Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Oleh : Munawar Noor *

Abstrak

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep


pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat
untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang
bersifat people-centered, participatory, Dalam kerangka ini
upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat
dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama, ENABLING yaitu
menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat
dapat berkembang. Kedua, EMPOWERING yaitu memperkuat
potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah
nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan
pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu
melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan
pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok
masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi,
langsung, demokratis dan pembelajaran social.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah
(grass root) yang dengan segala keterbatasannya belum
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan
masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga
pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya
modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung
jawab adalah bagian penting dalam upaya pemberdayaan.

Kata kunci : pemberdayaan

87
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pendahuluan konsep pembangunan dengan model


pemberdayaan masyarakat tidak hanya
Pemberdayaan masyarakat semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
(community empowerment) sering kali (basic need) masyarakat tetapi lebih
sulit dibedakan dengan pembangunan sebagai upaya mencari alternative
masyarakat (community development) pertumbuhan ekonomi lokal.
karena mengacu pada pengertian yang
tumpang tindih dalam penggunaannya di Pemberdayaan masyarakat
masyarakat. Dalam kajian ini (empowerment) sebagai strategi
pemberdayaan masyarakat (community alternative dalam pembangunan telah
empowerment) dan pembangunan berkembang dalam berbagai literatur
masyarakat (community development) dan pemikiran walaupun dalam
dimaksudkan sebagai pemberdayaan kenyataannya belum secara maksimal
masyarakat yang sengaja dilakukan dalam implementasinya. Pembangunan
pemerintah untuk memfasilitasi dan pemberdayaan masyarakat
masyarakat lokal dalam merencanakan, merupakan hal banyak dibicarakan
memutuskan dan mengelola sumberdaya masyarakat karena terkait dengan
yang dimiliki sehingga pada akhirnya kemajuan dan perubahan bangsa ini
mereka memiliki kemampuan dan kedepan apalagi apabila dikaitkan
kemandirian secara ekonomi, ekologi dengan skill masyarakat yang masih
dan sosial secara berkelanjutan. Oleh kurang akan sangat menghambat
karena itu pemberdayaan masyarakat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
pada hakekatnya berkaitan erat dengan
Reformasi di bidang
sustainable development yang
penyelenggaraan pemerintahan yang
membutuhkan pra-syarat keberlanjutan
bergulir sejak tahun 1998 membawa
kemandirian masyarakat secara
dampak nyata dan luas perubahan dalam
ekonomi, ekologi dan sosial yang selalu
system pemerintahan dari kekuasaan
dinamis.
yang sangat sentralistis ( jaman Orde
Pemberdayaan masyarakat adalah Baru) ke dalam sistem otonomi dengan
konsep pembanguan ekonomi yang desentralisasinya. Undang-Undang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk Nomor 22 Tahun 1999 tentang
membangun paradigma baru dalam Pemerintahan Daerah yang kemudian
pembangunan yang bersifat people- berubah menjadi UU Nomor 32 Tahun
centered, participatory, empowerment 2004, sebagai pengganti UU Nomor
and sustainable (Chamber, 1995). Lebih 5/1974 adalah bukti perubahan dalam
jauh Chamber menjelaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di

88
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Indonesia. Perubahan pelaksanaan serta ketrampilan manajemen. Oleh


