Dosen Pengampu:
Dr. H. Ery Supriyadi, Ir., MT
Disusun Oleh:
Jelita Hanum
num GS
C1210101
Keterangan:
GR = Koefisien Gini
𝑓𝑝𝑖 = frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
𝐹𝐶𝑖 = frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i
𝐹𝐶𝑖−1 = frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke (i – 1)
Selain Indeks Gini, disparitas pendapatan antar daerah bisa diukur dengan menggunakan
Indeks Williamson. Indeks ini dikembangkan oleh Jeffrey G. Williamson pada tahun 1965.
Williamson meneliti hubungan disparitas daerah dengan tingkat pembangunan ekonomi.
Formula Indeks Williamson bisa dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
ri = PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di daerah
i ȓ = rata-rata PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di daerah
xi = jumlah penduduk di daerah i
n = jumlah penduduk daerah keseluruhan.
Indeks gini Indonesia umumnya ada di rentang angka 0 atau 0% hingga angka 1
atau 100%. Nilai 0 di sini menunjukkan sebuah persamaan sempurna, nilai 1 mewakili
ketidaksamaan yang sempurna. Apabila nilai di atas satu, secara teoritis akan mewakili
penghasilan ataupun kekayaan yang negatif.
Nilai dari 0 dan 1 ini sangatlah ekstrem, jadi tidak akan mungkin terjadi di dunia
nyata. Data yang beredar dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa umumnya koefisien
gini ada di angka 0,24 hingga 0,63.
Untuk lebih paham, dilihat saja apabila indeks gini angkanya semakin tinggi maka
ini berarti semakin besar ketimpangan yang terjadi. Artinya, penduduk dengan pendapatan
tinggi akan menerima angka presentase yang lebih tinggi dari total pendapatan seluruh
penduduk di suatu negara.
Nilai Koefisien Distribusi Pendapatan
Umumnya indeks
gini dipresentasikan dalam
bentuk kurva Lorenz. Di
< 0,4 Tingkat ketimpangan rendah kurva ini menunjukkan
distribusi pendapatan atau
kekayaan dengan cara
➢ Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan satu instrumen dalam pengukuran
pembangunan wilayah di suatu daerah dengan membandingkannya dengan
wilayah yang lebih tinggi. Dengan kata lain, Indeks Williamson secara garis besar
mengukur seberapa kesenjangan yang ada pada suatu pembangunan pada suatu
wilayah.
Ketimpangan wilayah adalah ukuran ketidakmerataan pembangunan yang
terjadi dalam sebuah wilayah, diukur dengan menggunakan perhitungan indeks
Williamson. Indeks ketimpangan regional untuk menggambarkan ketimpangan
kabupaten/kota di suatu Provinsi dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
Indeks williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin kecil angka yang
dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat
dikatakan makin merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka
ketimpangan semakin lebar.
2. Skalogram
Pembahasan hirarki wilayah pusat-pusat pelayanan pada umumnya mengacu pada
teori pusat pelayanan (Central place theory) yang dikembangkan oleh Cristaller-
Losch dalam (Muta’ali, 2015: 168). Metode penentuan hirarki wilayah dan pusat-
pusat pelayanan disusun dengan berdasarkan indikator yang menentukan
pemusatan pergerakan penduduk yang meliputi jumlah penduduk dan fasilitas
pelayanan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode skalogram dan
analisis indeks sentralisasi. Hasil analisis skalogram yang telah disentralisasi untuk
ketersediaan fasilitias sosial dan ekonomi suatu wilayah kecamatan dapat
menunjukkan bahwa suatu wilayah kecamatan mampu berperan sebagai pusat
pertumbuhan yang di dasarkan pada banyaknya jumlah fasilitas sosial dan ekonomi
yang tersedia pada tiap wilayahnya (Hasibuan, 2007: 43).
