Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teori dan Praktek Administras Publik, 2018, 70–79

ISSN: 2579-3195 (Online); ISSN: 2597-5072 (Print)


Article UNP

Artikel

Modal Sosial: Seberapa Penting di dalam


Keberhasilan Pemberdayaan Nelayan
Jumiati1,*, dan Hidayatul Fajri1

1Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Negeri Padang, Indonesia

*Corresponding Author: upikjumiati@yahoo.co.id

Abstract
Empowerment is a process of strengthening and developing personal and community
capacity. Thus, the success or failure of empowerment depends on how much the community
is able to capitalize on the capital and develop the capacity they have. The main argument in
this study is the difference in empowerment success caused by the role of social capital in
the community. This research is in the form of a case study conducted in Painan Selatan
Village and Carocok Anau Village. Using a semi-structured approach by conducting in-depth
interviews. The results showed that fishermen in Painan Selatan Village were able to
strengthen trust, increase participation and develop their social values, conditions that were
not found in the Carocok Anau Village. This is due to differences in their perceptions of
empowerment. Painan Selatan fishermen formulate empowerment as an ongoing process
while Carocok Anau Village fishermen consider empowerment as a program sourced from
the government.
Keywords: Fisherman Empowerment, Social Capital

Pendahuluan
Pemberdayaan merupakan sebuah proses down perspective. Kegagalan di dalam
pembangunan kembali kekuatan personal dan memahami konsep pemberdayaan membuat
kapasitas masyarakat. Sebagai sebuah proses pemberdayaan yang diinisiasi, seringkali oleh
pembangunan, pemberdayaan memiliki tujuan pemerintah, gagal menemukan tujuannya.
akhir, yaitu untuk mensejahterakan personal Padahal pemberdayaan yang berhasil
atau masyarakat yang menjadi target dari merupakan sebuah proses yang menuntut
pemberdayaan. Sehingga, secara konsep
keterlibatan aktif dari masyarakat. Karena
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai sebuah
transformasi sosial. Di mana seseorang atau pemberdayaan yang pendekatannya dilakukan
kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak dengan mengikuti paradigma bottom-up lebih
berdaya atau marginal kemudian mampu keluar mendukung terjadinya akumulasi kekuatan
dari keadaan itu. sosial yang diperlukan di dalam pemberdayaan
Meski begitu, pada praktiknya pemberdayaan (Meyer, 2008; Speer, 1995). Akan tetapi
seringkali terjebak ke dalam proses birokrasi, dan akumulasi kekuatan sosial itu tidak akan terjadi
kemudian dipahami sebagai bentuk bantuan- apabila tidak ada modal sosial yang positif di
bantuan sosial yang dikerjakan oleh pemerintah. dalam masyarakat.
Pemberdayaan hanya dikerjakan satu arah, top- kegagalan pemberdayaan nelayan di kabupa-

Jumiati dan Hidayatul Fajri 70


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

ten Pesisir Selatan, khususnya di dua nagari yaitu pemberdayaan merupakan usaha yang
(desa) yang termasuk nagari dengan jumlah bersatu dan sistematis oleh sebuah kelompok
nelayan terbesar di Kabupaten Pesisir Selatan. masyarakat untuk mendapatkan kontrol dan
Kedua nagari (desa) itu adalah Nagari Painan memperbaiki kehidupan agregat mereka dengan
Selatan dan Nagari Carocok Anau. Sedangkan mendefinisikan masalah, aset, solusi, dan proses
yang dimaksudkan sebagai nelayan di dalam dimana perubahan dapat terjadi, dan dengan
penelitian ini adalah nelayan budidaya. Alasan membangun kapasitas individu dan kolektif yang
yang kami ajukan karena kedua nagari (desa) dapat memberi energi pada kekuatan dan
sama-sama melakukan pembudidayaan ikan pengetahuan yang ada di dalam kelembagaan
kerapu pada tahun yang sama, dan sosial masyarakat itu sendiri.
pembudidayaan merupakan kegiatan Paparan di atas membawa kami untuk
pemberdayaan yang keberhasilan dan kembali mempertanyakan faktor yang
kegagalanya dapat diukur dari; pertama, hasil mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan
yang dicapai dari budidaya dan, kedua, kegiatan pemberdayaan nelayan, khususnya dari
keberlanjutan dari budidaya tersebut. Fakta di perspektif keberadaan modal sosial. Beberapa
lapangan menunjukkan bahwa ada perbedaan penelitian yang dilakukan belum melihat modal
sosial sebagai sesuatu yang penting di dalam
kondisi yang terjadi di kedua nagari (desa)
pemberdayaan. Penelitian yang dilakukan oleh
tersebut. Satu nagari berhasil meningkatkan
Dt. Maani, dkk (2018) cenderung melihat dari
produksi budidaya yang mereka lakukan dan tata kelembagaan dan perspektif top-down. Tuwo
budidaya yang mereka lakukan tetap (2011) melihat keberhasilan pemberdayaan lebih
berkelanjutan, sedangkan nagari (desa) yang lain kepada keterbukaan akses terhadap nelayan.
berada pada kondisi yang sebaliknya. Dalam hal Katz (2013) dan Buang, dkk (2011) melihat dari
ini, kami berargumentasi bahwa modal sosial kapasitas nelayan yang kurang di dalam
yang ada ditengah masyarakat memainkan peran menguasai teknologi. OECD (2013) melihat
yang penting atas kondisi yang dicapai. ketiadaan modal menjadi faktor yang membuat
Modal sosial seringakali dikonsepsi sebagai pemberdayaan nelayan gagal. Jackson (2014)
sumber daya yang didasarkan pada hubungan dan Wekke dan Cahaya (2015) melihat dari
antar manusia (Kilpatrick, et.,al, 2003). keterbatasan pendidikan dan kurangnya
Kebanyakan definisi berfokus pada keanggotaan pendidikan nelayan. Sedangkan Suhartini, dkk
(2009) melihat dari persaingan yang semakin
dalam jaringan dan norma-norma yang
intensif, mekanisme pasar, posisi tawar nelayan
membimbing berlangsungnya interaksi. Hal ini di hadapan tengkulak, keadaan infrastruktur
pada gilirannya menghasilkan fitur sekunder pelabuhan perikanan, dan yurisdiksi otonomi
seperti pengetahuan dan kepercayaan, yang daerah.
kemudian memfasilitasi hubungan timbal balik Beberapa Penelitian terdahulu tersebut
dan kerjasama. Misalnya, preferensi yang mengungkapkan sebuah realitas bahwa
menyatakan bahwa pendekatan pengembangan keberhasilan ataupun kegagalan pemberdayaan
masyarakat yang dimulai dari penilaian sumber nelayan dikontruksi oleh faktor yang multi-
daya jaringan masyarakat mengadopsi model dimensional. Meski begitu, belum beberapa
defisit yang lebih tradisional, dan penggunaan penelitian yang melihat keterkaitan
pendekatan partisipatif terhadap rancangan dan pemberdayaan nelayan dengan kapasitas dan
implementasi terhadap suatu program, seperti kapabilitas yang dimiliki oleh institusi sosial atau
pemberdayaan, peningkatan kapasitas, gerakan dunia internal nelayan itu sendiri, yaitu modal
sosial masyarakat, dan kebijakan, diyakini sosial. Padahal, modal sosial dianggap menjadi
memiliki lebih banyak dampak positif daripada sebuah faktor yang memberi dampak positif di
pendekatan tradisional (Top-down) (Bank dalam kegiatan pembangunan dan
Dunia, 1998; Hibbitt et al., 2001). Selain itu hal pemberdayaan masyarakat (Thomas, 2002;
yang perlu diperhatikan adalah modal sosial Kilpatrick, et.,al, 2003; McClenaghan, 2003;
harus dipahami di dalam spektrum lokalitasnya Edward dan Onyx, 2007; Bowen, 2009; Enfield
(Narrayan dan Cassidy, 2001). dan Nathaniel, 2013).
Konsep modal sosial ini sejalan dengan
perspektif pemberdayaan sebagai aksi kolektif

