Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI MAKRO

DISTRIBUSI PENDAPATAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Juarini, MP.

Disusun Oleh :
1. Nariswari Firjatullah D 135180053
2. Diah Kartiningiyas O 135180054
3. Rahmawati 135180056
4. Alfansya Wardah 135180059

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan nikmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tugas Ekonomi
Makro yang berjudul Distribusi Pendapatan. Maksud dan tujuan disusunnya
makalah ini ialah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro.

Dalam kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr. Ir. Juarini, MP. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
yang telah membantu dan membimbing penulis, serta kepada semua pihak yang
memberikan dukungan dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dari makalah ini.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan-masukan atau saran dan kritik
yang dapat membangun agar makalah ini bisa lebih baik di kemudian hari.
Terakhir, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah ilmu pengetahuan kepada semua pembaca.

Yogyakarta, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Kurva Lorenz..............................................................................................2
B. Gini Ratio.....................................................................................................3
C. Ketimpangan Pendapatan Dan Penyebabnya Serta Cara
Mengatasinya..............................................................................................5
1. Ketimpangan Distribusi Pendapatan.......................................................5
2. Faktor Penyebab Distribusi Pendapatan Tidak Merata (ketimpangan
distribusi pendapatan)..................................................................................6
3. Cara Mengatasi Ketimpangan.................................................................7
4. Contoh Kasus...........................................................................................8

iii
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
Kesimpulan.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kurva Lorenz….……..2


Gambar 2.2 Gambar Kurva Lorenz ………………………………………………..4

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan rakyatnya melalui peningkatan
pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, pembangunan
ekonomi merupakan upaya sadar dan terarah dari suatu bangsa untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya
yang ada. Sebagai suatu proses, maka pembangunan ekonomi mempunyai
kaitan dan pengaruh antara faktor – faktor di dalamnya yang dapat
menghasilkan pembangunan ekonomi. Selanjutnya pembangunan ekonomi
akan tercermin pada kenaikan pendapatan perkapita dan perbaikan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Selain itu keberhasilan usaha negara tersebut untuk
mendistribusikan pendapatan secara merata dan adil serta dapat mengurangi
jumlah kemiskinan yang ada di negara tersebut. Pendapatan perkapita
merupakan salah satu indeks ekonomi yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat kemajuan pembangunan. Indeks ini mengukur kemampuan
dari suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat
dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya.
Dua masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara
berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau
ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
tingkat kemiskinan.
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana kurva Lorenz
2. Untuk mengetahui pengertian gini ratio
3. Untuk mengetahui ketimpangan pendapatan dan penyebabnya serta cara
mengatasinya
4. Untuk mengetahui contoh kasus

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva yang menyatakan hubungan tidak linear
antara persentase kumulatif pendapatan dengan persentase kumulatif
penduduk.

Gambar 2.1 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kurva Lorenz


Sumbu horisontal mempresentasikan persentase kumulatif penduduk,
sedangkan sumbu vertikalnya menyatakan persentase kumulatif pendapatan.
Garis diagonal 0-G menunjukkan hubungan linear antara persentase
kumulatif pendapatan dan persentase kumulatif penduduk. Garis lurus
diagonal ini disebut sebagai “garis kemerataan sempurna”. Sepanjang garis
linear ini, perbandingan kumulatif antara pendapatan dengan penduduk
nilainya adalah satu. Nilai Persentase kumulatif pendapatan sama dengan
persentase kumulatif penduduk. Titik -titik pada garis ini menunjukkan
distribusi pendapatan yang merata pada semua penduduk.
Kurva Lorenz menunjukkan hubungan tidak linear antara  nilai pendapatan
yang dimiliki oleh jumlah penduduk tertentu. Titi – titik pada kurva Lorenz
menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang diterima oleh
penduduk. Luas A merupakan luas daerah yang dibatasi oleh kurva Lorenz

2
3

(garis lengkung) dengan garis diagonal lurus 0–G. Sedangkan Luas B


merupakan luas daerah di bawah Kurva Lorenz.
Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi
tingkat ketimpangannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari
garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya.
Titik G1 berada pada garis linear yang menunjukkan distribusi pendapatan
merata sempurna. Pada titik G1 dapat dikatakan bahwa 40% dari total
pendapatan terdistribusi terhadap 40 % penduduk. Dan sisanya 60 % dari
total pendapatan terdistribusi terhadap 60% penduduknya. Ini artinya
pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk sama besar dengan pendapatan
yang diterima oleh 60% penduduk yang lainnya.
Titik G3 berada pada Kurva Lorenz yang menunjukkan distribusi
pendapatan timpang atau tidak merata. Pada titik G3 dapat dikatakan bahwa
20 % dari total pendapatan terdistribusi untuk 40% penduduk. Dan sisanya
80% dari total pendapatan terdistribusi untuk 60% penduduk. Ini artinya 40%
penduduk memiliki pendapatan yang lebih rendah dari 60% penduduk
lainnya. Pada titik G3 terdapat ketimpangan distribusi pendapatan untuk
kelompok penduduk 40% dengan kelompok penduduk yang 60% -nya.
Titik G2 berada pada kurva Lorenz, ini artinya distribusi pendapatan
timpang. Pada titik G2 terlihat bahwa 40% dar total pendapatan terdistribusi
untuk 62% jumlah penduduk. Dan 60% dari total pendapatan terdistribuksi
terhadap 38 % penduduk. Ada ketimpangan pendapatan antara kelompok
62% penduduk dengan 38% penduduknya. Dimana 38% penduduk menerima
60% bagian dari total pendapatan. 38% penduduk memiliki pendapatan yang
lebih tinggi dati 62% penduduk lainnya.

B. Gini Ratio
Rasio Gini atau koefisien Gini adalah alat mengukur derajat
ketidakmerataan distribusi penduduk. Perhitungan koefisien Gini berasal dari
upaya pengukuran luas suatu kurva yang
menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pendapatan.
4

Kurva tersebut dinamakan kurva Lorenz yaitu sebuah kurva pengeluaran


kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu
(misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili
persentase kumulatif penduduk. Guna membentuk koefisien Gini, grafik
persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya) digambar
pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan)
digambar pada sumbu vertikal, terlihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Gambar Kurva Lorenz


Pada Gambar 2.2, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah
yang diarsir. Sedangkan Koefisien Gini atau Gini Ratio adalah rasio
(perbandingan) antara luas bidang A yang diarsir tersebut dengan luas
segitiga BCD. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa bila pendapatan
didistribusikan secara merata dengan sempurna, maka semua titik akan
terletak pada garis diagonal. Artinya, daerah yang diarsir akan bernilai nol
karena daerah tersebut sama dengan garis diagonalnya. Dengan demikian
angka koefisiennya sama dengan nol. Sebaliknya, bila hanya satu pihak saja
yang menerima seluruh pendapatan, maka luas daerah yang diarsir akan sama
dengan luas segitiga, sehingga Koefisien Gini bernilai satu. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa suatu distribusi pendapatan dikatakan makin merata
bila nilai Koefisien Gini mendekati nol (0), sedangkan makin tidak merata
suatu distribusi pendapatan maka nilai Koefisien Gini-nya makin mendekati
5

satu. Kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini adalah


sebagai berikut:

Perhitungan koefisien gini juga dapat menggunakan persamaan sebagai


berikut

n
GR=1−∑ fp i ¿ ¿
i=1

GR : Koefisien Gini ( Gini Ratio )


fpi : frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci-1 : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke
(i-1)

C. Ketimpangan Pendapatan Dan Penyebabnya Serta Cara Mengatasinya


1. Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan
pendapatan anatara masayarakat atau daerah yang maju dengan daerah
yang tertinggal. Semakin besar jurang pendapatan maka semakin besar
pula variasi dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan terjadinya
disparitas pendapatan. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena adanya
efek perembesan kebawah (trickle down effect) dari output secara
sempurna. Hasil output nasional hanya dinikmati oleh segelintir golongan
minoritas dengan tujuan tertentu (Musfidar, 2012).
6

Ketimpangan timbul dikarenakan tidak adanya pemerataan dalam


pembangunan ekonomi. Ketidak merataan pembangunan ini disebabkan
karena adanya perbedaan antara wilayah satu dengan lainnya. Hal ini
terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang
terbelakang atau kurang maju. Ketimpangan memiliki dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif dari adanya ketimpangan adalah
dapat mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan
meningkatkan pertumbuhannya guna meningkatkan kesejahteraannya.
Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan yang ekstrim antaralain
inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta
ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil
(Todaro,2011).
Beberapa ukuran ketimpangan yang sering digunakan antara lain Indeks
Gini, Indeks Theil dan ukuran ketimpangan dari Bank Dunia.
2. Faktor Penyebab Distribusi Pendapatan Tidak Merata (ketimpangan
distribusi pendapatan)
Ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan distribusi di Negara sedang
berkembang :
a. Pertumbuhan penduuduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapatan per kapita.
b. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
c. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
d. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal,
sehingga persentase pendapatan modal kerja tambahan besar
dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah.
e. Rendahnya mobilitas sosial.
f. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industry untuk melindungi usaha-
usaha golongan kapitalis.
7

g. Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara sedang berkemabang


dalam perdagangan dengan negara- negara maju, sebagi akibat ketidak
elastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang
ekspor NSB
h. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga,
3. Cara Mengatasi Ketimpangan
a. Daerah yang dianggap kurang maju dibangun dan diberdayakan
masyarakat disekitarnya, sehingga tingkat pendapatan masyarakat
semakin meningkat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat di
daerah tersebut ketimpangan dapat teratasi.
b. Meminimalkan bertambahnya pekerja di sektor informal. Hal tersebut
bisa dilakukan dengan mendorong pertumbuhan sektor produksi
(pertanian dan industri) sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga
kerja. Untuk sektor pertanian misalnya dengan mendorong petani
beralih ke tanaman yang nilai ekonomisnya lebih tinggi misalnya ke
tanaman hortikultura.
c. perlindungan sosial bagi kelompok miskin dan rentan miskin melalui
kebijakan kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan. Kebijakan itu
bertujuan memberikan jaring pengaman kepada kelompok miskin dan
hampir miskin sehingga mereka bisa bekerja dan berusaha lebih baik.
Meskipun begitu, keinginan berbagai pihak terkait dengan kebijakan
perlindungan sosial seperti pembiayaan program Jaminan Kesehatan
Nasional melalui tax funded (tanpa kontribusi) untuk seluruh
masyarakat harus dipikirkan secara hati-hati karena terkait dengan
kesinambungan fiskal di masa yang akan datang.
d. Redistribusi sumber pendapatan negara juga perlu dilakukan secara
merata dengan memanfaatkan penerimaan pajak terhadap hal-hal yang
memberikan dampak langsung terhadap masyarakat. Rasio perpajakan
di Indonesia termasuk yang paling rendah di kawasan ASEAN sehingga
pemerintah tidak banyak memiliki ruang fiskal untuk membiayai
8

pembangunan. Peningkatan rasio pajak merupakan cara untuk


mendistribusikan kekayaan dari kelompok atas untuk kelompok di
bawahnya. Kenaikan rasio pajak berarti meningkatkan transfer dari
kelompok kayak ke kelompok miskin.
e. Pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola pemerintahan.
Korupsi yang pastinya dilakukan kelompok atas (berkuasa) merupakan
salah satu bentuk regressif transfer dengan sumber daya mengalir dari
kelompok bawah menuju ke kelompok atas, sebagai contohnya, korupsi
dana bantuan sosial untuk masyarakat miskin. Dartanto et al (2016)
menunjukkan pemberantasan korupsi dapat mengurangi ketimpangan di
indonesia karena mampu menghentikan transfer sumber daya dari
kelompok miskin ke kelompok kaya.
4. Contoh Kasus
Indonesia Alami Ketimpangan Distribusi Pendapatan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut laporan Organisasi untuk
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kesenjangan antara
penduduk kaya dan miskin di antara negara-negara anggotanya semakin
melebar. Hal senada juga terjadi di Indonesia.Pengamat ekonomi Institute
for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listianto
mengatakan, berdasarkan teori Koefisien Gini yang melihat ketimpangan
berdasarkan distribusi pendapatan suatu negara, Indonesia memiliki
peringkat koefisien sebesar 0,43 akhir tahun 2014 lalu. Angka tersebut
meningkat dari tahun 2004-2005 lalu yang hanya berkisar di berkisar di
angka 0,34-0,35. "Jadi masalah ketimpangan antara penduduk kaya dan
miskin juga terjadi di Indonesia," kata Eko saat dihubungi ROL, Jumat
(22/5). Sebenarnya menurut Eko berdasarkan klaim pemerintah, ada
peningkatan pendapatan baik di penduduk kaya maupun miskin. Hanya
saja peningkatan pendapatan di penduduk miskin kalah cepat dengan
penduduk kaya.
Ini disebabkan banyak faktor salah satu yang utama adalah
pertumbuhan di sejumlah sektor yang juga mengalami ketimpangan. Saat
9

ini sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan umumnya tak


menyerap banyak tenaga kerja.
"Sementara di sektor pertanian, UMKM, dan industri yang menyerap
banyak tenaga kerja justru pertumbuhannya rendah," ungkapnya. Untuk
mengatasi masalah ini menurutnya, diperluka peran serta pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada sektor di mana banyak
menyerap tenaga kerja. Jika tidak ada intervensi pemerintah untuk
mengatasi ketimpangan ini, maka akan berbahaya pada kestabilan negara.
"Sebab umumnya ada korelasi antara ketimpangan dengan tuntutan
reformasi," ujar Eko. Eko menambahkan, mengatasi hal ini pemerintah
telah memasukan masalah ketimpangan ini dalam pembahasan APBN.
Diharapkan, pemerintah akan menaruh perhatian besar terhadap masalah
ketimpangan ini.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva yang menyatakan hubungan tidak linear
antara persentase kumulatif pendapatan dengan persentase kumulatif
penduduk.
2. Rasio Gini atau koefisien Gini adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan
distribusi penduduk.
3. Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan
pendapatan anatara masayarakat atau daerah yang maju dengan daerah yang
tertinggal. Penyebab ketimpangan yaitu pertumbuhan penduuduk yang tinggi,
adanya infalsi, ketidakmerataan pembangunan antar daerah, rendahnya
mobilitas sosial, memburuknya nilai tukar dan hancurnya industri kerajinan.
Untuk mengatasi ketimpangan tersebut dapat dilakukan dengan
memberdayakan daerah yang kurang maju, meminimalkan bertambahnya
pekerja di sektor informal, perlindungan sosial bagi kelompok miskin,
redistribusi sumber pendapatan, pemberantasan korupsi dan perbaikan tata
kelola pemerintahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Metoda Perhitungan Pendapatan Nasional.


https://ardra.biz/tag/konsep-kurva-lorenz/ diakses ada 7 November 2019.

Ayuningtyas, Nastasya. 2016.Distribusi Pendapatan.


https://natasyaayuningtyas.wordpress.com/2016/05/03/distribusi-
pendapatan/ diakses pada 5 November 2019

Gunawan, Wahyu .M. 2016. Koefisien Gini (Gini Ratio).


https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-koefisien-
gini/8371/4 diakses pada 4 November 2019

Suseno. 2016. Masalah Perekonomian Distribusi Pendapatan.


https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2016/05/03/masalah-
perekonomian-distribusi-pendapatan/ diakses pada 5 November 2019

Yunus, Akhmad Ali. 2016. Kurva Lorenz. Makalah UniversitasTrunojoyo Madura


https://www.academia.edu/9501996/KURVA_LORENZ_FAKULTAS_EK
ONOMI_UNIVERSITAS_TRUNOJOYO_MADURA diakses pada 7
November 2019

Anda mungkin juga menyukai