Anda di halaman 1dari 14

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat

=================================================
Oleh: Karjuni Dt. Maani

ABSTRACT
By using the concept of empowerment that are offered within the
framework of the theory of "ACTORS", then the changes that will
result is a change has been planned, because the input to be used in
the change was anticipated early on so that the output will be
produced capable of optimally efficient. The study of the management
of community development using the framework of "ACTORS" will be
able to raise awareness, authority, confidence and competence, trust,
oppurtinities, responsibilities, support, initiative, and creativity to
change the situation towards the power in which communities have
self-respect, self confident, and self relience, so they have the
knowledge and understanding for self-empowerment on an ongoing
basis.

Kata Kunci: empowerment, authority, confidence and competence, trust,


oppurtinities, responsibilities, support

I. PENDAHULUAN
Konsep pemberdayaan (empowerment) sosial, melainkan cerminan nilai-niai
muncul dengan dua premis mayor, normatif dan moral yang terasa sangat
kegagalan dan harapan1. Kegagalan nyata di tingkat individu dan
yang dimaksud adalah gagalnya masyarakat2.
model-model pembangunan ekonomi Dalam konteks ini Armatya Sen
dalam menanggulangi masalah menekankan, pembangunan ekonomi
kemiskinan dan lingkungan yang harus diterjemahkan sebagai proses
berkelanjutan. Sedangkan harapan, meningkatkan derajad kebebasan
adanya alternatif-alternatif pemba- manusia dalam menentukan pilihan-
ngunan yang memasukkan nilai-nilai pilihan sendiri. Pendapatnya
demokrasi, persamaan gender, didasarkan pada pengamatan bahwa
persamaan antar generasi, dan masalah utama negara berkembang
partum-buhan ekonomi secara lebih pada berkurangnya makna
memadai. Kegagalan dan harapan ini kehidupan (reduced lives) daripada
bukan merupakan alat ukur ilmu-ilmu rendahnya pendapatan. Karena itu
strategi yang tepat untuk mengatasi
1
Friedmann, John. 1992. Empowerment: The
2
Politics of Alternative Development. Sen, Amartya. 1984. Resaurce, Values, and
Massachusetts: MT Press. Development. New York: Wiley.

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 53

...
hal ini adalah meningkatkan Konsep pemberdayaan meru-
“kebebasan” dan “kemampuan” umat pakan hasil interaksi di tingkat
manusia dalam memilih nilai sesuai ideologis maupun praktis. Di tingkat
yang diyakini. ideologis, konsep ini merupakan hasil
Sejalan dengan pemikiran Sen, interaksi antara konsep top-down dan
Kartasasmita3 menjelaskan, kemajuan battom-up, antara growth strategy dan
ekonomi secara berkesinambungan people centered strategy. Sedangkan
harus didukung sumber daya manusia di tingkat praksis, interaksi terjadi
yang memiliki prakarsa dan daya lewat pertarungan antar otonomi.
kreasi. Prakarsa hanya tumbuh apabila Konsep pemberdayaan, dengan
terdapat emansipasi serta kesempatan demikian, mengandung konteks
yang penuh untuk berpartisipasi pemihakan kepada masyarakat yang
dalam proses perubahan. Karena itu, berada di bawah garis kemiskinan.
diperlukan kebebasan dan kesempatan Memperhatikan uraian tentang
untuk berperan serta dalam mainstrem teori-teori pembangunan
pengambilan keputusan yang tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menyangkut individu dan masyarakat. ekonomi rakyat, di mana manusia
Dalam keadaan tiadanya kebebasan (individu dan masyarakat) harus
dan kesempatan, prakarsa dan daya menjadi subyek pembangunan. Uji
kreasi menjadi terbatas. empiris menunjukkan, teori-teori yang
Pemberdayaan sebagai konsep berpihak pada peran masyarakat
alternatif pembangunan, dengan luaslah yang lebih berhasil dalam
demikian menekankan otonomi pembangunan di negara-negara
pengambilan keputusan suatu kelom- berkembang. Teori yang semata-mata
pok masyarakat yang berlandaskan mengandalkan modal dan sumber
pada sumber daya pribadi, partisipasi, daya alam telah usang. Sebaliknya,
demokrasi, dan pemberdayaan sosial teori yang berorentasi pada manusia
melalui pengalaman lansung. makin unggul dan cenderung
Fokusnya adalah lokalitas, karena berkembang, salah satunya adalah
msyarakat lebih siap diberdayakan teori ACTORS.
lewat isu-isu lokal. Meski demikian Dalam konteks pemberdayaan
Friedmann4 mengingatkan, sangat masyarakat di Indonesia, ada tiga hal
tidak realistis apabila kekuatan yang perlu dilakukan melalui teori
ekonomi dan struktur-struktur di luar ACTORS. Pertama, pembangunan
masyarakat diabaikan. Karena itu, perlu diarahkan pada perubahan
pemberdayaan masyarakat tidak struktur. Kedua, pembangunan diara-
hanya sebatas ekonomi, tapi juga hkan pada pemberdayaan masyarakat
politik, sehingga masyarakat memiliki guna menuntaskan masalah kesen-
daya posisi tawar (bargaining jangan berupa pengangguran,
position) secara nasional maupun kemiskinan, dan ketidakmerataan
internasional. dengan memberikan ruang dan
kesempatan lebih besar kepada rakyat
3
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Kemiskinan. banyak untuk berpartisipasi dalam
Jakarta: Balai Pustaka. pembangunan. Ketiga, pembangunan
4
Friedmann, John. 1992. Op cit.
perlu diarahkan pada koordinasi