Jumiati dan Hidayatul Fajri 71


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

Metode Penelitian Kecamatan Koto XI Tarusan. Diantaranya,


seperti di Nagari Painan Selatan, juga
Penelitian ini menggunakan pendekatan dikategorikan sebagai nelayan tangkap, atau
kualitatif dengan desain studi kasus. Kami nelayan budidaya, maupun keduanya sekaligus.
anggap paling cocok untuk menganalisis Nelayan tangkap adalah nelayan yang
fenomena sosial yang kompleks karena melakukan kegiatan penangkapan ikan ke lepas
memungkinkan untuk pembentukan hubungan pantai. Biasanya jarak yang ditempuh tergantung
antara kejadian-kejadian praktis dan abstraksi dari kapal yang mereka miliki. Besaran itu dapat
teoritis (Stake, 2005) dan memiliki keuntungan dikelompokkan; kapal yang kecil dari 5 GT (Gross
karena memberi keleluasaan untuk Ton) disebut sebagai nelayan tangkap kecil, jarak
mengidentifikasi variabel-variabel baru. yang dapat mereka capai hanya 2 mil dari bibir
Pengumpulan data dimulai menganalisis pantai. Kapal yang diatas 5 GT sampai kurang
literatur-literatur, dan dokumen-dokumen yang dari 30 GT dikategorikan sebagai nelayan
bertujuan untuk melakukan validasi terhadap tangkap menengah. Jarak tempuh mereka sedikit
data-data yang kami dapat di lapangan. lebih jauh tapi belum sampai ke ZEE (Zona
Selanjutnya, penelitian ini melakukan Ekonomi Ekslusif). Sedangkan nelayan dengan
wawancara dengan bentuk wawancara semi- kapal diatas 30 GT, dikategorikan sebagai
terstruktur mendalam dengan responden yang nelayan tangkap besar. jarak tempuhnya
kami anggap memiliki informasi dibutuhkan biasanya sampai ke ZEE. Di Nagari Painan
terkait modal sosial dan pemberdayaan nelayan. Selatan, kebanyakan nelayannya dapat
Guest, et al (2013) menyatakan bahwa dikategorikan sebagai nelayan tangkap kecil dan
wawancara semi-terstruktur adalah alat yang menengah. Sedangkan di Nagari Carocok Anau,
tepat untuk mengumpulkan informasi dari beberapa nelayannya dikategorikan sebagai
perspektif individu, yang berfokus kepada nelayan besar. meskipun mayoritasnya masih
pengalaman, keyakinan, dan persepsinya. Selain merupakan nelayan kecil dan menengah.
tentunya juga observasi. Kelompok nelayan yang kedua adalah nelayan
Semua wawancara dilakukan dari bulan Juni budidaya, yang merupakan obyek dari penelitian
hingga awal Agustus 2018. Selanjutnya, kami. Nelayan budidaya di Kabupaten Pesisir
informasi yang telah dikumpulkan dianalisis Selatan merupakan nelayan budidaya yang
secara tematis untuk mendapatkan jawaban dari dikembangkan lewat program pemberdayaan
penelitian ini. dari pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan lewat
Dinas Perikanan, dan dibantu oleh Dinas
Perikanan dan Provinsi Sumatera Barat. Jenis
Hasil dan Pembahasan budidaya yang dikembangkan yaitu budidaya
Keberhasilan dan Kegagalan Pemberdayaan ikan kerapu. Alasan dari pemilihan budidaya
ikan kerapu karena ikan ini merupakan komoditi
Penelitian kami, seperti yang sudah dijelaskan ekspor dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
sebelumnya, melihat keberhasilan dan kegagalan Sehingga diharapkan mampu memberikan
pemberdayaan di Kabupaten Pesisir Selatan, tambahan penghasilan kepada masyarakat.
khususnya di dua nagari (desa) yaitu Nagari Budidaya ikan kerapu di Kabupaten Pesisir
Painan Selatan dan Nagari Carocok Anau. Nagari Selatan, khususnya di Nagari (desa) Painan
Painan Selatan merupakan nagari dengan jumlah Selatan dimulai pada tahun 2010 dan Nagari
nelayan terbanyak di Kecamatan IV Jurai yaitu (desa) Carocok Anau dimulai pada tahun 2012.
270 orang. Diantaranya 196 sebagai nelayan Tujuan dari Dinas Perikanan Kabupaten Pesisir
penuh waktu, artinya orang-orang yang Selatan memberikan pemberdayaan dalam
pekerjaan sehari-harinya sebagai nelayan bentuk budidaya kerapu adalah untuk
tangkap, atau nelayan budidaya maupun mendiversifikasi ekonomi nelayan sehingga tidak
sekaligus keduanya. Sedangkan nelayan terlalu tergantung kepada hasil tangkap. Apalagi
sambilan adalah nelayan paruh waktu, yang dengan keterbatasan alat tangkap yang dimiliki
menjadikan profesi nelayan sebagai pencaharian oleh nelayan, menyebabkan mayoritas nelayan
tambahan. Nelayan sambilan ini berjumlah 74 berada pada kondisi ekonomi menengah ke
orang dan mereka juga dapat dikategorikan bawah.
sebagai nelayan tangkap, atau nelayan budidaya, Jadi dengan kata lain, nelayan di kedua nagari
maupun sekaligus keduanya. Sedangkan di (desa) itu faktanya tidak bisa dikelompokkan
Nagari Carocok Anau yang berprofesi sebagai secara terpisah antara nelayan tangkap dengan
nelayan sebanyak 680 orang, dan merupakan nelayan budidaya. Walaupun begitu, pembagian
Nagari (desa) dengan jumlah terbanyak di

