http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma
Abstrak
Salah satu model simpan pinjam kelompok perempuan adalah Kegiatan Simpan Perempuan
terintegrasi dalam Program PNPM Mandiri Pedesaan yang resmi berakhir pada tahun 2014. Disisi
lain kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan memiliki sumber kekayaan bernilai ratusan juta
dan menjadi salah satu lembaga simpan pinjam yang dibutuhkan usaha kecil. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hasil-hasil pemberdayaan kegiatan simpan pinjam
kelompok perempuan terutama di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.
Metode penelitian adalah campuran kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
kegiatan pemberdayaan perempuan terjadi perubahan kemampuan ekonomi anggota menjadi bisa
mempunyai uang dan tidak terlalu bergantung pada suami. Kegiatan juga mengubah sebagian
besar anggota dari buruh menjadi mempunyai usaha sendiri, dan mayoritas usaha masih dikelola
sendiri. Terjadi peningkatan partisipasi responden pada pembangunan di tingkat dusun,
kecamatan, dan kabupaten tetapi tidak di tingkat RT. Peningkatan kemampuan perempuan dalam
pengelolaan usaha meningkat dari buruh menjadi memiliki usaha. Fasilitas pelatihan peningkatan
usaha terbatas dinikmati sebagian kecil anggota terutama pengurus kelompok. Perlunya
pelembagaan UPK menjadi lembaga berbadan hukum.. Bentuk lembaga yang cocok dengan visi
pengentasan kemiskinan adalah koperasi ataupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
Abstract
One models of group savings and loan activities is the Savings Activity of Women with PNPM Mandiri Rural
Program conducted in 2014. On the other side of the savings and loan activities of women groups that exist
today. This study aims to find out about the results of the empowerment of activities undertaken in
Pajangan, Bantul Regency, Yogyakarta Province. The research method is quantitative and quantitative. The
results show empowerment activities conducted by people who are able to make money and not very
profitable to the husband. The activities also changed most of the members from work to being self-
employed, and the great struggle was still self-managing. Increasing the level of participation of respondents
at hamlet, sub-district and district levels but not at the RT level. Improve the ability of women in managing
the business from becoming a company. Training facilities are limited to limited members. Perlun
institutionalization of the UPK become a legal body .. The form of institutions that fit with the vision of
poverty alleviation is a cooperative or Village Owned Enterprises (BUMDES).
92
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
93
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
dengan melakukan survey terhadap 120 dalam 51-100% dari jumlah anggota.
sample dari 1.183 jumlah anggota Kegiatan SPP PNPM memang tidak
mensyaratkan bahwa seluruh anggota
Hasil dan Pembahasan kelompok harus merupakan rumah tangga
Mayoritas kelompok beranggotakan miskin. Dalam sebuah kelompok
6-10 orang. Mayoritas rumah tangga miskin dipersilahkan memiliki anggota yang
dalam kelompok berjumlah 1-5 orang. mampu dan rumah tangga miskin agar
Meskipun demikian jumlah 1-5 orang dapat saling mensupport.
rumah tangga miskin tersebut termasuk
Grafik 1 Rumah Tangga Miskin yang Grafik 2 Persentase Keluarga Miskin (RTM)
Tergabung dalam Kelompok dalam Kelompok
80 68 68
70 72
1-5 80
60 52 52 oran 60
50 g Persentase
40 40 20 19
9 keluarga
30 20 miskin
20 0
10 4,3 0
0
Jumlah Anggota Jumlah Keluarga
Kelompok Miskin Yang
Tergabung
94
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
74
80
70
biaya masuk sekolah membuat rumah
60
50
40 27
Penggunaan tangga miskin anggota SPP PNPM
20 22 Pinjaman
30 14
20
10
4 bersandar pada pinjaman tanpa agunan
0
kegiatan SPP PNPM. Kondisi ini
menunjukkan bahwa keberadaan SPP
PNPM untuk kegiatan SPP di Kecamatan
Pajangan digunakan oleh rumah tangga
Grafik 4 Penggunaan Pinjaman miskin untuk kegiatan non usaha seperti
Penggunaan pinjaman untuk biaya berobat, biaya sekolah dan perbaikan
kegiatan non usaha tidak menyalahi rumah. Penggunaan pinjaman untuk
prosedur dalam ketentuan kegiatan simpan modal usaha pada mayoritas anggota masih
pinjam perempuan. Hanya saja dalam dikerjakan sendiri dalam mengembangkan
pengamatan peneliti, penggunaan pinjaman usahanya (66 orang), dikerjakan bersama
untuk non usaha terutama untuk berobat, keluarga (18 orang) dan memperkerjakan
belanja rumah tangga dan kegiatan lain lebih dari 1 orang pada 7 responden.
seperti membangun rumah terjadi pada Usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari
kelompok macet.Penggunaan pinjaman 1 orang dengan jenis usaha ternak ayam,
untuk sekolah, berobat dan belanja rumah kerajinan batik kayu, emping melinjo,
tangga terjadi pada anggota yang termasuk katering dan produksi makanan kecil.
rumah tangga miskin. Semakin mahalnya
Grafik 5 Tenaga Kerja yang Dimiliki Grafik 6 Perubahan Penghasilan
Tenaga Kerja
Perubahan Penghasilan
66 70 65
70
60 60
50 Tenag 50
40 a Perubahan
30 Kerja 40 Penghasilan
18
20 11 10 10 30
6 7
10 20 20
20 15
0
10
0
Ada Ada, Ada, Tidak Ada
Banyak Sedang Sedikit
Responden yang masih tetap ikut usaha seperti toko kelontong ataupun
orang lain dan tidak membuka usaha terjadi penyalahgunaan oleh pengurus
sendiri berdasarkan pengamatan peneliti sehingga kesulitan melakukan akses
responden yang mengalami kegagalan pinjaman lagi. Responden yang tidak
95
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
96
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
responden aktif di kegiatan dusun, 10 orang Responden yang aktif di kegiatan kecamatan
aktif di kegiatan desa. Responden yang aktif sebanyak 3 orang dan 1 orang aktif di
di kegiatan dusun dan desa biasanya kegiatan kabupaten. Responden yang tidak
menjadi penggerak kelompok dan menjadi aktif di kegiatan apapun meskipun itu
pengurus kelompok seperti ketua, sekretaris kegiatan RT terjadi karena kegiatan RT
ataupun bendahara, dan istri ketua RT. tidak aktif/vakum.
Grafik 12 Peningkatan Partisipasi Responden dalam Pembangunan
60
40
22 22
20
0 Peningkatan
Partisipasi
Aktif Mengikuti Kegiatan Pembangunan
Akan
Semakin
tetap
TidakSebelum
Aktif
Aktif
Semakin
Meski
Sama
Aktif
Aktif
tidak
Saja
di SPP
didampingi
PNPM fasilitator PNPM
dalam
Pembangunan
97
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1) (2018): 91-99
Sudah memiliki usaha sebelum ikut SPP PNPM Pelatihan Usaha Kegiatan SPP PNPM yang
Pernah diikuti
100
100 89
88 90
90
80
80 70
60
70 50
40 Pelatihan
Sudah 24 Usaha
60 30 17 20 19
memiliki Kegiatan SPP
20
50 usaha PNPM yang
10
sebelum ikut 0 Pernah
40 SPP PNPM
32 diikuti
30
20
10
0
Ya Tidak
memiliki usaha sebelum mengikuti kegiatan Wardoyo dan Hendro Prabowo. 2005. Model
simpan pinjam kemudian menjadi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha
mempunyai usaha serta keikutsertaan kredit Mikro Koperasi Warga Kusuma
99