a. Metode Analisis Skalogram
Tujuan digunakannya Metode Analisis skalogram adalah untuk
mengidentifikasi kecamatan yang dapat dikelompokkan menjadi pusat-pusat
pertumbuhan, berdasarkan pada fasilitas perkotaan yang tersedia. Blakely &
Leigh (1998: 94-99) menyataan alat analisis dalam metode ini membahas
mengenai fasilitas perkotaan yang dimiliki suatu daerah sebagai indikator
difungsikannya wilayah tersebut sebagai pusat pertumbuhan. Teknik analisis
yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebaran fungsi fasilitas sosial yaitu
(rumah sakit, puskesmas, fasilitas pendidikan) dan fasilitas ekonomi yaitu
(pasar, bank, BPR, pegadaian) serta hirarki pusat pelayanan dan
pengembangan sarana. Fasilitas-fasilitas tersebut menunjukkan adanya
differentiation dan centrality wilayah, sehingga makin banyak dan beragam
jenis fasilitas yag dimiliki wilayah, makin tinggi kecenderungan pemusatan
sehingga berpotensi menjadi pusat pertumbuhan. Bentuk skalogram yaitu
kelompok wilayah yang diurutkan berdasarkan banyaknya jumlah fasilitas
yang dimiliki, semakin banyak jumlah fasilitas yang dimiliki dianggap wilayah
tersebut memiliki kemampuan paling tinggi dan menurun sampai pada wilayah
paling rendah. Setelah pengelompokan terbentuk dapat dihitung persentase
kelengkapan fasilitas yaitu dengan menghitung jumlah fasilitas yang dimiliki
pada tiap wilayah dibanding dengan jenis keseluruhan fasilitas, Semakin tinggi
persentase kelengkapan fasilitas suatu wilayah, maka makin tinggi kemampuan
pelayanan wilayah tersebut kemudian disusun hirarki peringkat ketersediaan
fasilitas-fasilitas pelayanan yang dimiliki setiap wilayah tersebut
(Budiharsono, 2005: 151)
Kelemahan metode skalogram yaitu distribusi nilai akhir tidak
mempertimbangkan bobot dan pengaruh banyaknya jumlah fasilitas, karena
pada metode hanya ada dua klasifikasi nilai yaitu nilai (1= ada, 0= tidak ada),
sehingga perbedaan rentan terlalu kecil dan sulit melakukan klasifikasi tata
urutan hirarki wilayah. Kelemahan pada metode ini dapat di sempurnakan
menggunakan analisis indeks sentralisasi yang memberikan bobot pada tiap
fasilitas.
Keterangan:
Σε = jumlah total kesalahan
N = Jumlah subyek
K = Jumlah fasilitas
Skalogram dianggap layak jika koefisien bernilai antara 0,9-1.
= 0,906
Nilai koefisien ada di antara 0,9-1 maka hasil skalogram di atas dinyatakan layak.
Hitung jumlah orde dari hasil Analisis Skalogram Guttman. Langkah ini digunakan
untuk mengetahui hasil dari analisis dibagi menjadi berapa orde. Perhitungan yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
Jumlah Ordem :
=1+3,3 logn
= 1+3,3 log(19)
= 1+33 (1.27)
= 1+4,191
= 5.191
Jumlah Orde = 5
4. Hitung interval antar ordenya. Perhitungan pada tahap ini adalah sebagai berikut
ini.
Interval = 10%
Tabel Pembagian Orde Analisis Skalogram Guttman
3.Pembangunan Wilayah
A. Pengertian Pembangunan Wilayah
Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan
kesejahteraan manusia dapat meningkat.
Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memperhatikan berbagai permasalahan, di
antaranya:
• Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.
• Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
• Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan.
• Pengembangan industri.
• Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi
Pembangunan wilayah merupakan upaya untuk mendorong perkembangan sosial, ekonomi
agar tumbuh secara baik serta menjaga keberlangsungan kehidupan melalui pelestarian dan
keseimbangan lingkungan baik terhadap kawasan tersebut maupun antar kawasan. Menurut
Hairudin:2008 pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, ini
mengartikan bahwa suatu pertumbuhan wilayah dapat menyebabkan pertumbuhan baik fisik
maupun non fisik. Dengan kata lain pertumbuhan dapat berupa pengembangan/persebaran
atau peningkatan dari aktivitas yang dilakukan oleh individu maupun oleh komunitas
masyarakat.