Jumiati dan Hidayatul Fajri 72


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

yang kami lakukan bukan bermaksud untuk mereka memenuhi prasyarat untuk
melakukan simplifikasi tetapi bertujuan untuk dikembangkannya sektor perikanan budidaya
menghindari bias di dalam melihat nelayan karena kontur nagari mereka yang berteluk
sebagai sebuah profesi. Alasan kami, pada sehingga perairannya relatif tenang dan aman
dasarnya dua kegiatan perikanan tersebut dari amukan badai dan arus bawah laut yang
sekaligus dua bentuk profesi yang tidak bisa kuat.
disamakan oleh sebab proses, keahlian, dan Usulan itu kemudian ditanggapi oleh Dinas
sarana yang digunakan berbeda. Sehingga, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pesisir
meskipun seorang nelayan merupakan nelayan Selatan karena sejalan dengan rencana mereka
tangkap sekaligus nelayan budidaya, dia bisa untuk melakukan mengembangkan ekonomi
dianggap sebagai dua entitas yang berbeda. nelayan di Kabupaten Pesisir Selayan lewat
Kembali ke kondisi pemberdayaan nelayan program pemberdayaan nelayan di bidang
budidaya. Selanjutnya, Dinas Perikanan dan
budidaya di Nagari Painan Selatan, menjadi hal
Kelautan Kabupaten Pesisir Selatan memberikan
yang penting untuk menggambarkan terlebih bantuan berupa 200 ekor bibit kerapu beserta 1
dahulu kronologis dari kegiatan budidaya lubang keramba untuk percobaan. Bantuan itu
perikanan di nagari ini. Kepala Kampung Sungai diberikan kepada beberapa nelayan untuk
Nipah yang merupakan pusat dari budidaya dikelola secara mandiri. Namun begitu,
kerapu di nagari Painan Selatan, menceritakan percobaan tersebut gagal dikarenakan nelayan
budidaya di Nagari Painan Selatan dimulai pada tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
tahun 2010. Sebelumnya mereka hanyalah pembudidayaan ikan kerapu. Meskipun
nelayan yang berprofesi sebagai nelayan tangkap sebelumnya, Dinas Perikanan dan Kelautan
dengan menggunakan kapal berukuran rata-rata Kabupaten Pesisir Selatan telah memberikan
7 GT. Sehingga bisa dikelompokkan menjadi pelatihan pembudidayaan kepada nelayan.
nelayan menengah-kecil. Hasil tangkap mereka Kondisi itu seperti yang diceritakan oleh salah
seorang inisiator budidaya ikan kerapu di Nagari
biasanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
Painan Selatan di dalam wawancara kami:
hari.
Saya minta bantuan ikan kerapu, kali ini
Kondisi yang seperti itu membuat nelayan di saya benar-benar minta kepada Dinas
Painan Selatan kemudian menginisiasikan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pesisir
kepada Dinas Perikaan Kabupaten Pesisir Selatan. Karena ikan kerapu itu merupakan
Selatan (Waktu itu masih bernama Dinas ikan ekspor yang memiliki nilai ekonomi
Perikanan dan Kelautan Pesisir Selatan) untuk tinggi. Awalnya teman-teman saya yang lain
memberi bantuan keramba beserta bibit kerapu. tidak berani, karena takut gagal. Saya
Pemikiran itu beranjak dari kegelisahan sendiri kemudian memberanikan diri, maka
beberapa orang nelayan melihat kondisi ekonomi diberilah bantuan 200 ekor. Walaupun
yang tidak kunjung membaik. Padahal daerah hasilnya tidak seperti yang kami harapkan.