54
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
lintas-sektor yang mencakup program menanggulangi kemiskinan dijabar-
pembangunan antarsektor, antar- kan melalui program pembangunan
daerah, dan pembangunan khusus. sektoral, pembangunan regional, dan
Dalam pelaksanaan, ketiga arah itu pembangunan khusus5. Program-
harus dilakukan secara terpadu, program yang dilakukan tersebut
terarah, dan sistematis tidak dapat sifatnya top-down, sangat sentralistik,
saling dipisahkan. Pada akhirnya dan tidak banyak melibatkan potensi
pemberian ruang dan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi
yang lebih besar kepada rakyat untuk secara aktif. Peran birokrasi dan
berpartisipasi dalam pembangunan intervensi pemerintah sangat dominan
dapat bersinergi dengan upaya dalam pelaksanaannya sehingga
menanggulangi penggaguran, kemis- memberikan dampak negatif untuk
kinan, dan ketidakmerataan. kepentingan jangka pendek. Adanya
Dalam upaya pemberdayaan realita negatif yang berkembang di
masyarakat dapat dilihat dari sisi: masyarakat, telah mendorong peme-
Pertama, menciptakan suasana atau rintah untuk melakukan reorentasi
iklim yang memungkinkan pembangunan serta “revitalisasi” atas
masyarakat berkembang; Kedua, konsep pembangunan.
meningkatkan kemampuan masya- Dari berbagai rekomendasi yang
rakat dalam membangun melalui ditawarkan yang banyak dikemukakan
berbagai bantuan dana, pelatihan, adalah perlunya menciptakan
pembangunan prasarana dan sarana kebijakan makro yang konduksif bagi
baik fisik maupun sosial, serta pertumbuhan ekonomi, penyesuaian
pengembangan kelembagaan di daerah; kebijakan sektoral, menciptakan
Ketiga, melindungi atau memihak yang efesiensi dan kepekaan terhadap pasar
lemah untuk mencegah persaingan serta mengurangi regiditas birokrasi
yang tidak seimbang dan menciptakan dan intervensi pemerintah dalam
kemitraan saling menguntungkan. interaksi ekonomi6. Selain itu,
Dalam hal ini, pemberdayaan diperulakan perubahan filosofi dari
masyarakat sebagai strategi yang tepat pola sentralisasi menjadi desen-
untuk meningkatkan kesejahteraan tralisasi, pola pembangunan dengan
rakyat. Keyakinan ini perlu diperkuat konsep top-down planning menjadi
dan dimasyarakatkan lewat usaha-usaha battom-up planning, uniformity
nyata. menjadi variasi lokal, sistem
komando menjadi proses pembe-
II. STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT 5
Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pemba-
Sebenarnya berbagai konsep dan ngunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: PT. Bina Rena
program pemberdayaan masyarakat Pariwara.
untuk mengentaskan kemiskinan telah 6
banyak dilakukan oleh pemerintah Safi’i .2011. Ampih Miskin: Model
Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam
sebelumnya. Diantaranya program- Perspektif Teori dan Praktek. Malang:
program yang ditujukan untuk Averroes Press.

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 55

...
lajaran, ketergantungan menjadi harapan terhadap upaya meningkatkan
keberlanjutan, social exclusion kapasitas keberdayaan masyarakat
menjadi social inclusion, dan tersebut.
improvement menjadi transformation7 Konsep empowerment (pember-
Pelaksanaan konsep ini dayaan), apabila dikaji lebih dalam
memerlukan reorentasi pembangunan, maka terdapat dua muatan dasar yang
gerakan sosial, institusi lokal, dan terdiri dari asas positivisme dan asas
pengembangan kapasitas. Hal ini interaktif9. Asas positivisme lebih
didedikasikan kepada masyarakat mengarah pada analisis kuantitatif
untuk lebih mendapatkan kesempatan seperti berikut: Pertama, growth
ikut serta dalam proses pembangunan strategy, di mana dalam pelaksanaan
adalah setiap warga masyarakat harus pembangunan lebih diarahkan pada
“mampu” dan “berdaya”. Karena stategi pembangunan dengan
pemberdayaan masyarakat adalah penghitungan Gross National Product
upaya untuk memandirikan (GNP) dalam menilai keberhasilan
masyarakat melalui perwujudan pembanguanan di suatu negara.
potensi kemampuan yang dimi- Kedua, employment program, yang
likinya8. Secara nyata pemberdayaan lebih banyak melihat pada analisis
masyarakat dapat diupayakan melalui tenaga kerja. Ketiga, basic need
pembangunan ekonomi kerakyatan. strategy, yang lebih mengarahkan
Sementara itu pembangunan ekonomi pada pemenuhan kebutuhan dasar
kerakyatan harus di awali dengan bagi masyarakat.
usaha pengantasan kemiskinan yang Sedangkan kajian pada asas
masih menjadi permasalahan bagi interaktif, lebih mengarahkan pada
sebagian kelompok masyarakat. pandangan pembangunan dengan
Kemiskinan masyarakat analisis kualitatif seperti berikut:
merupakan salah satu masalah yang Pertama, empowerment, yang melihat
perlu segera mendapatkan pena- pada bagaimana menumbuhkan
nganan dengan baik. Dengan keberdayaan masyarakat dalam
kecenderungan seperti itu, isu-isu memperbaiki kualitas hidup mereka.
pemberdayaan masyarakat masih Kedua, sustanability, yang melihat
tetap penting dan sesuai dengan pada keberlanjutan pembangunan
kebutuhan pembangunan masyarakat. dengan memikirkan kelestarian alam
Walaupun upaya pemberdayaan dengan lingkungannya untuk dapat
masyarakat tidak mudah dilakukan diwariskan pada generasi berikutnya.
untuk mencapai hasil yang optimal, Ketiga, approach technology, yang
namun atmosfir otonomi daerah dan diarahkan pada pembangunan dengan
keterbukaan politik akan memberikan menggunakan kesempatan untuk
menggunakan teknologi dalam
7
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat:
pembangunan.
Mungkikah Muncul Antitesisnya? Yogyakata:
Pustaka Pelajar.

8 9
Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Riyadi, Suprapto. 2001. Strategy Empo-
Masyarakat Pesisir. Bandung: Humaniora. werment. Malang: FIA Unibraw.

56
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
Menurut Hulme dan Turner10 masyarakat juga akan semakin
pemberdayaan dapat dilakukan banyak. Pendapat ini dapat dilihat
dengan menggunakan 3 (tiga) strategi pemetaannya sebagai berikut:
antara lain: Pertama, the walfare
approach, pendekatan ini mengarah
pada pendekatan manusia dan bukan
untuk memperdaya masyarakat dalam
menghadapi proses politik dan
kemiskinan rakyat tetapi justeru untuk
memperkuat keberdayaan masyarakat
dalam pendekatan sentrum of power,
yang dilatarbelakangi oleh kekuatan
potensi lokal masyarakat itu sendiri.
Kedua, the development approach,
pendekatan ini bertujuan untuk
mengembangkan proyek pemba-
ngunan untuk meningkatkan kemam-
puan, kemandirian dan keswadayaan
masyarakat. Ketiga, the empowement
approach, pendekatan yang melihat
bahwa kemiskinan sebagai akibat dari
proses politik, dan berusaha
memberdayakan atau melatih rakyat
untuk mengatasi ketidakberdayaan
mereka.
Sementara itu Hulme dan Turne
menegaskan, keberdayaan masyarakat
sangat dibatasi oleh dikotomi subyek
dan obyek. Dikotomi subyek dan
obyek terjadi karena power
(daya/kekuatan) yang mempengaruhi
subyek dan obyek melalui kedekatan
dengan sentrum power, sehingga
kemampuan, status, kepemilikan,
kedudukan dari masyarakat akan
sangat bergantung pada power
tersebut, semakin dekat masyarakat
dengan sentrum of power, maka
daya/kekuatan yang dimiliki oleh

10
Hulme, David & Turner M. 1990. Sociology
of Development, Theories, Policies and
Practices. Hartfordshire: Harvester
Wheatsheaf.

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 57

...
Dikotomi Subyek dan Obyek

Dikotomi subyek
dan obyek

E
PEMBANGUNAN
P
O
W - Self respect
E Subyek (pengakuan diri) E
R (pemerintahan/penguasa) M
M - Self confident P
E (percaya diri)
N O
T W
(Kekuatan diskursus -Self relience E
/Daya) s (kemandirian) R
I
N
G
Obyek
(masyarakat/diskursus)

58
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
Dari gambar di atas, menurut yang dimaksudkan oleh Cook dan
Hulme dan Turne perlu adanya Macaulay lebih mengarah pada
diskursus antara pemerintah dengan pendelegasian secara sosial dan
masyarakat untuk menentukan etika/moral, antara lain: (a) mendorong
subyak dan obyek dalam adanya ketabahan; (b) mendele-
pembangunan. Hal ini harus gasikan wewenang sosial; (c) meng-
dilakukan karena pada negara-negara atur kinerja; (d) mengembangkan
sedang berkembang ternyata organisasi (baik lokal mapun
pembangunan banyak didominasi eksteren); (e) menawarkan kerjasama;
oleh pemerintah sebagai kekuatan (f) berkomunikasi secara efesien; (g)
yang lebih dekat dengan sentrum mendorong adanya inovasi; dan (h)
kekuasaan. Bersumber pada hal menyelesaikan masalah-masalah yang
tersebut, maka masyarakat sebagai terjadi. Kerangka kerja pemberdayaan
kelompok yang jauh dari sentrum dapat dilihat dari akronim “ACTORS”
kekuasaan akhirnya hanya berperan antara lain terdiri dari:
sebagai obyek pembangunan yang
lebih banyak dikorbankan demi A= authority (wewenang) dengan
pembangunan. Hal ini lah yang memberikan kepercayaan
menyebabkan masyarakat menyadi C= confidence and competence (rasa
tidak berdaya karena mereka tidak percaya diri dan kemampuan)
memiliki self respect (pengakuan T= trust (keyakinan)
diri), self confident (percaya diri), self O= oppurtinities (kesempatan)
relience (kemandirian). Sehingga R= responsibilities (tanggung jawab)
dengan demikian, masyarakat S = support (dukungan)
menjadi tetap miskin dan tidak
berdaya. Gambarannya lebih jelas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
III. TEORI “ACTORS” DALAM PEM-
BERDAYAAN MASYARAKAT
Teori “ACTORS” tentang pember-
dayaan yang dikemukakan oleh Sarah
Cook dan Steve Macaulay11 lebih
memandang mayarakat sebagai
subyek yang dapat melakukan
perubahan dengan cara membebaskan
seseorang dari kendali yang kaku dan
memberi orang tersebut kebebasan
untuk bertanggung jawab terhadap
ide-ide, keputusan-keputusannya, dan
tindakan-tindakannya. Pemberdayaan
11
Sarah Cook & Steve Macaulay. 1997.
Perfect Empewermant. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 59

...
Gambar 1
Kerangka Kerja Teori ACTORS

INPUT OUTPUT
E
M
P
Autority
O PEMBANGUNAN
W A (Kewenangan)
(Kewenangan)
E
R
 Self Respect E
M Confident and Competent (Pengakuan Diri) M
E (Rasa Percaya P
N C diri/kemampuan) O
T  Self confident W
(Kek
uata
( Percaya Diri ) E
Trust
n/da (Keyakinan ) R
ya) T M
E
 Self Relience N
Opertunities ( Kemandirian ) T
O (Kesempatan)

R Responsibility
(Tanggung Jawab)
( Tanggung Jawab)

S
Support (dukungan)
(Dukungan)

(a) authority, kelompok/masyarakat


Dengan menggunakan konsep diberikan kewenangan untuk
pemberdayaan yang ditawarkan merubah pendirian atau semangat
Cook dan Macaulay ini, maka (etos kerja) menjadi sesuatu yang
perubahan yang akan dihasilkan menjadi sesuatu milik mereka
merupakan suatu perubahan yang sendiri. Dengan demikian mereka
bersifat terencana karena input yang merasa perubahan yang
akan digunakan dalam perubahan dilakukan adalah hasil produk
telah diantisipasi sejak dini sehingga dari keinginan mereka untuk
output yang akan dihasilkan mampu menuju perubahan yang lebih
berdayaguna secara optimum. Kajian baik;
pengelolaan pemberdayaan masya- (b) confidence and competence, me-
rakat dengan menggunakan kerangka nimbulkan rasa percaya diri
kerja “ACTORS” adalah sebagai dengan melihat kemampuan
berikut: mereka untuk dapat merubah
keadaan;

60
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
(c) trust, menimbulkan keyakinan daya yang tersedia seperti tenaga
bahwa mereka mempunyai kerja, biaya, peralatan, partisipasi
potensi untuk merubah dan dan kewenangan yang sah.
mereka harus bisa (mampu) Pemerintah memegang peran sentral
untuk merubahnya; dalam pembangunan masyarakat
(d) oppurtunities, memberikan ke- yaitu dengan menetapkan kebijakan
sempatan pada masyarakat untuk yang bersifat strategis, operasional,
memilih apa yang menjadi dan teknis; (2) pemerintah berperan
keinginannya sehingga mereka memberi bimbingan dan bantuan
dapat mengembangkan diri teknis kepada masyarakat dengan
sesuai dengan potensi yang ada maksud agar pada suatu saat
dalam diri masyarakat itu sendiri; masyarakat mampu melakukannya
(e) responsibilities, dalam melaku- sendiri, misalnya dalam hal
kan perubahan harus melalui perencanaan, awalnya pemerintah
pengelolaan sehingga dilakukan melakukan perencanaan untuk
dengan penuh tanggung jawab masyarakat (planning for the
untuk berubah menjadi lebih community), kemudian perencanaan
baik; dan bersama masyarakat (planning with
(d) support, perlu adanya dukungan the community), dan akhirnya
dari berbagai pihak untuk perencanaan oleh masyarakat
menjadikan lebih baik. Dalam hal (planning by the community); dan (3)
ini dukungan yang diharapkan pemerintah dapat juga melakukan
selain dari sisi ekonomis, sosial pembinaan terhadap organisasi
dan budaya juga dukungan dari masyarakat yang dapat berfungsi
berbagai stakeholders memudahkan komunikasi antara
(pemerintah, masyarakat, dan pemerintah dengan masyarakat dan
dunia usaha) yang dilakukan melakukan hal-hal lain guna
secara simultan tanpa didominasi meningkatkan keberhasilan pemba-
oleh salah satu pihak/faktor. ngunan.
Mengingat hal-hal tersebut di
Dengan menggunakan kerang-
atas dapat dikatakan bahwa pola
ka kerja ACTORS tersebut, guna
peranan pemerintah bersifat “dari
menumbuhkan keberdayaan masya-
atas ke bawah” (top-down). Melalui
rakat, akan dapat dilakukan dengan
strategi dari atas ke bawah tersebut
mengacu pada pemberdayaan yang
dapat dilakukan kontrol yang ketat
berasal dari inner dan inter
dan dapat dikeluarkan instruksi
masyarakat. Di mana pemerintah dan
secara cepat, serentak, dan seragam.
organisasi non pemerintah sebagai
Cara ini kelihatan efesien baik dilihat
aktornya.
dari segi waktu maupun energi yang
Di negara-negara berkem-bang
dikeluarkan, lebih-lebih dalam
peranan pemerintah sangatlah
rangka mengejar ketertinggalannya,
penting karena pemerintah berperan:
negara-negara sedang berkembang
(1) menggali, menggerakkan, dan
menempuh segala cara untuk
mengombinasikan faktor sumber
mempercepat pembangunan nasio-

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 61

...
nalnya. Melalui strategi top-down Hagul12 sekurang-kurangnya ada
seolah-olah pemerintah dapat lima ciri sebagai identitas NGO/LSM
memaksakan kehendaknya kepada diantaranya adalah: (1) menjangkau
masyarakat. Hal itu dilatarbelakangi si paling miskin; (2) partisipasi atau
oleh sistem nilai dalam masyarakat battom-up; (3) tidak birokratis; (4)
yang memungkinkan tumbuhnya bisa bereksperimen; dan (5) biaya
sikap paternalistik (bapak dan anak murah.
buah); bahwa pemerintah yang Peran NGO dalam member-
dianggap paling tahu, berwenang, dayakan rakyat antara lain dapat
dan mampu mencapai apa yang dirumuskan melalui pendidikan
terbaik bagi masyarakat. kemandirian dengan berperan
Sebagai konsekuensinya, mem- sebagai berikut: (1) fasilitator dan
beri kesan bahwa dengan sistem dari katalisator; (2) pelatih dan pendidik;
atas ke bawah, sikap paternalitis, dan (3) pemupuk modal; dan (4) penye-
hasrat untuk mempercepat pemba- lenggara proyek. Dalam pelaksanaan
ngunan, perbaikan kondisi dan peran tersebut hubungan antara NGO
peningkatan taraf hidup masyarakat dengan pemerintah tidak selamanya
pada umumnya seolah-olah dilaku- berjalan mulus, ada kalanya timbul
kan secara efesien, akan tetapi pertentangan karena membela
dengan hal itu justru kemampuan kepentingan yang berbeda. Ada tiga
masyarakat untuk berkembang secara pola hubungan antara NGO dengan
mandiri tidak bisa tumbuh secara pemerintah antara lain: (1) hubungan
sehat. Dampak yang ditimbulkan asosiatif; (2) hubungan paralel; dan
berdasarkan posisi dan peranan (3) konfliktif.
pemerintah seperti yang digam- Dalam hubungan yang
barkan di atas akan menimbulkan asosiatif, NGO sering dianggap
sikap ketergantungan masyarakat sebagai kepanjangan tangan
kepada pemerintah, sikap apatis dan pemerintah, karena kerja sama yang
masa bodoh. sangat erat dengan pemerintah, atau
Di samping itu, keberadaan dan dibentuk untuk kepentingan
peranan organisasi non pemerintah pelaksanaan program pemerintah.
(Ornop) atau non govermental Sedangkan dalam hubungan yang
(NGO/LSM) yang tersebar di tingkat paralel dengan pemerintah, NGO
lokal, nasional, maupun internasional sebagai mitra sejajar bekerja sama
juga diharapkan peranannya dalam dengan pemerintah. Pada hubungan
pemberdayaan masyarakat. NGO konfliktif terjadi bila NGO
dalam arti sempit meliputi organisasi mengambil jarak dengan pemerintah
nirlaba (non-profit organization); karena membela kepentingan
lembaga pengembangan swadaya keompok yang berbeda. Sejalan
masyarakat (grassrots organization); dengan itu, jika ditinjau dari persepsi
yang kegiatannya berkaitan dengan diri maka NGO dapat
proses dan dampak pembangunan,
pengembangan dan perubahan sosial, 12
Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa
serta pemberdayaan rakyat. Menurut dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Jakarta: Rajawali.

62
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
diklasifikasikan sebagai berikut: macam institusi dan aktor di luar
(1) NGO sebagai bagian internal dari institusi pemerintah, bahkan seba-
pemerintah (mitra, kawan atau liknya hal itu bisa dimanfaatkan
sekutu pemerintah, bukan seteru/ sebagai komponen penguat dalam
lawan pemerintah); (2) NGO sebagai mencapai tujuan pemberdayaan.
mediator antara pemerintah dengan Trikotomi peran pemerintah, swasta,
masyarakat (jembatan/penengah masyarakat/LSM untuk menangani
antara pemerintah dengan masya- masalah-masalah pemberdayaan
rakat); (3) NGO yang secara tegas tidak perlu terjadi, karena peran
menyatakan memihak rakyat dalam mereka itu sekarang telah demikian
berhadapan dengan negara (pendam- membaur/kabur. Ketiga kekuatan
ping rakyat); dan (4) NGO yang tersebut seyogianya menyatu,
melebur dan menyatu dengan rakyat mempunyai kepentingan dan
(menyatu dengan organisasi kelom- komitmen yang sama tingginya
pok basis). dalam mengatasi masalah-masalah
Dalam proses memberda- pemberdayaan tersebut. Tidak perlu
yakan masyarakat sekaligus juga ada sesuatu kekuatan manapun yang
memberdayakan organisasi masya- dominan melebihi yang lain, semua
rakat (NGO), di Indonesia dilakukan berinteksi dan berinterelasi serta
melalui tiga pendekatan13 sebagai punya akses yang sama dalam
berikut: berpartisipasi dalam mewujudkan
1) pendekatan kemanusiaan, walau- kesejahteraan masyarakat.
pun tidak memberdayakan ma-
syarakat sebagai kelompok IV. PENUTUP
sasaran, akan tetapi dapat mem- Dalam kajian dan pelaksanaan
berdayakan NGO itu sendiri; pembangunan masyarakat tidak
2) pendekatan pengembangan ma- berlaku perspektif tunggal. Masing-
syarakat, bertujuan mengem- masing perspektif dapat menduduki
bangkan, memandirikan, dan posisi yang dominan pada eranya.
menswadayakan masyarakat; dan Saat ini, pendekatan pemberdayaan
3) pendekatan pemberdayaan rak- masyarakat yang diturunkan dari
yat, bertujuan memperkuat posisi people contered development, sedang
tawar menawar masyarakat berada dipuncak dominasinya.
lapisan bawah terhadap keku- Pendekatan ini menjadi referensi
atan-kekuatan penekan disegala kajian dan pelaksanaan pemba-
bidang dan sektor kehidupan. ngunan masyarakat secara luas. Pada
Sehubungan dengan itu, era otonomi daerah, pemerintah
pemerintah tidak perlu alergi atau daerah seharusnya lebih proaktif dan
curiga terhadap eksistensi berbagai berinisiatif melakukan penang-
gulangan kemiskinan dalam
13
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W. perspektif lokal dengan memper-
1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan timbangkan kekhususan dan keu-
dan Implementasi. Jakarta: Centere for nikannya masing-masing. Karena
Strategic and International Studies. masyarakat miskin sebenarnya ada di

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 63

...
tingkat lokal daerah otonom itu perubahan yang bersifat terencana
sendiri, dan untuk mengatasi karena input yang akan digunakan
kemiskinan tidak bisa hanya dalam perubahan telah diantisipasi
menyerahkan saja kepada pemerintah sejak dini sehingga output yang akan
pusat atau propinsi, justru daerah dihasilkan mampu berdayaguna
harus selalu mencari cara-cara yang secara optimal. Kajian pengelolaan
sesuai dengan karakter lokalnya. pemberdayaan masyarakat dengan
Penerapan teori ACTORS meru- menggunakan kerangka kerja
pakan realisasi dari cita-cita “ACTORS” akan menumbuhkan
mengatasi kemiskinan di daerah. Ini kesadaran, rasa percaya diri, semangat,
merupakan upaya kreatif dan cerdas keyakinan, kesempatan, tanggung
mengentaskan kemiskinan dengan jawab, dukungan, inisiatif, dan
mempertimbangkan sumberdaya, kreativitas, untuk merubah keadaan
budaya dan kearifan lokal. kearah kemandirian, sehingga
Dengan menggunakan konsep memiliki pengetahuan dan
pemberdayaan yang ditawarkan pemahaman untuk memberdayakan
dalam kerangka kerja teori dirinya (self-empowering) secara
“ACTORS”, maka perubahan yang berkesinambungan.
akan dihasilkan merupakan suatu

64
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Friedmann, John. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development.


Massachusetts: MT Press.
Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta:
Rajawali.
Hulme, David & Turner M. 1990. Sociology of Development, Theories, Policies and
Practices. Hartfordshire: Harvester Wheatsheaf.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Kemiskinan. Jakarta: Balai Pustaka.
Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung: Humaniora.
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W. 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: Centere for Strategic and International Studies.
Riyadi, Suprapto. 2001. Strategy Empowerment. Malang: FIA Unibraw.
Safi’i .2011. Ampih Miskin: Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam
Perspektif Teori dan Praktek. Malang: Averroes Press.
Sarah Cook & Steve Macaulay. 1997. Perfect Empewermant. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sen, Amartya. 1984. Resaurce, Values, and Development. New York: Wiley.
Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat: Mungkikah Muncul Antitesisnya?
Yogyakata: Pustaka Pelajar.
Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.

Teori ACTORS dalam Pemberdayaan Masyarakat... 65

...
66
DEMOKRASI Vol. X No. 1 Th. 2011

Anda mungkin juga menyukai