B. Tujuan Pembangunan Wilayah
Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling berkaitan yaitu sisi
sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan. wilayah adalah merupakan upaya
memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, misalnya
menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik
dan sebagainya (Triutomo, 2001). Tujuan pembangunan wilayah dapat dirangkum sebagai
berikut.
• Memanfaatkan sumberdaya secara optimal sehingga dapat mewujudkan potensi
pembangunan wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu dengan dampak minimum
dalam mencapai kesetaraan ekonomi.
• Menjamin perencanaan dan distribusi penduduk dan sumberdaya ekonomi yang setara
dari sebuah daerah.
• Mengatur lahan yang tersedia dalam pola ruang yang paling menguntungkan dan
produksif bagi wilayah dan negeri dalam skala luas.
• Aloksi sumberdayatertentu untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di wilayah
terbelakang untuk menstabilkan ekonominya melalui perencanaan sejumlah kota
menengah yang memadai dan untuk menyediakan layanan, pekerjaan, dan fasilitas
sosial dan budaya.
• Menghindarkan ekspansi perkotaan yang tidak sehat.
C. Wilayah Pusat Pembangunan Di Indonesia
Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan
pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan merata,
baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh
Indonesia.Ada empat wilayah utama dalam pembagian wilayah pembangunan di Indonesia,
adalah sebagai berikut :
Peta pusat pertumbuhan wilayah Indonesia
Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melhat dan meperhitungkan pola
lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara konsisten dan logis, dan untuk melihat
dari memperhitungkan begaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi ini saling berhubungan.
Pengertian Lokasi itu sendiri menurut Heizer & Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan
pendapatan, maka lokasi seringkali memiliki kekuasanaan untuk membuat strategi bisnis
perusahaan. Lokasi yang strategis bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dari lokasi bari
perusahaan.
Menurut Kotler (2008) Salah satu kunci menuju sukses adalah lokasi, lokasi dimulai dengan
memilih komunitas. Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan
stabilitas, persaingan, iklim politik, dan sebagainya.
B. Penentuan Lokasi
Menurut Munawaroh (2013) salah satu strategi yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah
pemilihan lokasi, baik lokasi pabrik untuk perusahaan manufaktur ataupun lokasi usaha untuk
perusahaan jasa/retail maupun lokasi perkantorannya.
Pemilihan lokasi, diperlukan pada saat perusahaan mendirikan usaha baru, melakukan ekspansi
usaha yang telah ada maupun memindahkan lokasi perusahaan ke lokasi lainnya. Pemilihan lokasi
sangat penting karena berkaitan dengan besar kecilnya biaya operasi, harga maupun kemampuan
bersaing.
a. Bagi industri, untuk meminimumkan biaya. Lokasi yang tepat mendekatkan lokasi
gudang penyimpanan bahan dengan lokasi produksi bisa menghemat biaya
transportasi.
b. Bagi retail dan profesional service untuk maksimisasi revenue. Pemilihan lokasi retail
dan profesional service yang mudah dijangkau konsumen memungkinkan terjadi
penjualan dalam jumlah banyak, sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan.
c. Bagi lokasi gudang untuk memaksimumkan speed delivery dan biaya minimum. Jarak
gudang dengan lokasi pabrik yang tepat akan mempercepat penyerahan barang
sekaligus meminimalkan biaya.
Pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati.
Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa lokasi usaha berhubungan dengan penjualan
bisnis tersebut (Indarti, 2004). Namun, penelitian-penelitian tersebut masih didominasi oleh
pemilihan lokasi di sektor manufaktur, industri teknologi tinggi, dan perbisnisan besar, dimana
pemilihan lokasi usaha tersebut didorong oleh pertimbangan besarnya biaya transportasi bahan
produksi.