Gambar 1. Lanskap salah satu pesisir pantai Nagari Painan Selatan

Jumiati dan Hidayatul Fajri 73


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

Kegagalan pembudidayaan tidak membuat kelompok). Hasil jauh lebih positif daripada
nelayan di Nagari Painan Selatan berhenti begitu sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
saja. Mereka kembali mengusulkan bantuan tahun 2012 merupakan titik balik di dalam usaha
kepada Dinas Perikanan dan Kelautan pembudidayaan ikan yang mereka lakukan.
Kabupaten Pesisir Selatan bahkan dalam usulan Perkembangan usaha nelayan di Nagari
yang jauh lebih besar. Sehingga kemudian pada Painan Selatan kemudian berlangsung dengan
tahun 2011 nelayan di Nagari Painan Selatan cepat. Pada tahun 2018, nelayan di Sungai Nipah
kembali mendapatkan tambahan bantuan berupa telah memiliki total 186 lubang keramba yang
bibit sebanyak 4000 ekor dan keramba sebanyak dikelola oleh 16 kelompok nelayan dengan total
16 lubang. Bibit dan keramba kemudian dibagi hasil penjualan lebih dari Rp 1 milyar tahun 2017
kepada 5 kelompok nelayan. Tetapi pada panen (lihat tabel 1). Hasil itu tentu diluar perkiraan
tahun itu, mereka kembali mengalami kerugian. nelayan pada saat awal mereka berencana untuk
Hasil panen tidak mencapai seperti yang membudidayakan ikan. Tetapi dengan
ditargetkan. Hal itu terjadi karena nelayan pengelolaan yang mereka lakukan dengan
Nagari Painan Selayan melakukan memahami kondisi sosial masyarakat
penyeragaman di dalam pembagian kerja mendatangkan hasil yang justru melebihi
masing-masing kelompok. Setiap anggota ekspektasi awal mereka.
bertanggung jawab secara bergantian untuk Penghargaan atas kesuksesan nelayan
memberi makan dan melakukan perawatan ikan. budidaya di Nagari Pesisir Selatan ditandai
Hal ini membuat tidak semua nelayan dengan terpilihnya ketua nelayan budidaya
bertanggung jawab melakukan tugasnya dan Nagari Painan Selayan sebagai nelayan teladan
seringkali membuat mereka saling lempar tingkat nasional pada tahun 2015. Prestasi itu
tanggung jawab. didapatkan dengan alasan bahwa dia sudah
Meski begitu, pada tahun 2012 nelayan Nagari menjadi penggerak dari kelompok nelayan yang
Painan Selatan kembali mendapatkan tambahan membuat nelayan di Nagari Painan Selatan
bantuan 24 lubang keramba. Namun kali ini keluar dari kemiskinan. Hal itu terlihat dari data
nelayan Nagari Painan Selatan melakukan model kemiskinan Nagari Painan Selatan tahun 2017
pengelolaan yang berbeda. Pengelolaan yang menyatakan bahwa tidak satupun nelayan
kemudian diserahkan kepada masing-masing yang tergabung ke dalam nelayan budidaya
anggota setelah sebelumnya dibagi ke dalam dikategorikan sebagai masyakat miskin lagi.
kelompok-kelompok nelayan budidaya. Selain itu nelayan di Nagari Painan Selatan juga
Tanggung jawab kemudian dibebankan kepada menjadi nelayan dengan terbaik ketiga di tingkat
masing-masing anggota meskipun tetap nasional.
dikontrol oleh ketua nelayan (ketua dari semua

Gambar 2. Salah satu keramba budidaya Ikan Kerapu di Nagari Painan Selatan

Jumiati dan Hidayatul Fajri 74


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

Tabel 1. Pendapatan Kotor Nelayan Sungai Nipah dari Budidaya Ikan Kerapu per tahun

Tahun Jumlah Total (Rp)


2011 9.500.000
2012 (tidak tercatat)
2013 398.750.000
2014 156.000.000
2015 555.247.000
2016 955.367.000
2017 1.244.244.000
Sumber: Laporan Penjualan Ikan Kerapu Sungai Nipah, 2017

Kondisi yang sebaliknya terjadi di Nagari Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pesisir
Carocok Anau. Sebuah Nagari (desa) yang Selatan melihat potensi nelayan Nagari Carocok
sebenarnya tidak terlalu jauh dari Nagari Painan Anau untuk mengembangkan budidaya ikan
Selatan. Nagari Carocok Anau memiliki kerapu seperti yang terjadi di Nagari Painan
karakteristik yang hampir sama dengan Nagari Selatan. Sehingga pada tahun 2012 dengan
Painan Selatan. Nagari Carocok Anau memiliki pemberian bantuan 6 aquatec (keramba jaring
perairan laut yang sangat bagus untuk dijadikan apung) dengan total keramba 10 lubang yang
sebagai usaha kelautan. Posisi nagari ini dibiayai melalui APBD Kabupaten Pesisir
terlindungi oleh teluk dan pulau-pulau kecil Selatan. Pengelolaannya kemudian dilakukan
sehingga menjadi dermaga yang aman bagi kapal oleh 8 (delapan) kelompok nelayan. Namun
untuk bersandar. Namun begitu hal itu hanya budidaya tersebut gagal.
menjadi sebatas keuntungan geografis saja. Tahun berikutnya nelayan di Nagari Carocok
Kondisi nelayan di Nagari Carocok Anau masih Anau kembali mendapatkan bantuan, kali ini dari
jauh dari sejahtera, kecuali beberapa yang Kementerian Perikanan dan Kelautan lewat dana
digolongkan sebagai nelayan pengusaha, yaitu APBN 2013. Namun masih tetap gagal. Meski
nelayan-nelayan yang memiliki kapal-kapal begtu, tahun 2013 mereka kembali mendapatkan
menengah dan besar. bantuan dari dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Budidaya ikan kerapu di Nagari Carocok Anau Kabupaten Pesisir Selatan. Sehingga pada tahun
dimulai hampir berbarengan dengan di Nagari 2014 total keramba Aquatec yang ada di Nagari
Painan Selatan. Meski begitu, berbeda dengan Carocok Anau sebanyak 50 buah dengan 500
Nagari Painan Selatan, ide awal untuk lubang, Jumlah yang sebenarnya lebih besar dari
pembudidayaan ikan tidak datang dari nelayan yang didapatkan oleh nelayan di Nagari Painan
itu sendiri tetapi dari Dinas Perikanan dan Selatan.
Kelautan Kabupaten Pesisir Selatan. Dinas