pemerintahan dengan Otonomi pada karena itu agar demokrasi ekonomi
Daerah Kabupaten/Kota telah dapat berjanan, maka aspirasi harus
melahirkan perubahan yang signifikan ditampung dan dirumuskan dengan jelas
terutama yang berhubungan dengan oleh birokrasi pemerintah dan tertuang
pelaku pembangunan, pengambilan dalam rumusan kebjakan public (public
keputusan dalam perencanaan policies) untuk mencapai tujuan yang
pembangunan, pelaksanaan dan dikehendaki masyarakat.
pengawasan pembangunan. Tetapi
dalam kenyataannya praktek Gerakan pembangunan yang
penyelenggaraan otonomi daerah masih dilakukan pemerintah secara essensial
banyak kendala antara lain kurang harus dibarengi dengan menggerakkan
kreativitas dan partisipasi masyarakat partisipasi masyarakat yang lebih besar
secrara kritis dan rasional, sehingga untuk kegiatan yang dilakukannya
perlu dicarikan jalan keluar secara sendiri. Dengan demikian menjadi tugas
sungguh-sungguh sesuai amanat yang sangat penting bagi menegemen
undang-undang Pemerintahan Daerah pembangunan untuk menggerakkan,
yang berlaku. membimbing, menciptakan iklim yang
mendukung kegiatan pembangunan
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan masyarakat. Upaya-
(empowerment) sebagai model upaya ini dilakukan melalui
pembangunan berakar kerakyatan adalah kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan
upaya untuk meningkatkan harkat dan pembangunan pemerintah yang
martabat sebagian masyarakat kita yang diarahkan untuk menunjang,
masih terperangkap pada kemiskinan merangsang dan membuka jalan bagi
dan keterbelakangan. Di tinjau dari kegiatan pembangunan masyarakat.
sudut pandang penyelenggaraan
Administrasi Negara, pemberdayaan
masyarakat tidak semata-mata sebuah
konsep ekonomi tetapi secara implicit Kebijakan Pemberdayaan
mengandung pengertian penegakan Masyarakat
demokrasi ekonomi (yaitu kegiatan
ekonomi berlangsung dari rakyat, oleh Konsep pembangunan yang selama
rakyat dan untuk rakyat). Dengan ini dijalankan pemerintah nampaknya
demkian konsep ekonomi yang belum mampu menjawab tuntutan
dimaksud menyangkut penguasaan masyarakat yang menyangkut keadilan,
teknologi, pemilikan modal, akses pasar pemerataan dan keberpihakan kepada

89
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

masyarakat, sehingga belum menumbuhkembangkan prakarsa


mengangkat sebagian penduduk yang dan kreatifitas serta meningkatkan
masih hidup dibawah garis kemiskinan. peran serta masyarakat”
Upaya pemerintah untuk meningkatkan 3. Mencermati kedua rumusan
keberpihakan pembangunan kepada Kebijakan Pemerintah diatas dapat
kepentingan masyarakat nampaknya disimpulkan bahwa “kebijakan
tidak akan lepas dari pemberdayaan pemberdayaan masyarakat
masyarakat (empowerment) sebagai merupakan bagian yang tidak
model pembangunan yang berdimensi terpisahkan dari kebijakan otonomi
rakyat. Berangkat dari kondisi itu daerah;
pemerintah telah mengeluarkan berbagai 4. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2000
kebijakan pemerintah : tentnag Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS) Tahun
1. Kebijakan Pemerintah tentang 2000-2004 dan Program
pemberdayaan masyarakat secara Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
tegas tertuang dalam GBHN Tahun dinyatakan bahwa tujuan
1999 dan UU Nomor 32 Tahun pemberdayaan masyarakat adalah
2004 tentang Pemerintahan Daerah. meningkatkan keberdayaan
Dalam GBHN tahun 1999, masyarakat melalui penguatan
khususnya didalam “Arah lembaga dan organisasi masyarakat
Kebijakan Pembangunan Daerah” setempat, penanggulangan
antara lain dinyatakan kemiskinan dan perlindungan social
“mengembangkan otonomi daerah masyarakat, peningkatan
secara luas, nyata dan bertanggung kswadayaan masyarakat luas guna
jawab dalam rangka pemberdayaan membantu masyarakat untuk
masyarakat, lembaga ekonomi, meningkatkan kehidupan ekonomi,
lembaga politik, lembaga hukum, social dan politik”
lembaga keagamaan, lembaga adat 5. Dalam rangka mengemban tugas
dan lembaga swadaya masyarakat dalam bidang pemberdayaan
serta seluruh potensi masyarakat masyarakat , Badan Pemberdayaan
dalam wadah NKRI” menetapkan visi, misi, kebijakan,
2. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 strategi dan program pemberdayaan
tentang Pemerintahan Daerah, masyarakat sebagai berikut :
antara lain ditegaskan bahwa “ hal- a. Visi Pemberdayaan
hal yang mendasar dalam undang- Masyarakat adalah
undang ini adalah mendorong untuk meningkatkan kemandirian
memberdayakan masyarakat, masyarakat

