2, Agustus 2018
1 Untuk mengutip artikel ini: Utami, Bekti Nur, Khonitan, Dwi. 2018. “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social
Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan di Desa Bukit Langkap, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau”.
Jurnal Pemikiran Sosiologi 5 (2): 126-147
2 Politeknik Pembangunan Pertanian (PolBangtan) Malang, Jawa Timur. Contact:bekti.n.utami@gmail.com
126
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
127
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
motivasi bahwa mereka mempunyai masyarakat yang belum dibuka. Uraian social
kemampuan untuk keluar dari lingkaran entrepreneurship diawali dengan
kemiskinan. Kedua, tahap pengkapasitasan, pembahasan tentang penelitian terdahulu dari
tahap ini terdiri dari tiga jenis Certo & Miller (2008: 267-271) yang
pengkapasitasan yaitu pengkapasitasan mengungkapkan bahwa terdapat tiga cara
manusia, organisasi dan sistem nilai. melihat social entrepreneurship. Pertama,
Pengkapasitasan manusia dilakukan dengan dari misi secara keseluruhan, dimana social
memberikan pendidikan, pelatihan, dan entrepreneurship mempunyai misi untuk
kegiatan lainnya untuk meningkatkan penciptaan nilai sosial dengan profit sebagai
keterampilan individu atau kelompok. efek tidak langsung. Kedua, ukuran performa,
Pengkapasitasan organisasi dilakukan dengan dimana sulit melakukan penguran performa
melakukan restrukturisasi organisasi social entrepreneurship sebab nilai sosial
sehingga dapat memunculkan inovasi baru yang sulit diukur. Ketiga, pemanfaatan sumber
dalam perubahan yang dilakukan. daya, dimana social entrepreneurship
Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan memanfatkan sumber daya secara sukarela.
dengan membuat “aturan main” didalam Social entrepreneurship mempunyai tujuan
organisasi yang berupa peraturan yang harus mencapai profit atau berorientasi pada hasil.
dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Ketiga, Mengenai profit penulis meninjau dari
tahap pendayaan pada tahap ini target sasaran Colander (2008: 200) , Slavin (2008: 201), dan
diberikan daya atau kekuatan, kekuasaan, Nicholson & Snyder (2007: 273) bahwa tujuan
otoritas atau peluang yang disesuaikan profit membuat social entrepreneurship erat
dengan kemampuan yang dimiliki sehingga dengan konsep opportunity cost dan profit
target sasaran dapat menjalankan kekuasaan maximalization. Social entrepreneurship
yang diberikan dan mampu membawa melakukan kegiatan sosial dengan
perubahan lebih baik. mendapatkan profit kemudian
mendistribusikannya sebagai upaya
Kegiatan social entrepreneurship telah terjadi
penciptaan nilai sosial.
sejak satu tahun yang lalu dengan awal
pembukaan lahan sebanyak 5 orang dengan
luas 1 hektare setiap orangnya dengan
pembiayaan bantuan dari Kepala Desa Bukit
Langkap, orientasi profit dari kegiatan ini
adalah untuk memperluas lahan-lahan
128
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Observasi yang dilaksanakan adalah observasi
Metode penelitian menggunakan pendekatan partisipatif jenis partisipatif pasif. Observasi
kualitatif desain Grounded Theory Approach. dilakukan terhadap kegiatan penanaman
Objek dalam penelitian ini adalah proses sampai pemanenan padi di Desa Bukit
pemberdayaan masyarakat yang berbasis Langkap selama 3 bulan. Alat yang digunakan
social enterpreneurship serta faktor dalam obervasi ini adalah catatan-catatan
pendukung dan penghambat pemberdayaan untuk merekam setiap peristiwa yang terjadi
masyarakat berbasis social enterpreneurship selama observasi. Teknik wawancara dalam
bidang pertanian dan peternakan di desa penelitian ini berjenis wawancara
Bukit Langkap Kabupaten Lingga. semiterstruktur. Alat yang digunakan untuk
Teknik analisis data dengan pendekatan merekam hasil wawancara berupa handphone
deskriptif dimana selama berada di lapangan berjenis smartphone dalam bentuk file
129
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
130
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
pembukaan lahan juga dimnfaatkan untuk jalan menuju sawah. Jalan menuju sawah
penanaman hijauan pakan ternak. ditimbun dengan batu dan kerikil sehingga
jalan keras dan apabila hujan tidak berumpur.