Gambar 4. Keramba Budidaya Ikan Kerapu di Nagari Carocok Anau

Jumiati dan Hidayatul Fajri 75


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

Dituturkan oleh Ketua Nelayan Nagari hal itu tidak bisa memberikan analisis yang
Carocok Anau bahwa pada awalnya nelayan di menyeluruh untuk mengetahui jawaban dari
Nagari Carocok Anau sangat antusias dengan kegagalan mereka. Walaupun memang indikasi
program pemberdayaan yang diberikan oleh dari penelitian kami melihat bahwa pasar yang
Dinas Perikanan dan Kelautan Pesisir Selatan ini. tersedia berupa pasar monopsoni, di mana hanya
Harapan nelayan, pemberdayaan ini akan ada satu pembeli yang memonopoli yaitu PT
mampu menambah pendapatan mereka. Tetapi Dempo. Tetapi tempat pengumpulan ikan PT
pada panen pertama hasil yang didapat sangat Dempo sebelum di ekspor berada tidak jauh dari
jauh dari yang diharapkan. Nelayan merugi dan Nagari Carocok Anau. Harga yang dibeli pun juga
sebagian memutuskan untuk keluar dari tidak terlalu di bawah harga pasar dalam negeri.
kelompok budidaya. Walaupun beberapa masih Karena budidaya kerapu di Nagari Painan
tetap melanjutkan. Namun begitu, pada tahun Selatan juga memiliki pasar atau pembeli yang
berikutnya nelayan Nagari Carocok Anau sama. Sehingga, alasan yang disampaikan oleh
kembali merugi. Panen mereka gagal untuk nelayan di Nagari Carocok Anau tidak bisa
kedua kalinya. Hal ini kemudian membuat diterima sepenuhnya begitu saja bahwa
hampir semua nelayan mundur dari kegiatan kegagalan itu lebih disebabkan oleh keberadaan
pemberdayaan. Sehingga untuk selanjutnya, pasar.
keramba aquatec yang ada diserahkan kepada Kami melihat bahwa perbedaan hasil dari
nelayan yang tetap mau melanjutkan usaha budidaya di Nagari Painan Selatan dan Nagari
budidaya ikan kerapu. Carocok Anau lebih diakibatkan oleh pengelolaan
Sehingga, pada saat ini jumlah aquatec yang yang dilakukan. Budidaya di Nagari Painan
berjumlah 50 buah itu tidak lebih dari 25% yang Selatan mampu memberikan hasil yang
masih digunakan oleh nelayan, sedang sisanya berdampak terhadap ekonomi mereka dan
dibiarkan saja kosong. Alasan nelayan tidak sampai sekarang budidaya masih tetap berjalan.
menggunakannya adalah karena mereka selalu Sedangkan di Nagari Carocok Anau terjadi
merugi setiap kali panen. Ditambah dengan kondisi yang sebaliknya. Hal ini
waktu panen yang lama 12 sampai dengan 14 mengindikasikan ada perbedaan pengelolaan
bulan membuat biaya produksi membengkak. yang dilakukan.
Selain itu, harga jual dari kerapu yang di bawah Hasil penelitian kami memperlihatkan bahwa
harga pasar juga menjadi alasan yang membuat nelayan budidaya di Nagari Painan Selatan di
nelayan kemudian memutuskan untuk tidak dalam mampu memanfaatkan modal sosial
melanjutkan kegiatan budidaya kerapu. positif yang telah ada ditengah mereka dan
“Setelah tahun 2014 budidaya kerapu praktis mengembangkannya. Kondisi yang tidak
sudah tidak jalan, hanya beberapa nelayan ditemukan di Nagari Carocok Anau. Beberapa
saj yang tetap melanjutkan. Kami sempat komponen modal sosial kami temukan sebagai
mencoba secara berkelompok selama tiga penyebab perbedaan itu. Selanjutnya kami akan
tahun; 2012, 2013, 2014. Setelah 2014 membahas perbedaan modal sosial yang ada di
pengelolaan tidak lagi secara berkelompok dua nagari/desa itu sehingga memberikan
karena banyak kelompok nelayan (budidaya sebuah analisis tentang pentingnya keberadaan
kerapi) tidak aktif. Akhirnya dipakai oleh modal sosial masyarakat di dalam kegiatan
siapa yang mau saja.... Alasannya, karena pemberdayaan.
tidak menguntungkan. Harganya jual tidak
menutupi biaya selama produksi, Sehingga Modal Sosial di dalam Pemberdayaan Nelayan
nelayan merugi. Itu karena kami bisa
menjual hanya ke satu pembeli. Jadi harga Kondisi dari karakteristik masyarakat khususnya
ditentukan oleh mereka. Berapapun harga nelayan membuat kami mengidentifikasi
yang diminta, yang kadang jauh dari harga beberapa komponen pembentuk modal sosial
pasar. Kalau di jual lokal juga tidak ada yang yang bekerja di Nagari Painan Selatan dan yang
mampu untuk membeli. Jadi, sekarang tidak bekerja di Nagari Carocok Anau, yaitu nilai-
budidaya kerapu itu sudah tidak jalan lagi. nilai sosial dan trust. Dalam hal ini kami bukan
(Wawancara dengan Ketua Kelompok mengabaikan komponen-komponen yang lain di
Nelayan Budidaya ikan kerapu Nagari dalam literatur modal sosial, seperti reciprocity,
Carocok Anau) aksi kolektif, ataupun network. Tetapi kami
Kegagalan budidaya yang terjadi di Nagari melihat bahwa komponen seperti nilai-nilai
Carocok Anau bagi sebagian nelayan adalah sosial dan trust lebih teramati di dalam penelian
kegagalan dari proses pemasaran. Meski begitu, ini sebagai komponen modal sosial yang memiliki