Penentuan lokasi perlu dilakukan dengan matang yang terdiri dari lokasi untuk kantor pusat,
cabang, dan pabrik. Dalam kaitannya dengan studi kelayakan bisnis, hal yang paling komplek dan
rumit yaitu penentuan lokasi pabrik. Pertimbangannya yaitu apakah dekat dengan bahan baku atau
pasar atau konsumen, biaya dan luas produksi (Kasmir, 2014).
Menurut Swastha dan Irawan (2008) faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan daerah
bisnis adalah :
c. Potensi pertumbuhannya
d. Lokasi saingan
Menurut Schmenner dalam jurnal Zuliarni dan Hidayat (2013), mengembangkan suatu pendekatan
untuk mempelajari pemilihan lokasi usaha. Pendekatan tersebut terdiri atas dua tahap, pertama
memilih area yang akan dijadikan tempat bisnis secara umum, dan kedua memilih lokasi usaha
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut dibedakan menjadi dua yakni “musts” dan
“wants”, dimana pemilik bisnis menentukan lokasi usaha yang telah memenuhi kriteria “musts”,
kemudian mempertimbangkan kriteria “wants” dari lokasi usaha.
Menurut Yazid (2001) kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi adalah:
a. Karakteristik dan ukuran populasi
d. Promosi 15
e. Basis ekonomi
g. Situasi persaingan
a. Tenaga kerja
b. Pasar
c. Kualitas kehidupan
b. Biaya transformasi
c. Kualitas kehidupan
d. Lokasi pesaing
3.Faktor spesifik :
a. Lalu lintas
b. Kelayakan
c. Areal parkir
E.Ketergantungan Lokasi
Teori lokasi biaya rendah yang dikembangkan oleh Weber berasumsikan bahwa
permintaan adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh perusahaan yang
berdekatan.Dengan demikian, secara implisit teori ini juga mengasumsikan persaingan
bebas tanpaada kemungkinan timbulnya kekuatan monopoli yang ditawarkan oleh
lokasiperusahaan lain. Namun demikian lokasi biaya minimum perlu menjamin
keuntunganmaksimum. Keuntungan dapat saja meningkat bila lokasi perusahaan
yangbersangkutan pindah ke daerah konsentrasi permintaan sekalipun biaya
bertambah.Gejala ini disebabkan oleh penjualan yang meningkat per satuan produk lebih
rendah.Perusahaan yang berdiri sendiri di suatu daerah, dalam batas tertentu, tidakperlu
memperhatikan kebijaksanaan perusahaan lain. Ia bebas menentukan kebijakaannya dalam
bidang harga, kualitas, maupun atribut lain dalam produknya. Tak demikian halnya bila ia
berlokasi tak berjauhan dengan perusahaan lain dan mempunyai daerah pasar diperebutkan
dengan perusahaan itu. Dalam hal ini kebijaksanaan yang diambil dipengaruhi oleh
perusahaan lain atau sebaliknya. Beberapa unsur ketergantungan lokasi telah dikemukakan
dalam teori Palander dan Hoover. Teori ketergantungan lokasi berpangkal tolak dari
kesamaan biaya bagisemua perusahaan dan menjual produknya di pasar yang tesebar
secara sepasial. Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and
Place Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam
bukunya Plant Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space
Economy. Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori
ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan
usaha untuk menguasai pasar.
c .Faktor yang menurunkan biaya.
d.Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan.
f. Pertimbangan pribadi.
b) Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi
dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam
ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan
kota yang berbeda ukuran luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat
oleh pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman.
Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan
berdasarkan aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada
hirarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul
simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan
partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam
aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang
dihasilkannya. Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk
geometrikberdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan
antarasuatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk
jaringanyang disebut sarang lebah.
Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-
batas pengaruh yang melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut.
Daerah atau wilayah yang komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh
tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat-tempat sentral
itu disebut batas ambang (threshold level ).
Berdasarkan penjelasan mengenai teori lokasi industri dan teori pusat
pertumbuhandapat kita simpulkan bahwa keduanya memiliki peranan terhadap pertumbu
hanekonomi. Dimana penempatan lokasi industri yang tepat dapat memberikan
banyak jalan, diantaranya industri yang didirikan dilokasi yang tepat, mampu menyerap
tenaga kerja yang ada disekitar lokasi industri khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.Selain itu daerah yang menjadi lokasi industri secara otomatis akan mengalami
kenaikan pendapatan daerah. Sehingga memungkinkan perekonomian di daerah lokasi
industri mengalami peningkatan.
G. Teori Lokasi Wlater Christaller
Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah
kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Menurut Christaller, pusat pusat
pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi
enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyaidua
syarat. Pertama, topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat
pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan.
Kedua, kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi
primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.
Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur jarak
(distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement ). Tujuan dari analisis keruangan
adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan
struktur keruangan dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara
ekonomi dan interaksi keruangan, aksebilitas antara pusat dan perhentian suatuwilayah
dan hambatan interaksi. Hal ini didasarkan olah adanya tempat-tempat (kota)yang menjadi
pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirarki diantaratempat-tempat
tersebut.Pada kenyataanya dalam suatu wilayah mempunyai keterkaitan fungsional
antara satupusat dengan wilayah sekelilingnya dan adanya dukungan penduduk untuk
keberadaansuatu fungsi tertentu dimana barang mempunyai sifat goods order dan tidak
setiapbarang atau jasa ada di tempat. Perkembangan tempat tempat sentral tergantung
konsumsi barang sentral yang dipengaruhi faktor penduduk, permintaan dan
penawaran serta harga, juga kondisi wilayah dan transportasi seperti yang telah
dikemukakan oleh Christaller dalam “Central Place Theory” Suatu wilayah memiliki
ketergantungan pada wilayah lain. Pada setiap wilayah memiliki kelebihan dibanding yang
lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani
kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga
penduduk akan mendatangi wilayah tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Perbedaan tingkat kepemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah
dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah menyebabkan terjadinya
pertukaran barang, tenaga kerja dan jasa antar wilayah (Morlok,1988). Agar dapat tetap
melangsungkan kehidupannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal
yangdisebut pemukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working, opportunities,
circulation,housing, recreation, and other living facilities (Hari Sabari Yunus, 1987).
Unsur circulation adalah jaringan transportasi dan komunikasi yang ada dalam
pemukiman.Sistem transportasi dan komunikasi meliputi sistem internal dan eksternal.
Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat
penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.
Christaller menjelaskan bahwa teori tempat pusat merupakan suatu tempat yang
menyediakan barang dan jasa bagi daerah itu sendiri dan daerah orang lain.
Christaller mengatakan beberapa asumsi dalam penysunan teori tersebut, seperti :
1. Konsumen yang menanggung ongkos angkutan.
2. Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya danwaktu.
3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat.
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya.
5. Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar
secara merata.
5. Perencanaan Wilayah
a. Pengertian
- Perencanaan adalah penetapan langkah- langkah yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Melalui perencanaan ini diharapkan dalam mencapai
tujuan tersebut tidak mengalami masalah dan apabila terjadi masalah, sudah
diantisipasi pemecahannya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian
dari pengambilan suatu keputusan.
- Perencanaan wilayah adalah penetapan langkah- langkah yang digunakan untuk
wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah
tersebut tersebut antara lain mengetahui menetapkan tujuan, meramalkan suatu
yang akan terjadi di masa yang akan datang, memperkirakan berbagai masalah
yang muncul, dan menetapkan lokasi atau wilayah yang dijadikan tempat untuk
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.
- Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan
perencanaan aktivitas pada ruang wilayah
- Perencanaan ruang wilayah biasanya dituangkan dalam perencanaan tata ruang
wilayah, sedangkan perencanaan aktivitas biasanya dituangkan dalam rencana
pembangunan wilayah.
Menurut Arsyad (1999) terdapat empat hal yang terdapat dalam perencanaan, yaitu
sebagai berikut.