Kegiatan program pembangunan pertanian
Jalan menuju sawah yang lebih baik
dan peternakan yang dilakukan masyarakat di
menjadikan petani tetap beremangat ke
Desa Bukit Langkap berbasis social
sawah meskipun turun hujan. Sudarmin
entrepreneurship. Elemen utama dalam Social
selaku kepala desa mengatakan “memberikan
entrepreneurship adalah :
dorongan positif dengan memperbaiki akses
1. Social value (Nilai Sosial) jalan melalui laba bersama, menurut saya bisa
Social value merupakan eleman khas dari meningkatkan motivasi lebih dari para
manfaat sosial yang nyata bagi masyarakat b. Pembukaan lahan untuk penanaman
dan lingkungan sekitarnya. Manfaat sosial hijauan pakan ternak
yang bisa dirasakan bagi masyarakat Desa
Lahan milik masyarakat yang masih berupa
Bukit Langkap adalah
hutan belantara mulai dibuka. Pembukaan
a. Jalan menuju sawah yang lebih baik lahan menggunkan alat dan mesin pertanian.
Jalan menuju sawah semula jelek, yaitu berupa Pembukaan hutan bertujuan untuk
jalan tanah biasa. Jalan tanah tersebut, apabila menyedikan lahan penanaman hijauan pakan
hujan menjadi berlumpur dengan air yang ternak. Dana pembukaan lahan hutan
menggenang sehingga menyulitkan petani diperoleh dari laba hasil penjualan pupuk
melewatinya bahkan tidak bisa dilewati. Pada organik yang dipasarkan melalui BUMDes.
pengembangan fasilitas publik ini sangat Atik menyatakan bahwa sangat kreatifnya
perbaikan jalan ini sangat mendukung saya menjadi uang untuk menhasilkan keuntungan
untuk membantu orangtua dalam bersama membuat desa tersebut menjadi desa
pengambilan hasil panen, tidak perlu lagi yang aktif serta kreatif dalam kegiatan
131
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
modal sosial yang berasal dari inisiatif dan rasa keterpanggilan, mampu
partisipasi masyarakat, di Desa Bukit Langkap mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sendiri Social society sudah terlihat sangat kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan,
jelas ketika kami berbaur dalam kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang cukup
masyarakat sehari-hari. serta yang penting adalah merupakan hasil
pilihan dari anggotanya.
a. Norma
b. Kepercayaan
Social society di masyarakat Desa Bukit
Langkap ditunjukkan dengan adanya Kepala Desa Bukit langkap, Bapak Sudarmin
pembentukan organisasi baru. Organisasi mempunyai insiatif dana awal yang
tersebut merupakan organisasi yang diperlukan untuk social entrepreneurship.
mengelola social entrepreneurship di Desa Dana awal untuk pembukaan lahan seluas 10
Bukit Langkap. Pada organisasi tersebut hektar sebanyak Rp 50 juta berasal dari
disusun struktur organisasi yang mempunyai APBDes. Dana yang diberikan akan
fungsi dan tugas untuk tiap-tiap bidangnya. dikembalikan secara berangsur melalui
Beberapa bidang yang diemban dalam keuntungan dari kegiatan social
pembagian tugas ini antara lain bidang entrepreneuship, secara berkala dana akan
pengadaan yang mengatur pembiayaan dan terus berputar untuk mengembangkan
pembagian keuntungan antar anggota, bidang program selanjutnya, meningat dana tersebut
penyediaan sarana prasarana bertugas untuk adala dana yang diberikan untuk
menyediakan kebutuhan pelaksanaan kesejahteraan ekonomi dan sosial
kegiatan, bidang teknisi bertugas untuk masyarakat. Masyarakat juga percaya, bahwa
pelaksanaan kegiatan dengan arahan dari social entrepreneurship berbasis pertanian
pihak BPTP, serta bidang administrasi dengan dan peternakan yang dilakukan akan berhasil,
tugas pencatat segala kegiatan dan data yang sehingga masyarakat melaksanakannya
diperlukan kelompok. Aturan juga dibuat dengan sungguh-sungguh dan sesuai aturan
untuk menjalankan aktifitas organisasinya. serta rencana yang tela disusun sebelumnya.
Aturan dalam kepengurusan program ini pada
c. Gotong-royong
hakekatnya dibentuk dari, oleh dan untuk
anggota kelompok pengurus program dipilih Masyarakat Desa bukit Langkap secara
dari anggota kelompok yang mau dan mampu bergotong-royong berpartisipasi dalam
memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, Pembukaan lahan hutan dilaksanakan secara
132
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
bertahap. Konsep gotong royong juga dapat diberikan membuat kami memiliki banyak
dimaknai dalam konteks pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan khususnya
masyarakat (Pranadji, 2009: 62), karena bisa bisa meningkatkan penghasilan”. Pelatihan
menjadi modal sosial untuk membentuk tersebut melibatkan pihak luar sebagai
kekuatan kelembagaan di tingkat komunitas, narasumber dan pelatih. Pihak luar yang
masyarakat negara serta masyarakat lintas terlibat adalah Bank Indonesia dan Balai
bangsa dan negara Indonesia dalam Penelitian Teknologi Pertanian Provinsi
mewujudkan kesejahteraan. Hal tersebut juga Kepulauan Riau, dengan adanya keterkaitan
dikarenakan di dalam gotong royong beberapa pihak luar desa kegiatan sosial
terkandung makna collective action to berupa socio entrepreneurship dapat berjalan
struggle, self governing, common goal, dan dengan baik karena memiliki dukungan penuh
sovereignty dari pihak yang berkompeten.
untuk pencetakan sawah. Secara bergotong- teknologi baru di bidang pertanian dan
royong, masyarakat desa juga berpartisipasi peternakan yang memadukan kearifan lokal.
Pengetahuan dan keterampilan masyarakat Setiap kepala keluarga memiliki minimal satu
Desa Bukit Langkap mengenai teknis ekor sapi. Sapi tersebut dipelihara bebas di
pertanian dan peternakan masih rendah. halaman rumah. Kotoran sapi semula belum
teknis pertanian dan peternakan bagi Kemudian ada pelatihan pembuatan pupuk
masyarakat dilakukan dengan mengadakan organik bagi masyarakat Bukit Langkap yang
133
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
134
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
135
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
penyedia bibit pakan yang dapat diperbanyak. dengan sempurna. Selain itu pemberian kapur
Awal penanaman, bibit tanaman hijauan juga dilakukan untuk menurunkan kadar
pakan ternak adalah melalui bantuan bibit keasaman pada tanah yang diolah sehingga
dari pihak Balai Penelitian Teknologi kadar keasaman tanah netral atau berada
Pertanian Provinsi Kepualauan Riau dengan pada angka 7. Dengan lubang sejumlah 2.000
jumlah tanam sekitar 2.000 lubang tanam per per hektar nantinya mampu memenuhi
satu hektar dengan bibit berupa stek rumput kebutuhan hijauan pakan ternak tepatnya sapi
gajah odot, Rumput gajah jenis ini berbeda bali di Desa Bukit Langkap. Penanaman
dari rumput gajah yang biasa dibudidayakan hijauan pakan ternak ini juga diperhatikan
oleh petani saat ini. Carry Capacity dari lahan sehingga kebutuhan
ternak sebanyak jumlah sapi di desa dapat
Rumput gajah biasa tingginya sekitar 4,5
dicukupi dengan baik.
meter, sedangkan rumput odot bisa mencapai
satu meter, dengan rumpun yang sangat rapat d. Pembuatan kandang koloni
mirip pandan. Dengan kondisi ini, tentunya
Pembukaan lahan hutan juga dimanfaatkan
rumput odot jauh lebih efisien dalam
untuk pembangunan di bidang peternakan.
penggunaan lahan. Untuk lahan 1 meter
Inovasi di bidang peternakan yaitu pembuatan
persegi rumput gajah biasa hanya
kandang koloni. Kandang koloni tersebut
menghasilkan sekitar 29,5 kg/ha/tahun, maka
bertujuan untuk menampung semua ternak
rumput odot bisa mencapai sekitar 36
sapi yang ada di Desa Bukit Langkap.
kg/tahun. Hampir semua bagian rumput odot
Masyarakat masih membuat kandang di dekat
bisa dimakan oleh sapi, sedangkan rumput
rumah atau bahkan ada yang menempel
gajah biasa hanya sekitar 60-70 % saja.
dengan rumah. Kandang yang dekat dengan
(Bramanda dan Handian, 2014).
rumah akan mengganggu kesehatan dari
Penananaman dilakukan dengan cara
ternak maupun pemiliknya. Penggembalaan
membuat lubang dengan ukuran 30 cm x 30
sapi dengan cara membiarkan berkeliaran di
cm dengan jarak sistem tanam yaitu jajar
halaman sekitar rumah. Hal tersebut
legowo 2:1, dengan jarak tanam antar
menyebabkan kotoran yang tercecer dimana-
keduanya yaitu 60 cm, pengolahan tanam
mana di halaman rumah. Kotoran tersebut
dengan mesin berupa jhondeer dengan 2 alat
mengganggu kesehatan dan keindahan. Oleh
bantu yaitu singkal dan rotari. Pengolahan
karena itu, pembuatan kandang koloni
lahan ini berfungsi untuk mengolah tanah agar
letaknya terpisah dari lokasi perumahan
pupuk yang dicampurkan dapat meresap
masyarakat Desa Bukit Langkap. Pemilihan
136
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
lokasi pembuatan kandang koloni yang jauh beratap) yang becek. Pembuangan feses
dari perumahan adalah selain karena alasan dilakukan secara berkala yaitu tiga sampai
kesehatan dan kemudahan dalam empat kali setahun atau sesuai kebutuhan.
pemeliharaan.
Kelebihan sistem perkandang koloni
Syarat kandang yang baik juga sangat semiintensif adalah ternak lebih bebas dan
diperhatikan berdasarkan penggunaanya adanya rak penyimpanan pakan kering
kandang sapi dapat berupa kandang barak (seperti jerami) sehingga pakan hijauan
ataupun kandang individual. Luas kandang kering selalu tersedia. perlu mendapat
barak diperhitungkan ridak boleh kurang dari perhatian untuk kandang pembesaran adalah
2,0 m2/ekor agar ternak lebih leluasa kepadatan kaitannya dengan kecukupan
bergerak, sedangkan kandang individual sarana (palungan), dan kondisi ternak yang
dapat lebih kecil daripada kandang barak dipelihara dalam satu kandang harus
yaitu sekitar1m7 km m2 /ekor dengan mempunyai kondisi badan yang sama atau
masing-masing sapi sebesar 150 kg. Palungan hampir sama, untuk menghindari persaingan
pakan sapi bisa dalam bentuk memanjang dan sesamanya. Pemeliharaan berikutnya setelah
terbuka, palungan ini biasanya terbuat dari dari kandang pembesaran dilakukan
kayu dengan panjang sekitar 3 m dan lebar pemisahan antara jantan dan betina, yaitu
0,75 m yang mamu menyediakan pakan untuk ternak jantan dipelihara pada kandang
10-14 ekor sapi, selain dalam bentuk penggemukan atau sebagai calon pejantan dan
permanen palungan pakan ini dapat pula yang betina sebagai replacement stok untuk
dibuat dalam bentuk yang dapat dipindahkan calon induk.
tempatkan atau didorong atau dihela (Santosa,
Kandang penggemukan untuk pemeliharaan
2011) Lantai kandang koloni menggunakan
sapi jantan dewasa beberapa bulan sampai
lantai semen atau betton berpori (model
mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaan
wavin) terutama pada bagian lantai yang tidak
ternak pada kandang penggemukan berkisar
beratap. Pada bagian belakang kandang
antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi
dilengkapi selokan pembuangan terutama
awal ternak (umur dan bobot badan) dan
untuk menjaga kebersihan lantai kandang
ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk
pada musim hujan. Alas lantai pada model
penggemukan jantan dewasa adalah tipe
kandang ini tidak menggunakan alas dasar
kandang individu dalam kandang koloni,
litter, namun bahan alas litter hanya
untuk menghindari perkelahian sesamanya.
disebarkan pada lantai (terutama lantai yang
(Hartati dan Ainun, 2007). Pembuatan
137
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
kandang koloni dibantu oleh Bank Indonesia Selanjutnya kas KWT digunakan untuk
Provinsi Kepulauan Riau dalam pendanaanya penghijauan fasilitas umum seperti menaman
beserta kelompok ternak Jatayu dalam sayuran di balai desa.
ketenagaan dan beberapa perangkat desa
terkait yang bertugas dalam kegiatan
socialenterperenuship. b. Pupuk organik
138
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
pascapanen padi dari kegiatan social Tokoh masyarakat di Desa Bukit Langkap
139
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
140
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
141
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
dilakukan oleh tokoh masyarakat di desa ini pertanian. Pelatihan di bidang peternakan
seperti pengolahan lahan pribadi dengan adalah pembuatan pupuk organik dari
budidaya padi varietas inpari 30 dan kotoran ternak sapi. Hasil pembuatan pupuk
menghasilkan beras yang mampu di pasarkan organik digunakan untuk pemupukan lahan
dengan label BUMDes dengan memperoleh yang siap diolah.
laba yang digunakan sebesar 30% untuk dana
Tahapan pengkapasitasan selanjutnya adalah
pengembangan lahan masyarakat lain yang
dengan pembentukan struktur organisasi
belum dibuka dan diolah, setidaknya setiap
masyarakat desa dalam kegiatan social
satu KK memiliki tanah sebesar 1 hektar
enterpreneurship. Struktur organisasi yang
sampai 2 hektar yang belum dibuka dan
disusun didasarkan pada kemampuan
diolah. Penyadaran yang dilakukan di desa ini
leadership setiap posisi jabatan dalam
berjalan dengan baik dan memperoleh respon
organisasi. Penyusunan struktur organisasi di
yang baik pula antara lain: (a) masyarakat
desa ini bertujuan untuk monitoring dan
aktif dalam bergotong royong dalam
peyelarasan tugas dan fungsi pokok masing-
mensukseskan kegiatan social
masing anggota. Pembentukan organisasi
enterpreneurship (b) masyarakat yang telah
dilakukan secara musyawarah mufakat dari
dibuka lahannya mau menyisakan 30%
masyarakat di desa. Kegiatan social
keuntungan untuk dijadikan modal
enterpreneurship dapat berjalan dengan baik
pengembangan (c) masyarakat yang telah
karena koordinasi yang baik antar elemen
mengikuti kegiatan ini mau untuk mengajak
jabatan organisasi. Selain pembentukan
keluarga lain yang belum mengikuti kegiatan
organisasi di desa ini, masyarakat juga
ini.
membuat aturan yang mengikat anggota
2. Pengkapasitasan terkait social enterpreneurship. Aturan yang
digunakan merupakan aturan yang berasal
Pada tahapan ini pemberdayaan masyarakat
dari kesepakatan bersama demi mencapai
di Desa Bukit Langkap dilakukan dengan cara
tujuan awal program. Sudarmin selaku kepala
pelatihan. Pelatihan diselenggarakan secara
desa mengatakan “Adanya aturan ini sebagai
swadaya oleh tokoh masyarakat desa. Materi
pengontrol masyarakat sehingga teteap
pelatihan adalah bidang pertanian dan
berjalan sesuai alurm aturan yang dibuat juga
peternakan. Di bidang pertanian dimulai
tidak memberatkan masyarakat karena turan
dengan pembukaan lahan. Terkait kegiatan
itu bersumber dari kesepakatan mereka
pembukaan lahan tersebut, diperlukan
sendiri” Aturan tersebut dinamakan sebagai
keterampilan pengoperasian alat dan mesin
142
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
143
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
masyarakat. Pada tahap awal, seluas 10 (c) Tokoh masyarakat yang berdikari
hektare lahan masyarakat telah berhasil
Tokoh masyarakat di desa Bukit Langkap
dibuka. Lahan tersebut akan digunakan untuk
sangat berperan baik dalam pemberian
persawahan dan pembutan kandang
motivasi, meringankan modal awal ,
kelompok.
pemberian ilmu terhadap masyarakat, serta
(a) Modal awal menjadi agen of change dalam meningkatkan
kemandirian dan peningkatan finansial
Modal awal ini merupakan faktor pendukung
masyarakat Desa Bukit Langkap.
awal dalam pelaksanaan kegiatan, melalui
perhitungan cash flow setidaknya dalam
kegiatan social entreprenurship modal awal
Faktor Penghambat
akan segera kembali dan akan
menguntungkan masyarakat karena Selain faktor pendukung dalam
keuntungan bersaa sehingga selain ekonomi Langkap adapula faktor yang menjadi
kegiatan bersama dengan adanya kerukunan masih rendah. Hal ini terlihat, karakter
Partisispasi aktif masyarakat pada kelompok leadership didorong oleh tokoh nasyarakat di
tani dan ternak di Desa Bukit Langkap Desa Bukit Langkap tersebut.
menjadikan power tersendiri dalam (b) Kurang siapnya sumber daya manusia
peningkatan kesadaran masyarakat sehingga
Sumberdaya manusia di Desa Bukit Langkap
istilah bersama kerja dalam kerjasama di desa
belum memahami opportunity cost dari social
ini bisa terwujud.
entrepreneurship. Hal ini terlihat dari
144
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
masyarakat yang tidak tertib dalam (b) masyarakat yang telah dibuka
penjadwalan kegiatan rutin dan memilih lahannya mau menyisakan 30%
melaksanakan kegiatan pribadi diluar keuntungan untuk dijadikan modal
pekerjaan mereka. pengembangan
(c) masyarakat yang telah mengikuti
(c) Kurangnya pengetahuan dan
kegiatan ini mau untuk mengajak
keterampilan teknis di bidang pertanian dan
keluarga lain yang belum mengikuti
peternakan.
kegiatan ini.
Masyarakat Desa Bukit Langkap yang
Kedua, pengkapasitasan. Adapun keuntungan
merupakan masyarakat dari program
yang diberikan dalam hal pengkapasitasan ini:
transmigrasi mempunyai latar belakang yang
(a) Terbentuknya sistematika organisasi yang
beranekaragam. Masyarakat belum
jelas
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan
teknis di bidang pertanian dan peternakan, (b) terciptanya pemikiran inovasi baru
sehingga kegiatan kadang kala terkendala
(c) perubahan sikap leadership masyarakat
karena kurangnya kesiapan teknis pada setiap
(d) penambahan wawasan masyarakat.
anggota pelaksanaan program.
Ketiga, pendayaan dalam program Social
Enterpreneurship di desa Bukit Langkap
E. Kesimpulan masyarakat diberikan otoritas dari kepala
desa untuk menjalankan aturannya dengan
Pemberdayaan masyarakat yang berbasis
baik. Beberapa keuntungan pendayaan ini
social enterpreneurship di desa Bukit Langkap
adalah:
bisa dinilai dari proses pemberdayaan
masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut (a) peluang keuntungan bisa disesuaikan
antara lain dijabarkan sebagai berikut. dengan kebutuhan masyarakat
Pertama, penyadaran yang dilakukan di desa
(b) tidak adanya paksaan terhadap beberapa
ini berjalan dengan baik dan memperoleh
pihak
respon yang baik pula diantaranya:
(c) munculnya sikap bertanggung jawab atas
(a) masyarakat aktif dalam bergotong
pelaksanaan program Social
royong dalam mensukseskan kegiatan
Enterpreneurship.
social enterpreneurship
145
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
146
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 5 No. 2, 2018
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis “Social Entrepreunership” Bidang Pertanian dan Peternakan: Studi Kasus
Desa Bukit Langkap, Kabupaten Linggau, Kepulauan Riau
Bekti Nur Utami, Dwi Khonitan
147