Anda di halaman 1dari 43

INDIKATOR DISPARITAS

Dr. T. Zulham, SE, M. Si

DISAJIKAN PADA DIKLAT FUNGSIONAL


PENJENJANGAN PERENCANA TINGKAT PERTAMA
ANGKATAN XXII
Banda Aceh, 29-30 Agustus 2018
BACAAN
1. Sjafrizal: Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi,
Penerbit Baduose Media, Padang, Sumatera
Barat, 2008.
2. Mudrajad Kuncoro: Analisis Spasial dan
Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri
Indonesia, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta,
2002.
3. Todaro, M.P. Economic Development. Seventh
Edition, New York, Addition Wesley Longman,
Inc. 2000.
Pendahuluan
• Secara teoritis, permasalahan disparitas atau
ketimpangan pembangunan antar wilayah
mulamula dimunculkan oleh Douglas C North
dalam analisanya tentang Teori Pertumbuhan
Neo-Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan
sebuah prediksi tentang hubungan antara
tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu
negara dengan ketimpangan pembangunan
antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim
dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik.
• Menurut Hipotesis Neo-klasik, pada
permulaan proses pembangunan suatu
negara, ketimpangan pembangunan antar
wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan
terjadi sampai ketimpangan tersebut
mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses
pembangunan terus berlanjut, maka secara
berangsur-angsur ketimpangan pembangunan
antar wilayah tersebut akan menurun
• Myrdal, berpendapat bahwa ketimpangan
wilayah berkaitan erat dengan sistem kapitalis
yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba
inilah yang mendorong berkembangnya
pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang
memiliki harapan laba tinggi, sementara wilayah-
wilayah yang lainnya tetap terlantar.
• Ekspansi ekonomi suatu daerah akan mempunyai
pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah
lain, karena tenaga kerja yang ada, modal,
perdagangan akan pindah ke daerah yang
melakukan ekspansi tersebut.
• Ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat
dihilangkan dalam pembangunan suatu daerah.
Adanya ketimpangan, akan memberikan dorongan
kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha
meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh
tertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain itu daerah-
daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan
kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal ini
memberikan dampak positif. Akan tetapi ada pula
dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin
tingginya ketimpangan antar wilayah. Dampak negatif
tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan
stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang
tinggi pada umumnya dipandang tidak adil (Todaro,
2004).
• Adapun faktor-faktor yang menentukan
ketimpangan pembangunan antar wilayah
antara lain konsentrasi kegiatan ekonomi
antar daerah, mobilitas barang dan faktor
produksi antar daerah serta alokasi investasi
antar wilayah dengan wilayah lainnya. Bahkan
kebijakan yang dilakukan oleh suatu daerah
dapat pula mempengaruhi ketimpangan
pembangunan regional.
Beberapa Indikator Disparitas
Indeks Gini
Indeks Williamson
Indeks Entropi Theil
INDEKS GINI
(GINI RATIO)
• Indeks Gini biasa disebut Rasio Gini atau juga
disebut Koefisien Gini adalah ukuran yang
dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado
Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam
karyanya, Variabilità e mutabilità.
• Koefisien ini biasanya digunakan untuk mengukur
kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Di
seluruh dunia, koefisien Gini bervariasi dari 0.25
(Denmark) hingga 0.70 (Namibia).
• Indeks Gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau
ketimpangan pendapatan yang angkanya berkisar antara
nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan
sempurna). Ide dasar dari indeks gini berasal dari kurva
Lorentz yang bermaksud untuk menjelaskan daerah A, dan
indeks gini adalah rasio antara daerah A dan segitiga BCD
jadi hal ini menyebabkan angka indeks Gini berkisar antara
nol dan satu.
• Konsep tingkat pemerataan pendapatan menggunakan
konsep distribusi ukuran dimana konsep ini menyangkut
segi manusia sebagai perorangan atau rumah tangga dan
total pendapatan yang diterima, dengan angka
ketimpangan untuk negara-negara maju antara 0,2 hingga
0,25 untuk negara-negara berkembang antara 0,26 hingga
0,35. Untuk menganalisa statistik digunakan kurva Lorenz
yang lazim dipakai untuk melihat ketimpangan pendapatan
di masyarakat.
• Dinamakan kurva Lorenz karena yang
memperkenalkan kurva tersebut adalah
Conrad Lorentz seorang ahli statistik dari
Amerika Serikat. Pada tahun 1905 ia
menggambarkan hubungan antara kelompok-
kelompok penduduk dan pangsa (share)
pendapatan mereka (Arsyad, 2004).
Gambar
Kurva Lorentz
100

