Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018: 91-99

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

Analisis Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam Kelompok


Ardiyati*

Prodi Ilmu Pemerintahan, Universitas AMIKOM Yogyakarta, Indonesia

Diterima Februari 2018; Disetujui April 2018; Dipublikasikan Juni 2018

Abstrak
Salah satu model simpan pinjam kelompok perempuan adalah Kegiatan Simpan Perempuan
terintegrasi dalam Program PNPM Mandiri Pedesaan yang resmi berakhir pada tahun 2014. Disisi
lain kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan memiliki sumber kekayaan bernilai ratusan juta
dan menjadi salah satu lembaga simpan pinjam yang dibutuhkan usaha kecil. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hasil-hasil pemberdayaan kegiatan simpan pinjam
kelompok perempuan terutama di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.
Metode penelitian adalah campuran kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
kegiatan pemberdayaan perempuan terjadi perubahan kemampuan ekonomi anggota menjadi bisa
mempunyai uang dan tidak terlalu bergantung pada suami. Kegiatan juga mengubah sebagian
besar anggota dari buruh menjadi mempunyai usaha sendiri, dan mayoritas usaha masih dikelola
sendiri. Terjadi peningkatan partisipasi responden pada pembangunan di tingkat dusun,
kecamatan, dan kabupaten tetapi tidak di tingkat RT. Peningkatan kemampuan perempuan dalam
pengelolaan usaha meningkat dari buruh menjadi memiliki usaha. Fasilitas pelatihan peningkatan
usaha terbatas dinikmati sebagian kecil anggota terutama pengurus kelompok. Perlunya
pelembagaan UPK menjadi lembaga berbadan hukum.. Bentuk lembaga yang cocok dengan visi
pengentasan kemiskinan adalah koperasi ataupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).

Kata Kunci : pemberdayaan. Simpan pinjam, kelompok perempuan

Abstract
One models of group savings and loan activities is the Savings Activity of Women with PNPM Mandiri Rural
Program conducted in 2014. On the other side of the savings and loan activities of women groups that exist
today. This study aims to find out about the results of the empowerment of activities undertaken in
Pajangan, Bantul Regency, Yogyakarta Province. The research method is quantitative and quantitative. The
results show empowerment activities conducted by people who are able to make money and not very
profitable to the husband. The activities also changed most of the members from work to being self-
employed, and the great struggle was still self-managing. Increasing the level of participation of respondents
at hamlet, sub-district and district levels but not at the RT level. Improve the ability of women in managing
the business from becoming a company. Training facilities are limited to limited members. Perlun
institutionalization of the UPK become a legal body .. The form of institutions that fit with the vision of
poverty alleviation is a cooperative or Village Owned Enterprises (BUMDES).

Keywords: empowerment, save and loan , female group


How to Cite : Ardiyati (2018). Analisis Pemberdayaan Perempuan Melalui Simpan Pinjam
Kelompok 6 (1): 91-99
*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165
E-mail: ardiyati@gmail.com e-ISSN -2580-2011
91
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

