan
ekonomi. Padahal,sudah pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi
gunamenyajikan kemakmuran masyarakat.
Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhanekonomi dan kurang
penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angkakemiskinan perlu dipikir ulang. Ini
karena pemerataan pendapatan adalah suatu alatyang efektif untuk pemberantasan kemiskinan
yang merupakan tujuan utama dari pembangunan ekonomi.

B Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan kami bahas,
antara lain sebagai berikut :
a) Ciri-ciri dan ukuran pertumbuhan ekonomi

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

c) Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomid)

BAB II
PEMBAHASAN

Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok ukur, baik dengan
pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan nonekonomi. Penilaian dengan pendekatan
ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek nonpendapatan.

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpengnya pembagian hasil


pembangunan suatu Negara di kalangan penduduknya. Tolok ukur untuk menilai kemerataan
distribusi terdapat tiga tolok ukur yang lazim digunakan, yaitu:
1. Kurva Lorenz
2. Indeks atau rasio Gini
3. Kriteria Bank Dunia

1. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan –


lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal ( semakin
lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva
Lorenz semakin jauh dari diagonal ( semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang
semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.
Gambar menunjukkan bagaimana cara membuat kurva Lorenz tersebut. Jumlah penerima
pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak tetapi dalam
persentase kumulatif. Misalnya, titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk temiskin (paling rendah
pendapatannya), dan pada titik 60 menunjukkan 60 persen penduduk terbawah pendapatannya,
dan pada ujung sumbu horizontal menunjukkan jumlah 100 persen penduduk yang dihitung
pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase
jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100 persen, dengan demikian kedua sumbu
nitu sama panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik origin menuju sudut kanan atas dari
bujur sangkat tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut menunjukkan bahwa persentase
pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase penerima pendapatan tersebut. Sebagai
contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-betul menunjukkan bahwa 50 persen pendapatan
diterima.

2. Rasio Gini

Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam suatu
Negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah antara garis diagonal (kemerataan
sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dan separuh bujur sangkar di
mana terdapat kurva lorenz tersebut.
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga
1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional.

3. Kritera Bank Dunia


Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang
dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan terendah(penduduk
termiskin), 40% penduduk berpendapatan menengah, serta 20% penduduk berpendapatan tertinggi
(penduduk terkaya). Kemerataan distribusi pendapatan nasional bukan semata – mata
“pendamping” pertumpuhan ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi debat tak berkesudahan dalam
konteks pembangunan. Kedua hal ini berkaitan dengan dua hal lain yang juga setara kadar
perdebatannya, yaitu efektivitas dan efisiensi.

A. KETIDAKMERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN


Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan
merupakan inti permasalahan pembangunan. Walaupun titik perhatian utama kita pada
ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan (asset) namhn hal tersebut hanya;ah
merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih luas di NSB. Misalnya
ketidakmerataan kekuasaan, prestise, status, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat partisipasi,
kebebasan untuk memilih, dan lain-lain.
Pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dari kemiskinan ini memberikan
dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih khusus seperti pertumbuhan
penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan, pendidikan, perdagangan internasional dan
sebagainya.
Sebuah cara yang sederhana untuk mendeteksi masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan
adalah dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi, seperti yang telah disinggung pada
bagian di muka.
Untuk menggambarkan analisis tersebut, produksi barang dalam sebuah perekonomian dibagi
menjadi dua macam barang. Pertama adalah barang-barang kebutuhan pokok (necessary goods)
seperti makanan pokok, pakaian, perumahan sederhana, dan sebagainya. Kedua, adalah barang-
barang mewah seperti : mobil mewah, video, televisi, pakaian mewah dan sebagainya. Yang
menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di NSB. Irma Adelman dan Cynthia Taft
Morris (1973) mengemukakan 8 sebab yaitu:
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapat per kapita.
2. Infasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan
pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive) sehingga
presentase pendapatan modal dari harta tambahan besar dibandingkan dengan presentase
pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga
barang hasil industri untuk melindungi usaha – usaha golongan kapitalis
7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan dengan Negara-negara
maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan Negara-negara terhadap barang-barang ekspor
NSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-
lain.