90

80

70 a
urn
% Pendapatan

p
sem
60 an
rata
50 e me
ri sK
40 Ga

30

20 Kurva Lorentz

10

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

% Penduduk
• Gambar tersebut menunjukkan jumlah
persentase penduduk yang menerima
pendapatan digambarkan pada sumbu
horisontal. Sumbu vertikal menunjukkan
persentase pendapatan yang diterima oleh
masing-masing persentase jumlah penduduk.
Jumlah ini kumulatif sampai 100 persen,
dengan demikian kedua sumbu itu sama
panjangnya dan akhirnya membentuk bujur
sangkar.
• Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan
melalui titik origin menuju sudut kanan atas dari
bujur sangkar tersebut. Setiap titik pada garis
diagonal tersebut menunjukkan bahwa
persentase pendapatan yang diterima sama
persis dengan persentase penerima pendapatan
tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari
diagonal tersebut betul-betul menunjukkan
bahwa 50 persen pendapatan diterima oleh 50
persen jumlah penduduk. Dengan kata lain, garis
diagonal tersebut menunjukkan distribusi
pendapatan dalam keadaan kemerataan
sempurna (perfect equality).
• Kurva Lorentz menunjukkan hubungan kuantitatif
antara persentase penduduk dan persentase
pendapatan yang mereka terima, misalnya
selama satu tahun. Semakin jauh kurva Lorenz
tersebut dari garis diagonal (kemerataan
sempurna), semakin tinggi derajat
ketidakmerataan yang ditunjukkan.
• Keadaan yang paling ekstrim dari
ketidakmerataan sempurna, misalnya keadaan
dimana seluruh pendapatan hanya diterima oleh
satu orang, akan ditunjukkan oleh berimpitnya
kurva Lorenz tersebut dengan sumbu horisontal
bagian bawah dan sumbu vertikal sebelah kanan
Gambar
Derajat Kemerataan/Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorentz

(a) distribusi yang relatif (b) distribusi yang relatif


Merata tidak merata

100 100
% Pendapatan

% Pendapatan
Kurva Lorentz Kurva Lorentz

0 100 0 100
% Penduduk % Penduduk
• Oleh karena tidak ada suatu negarapun yang
mengalami kemerataan sempurna ataupun
ketidakmerataan sempurna dalam distribusi
pendapatannya, maka kurva-kurva Lorenz
untuk setiap negara akan terletak di sebelah
kanan kurva diagonal tersebut seperti tampak
pada Gambar. Semakin tinggi derajat
ketidakmerataan, kurva Lorenz tersebut akan
semakin melengkung (cembung) dan
mendekati sumbu horisontal sebelah bawah.
• Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat
ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam
suatu negara bisa diperoleh dengan
menghitung luas daerah antara garis diagonal
(kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz
dibandingkan dengan luas total dari separuh
bujur sangkar dimana terdapat kurva Lorenz
tersebut. Ini disebut Koefisien Gini
• Dalam Gambar, koefisien Gini itu ditunjukkan
oleh perbandingan antara daerah yang diarsir
A dengan luas segi tiga BCD.
Gambar
Perkiraan Koefisien Gini

A D
Daerah Arsir A
Koef. Gini =
Luas  BCD
% Pendapatan

Kurva Lorentz

B % Penduduk C
Secara matematis rumus koefisien Gini dapat
disajikan sebagai berikut (Arsyad, 2004):
𝒏
𝐊𝐆 = 𝟏 − 𝟏
𝐗ᵢ˖₁ − 𝐗ᵢ) (𝐘ᵢ + 𝐘ᵢ˖₁

atau
𝐧

𝐊𝐆 = 𝟏 − 𝐟ᵢ(𝐘ᵢ˖₁ + 𝐘ᵢ)
𝟏

Keterangan:
KG = Koefisien Gini (Gini Ratio)
X = Proporsi jumlah penduduk kumulatif dalam kelas i
f = Proporsi jumlah penduduk dalam kelas i
Y = Proporsi jumlah pendapatan penduduk kumulatif
dalam kelas i
Data yang diperlukan dalam penghitungan gini
ratio:
• Jumlah rumahtangga atau penduduk
• Rata-rata pendapatan atau pengeluaran
rumahtangga yang sudah dikelompokkan
menurut kelasnya.
Nilai gini ratio berkisar antara 0 dan 1, jika:
• KG < 0,3 → ketimpangan rendah
• 0,3 ≤ KG ≤ 0,5 → ketimpangan sedang
• KG > 0,5 → ketimpangan tinggi
INDEKS WILLIAMSON
• Berbeda dengan GINI RASIO yang lazim
digunakan dalam mengukur pendapatan,
WILLIAMSON INDEX menggunakan PDRB per
kapita sebagai data dasar. Alasannya jelas
karena yang diperbandingkan adalah tingkat
pembangunan antar wilayah dan bukan
tingkat kemakmuran antar kelompok. Dengan
demikian formulasi Indeks Williamson ini
secara rumus adalah sbb:
Dimana:
yi = PDRB perkapita daerah i
y = PDRB perkapita rata-rata daerah
fi = Jumlah penduduk daerah i
n = Jumlah penduduk seluruh daerah
• subskrip w digunakan karena formulasi yang
digunakan adalah secara tertimbang sehingga
indeks tersebut dapat dibandingkan dengan
negara atau daerah lainnya.
• Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 sebagai
berikut:
0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah.
0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi.
INDEKS ENTROPI
Indeks Entropi menawarkan beberapa kelebihan
dibandingkan dengan indeks konsentrasi spasial yang
lain. Keunggulan utama indeks ini adalah bahwa pada
suatu titik waktu, indeks ini menyediakan ukuran
derajat konsentrasi (ataupun dispersi) distribusi spasial
pada sejumlah daerah dan sub-daerah dalam suatu
negara. Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa
analisis dengan menggunakan indeks entropi telah
terbukti amat berguna dalam analisis perubahan pola
lokasi industri (Garrison & Paulson, 1973; Keeble, 1976:
26-9; Semple, 1973) dan suburbanisasi tenaga kerja di
kawasan metropolitan (Carlino, 1998).
Indeks Entropi memungkinkan untuk
membuat perbandingan selama waktu
tertentu dan menyediakan secara rinci dalam
sub-unit geografis yang lebih kecil. Yang
pertama akan berguna untuk menganalisis
kecenderungan konsentrasi geografis selama
perode tertentu; sedang yang kedua juga
penting ketika mengkaji gambaran yang lebih
rinci mengenai kesenjangan spasial, sebagai
contoh kesenjangan antar daerah dalam suatu
negara dan antar sub-unit daerah dalam suatu
kawasan.
Barangkali karateristik yang paling signifikan
dari Indeks Entropi adalah bahwa indeks ini
dapat membedakan kesenjangan "antar
daerah" (between region inequality) dan
kesenjangan "dalam satu daerah" (within-
region inequality). Lebih khusus lagi, dalam
konteks Indonesia, indeks tersebut dapat
dinyatakan dalam:
I(y) = indeks entropi keseluruhan atas
kesenjangan spasial Indonesia,
yi = pangsa provinsi i terhadap total tenaga
kerja industri manufaktur Indonesia,
N = jumlah keseluruhan provinsi yang ada di
Indonesia.
INDIKATOR PEMBANGUNAN LAINNYA
Revealed Comparative Advantage
(RCA)
• Keunggulan Komparatif Terungkap (RCA)
adalah indeks yang digunakan dalam ekonomi
internasional untuk menghitung keuntungan
atau kerugian relatif dari suatu negara
tertentu dalam kelas tertentu dari barang atau
jasa yang dibuktikan dengan arus
perdagangan. Hal ini didasarkan pada konsep
keunggulan komparatif Ricardian.
• Ini paling sering mengacu pada indeks
diperkenalkan oleh Béla Balassa (1965):
RCA = (Eij / Eit) / (Enj / Ent)
dimana:
E = ekspor
i = indeks negara
n = jumlah negara
j = indeks komoditi
t = jumlah komoditi
• Artinya, RCA adalah sama dengan proporsi
ekspor negara itu atau (Eij / Eit) dibagi dengan
proporsi ekspor dunia atau (Enj / Ent).
• Sebuah keunggulan komparatif “revealed" jika
RCA> 1.
• Jika RCA < 1, negara ini dikatakan memiliki
kelemahan komparatif dalam komoditas atau
industri.
INDEKS KONSENTRASI PASAR
(IKP)
• Rasio Konsentrasi (concentration ratio, CR) secara luas
dipergunakan untuk mengukur pangsa dari output,
turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai asset
dari total industri. Biasanya jumlah perusahaan N yang
dihitung proporsi pangsa pasarnya adalah 4, sehingga
dikenal sebagai CR4. Jika Pi mewakili pangsa pasar, dan
jika proporsi dari output, turnover, value added, jumlah
pegawai atau nilai asset dari total industri yang diwakili
oleh perusahaan i = 1,2, …, dengan P1 >= P2 >= P3 >=
…, maka Concentration Ratio, CRN, untuk N
perusahaan dihitung sebagai:

CRN = P1 + P2 + P3 + … + PN
• Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan
biasanya dinyatakan dalam persentase. Nilai
konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan
bahwa sejumlah n perusahaan memiliki pangsa pasar
yang relatif kecil. Sebaliknya, angka rasio konsentrasi
yang mendekati satu mengindikasikan tingkat
konsentrasi yang relatif tinggi. CRN sangatlah
tergantung pada jumlah keseluruhan perusahaan yang
ada dalam industri. CRN akan menurun jika jumlah
perusahaan dalam industri meningkat. CRN dapat
memberikan gambaran tentang peran n perusahaan
yang ada dalam industri, namun demikian CRN tidak
cukup dapat memberikan informasi mengenai
keterkaitan antar perusahaan di dalam industri.
• Sebagaimana dikemukakan di atas, CR4 yang
mewakili empat perusahaan dengan pangsa
pasar paling besar, adalah rasio konsentrasi
yang banyak dipergunakan. Beberapa kategori
pasar dapat didefinisikan dengan
menggunakan CR4 untuk menggambarkan
tingkat kompetisi sebagaimana ditampilkan
dalam gambar di bawah.
• Yang paling ekstrem adalah perfect
competition dalam hal mana banyak
perusahaan dengan pangsa pasar masing-
masing yang relatif kecil, dan monopoly dalam
hal mana satu perusahaan memiliki 100
persen pangsa pasar. Kompetisi dan jumlah
perusahaan adalah besar pada perfect
competition dan sedikit pada monopoly.
• Pada perfect competition, terdapat banyak
perusahaan, sehingga individu perusahaan tidak
dapat mengendalikan harga. Perusahaan-
perusahaan menghasilkan produk yang homogen,
dan pembeli mengetahui harga dan dan memiliki
informasi. Tidak ada entry dan exit barriers pada
perfect competition. Sebaliknya, pada monopoly,
hanya ada satu perusahaan yang menjual produk
kepada banyak pembeli dan tidak ada produsen
baru yang dapat memasuki pasar, dengan
demikian perusahaan ini memiliki kekuatan
monopoly.
• Angka CR4 yang tinggi akan menunjukkan bahwa pasar
didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan, yang
berarti bentuk struktur oligopoly. Pada struktur
oligopoly, produsen besar dapat mempengaruhi harga
dengan cara mengendalikan output produksi. Terdapat
tingkatan oligopoly, mulai dari moderately
concentrated oligopolistic markets hingga highly
concentrated oligopolies, yang mengindikasikan tingkat
rendah hingga tinggi dari pengaruh pasar.
• Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada kondisi
perfectly competitive.
Indeks Herfindhal
• Indeks Herfindhal adalah jenis ukuran
konsentrasi lain yang cukup penting. Indeks
Herfindhal dedefinisikan sebagai jumlah
pangkat dua pangsa pasar dari seluruh
perusahaan yang ada dalam industri, dan
diformulasikan:

H = P1^2 + P2^2 + P3^2 + … + PN^2


• Nilai H akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai H akan
sama dengan 1/n jika terdapat n perusahaan yang
mempunyai ukuran yang sama. Jika H mendekati nol,
maka akan berarti terdapat sejumlah besar perusahaan
dengan ukuran usaha yang hampir sama dalam
industri, dan konsentrasi pasar adalah rendah.
Sebaliknya, industri bersifat monopoly jika H sama
dengan satu. Semakin tinggi H, semakin tinggi disribusi
ukuran dari perusahaan. The Federal Trade and
Commission in the US menetapkan bahwa pasar
terkategori highly concentrated jika nilai H lebih besar
dari 0.18 (Chiang 2001).
TERIMA KASIH

SELAMAT BERTUGAS
SEMOGA SUKSES

WSSWRWB

Anda mungkin juga menyukai