PENDAHULUAN 1) Meningkatnya kemampuan kaum


Kemiskinan menurut Emil (dalam perempuan untuk melibatkan diri
Suyanto, 1996:11) adalah kurangnya dalam pembangunan,
pendapatan untuk memenuhi hidup. 2) Program pembangunan, sebagai
Pengentasan kemiskinan menjadi prioritas partisipan aktif (subyek) agar tidak
utama dalam pembangunan dan selalu sekedar menjadi obyek pembangunan,
dipantau perkembangannya dari tahun ke 3) Meningkatkan kaum perem puan
tahun. Badan Pusat Statistik Indonesia untuk melibatkan diri dalam
mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidak kepemimpinan untuk meningkatkan
mampuan dari sisi ekonomi untuk posisi tawar-menawar dan keterlibatan
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan dalam setiap program pembangunan,
bukan makanan yang diukur dari sisi baik perencana, pelaksana, maupun
pengeluaran. Suryadharma (dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan,
Kuncoro,2008:4) berpendapat bahwa 4) Meningkatkan kemampuan kaum
pemberdayaan UMKM merupakan perempuan dalam mengelola usaha
mekanisme efektif untuk menanggulangi skala rumah tangga, industry kecil
kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan maupun besar untuk menunjang
lapangan kerja. kebutuhan rumah tangga, maupun
Pemberdayaan perempuan dalam untuk membuka peluang kerja
konteks kebijakan sesuai dengan Inpres No produktif dan mandiri.
9/2000 tentang pengarusutamaan gender 5) Meningkatkan peran dan fungsi
yaitu kebijakan dapat mengintegrasikan organisasi perempuan di tingkat lokal
pengalaman, kebutuhan dan perempuan dan sebagai wadah pemberdayaan kaum
laki-laki ke dalam proses perencanaan, perempuan agar dapat terlibat secara
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi aktif dalam program pembangunan
kebijakan, program, peraturan serta pada wilayah tempat tinggalnya.
anggaran dalam segala bidang (politik, Sulitnya akses permodalan usaha
ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan, mikro mendorong munculnya kredit
keamanan dan kemasyarakatan). Ini berarti mikro. Grameen Banking (Wardoyo dan
pemberdayaan perempuan harus terintegrasi Prabowo, 2005:3) mendefinisikan kredit
antara pemberdayaan ekonomi dan kebijakan mikro sebagai pengembangan pinjaman
bagi perempuan. Keberhasilan dalam jumlah kecil kepada pengusaha
pemberdayaan (Sedarmayanti, 2004:146) yang terlalu lemah kualifikasinya untuk
bahwa indikator keberhasilan pemberdayaan dapat mengakses pada pinjaman bank
terhadap perempuan adalah: tradisional. Pendekatan anti kemiskinan
dalam kerangka perempuan dalam

92
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

pembangunan menempatkan perempuan untuk menunjang kebutuhan rumah


sebagai kelompok the poorest of the tangga, maupun untuk membuka peluang
poor. Beberapa pendapat bahkan kerja produktif dan mandiri,
mengatakan rumah tangga yang Meningkatkan peran dan fungsi organisasi
dikepalai perempuan sering menjadi perempuan di tingkat lokal sebagai wadah
kelompok the poorest of the poor. pemberdayaan kaum perempuan agar
Argumen lain yang lebih rasional tentang dapat terlibat secara aktif dalam program
mengapa kredit mikro lebih baik pembangunan pada wilayah tempat
ditujukan kepada perempuan, dapat tinggalnya. Penelitian ini bertujuan untuk
digali dari strategi bertahan hidup mengetahui sejauhmana hasil-hasil kegiatan
perempuan. pemberdayaan perempuan melalui simpan
Mayoux (dalam asmorowati, 2005) pinjam kelompok. Penelitian juga akan
berpendapat bahwa akses terhadap menganalisis tentang keberlanjutan
kredit mikro untuk perempuan program sampai berakhirnya Program
mempunyai efek penting terhadap proses PNPM Mandiri Pedesaan yang merupakan
pemberdayaan perempuan. Indikator payung kegiatan simpan pinjam kelompok
keberhasilan pemberdayaan terhadap perempuan. Penelitian ini mengambil kasus
perempuan yang dikemukakan oleh Pemberdayaan Masyarakat melalui simpan
Sedarmayanti (2004:146) adalah: pinjam kelompok di Kecamatan Pajangan,
1. Meningkatnya kemampuan kaum Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
perempuan untuk melibatkan diri Yogyakarta.
dalam program pembangunan,
sebagai partisipan aktif (subyek) Metode Penelitian
agar tidak sekedar menjadi obyek Penelitian dilakukan dengan metode
pembangunan, campuran kualitatif dan kuantitatif. Metode
2. Meningkatkan kaum perempuan kualitatif dengan melakukan wawancara
untuk melibatkan diri dalam terhadap informan (1) Penanggungjawab
kepemimpinan untuk Operasional Kecamatan PNPM Mandiri
meningkatkan posisi tawar- Pedesaan Kecamatan Pajangan, (2) Pengurus
menawar dan keterlibatan dalam Unit Pelaksana Kegiatan/UPK (ketua,
setiap program pembangunan, baik sekretaris, bendahara, pendamping
perencana, pelaksana, maupun lapangan), (3) Badan Pengawas UPK (BP-
pemantauan dan evaluasi kegiatan, UPK), (4) kelompok-kelompok SPP yang
3. Meningkatkkan kemampuan kaum juga diberikan bertanyaan survey. Metode
perempuan dalam mengelola usaha skala kuantitatif dilakukan melihat efektivitas
rumah tangga, industry kecil maupun besar implementasi kegiatan. Pelaksanaannya

93
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

dengan melakukan survey terhadap 120 dalam 51-100% dari jumlah anggota.
sample dari 1.183 jumlah anggota Kegiatan SPP PNPM memang tidak
mensyaratkan bahwa seluruh anggota
Hasil dan Pembahasan kelompok harus merupakan rumah tangga
Mayoritas kelompok beranggotakan miskin. Dalam sebuah kelompok
6-10 orang. Mayoritas rumah tangga miskin dipersilahkan memiliki anggota yang
dalam kelompok berjumlah 1-5 orang. mampu dan rumah tangga miskin agar
Meskipun demikian jumlah 1-5 orang dapat saling mensupport.
rumah tangga miskin tersebut termasuk

Grafik 1 Rumah Tangga Miskin yang Grafik 2 Persentase Keluarga Miskin (RTM)
Tergabung dalam Kelompok dalam Kelompok
80 68 68
70 72
1-5 80
60 52 52 oran 60
50 g Persentase
40 40 20 19
9 keluarga
30 20 miskin
20 0
10 4,3 0
0
Jumlah Anggota Jumlah Keluarga
Kelompok Miskin Yang
Tergabung

Mayoritas kelompok beranggotakan menggunakan uang pinjaman untuk


6-10 orang dengan jumlah rumah tangga membantu usaha suami, membayar
miskin dalam kelompok berjumlah 1-5 sekolah anak, belanja rumah tangg, dan
orang. Kegiatan SPP PNPM memang tidak kegiatan lainnya. Pinjaman untuk kegiatan
mensyaratkan bahwa seluruh anggota lainnya sebagian besar digunakan untuk
kelompok harus merupakan rumah tangga perbaikan rumah. Jumlah pinjaman yang
miskin. Dalam sebuah kelompok diperoleh masyarakat sebesar minimal 2
dipersilahkan memiliki anggota yang juta dianggap sangat besar sehingga
mampu dan rumah tangga miskin agar digunakan sebaik-baiknya untuk perbaikan
dapat saling mensupport. Penggunaan rumah pada rumah tangga miskin.
pinjaman mayoritas digunakan untuk
kegiatan usaha sendiri. Sebagian anggota

94
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

74
80
70
biaya masuk sekolah membuat rumah
60
50
40 27
Penggunaan tangga miskin anggota SPP PNPM
20 22 Pinjaman
30 14
20
10
4 bersandar pada pinjaman tanpa agunan
0
kegiatan SPP PNPM. Kondisi ini
menunjukkan bahwa keberadaan SPP
PNPM untuk kegiatan SPP di Kecamatan
Pajangan digunakan oleh rumah tangga
Grafik 4 Penggunaan Pinjaman miskin untuk kegiatan non usaha seperti
Penggunaan pinjaman untuk biaya berobat, biaya sekolah dan perbaikan
kegiatan non usaha tidak menyalahi rumah. Penggunaan pinjaman untuk
prosedur dalam ketentuan kegiatan simpan modal usaha pada mayoritas anggota masih
pinjam perempuan. Hanya saja dalam dikerjakan sendiri dalam mengembangkan
pengamatan peneliti, penggunaan pinjaman usahanya (66 orang), dikerjakan bersama
untuk non usaha terutama untuk berobat, keluarga (18 orang) dan memperkerjakan
belanja rumah tangga dan kegiatan lain lebih dari 1 orang pada 7 responden.
seperti membangun rumah terjadi pada Usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari
kelompok macet.Penggunaan pinjaman 1 orang dengan jenis usaha ternak ayam,
untuk sekolah, berobat dan belanja rumah kerajinan batik kayu, emping melinjo,
tangga terjadi pada anggota yang termasuk katering dan produksi makanan kecil.
rumah tangga miskin. Semakin mahalnya
Grafik 5 Tenaga Kerja yang Dimiliki Grafik 6 Perubahan Penghasilan
Tenaga Kerja
Perubahan Penghasilan
66 70 65
70
60 60
50 Tenag 50
40 a Perubahan
30 Kerja 40 Penghasilan
18
20 11 10 10 30
6 7
10 20 20
20 15
0
10
0
Ada Ada, Ada, Tidak Ada
Banyak Sedang Sedikit

Responden yang masih tetap ikut usaha seperti toko kelontong ataupun
orang lain dan tidak membuka usaha terjadi penyalahgunaan oleh pengurus
sendiri berdasarkan pengamatan peneliti sehingga kesulitan melakukan akses
responden yang mengalami kegagalan pinjaman lagi. Responden yang tidak
95
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

memiliki usaha dan tidak memiliki mengalami perubahan penghasilan sedang


pekerjaan menggunakan pinjaman untuk terjadi pada responden yang usahanya
kegiatan non usaha seperti pendidikan dana masih dikerjakan sendiri.
kesehatan. Terkait dengan perubahan Pengembangan Sistem Pembangunan
penghasilan mayoritas peserta menyatakan Partisipatif untuk Pemberdayaan
perubahan bersifat sedang. Berdasarkan Perempuan
pengamatan peneliti responden yang
Grafik 10 Partisipasi Anggota dalam kegiatan selain Simpan Grafik 11 Partisipasi Anggota dalam Kegiatan
Pinjam Pembangunan
84
90 120 101
80 100
70 Ikut Serta
60 80 Partisipasi
50 Kegiatan 60
40 21 19 30 dalam
30 8 4 Lain Selain 40 10 18
Kegiatan
20 20 3 1 1
10 Simpan 0 Pembang
0 Pinjam unan

Mayoritas responden (84 pelatihan kewirausahaan, pengembangan


responden) belum pernah mengikuti kelompok. Pelatihan tersebut berlokasi di
kegiatan selain simpan pinjam. Sebanyak 21 rumah ketua kelompok.
responden pernah mengikuti pelatihan Mayoritas responden kegiatan
kewirausahaan, 19 orang mengikuti simpan pinjam perempuan PNPM Mandiri
musyawarah desa dan 4 responden aktif di kegiatan dasa wisma/RT yaitu 101
mengikuti mengikuti kegiatan studi responden. Tingkat keaktifan responden
banding. Mayoritas responden adalah sebuah rutinitas yang sudah
menyampaikan bahwa mereka tidak dilakukan sebelum menjadi peserta kegiatan
berpartisipasi dalam pelatihan kegiatan simpan pinjam perempuan PNPM Mandiri.
selain simpan pinjam karena tidak tahu, Dan bahkan cikal bakal kemunculan
perwakilan kelompok saja dan biasanya kelompok berasal dari kegiatan RT.
ketua, dan kesibukan pekerjaan bagi Informasi yang disampaikan dari UPK
responden yang setiap harinya harus kepada pemerintahan desa tentang kegiatan
berdagang. Akan tetapi kelompok dengan simpan pinjam perempuan sampai kepada
status pinjaman menunggak sampai 6 bulan masyarakat selain melalui kegiatan
yaitu kelompok Mekarsari, Kamijoro, sosialisasi di tingkat desa, juga tersampaikan
Sendangsari semua anggota mendapatkan melalui kegiatan RT. Sebanyak 30

96
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

responden aktif di kegiatan dusun, 10 orang Responden yang aktif di kegiatan kecamatan
aktif di kegiatan desa. Responden yang aktif sebanyak 3 orang dan 1 orang aktif di
di kegiatan dusun dan desa biasanya kegiatan kabupaten. Responden yang tidak
menjadi penggerak kelompok dan menjadi aktif di kegiatan apapun meskipun itu
pengurus kelompok seperti ketua, sekretaris kegiatan RT terjadi karena kegiatan RT
ataupun bendahara, dan istri ketua RT. tidak aktif/vakum.
Grafik 12 Peningkatan Partisipasi Responden dalam Pembangunan

Peningkatan Partisipasi dalam Pembangunan


120
100
100
76 74
80

60

40
22 22
20

0 Peningkatan
Partisipasi
Aktif Mengikuti Kegiatan Pembangunan
Akan
Semakin
tetap
TidakSebelum
Aktif
Aktif
Semakin
Meski
Sama
Aktif
Aktif
tidak
Saja
di SPP
didampingi
PNPM fasilitator PNPM
dalam
Pembangunan

Peningkatan Kemampuan Perempuan


dalam Mengelola Usaha saat terjadi kemacetan pada pinjaman oleh
Terkait dengan peningkatan sebagian anggota sehingga mereka belum
kemampuan perempuan dalam mengelola bisa meminjam lagi, mereka kembali menjadi
usaha mayoritas responden (88) sudah buruh thuthuk emping. Responden dengan
memiliki usaha sebelum mengikuti kegiatan jenis usaha emping melinjo dengan pinjam
simpan pinjam perempuan. Sedangkan tidak terlalu banyak jika dikelola dengan
sejumlah 32 responden belum memiliki benar juga mampu memperkerjakan sampai
usaha. Peningkatan kemampuan yang paling lebih dari 2 pekerja. Pada salah satu
signifikan terjadi pada responden yang responden dengan jenis usaha batik kayu
memiliki usaha emping melinjo dan garut. juga merasakan perubahan yang berarti
Mayoritas responden dengan usaha emping dengan mengikuti kegiatan simpan pinjam.
melinjo dan garut sebelum mengikuti Sebelum mendapatkan pinjaman dia hanya
kegiatan simpan pinjam merupakan buruh menjadi buruh mewarnai batik kayu, setelah
thuthuk emping. Setelah mereka mendapatkan pinjaman dia bisa membeli
mendapatkan pinjaman rata-rata mampu pewarna sendiri.
membeli bahan baku sendiri. Akan tetapi
Grafik 13Kepemilikan Usaha Sebelum Mengikuti Grafik 14 Pelatihan Usaha yang Pernah Diikuti

97
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

Kegiatan SPP PNPM

Sudah memiliki usaha sebelum ikut SPP PNPM Pelatihan Usaha Kegiatan SPP PNPM yang
Pernah diikuti
100
100 89
88 90
90
80
80 70
60
70 50
40 Pelatihan
Sudah 24 Usaha
60 30 17 20 19
memiliki Kegiatan SPP
20
50 usaha PNPM yang
10
sebelum ikut 0 Pernah
40 SPP PNPM
32 diikuti
30

20

10

0
Ya Tidak

Upaya peningkatan kemampuan kapasitas sedang akan tetapi cukup


usaha juga dilakukan dalam bentuk mengubah kemampuan ekonomi perempuan
pengadaan pelatihan kewirausahaan, menjadi bisa memegang uang sendiri tidak
pelatihan keuangan, pelatihan pembuatan terlalu bergantung pada suami, mengubah
produk, pemasaran dan studi banding. dari buruh menjadi mempunyai usaha
Sejumlah 17 responden sudah mengikuti sendiri, mayoritas usaha masih dikerjakan
pelatihan kewirausahaan, 20 orang sendiri. Terjadi peningkatan kemampuan
mengikuti pelatihan keuangan,dan 24 orang perempuan dalam partisipasi pembangunan.
melakukan pelatihan pembuatan produk dan Mayoritas responden aktif dalam kegiatan
19 orang mengikuti pelatihan pemasaran. dasa wisma/RT dan akan tetap aktif tidak
Dana mayoritas responden belum pernah didampingi oleh fasilitator kegiatan SPP
mengikuti kegiatan pelatihan pengembangan PNPM.
kemampuan usaha. Tingkat partisipasi responden di
tingkat dusun , kecamatan, dan kabupaten
Simpulan banyak dilakukan oleh responden seperti
Kegiatan pemberdayaan perempuan ketua RT, ketua kelompok. Keberadaan SPP
melalui simpan pinjam kelompok terbukti PNPM membuat tingkat keaktifan di level
mampu memberikan berbagai perbaikan. dusun, kecamatan, dan kabupaten semakin
Terjadi pengurangan keluarga miskin aktif. Kegiatan simpan pinjam juga mampu
dengan penggunaan pinjaman sebagian meningkatkan kemampuan perempuan
besar untuk penambahan modal kegiatan dalam pengelolaan usaha terlihat dari
usaha sendiri. Perubahan penghasilan dalam adanya mayoritas responden sudah
98
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99

memiliki usaha sebelum mengikuti kegiatan Wardoyo dan Hendro Prabowo. 2005. Model
simpan pinjam kemudian menjadi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha
mempunyai usaha serta keikutsertaan kredit Mikro Koperasi Warga Kusuma

anggota mengikuti kegiatan peningkatan Tiara, Jakarta


Tjokrowinoto,Moeljarto.1997. Politik
kapasitas usaha.
Pembangunan, Sebuah Analisis Konsep
dan Strategis. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Ardiyati.2015. Strategi Keberlanjutan tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasi Kegiatan Simpan Pinjam 1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.
Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Unit Pelaksana Kecamatan (UPK) Kecamatan
Pedesaan di Kecamatan Pajangan Bantul. Pajangan. 2013. Laporan Kolektibilitas
Thesis Master. tidak Pinjaman SPP UPK Kecamatan Pajangan
diterbitkan.Yogyakarta: Gadjah Mada bulan September 2013.Yogyakarta
University. Unit Pelaksana Kecamatan (UPK) Kecamatan
Asmorowati, Sulikah. 2005. Dampak Pemberian Pajangan. 2013. Laporan Tahunan
Kredit Mikro Untuk Perempuan: Analisis Kecamatan Pajangan tahun 2006-
Pengadopsian Model Grameen Bank 2012.Yogyakarta
Indonesia, Surabaya: Jurusan Ilmu
Administrasi Negara, FISIP Universitas
Airlangga
Cernea, Michael M, 1986, Mengutamakan
Manusia dalam Pembangunan:Variabel-
variabel Sosiologi dalam Pembangunan
Pedesaan (terjemahan), UI Press, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2008. Pembiayaan Usaha
kecil, Economic Review No. 211 Maret
2008
Suyanto. 1996. Perangkap kemiskinan: Problema
dan strategi pengentasannya dalam
Pembangunan Desa. Yogyakarta: Aditya
Media.
Sedarmayanti. 2004. Good Governance
(Kepemerintahan yang baik) Bagian
kedua Membangun system Manajemen
Kinerja Guna Meningkatkan
Produktivitas Menuju Good Governance
(Kepemerintahan yang Baik). Bandung:
Penerbit Mandar Maju

99

Anda mungkin juga menyukai