Jumiati dan Hidayatul Fajri 76


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

dampak di dalam keberhasilan dan kegagalan menjadi nelayan. Rata-rata yang menjadi
pemberdayaan nelayan budidaya di Kabupaten nelayan itu pendatang. Karena mereka tidak
Pesisir Selatan. punya tanah jadi mereka melaut.”
Pertama kami akan membahas tentang Masyarakat yang secara sosio-historis relatif
perbedaan nilai-nilai sosial nelayan. Nilai-nilai baru itu bukan berarti tidak ada nilai-nilai di
sosial umumnya dipengaruhi oleh budaya dalam masyarakatnya, nelayan di Nagari Painan
masyarakat. Nelayan di Nagari Painan Selatan Selatan khususnya nelayan budidaya di Sungai
dan Nagari Carocok Anau secara budaya tidak Nipah menunjukkan bahwa ada nilai-nilai yang
memiliki perbedaan yang mencolok, sebab masih mereka anut, bukan saja nilai tradisional tetapi
merupakan bagian dari entitas budaya nilai-nilai aktual yang mereka bentuk hasil dari
Minangkabau. Meski begitu, kami melihat bahwa interaksi dan integrasi mereka. Salah satunya
nilai-nilai sosial juga dibentuk oleh pola interaksi adalah keluwesan mereka di dalam menerima
yang ada diantara masyarakat. Salah satunya kabaharuan atau inovasi, sehingga
kebaharuan integrasi masyarakat. pemberdayaan budidaya ikan bisa berjalan.
Nelayan di Nagari Painan Selatan tersebar di Sedangkan Nagari Carocok Anau adalah
beberapa tempat di Nagari tersebut, terutama di nagari yang masyarakatnya sudah lama
sekitar pantai carocok Painan dan di Sungai mendiami wilayah tersebut. Masyarakat di
Nipah. Khusus untuk nelayan budidaya hampir Nagari Carocok Anau pun cenderung homogen
semuanya terpusat di Kampung Sungai Nipah. karena tidak banyak pendatang yang menetap di
Sedangkan di Nagari Carocok Anau yang menjadi nagari itu. Selain itu, nelayan juga merupakan
nelayan budidaya tersebar di beberapa kampung. profesi yang sudah turun temurun di sana. Hal ini
Sebagai sebuah kampung, sungai nipah relatif menyababkan kondisi nelayan cenderung statis
baru berkembang dan rata-rata penduduknya dan sulit untuk menerima kebaharuan.
baru menetap satu atau dua generasi. Termasuk di dalam menerima pembaharuan
Sebelumnya kampung sungai nipah hanya pemberdayaan yang berbentuk budidaya. Sebab,
menjadi huma atau ladang di bukit-bukit yang bagi mereka tradisi nelayan adalah menangkap
tidak jauh dari pantai. Kemudian, beberapa ikan ke laut bukan dengan cara
orang dari nagari ataupun kampung yang membudidayakanya.
bersebelahan datang untuk menetap. Dan relatif Perbedaan karakteristik itu menjelaskan
baru saat sebagian penduduknya berprofesi bahwa keberadaan masyarakat pedesaan bukan
menjadi nelayan. Seperti kutipan wawancara saja dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional, yang
kami dengan salah seorang ketua adat di Nagari kadang cenderung tidak bisa menyesuaikan
Painan Selatan: dengan perkembangan kebutuhan
“Painan ini dulunya hanya terdiri dari satu masyarakatnya. Walaupun masyarakat itu sudah
nagari saja. Tetapi kemudian dikembangkan hidup bersama dalam kurun waktu yang lama
menjadi tiga nagari. Jadi sebenarnya belum menjadi suatu jaminan modal sosial yang
masyarakatnya masih banyak yang ada di dalamnya berbentuk positif dan
berkerabat. Tetapi kalau di sungai nipah, bermanfaat, tetapi “semangat” dan ruh sosial
kebanyakan penduduknya itu pendatang. menjadi kekuatan pengikat kehidupan kolektif
Maksudnya, orang yang datang dari nagari mereka membuat modal sosial bisa dikapitalisasi
diluar painan seperti sungai bungin ataupun untuk mencapai tujuan bersama (Pranadji, 2006;
batang kapas. Ada juga yang asli dari Yuanjaya, 2015).
Painan tetapi tidak seberapa dan tidak

Gambar 5. Perbedaan Ukuran Kapal yang dimiliki oleh nelayan ke dua nagari
(Nagari Painan Selatan (kiri); Nagari Carocok Anau: (kanan))

Jumiati dan Hidayatul Fajri 77


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

Komponen yang kedua yaitu keberadaan terdapat perbedaan klas lain, yaitu pemilik kapal
trust. Trust merupakan necessery condition di besar, menengah, dan kecil.
dalam modal sosial, karena dengan trust orang- Di dalam pemberdayaan, nilai-nilai sosial dan
orang kemudian bisa bekerja lebih efektif. Modal trust menentukan integrasi nelayan ke dalam
sosial dalam konteks ini mengacu pada jaringan kerjasama. Dengan kata lain,
kepercayaan dan berbagi norma perilaku yang pemberdayaan merupakan suatu bentuk
muncul dalam jejaring sosial informal dan yang kerjasama diantara nelayan yang merupakan
menghasilkan eksternalitas untuk anggota obyek dari kegiatan pemberdayaan. Sebab
kelompok (Durlauf & Fafchamps, 2004). Itu dengan adanya kerjasama akan meningkatkan
mempengaruhi sumber daya itu seorang individu hasil kerja kelompok selain juga adanya perasaan
dapat memobilisir melalui jejaring sosialnya menyatu ke dalam kelompok (Cunningham,
(Woolcock & Narayan, 2000) dan kecenderungan 2002). Kondisi ini yang terjadi di pemberdayaan
komunitas anggota untuk terlibat dalam aksi nelayan budidaya Kabupaten Pesisir Selatan.
kolektif (Ostrom & Ahn, 2002). Tetapi trust tidak Kemampuan nelayan budidaya Nagari Painan
bisa dipahami sebatas masalah personalitas Selatan untuk berkerjasama di dalam kelompok
seseorang atau intrapersonal, melainkan harus membuat mereka mampu meningkatkan kondisi
dipahami sebagai bentuk yang ekstrapersonal ekonomi mereka. Sedangkan hal yang sebaliknya
dan intersubyektif. Trust dibangun lewat terjadi di Nagari Carocok Anau. Kegagalan
interaksi yang terjalin di dalam masyarakat. mereka terintegrasi ke dalam kelompok untuk
Dengan kata lain, masyarakat yang memiliki bekerjasama menjadikan pemberdayaan yang
kekerabatan ataupun berbentuk tradisional dan telah dilakukan tidak mendapatkan hasil yang
homogen belum bisa dipastikan memiliki trust, diinginkan.
ataupun memiliki tetapi dengan kadar yang
rendah. Penutup
Kondisi yang terjadi di kedua nagari adalah
Nelayan budidaya di Nagari Painan Selatan Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil
mampu untuk membangun trust di tengah- pemberdayaan yang terjadi di Nagari Painan
tengah mereka sedangkan nelayan Nagari Selatan dan Nagari Carocok Anau Perbedaan
Carocok Anau cenderung gagal. Kemampuan tersebut disebabkan oleh modal sosial yang ada
nelayan budidaya di Nagari Painan Selatan, antara nelayan di kedua nagari. Komponen
khususnya di Sungai Nipah, dikarenakan belum modal sosial yang teramati menyebabkan
terciptanya hierarki sosial-ekonomi di dalam perbedaan adalah nilai sosial dan kepercayaan.
masyarakatnya yang baru terbentuk. Ketiadaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai
hierarki itu menyebabkan tidak adanya klas-klas sosial tidak hanya dibentuk oleh nilai-nilai
sosial dan kecurigaan antar klas-klas sosial. tradisional, yang bahkan cenderung
Sedangkan nelayan budidaya di Nagari Carocok menghambat integrasi masyarakat, tetapi nilai-
Anau tidak mampu menciptakan trust diantara nilai yang mereka ciptakan dari hasil interaksi
mereka diakibatkan adanya hierarki sosial- mereka setiap hari. Terkait dengan nilai-nilai
ekonomi. Sehingga yang berkembang di tengah sosial, kondisi masyarakat sangat menentukan
nelayan adalah kecurigaan-kecurigaan. pertumbuhan nilai ini. Penelitian kami
Hierarki sosial-ekonomi itu dibentuk oleh menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial tidak
kepemilikan mereka terhadap alat produksi, berkembang dalam masyarakat yang statis dan
yaitu kapal. Hal ini menjadi penting karena yang tertutup seperti di Nagari Carocok Anau, tetapi
menjadi nelayan budidaya di kedua nagari adalah akan berkembang dalam masyarakat yang
nelayan tangkap. Nelayan budidaya di Nagari dinamis dan terbuka seperti Nagari Painan
Painan Selatan merupakan kelompok nelayan Selatan. Kepercayaan juga merupakan
tangkap yang memiliki kapal meskipun kapal komponen penting dalam modal sosial.
dengan ukuran kecil-menengah dengan rata-rata Kepercayaan di Nagari Painan Selatan muncul
berukuran 7 GT. Sedangkan nelayan budidaya di dalam interaksi di antara para nelayan karena
Nagari Carocok Anau merupakan kelompok mereka merasakan perasaan persamaan nasib.
nelayan yang dibentuk di dalam relasi nelayan Serta stratifikasi sosial yang hampir merata di
tangkap yang memiliki kapal dan tidak. Terdapat antara mereka yang dipengaruhi oleh
klas pemilik kapal dan nelayan buruh di dalam kepemilikan modal mereka. Sementara itu, di sisi
relasi mereka saat berinteraksi. Selain itu, di lain, nelayan budidaya di Nagari Carocok Anau
dalam nelayan budidaya yang memilik kapal pun berada dalam kondisi ketidakpercayaan yang
disebabkan oleh kelas sosial dan ekonomi yang

Jumiati dan Hidayatul Fajri 78


Jurnal Teori dan Praktek Administrasi Publik, Vol II, No. 2

ada di antara mereka. Kami dalam penelitian ini Community Development. British Educatioal Research
Journal, Vol. 29. 3. 2003, pp. 417-433.
kembali memperkuat argumen bahwa
Mc Clenaghan, P. 2003. Response to 'Social Capital: an
masyarakat, dalam hal ini adalah nelayan, analytical tool for exploring lifelong learning and
merupakan bagian pemangku kepentingan yang community development'. British Educational Research
memainkan peran penting dalam keberhasilan Journal. Jun2003, Vol. 29 Issue 3, p435. 5p.
Meyer, M and K. N. Rankin. 2012. Social Capital and
pemberdayaan. Dengan demikian, masyarakat (Community) Development: A North/South Perspective.
bukanlah ruang kosong yang bisa dimasuki oleh Editorial Board of Antipode, pp 804-808.
pemerintah tanpa mengetahui dinamika yang Narayan, D and F. M. Cassidy. 2001. A Dimensional Approach
ada di masyarakat. Pengetahuan itu sangat to Measuring Social Capital. Development and Validation
of a Social Capital Inventory. Vol. 49(2): 59–102.
penting jika pemerintah menginginkan arus baru
OECD. 2013. Competition and Poverty Reduction. Directorate
dalam menjalankan kebijakan dan tata kelola for Financial and Enterprise Affairs.
yang mereka lakukan. Ostrom, E. and T. K. Ahn. 2002. A social science perspective
on social capital: Social capital and collective action. In E.
Ostrom, et al. (Eds.), Social capital: Conceptual
Daftar Pustaka exploration (pp. 8–56). Exeter: University of Exeter
Pranadji, T. 2006. Penguatan Modal Sosial untuk
Bowen, G. A. 2009. Social Capital, Social Funds and Poor Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan
Communities: An Exploratory Analysis. Journal: Social Agroekosistem Lahan Kering (Studi Kasus di Desa-desa
Policy & Administration. Jun2009, Vol. 43 Issue 3, p245- (Hulu DAS) Ex Proyek Bangun Desa, Kabupaten Gunung
269. Kidul dan Ex Proyek Pertanian Lahan Kering, Kabupaten
Buang, A,. A. Habibah,. J. Hamzah and Y. S. Ratnawati. 2011. Boyolali). Jurnal Agro Ekonomi Vol. 24 (2).
The promise of community - based fishery resource Speer, P. W. and J. Hughey. 1995. Community Organizing: An
management. World Applied Sciences Journal. 13 (13), Ecological Route to Empowerment and Power, American
104-109. Journal of Community Psychology, Vol. 23, No. 5, 1995:
Cunningham, I. 2002. Developing Human and Social Capital pp.729-748
in Oeganizations. Industrial and Commercial Training. Stake, R. E. 2005. Qualitative case studies. In N. K. Denzin &
Vol 34 (4) 89-94. Y. S. Lincoln (Eds.), The Sage handbook of qualitative
Dt. Maani, K,. A. Frinaldi and H. Fajri. 2018. Fisherman research (3rd ed., pp. 443-466). Thousand Oaks, CA:
empowerment and poverty in Pesisir Selatan regency. Sage.
MATEC Web of Conferences 229, 01004. Suhartini (ed). 2009. Model-model Pemberdayaan
Durlauf, S. N. and M. Fafchamps. 2004. Social capital. NBER Masyarakat.. Bantul: Pustaka Pesantren.
Working Paper 10485. Cambridge, MA: NBER Thomas, E. P. 2002. Local Participation in Development
Edwards, M and J. Onyx. 2007. Social Capital and Initiatives: The Potential Contribution of An
Sustainability in a Community under Threat. Journal: Understanding of Social Capital. Journal: Urban Forum.
Local Environment. Feb2007, Vol. 12 Issue 1, p17-30. Apr2002, Vol. 13 Issue 2, p116.
Enfield, R. P and K. C. Nathaniel. 2013. Social capital: Its Tuwo, H. A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut.
constructs and survey development. Journal: New Surabaya: Brilian Internasional.
Directions for Youth Development. Summer2013, Vol. Wekke, Ismail Suardi, dan Andi Cahaya. 2015. Fishermen
2013 Issue 138, p15-30. Poverty and Survival Strategy: Research on Poor
Guest, G., E. M. Namey and M. L. Mitchell. 2013. Collective Households in Bone Indonesia. Procedia Economics and
qualitative data: A field manual for applied research. Finance 26 (2015) 7–11.
Thousand Oaks, CA: Sage. Woolcock, M. and D. Narayan. 2000. Social capital:
Hibbit, K., P. Jones., and R. Meegan. 2001. Tackling Social Implications for development theory, research and policy.
Exclusion: The Role of Social Capital in Urban World Bank Research Observer, 15(2), 225–249.
Regeneration on Merseyside. Journal: European Planning World Bank. 1998. The Initiative on Defining, Monitoring and
Studies, 9 ,pp. 141–161. Measuring Social Capital: overview and program
Jackson, P. S. B. 2014. The Crisis of the Disadvantaged Child: description. Social Capital Initiative Working Paper No. 1
Poverty Research, IQ, and Muppet Diplomacy in the (Washington, DC, World Bank Social Development
1960s. Antipode. 46 (1), 190-208. Family Environmentally and Socially Sustainable
Katz, M. B. 2013. The Land of Too Much: American Development Network).
Abundance and the Paradox of Poverty. Journal Of Yuanjaya, P. 2015. Modal Sosial dalam Gerakan Lingkungan:
American History. 100 (3), 900-901. Studi Kasus di Kampung Gambiran dan Gondolayu Lor,
Kilpatrick, S,. J. Field and Ian Falk. 2003. Social Capial: An Kota Yogyakarta. Jurnal Natapraja: Kajian Ilmu
Analitycal Tool for Exploring Lifelong Learning and Administrasi Negara 3 (1).

Jumiati dan Hidayatul Fajri 79

Anda mungkin juga menyukai