Upaya untuk memerataan pembangunan dan hasil-hasilnya baru tampak nyata sejak pelita III,
manakala strategi pembangunan secara eksplisit diubah dengan menempatkan pemerataan sebagai
aspek pertama dalam trilogi pembangunan. Semenjak itu dikenal kebijaksanaan delapan jalur
pemerataan, meliputi:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan rakyat banyak khususnya sandang, pangan, dan papan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air
8. Pemerataaan kesempatan memperoleh keadilan
Dalam kaitan khusus dalam pemerataan pembagian pendapatan,kita dapat memilih tinjauan
permasalahannya dari 3 segi,yaitu:
1. Pembagian pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat
2. Pembagian pendapata antar daerahdalam hal ini antar wilayahperkotaan dan pedesaan.
3. Pembagian pendapatan antar wilayah dalam hal ini antar propinsi dan antar
kawasan(barat,tengah,timur)

B. KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai
bentuk, aspek, atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan hasil – hasilnya. Misalnya, dalam hal
pendapatan per kapita, tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri.
Bermunculannya kawasan – kawasan kumuh di tengah beberapa kota besar, serta (sebaliknya
dilain pihak) hadirnya kantong – kantong pemukiman mewah ditepian kota atau bahkan didaerah
pedesaa, adalah satu bukti nyata ketimpangan yang berlangsung dapat kita saksikan dan rasakan.
Upaya untuk mengatasi ketimpangan – ketimpangan yang terjadi, menurut penilaian beberapa
kalangan, sebetulnya sudah mulai dirintis sejak awal pelita III. Ketika itu urutan trilogy
pembangunan dirasionalisasikan dengan menempatkan pemerataan sebagai prioritas pertama,
bahkan dipertahankan hingga pelita IV.
Ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional dalam pembangunan dapat ditengarai antara
lain dengan menelaah perbedaan mencolok dalam aspek – aspek seperti penyerapan tenaga kerja,
alokasi dana perbankan, investasi dan pertumbuhan. Ketimpangan pertumbuhan antar sektor
bukan saja terjadi pada masa lalu sejak pelita I hingga pelita V. akan tetapi juga memang
“direncanakan” untuk masa-masa yang akan datang.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antarsektor pertanian dan sektor industri
pengolahan, harus dipahami secara arif. Ketimpangan pertumbuhan sektoral ini bukanlah
“kecelakaan” atau akses pembangunan. Ketimpangan ini lebih merupakan ini lebih merupakan
sesuatu yang disengaja atau memang terencana. Hal itu terkait dengan cita-cita nasional atau
setidak-tidaknya selaras dengan kehendak para perencana pembangunan untuk menjadikan
Indonesia sebagai Negara industri.

C. KESENJANGAN SOSIAL
Ketimpangan atau kesenjangan sosial diukur dengan berbagai variable serta dalam berbagai
dimensi. Ketimpangan – ketimpangan yang ada bersifat majemuk dan beskala nasional. Ada dua
faktor yang layak dikemukakan untuk menerangkan mengapa ketimpangan pembangunan dan
hasil-hasilnya dapat terjadi. Faktor pertama ialah karena ketidaksetaraan anugrah awal(initial
indowment) diantara pelaku-pelaku ekonomii. Sedangkan faktor kedua karena strategi
pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Tolak ukur untuk menilai ketidakmerataan antara lain dengan:
1. Kurva Lorenz
2. Koefisien Gini
3. Kriteria Bank Dunia
Dalam kaitan khusus dalam pemerataan pembagian pendapatan,kita dapat memilih tinjauan
permasalahannya dari 3 segi,yaitu:
1. Pembagian pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat
2. Pembagian pendapata antar daerahdalam hal ini antar wilayahperkotaan dan pedesaan.
3. Pembagian pendapatan antar wilayah dalam hal ini antar propinsi dan antar kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Lincoln.2004.Ekonomi Pembangunan.Yogyakarta:STIE YKPN
Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai