Anda di halaman 1dari 11

PAPER

INDEKS GINI & INDEKS WILLIAMSON


KABUPATEN/KOTA DKI JAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Perencanaan Pembangunan Wilayah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ery Supriyadi, Ir., MT

Disusun Oleh:

M Isra Sitepu C1210078


Maycel Theo Tarigan C1210079
Egi Setiawan C1210082
Risma Puspita C1210098
Jelita Hanum G C1210101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS KOPERASI INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang
diberi judul “Indeks Gini & Indeks Williamson DKI Jakarta” dengan baik dan
selesai tepat waktu.

Penyusunan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Wilayah. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahui mengenai Indeks Gini & Indeks Williamson
khususnya di Provinsi DKI Jakarta, bagi kami selaku penulis dan bagi para
pembaca.

Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ery Supriyadi
R, Ir., M. T. selaku dosen pengampu. Kepada rekan-rekan mahasiswa lain yang
telah mendukung penyusunan paper ini, kami juga mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan paper ini memiliki


kekurangan, baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar pada tugas berikutnya
kami dapat menulis paper dengan lebih baik lagi. Semoga paper ini bermanfaat
bagi kami dan para pembaca.

Jatinangor, 03 Desember 2023

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Tiara (2016) ketimpangan timbul karena tidak adanya
pemerataan dalam pembangunan ekonomi. Padahal sejatinya,
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan ditandai oleh 3 hal fundamental.
Pertama, semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Kedua,
semakin sedikit jumlah penduduk usia produktif yang menganggur.
Ketiga, semakin mengecilnya kesenjangan ekonomi antar penduduk di
suatu negara (Seers, 1972: 21).

Ketimpangan dapat terjadi karena perbedaan produktivitas setiap


individu di mana satu individu atau kelompok memiliki produktivitas
lebih tinggi dibandingkan dengan individu atau kelompok lainnya.
Indeks Gini/Rasio Gini/Koefisien Gini merupakan koefisien yang
angkanya berkisar dari 0 sampai 1 yang menunjukkan ketimpangan
distribusi pendapatan. Semakin mendekati 0, menandakan semakin
meratanya distribusi pendapatan. Sebaliknya, semakin mendekati 1,
distribusi pendapatannya semakin timpang. Empat faktor penyebab
ketimpangan yang menjadi perhatian pemerintah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah adalah ketimpangan peluang,
ketimpangan pasar kerja, konsentrasi kekayaan, dan ketimpangan
dalam menghadapi goncangan.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana perkembangan ketimpangan pendapatan pada Provinsi DKI
Jakarta?
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ketimpangan pendapatan di Provinsi DKI
Jakarta.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Indeks Gini
Indeks Gini, Rasio Gini, atau Koefisien Gini merupakan ukuran
ketimpangan agregat yang pertama kali dikembangkan oleh statistikus Italia
bernama Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 (International
NGO Forum on Indonesia Development, 2018). Ketimpangan pendapatan
merupakan suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang diterima
masyarakat tidak merata. Indeks Gini dinyatakan dalam angka yang bernilai 0
sampai 1. Jika Indeks Gini bernilai 0 berarti kemerataan sempurna, sedangkan
jika bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna (Todaro dan Smith, 2006).
Indeks gini Indonesia atau rasio gini adalah alat untuk mengukur derajat
ketidakmerataan distribusi penduduk. Singkatnya koefisien gini atau indeks
gini Indonesia merupakan salah satu metode perhitungan yang terkait
distribusi pendapatan atau kekayaan dari seluruh populasi sebuah negara.

Ketimpangan dapat terjadi karena perbedaan produktivitas setiap individu di


mana satu individu atau kelompok memiliki produktivitas lebih tinggi
dibandingkan dengan individu atau kelompok lainnya. Indeks Gini/Rasio
Gini/Koefisien Gini merupakan koefisien yang angkanya berkisar dari 0 sampai
1 yang menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan. Semakin mendekati 0,
menandakan semakin meratanya distribusi pendapatan. Sebaliknya, semakin
mendekati 1, distribusi pendapatannya semakin timpang. Empat faktor
penyebab ketimpangan yang menjadi perhatian pemerintah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah adalah ketimpangan peluang, ketimpangan
pasar kerja, konsentrasi kekayaan, dan ketimpangan dalam menghadapi
goncangan.

Indeks gini Indonesia umumnya ada di rentang angka 0 atau 0% hingga


angka 1 atau 100%. Nilai 0 di sini menunjukkan sebuah persamaan sempurna,
nilai 1 mewakili ketidaksamaan yang sempurna. Apabila nilai di atas satu,
secara teoritis akan mewakili penghasilan ataupun kekayaan yang negatif.
Nilai dari 0 dan 1 ini sangatlah ekstrem, jadi tidak akan mungkin terjadi
di dunia nyata. Data yang beredar dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
umumnya koefisien gini ada di angka 0,24 hingga 0,63.
3
Untuk lebih paham, dilihat saja apabila indeks gini angkanya semakin tinggi
maka ini berarti semakin besar ketimpangan yang terjadi. Artinya, penduduk
dengan pendapatan tinggi akan menerima angka presentase yang lebih tinggi
dari total
Nilai Koefisien Distribusi Pendapatan
pendapatan
seluruh
< 0,4 Tingkat ketimpangan rendah
penduduk
di suatu 0,4 – 0,5 Tingkat ketimpangan sedang
negara.
>0,5 Tingkat ketimpangan tinggi
Umumnya
indeks gini dipresentasikan dalam bentuk kurva Lorenz. Di kurva ini menunjukkan
distribusi pendapatan atau kekayaan dengan cara memplot presentase jumlah keseluruhan
populasi menurut pendapatan di sumbu X, lalu di sumbu Y ada presentase pendapatan
kumulatif.
Dari kurva Lorenz tersebut, maka hasil rasio gini bisa dihitung dengan cara
yaitu membagi area A dengan luas area berbentuk segitiga (A+B di kurva).
Maka terciptalah rumus koefisien gini: GINI = A/(A+B)
Agar lebih memahami berikut patokan koefisien gini.

2.2 Indeks Williamson


Indeks Williamson merupakan satu instrumen dalam pengukuran
pembangunan wilayah di suatu daerah dengan membandingkannya dengan
wilayah yang lebih tinggi. Dengan kata lain, Indeks Williamson secara
garis besar mengukur seberapa kesenjangan yang ada pada suatu
pembangunan pada suatu wilayah.
Ukuran ketimpangan pendapatan yang lebih penting lagi untuk
menganalisisseberapa besarnya kesenjangan antarwilayah/daerah adalah
dengan melalui perhitungan indeksWilliamson. Dasar perhitungannya
adalah dengan menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan
jumlah penduduk perdaerah. Kesenjangan pendapatan antar
kabupaten/kota diProvinsi DKI Jakarta dilakukan dengan menggunakan
Indeks Williamson. Rumus dari Indeks Williamson adalah
sebagai berikut:
3
Nilai indeks kesenjangan Williamson antar daerah adalah 0 < IW < artinya
bila nilai indeks Williamson semakin besar maka semakin tinggi kesenjangan
antar wilayah, dan apabila nilai yang diperoleh mendekati nol maka indikasi
terjadinya kesenjangan regional kecil atau semakin mengecil. Sebagai
panduan, dapat digunakan kriteria kesenjangan adalah sebagai berikut :
1.) Jika 0,1 < IW < 0,35 maka tingkat kesenjangan termasuk rendah
2.) Jika 0,35 < IW < 0,50 maka tingkat kesenjangan termasuk sedang
3.) Jika IW > 0,50 maka tingkat kesenjangan termasuk tinggi.

2.3 Indeks Gini Kabupaten/Kota DKI Jakarta


Kesenjangan atau ketimpangan ekonomi yang ditandai dengan angka gini
ratio alias koefisien gini di antara penduduk Jakarta makin melebar. Badan Pusat
Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, per Maret 2023, tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk DKI Jakarta tercatat sebesar 0,431 dari sebelumnya 0,412 di
September 2022 dan 0.423 di Maret 2022.
Rasio Gini di Jakarta jauh melampau angka nasional yang per Maret 2023
tercatat di level 0,388. Rasio Gini Jakarta hanya kalah tinggi dari Yogyakarta yang
tercatat sebagai provinsi dengan ketimpangan pengeluaran tertinggi pada Maret
2023 dengan rasio gini sebesar 0,449.
Sekadar informasi, Rasio Gini adalah indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh Nilai Rasio Gini berkisar antara 0
hingga 1.
Nilai Rasio Gini yang semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat
ketimpangan yang semakin tinggi. Rasio Gini bernilai 0 menunjukkan adanya
pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang
sama.
Sementara itu, Rasio Gini bernilai 1 menunjukkan ketimpangan yang
sempurna, atau satu orang memiliki segalanya sementara orang-orang lainnya tidak
memiliki apa-apa. Dengan kata lain, Rasio Gini diupayakan agar mendekati 0 untuk
menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan antar penduduk.

3
Selain Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah
persentase pendapatan pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang dikenal
dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia.
Menurut kriteria Bank Dunia, jika proporsi jumlah pendapatan dari
penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh
penduduk kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.
Kemudian, jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk di antara 12-17
%, dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
Sementara jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17%,
dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.
Merujuk kriteria Bank Dunia tersebut, BPS DKI Jakarta pun dalam
laporannya menyatakan, ketimpangan DKI Jakarta berada pada kategori sedang.
“Selama September 2022–Maret 2023, terjadi kontribusi pengeluaran
penduduk 40% terbawah terhadap total pengeluaran, turun 0,60% poin, dan
kontribusi pengeluaran penduduk 20% teratas naik 2,63% poin,”

2.4 Indeks Williamson Kabupaten/Kota DKI Jakarta


Analisis Indeks Williamson merupakan alat yang mengukur tingkat
ketipangan pembangunan yang terjadi antar suatu Kabupaten ataupun Kota di
Provinsi DKI Jakarta pada 2016 sampai dengan 2020, ditemukan bahwa adanya
ketidakseimbangan pembangunan yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta naik pada
periode 2016 sampai dengan 2018, lalu pangkat sautu ketidakseimbangan

3
pembangunan yang terjadipun tergolong tinggi. Selanjutnya, diketahui bahwa terjadi
penurunan pada periode 2018 sampai 2020 pada ketimpangan pembangunan. Rata-
rata hasil dari Indeks Williamson pada periode 2016 sampai 2020 sebesar
0,5541,karena hal itu mendekati rata-rata kemudian dapat disimpulkan bahwa
ketimpangan uang terjadi cukup tinggi. Dapat dilihat dari hasil Indeks Williamson
tersebut menandakan yang terjadi pada pembangunan di Provinsi DKI Jakarta belum
cukup merata sehingga sangat menunjukan adanya ketimpangan antar daerah yang
tergolong tertinggal maupun maju.
Bisa kita lihat pada Tabel 5 Pandemi yang terjadi Covid-19 di Indonesia
pada tahun 2020 membuahkan laju suatu pertumbuhan suatu ekonomi di Provinsi
DKI Jakarta di 2020 menghadapi kontraksi -13,85 persen, kemudian laju
pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta juga pada periode 2016-2020
menghadapi fluktuatif. Berdasarkan data yang diperoleh yaitu umumnya proses
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten ataupun kota di Provinsi DKI Jakarta di
periode 2016-2020, daerah dengan kecepatan pertumbuhan pada ekonomi dibawah
umumnya adalah daerah Kota Kepulauan Seribu 0.19 persen; Jakarta Selatan adalah

6.11 persen; Jakarta Timur adalah 6.15 persen; Jakarta Pusat adalah 6.39 persen;
Jakarta Barat 6.06 persen, dan Jakarta Utara sebesar 4.61 persen.
Pada data diatas. PDRB PerKapita ADHK pada Provinsi DKI Jakarta mengalami
penurunan pada tahun 2020 dikarenakan alas an yang sam ayaitu pandemic Covid-
19, namun sebelumnya empat tahun berturut turut pada tahun 2016 sampai 2020
mengalami kenaikan pada periode 2016 sampai 2019. Bisa dilihat juga pada data
table.5 tidak ada satupun daerah yang memiliki pendapatan perkapita diatas rata-
rata.
3
Pada data diatas , Pertumbuhan yang terjadi pada Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terjadi pada Provinsi DKI Jakarta selalu menyambangi
pengembangan. Daerah yang mempunyai hasil nilai umum indeks pembangunan
manusia pada periode 2016 sampai 2020 diatas umumnya Provinsi DKI Jakarta
sebesar 79.59 persen adalah Kota Jakarta Utara sebesar 79.72 persen; Kota Jakarta
Barat sebesar 80.82 persen ; Kota Jakarta Pusat sebesar 80.84 persen; Kota Jakarta
Jakarta Timur sebesar 82.06 persen, dan Kota Jakarta Selatan sebesar 84.39%.
Hasil dari besar wilayah pada Provinsi DKI Jakarta ada pada kuadran III
artinya menunjukkan wilayah berkembang baik menurut Tipologi Kelas Antar
Kabupaten ataupun Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016 sampai 2020. DKI
Jakarta, lalu Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan mungkin Jakarta Timur termasuk di
antaranya .(Syaifudin et al., 2022). Daerah-daerah di kuadran IV kemudian
dikategorikan sebagai daerah tertinggal karena tidak mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonominya ke tingkat yang lebih tinggi dari rata- rata provinsi.Selain
itu, hanya Jakarta Pusat yang masuk dalam daftar.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil analisis, dapat dilihat tingkat
ketimpangan pembanguan yang terjadi pada Kabupaten ataupun Kota di
Provinsi DKI Jakarta di 2016 sampai 2020 tergolong cukup tinggi. Nilai
umum Indeks Williamson dari tahun 2016 sampai 2020 ialah 0,5541.
Masalah social yang biasa terjadi di Indonesia salah satu faktornya adalah
adanya ketidakseimbangan pembangunan yang diatas nilai umumnya antar
Kabupaten ataupun Kota di Provinsi DKI Jakarta. Solusi yang mungkin bisa
diambil pemerintah adalah dengan adanya kebijakan dalam mengatasi
ketimpangan pembangunan dengan diwujudkanya pembangunan-
pembangunan yang rata disetiap daerah. Daerah berkembang merupakan
hasil sebagian besar dari Tipologi Klasen pada Kabupaten ataupun Kota di
Provinsi DKI Jakarta di 2016 sampai 2020. Daerah yang termasuk dalam
daerah berkembang ini adalah DKI Jakarta, lalu Jakarta Selatan, serta Jakarta
Barat dan juga Jakarta Timur. Oleh kaarena itu besar harapan terhadap
pemerintah untuk dapat membuat prosedur dan haluan dalam
memperdayakan serta mengelola kemampuan setiap daerah kemudian
menaikan adanya penanaman aktiva awal dalam rancangan untuk menaikan
metode pertumbuhan ekonomi daerah.
3.2 Saran

Dengan selesainya paper ini kami berharap dapat menambah


wawasan dan pengetahuan pembaca serta keinginan untuk menulis juga.
Meskipun kami menginginkan yang terbaik dalam penyusunan paper ini,
namun pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami
perbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat saya harapkan sebagai bahan evaluasi kedepannya.

iii
DAFTAR PUSTAKA

https://diskartes.com/2022/11/indeks-gini-indonesia-pengertian-contoh-dan-dampak-yang-
bisa-terjadi/
https://repository.uir.ac.id/4618/6/BAB%20III.pdf
https://validnews.id/ekonomi/di-jakarta-kesenjangan-makin-melebar

iii

Anda mungkin juga menyukai