90
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

b. Misi Pemberdayaan Masyarakat rangka mencapai kesejahteraan


adalah mengembangkan masyarakat.
kemampuan dan kemandirian dan
secara bertahap masyarakat Dari berbagai kajian
mempu membangun diri dan pembangunan ekonomi Indonesia yang
lingkungannya secara mandiri. dilakukan para ahli ternyata
Kemandirian dalam konsep pembangunan ekonomi Indonesia
pemberdayaan masyarakat yang banyak menimbulkan ketimpangan baik
dimaksud adalah tingkat ketimpangan sektoral, regional maupun
kemajuan yang harus dicapai antara perkotaan dan pedesaan. Berbagai
sehingga masyarakat dapat ketimpangan tersebut akibat paradigma
membangun dan memelihara pembangunan ekonomi yang dilakukan
kelangsungan hidupnya pemerintah lebih berpihak pada
berdasarkan kekuatannya kelompok kecil masyarakat di perkotaan
sendiri secara berkelanjutan , dan mengabaikan kelompok besar
artinya untuk membangun bangsa masyarakat yang berada di pedesaan.
yang mandiri dibutukan Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
perekonomian yang mapan. pembangunan yang mensejahterakan
seluruh masyarakat tidaka ada pilihan
lain kecuali mengubah paradigm
pembangunan ekonomi Indonesia yang
Pembangunan dan
mengarah pada keseimbangan antara
Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan dan pemerataan dengan
Pembangunan ekonomi suatu melibatkan kelompok marginal dan
Negara niscaya terjadi apabila tidak kelompok miskin yang berada di
didukung pertumbuhan ekonomi, tetapi pedesaan sebagai subyek pembangunan.
pertumbuhssn ekonomi tidak menjadi Orientasi pembangunan lebih pada
satu-satunya ukuran keberhasilan pemberdayaan pedesaan sebagai pusat-
pembangunan ekonomi. Pembangunan pusat pertumbuan ekonomi yang
ekonomi pada dasarnya adalah sekaligus akan menekan arus urbanisasi.
merupakan usaha untuk meningkatkan Orientasi pembangunan pada
dan mempertahankan kenaikan PDB upaya mencapai kualitas hidup dan
(produk domestic bruto) per kapita kesejahteraan rakyat sebagai metode,
membandingkannya dengan harus didukung oleh pengorganisasian
pertumbuhan penduduk melalui dan parstisipasi masyarakat selaku
perbaikan struktur ekonomi dalam subyek pembangunan. Teori

91
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

pembangunan yang dipakai sebagai Kenyataan itulah kemudian


pijakan dalam evaluasi kinerja terjadi pegeseran dari strategi
pembangunan meliputi 3 (tiga) pertumbuhan ekonomi menjadi strategi
kelompok teori pembangunan yang pertumbuhan dan pemerataan
dipandang penting (Agus Suryono, pembangunan yang sekaligus mejadi ide
2001) yaitu : 1). Kelompok teori dasar lahirnya pemikiran paradigma
modernisasi, 2). Kelompok teori baru yaitu paradigma kesejahteraan
ketergantungan (dependency theory) dan (welfare paradigm). Orientasi
3). Kelompok teori pembangunan yang paradigma ini adalah mewujudkan
lain (another development). Tetapi peningkatan kesejahteraan rakyat dan
dalam perkembanganya terjadi keadilan sosial dalam waktu secepat
pergeseran pola atau model peradigma mungkin. Oleh karena itu pada dasa
pembangunan yang sangat domonan di warsa kedua (1971-1980) pelaksanaan
bangsa-bangsa dunia mulai dari pembangunan dengan strategi
Paradigma pertumbuhan (Growth pertumbuhan ekonomi bergeser
Paradigm), Paradigma kesejahteraan orientasinya pada pertumbuhan dan
(Welfare Paradigm), Paradigma pemerataan pembangunan (growth and
Pembangunan Manusia (People equity of strategy development) menuju
Centered Development Paradigm). industrialisasi dengan strategi
pertumbuhan ekonomi sebesar 6% per
Penerapan paradigm tahun dengan tujuan pemerataan
pertumbuhan berorientasi pada pembangunan di bidang pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini kesehatan, keadilan, pendidikan,
PBB mencanangkan dasa warsa kewirausahaan, keamanan,
pembangunan pertama (1960-1970) kesejahteraan sosial dan penyelamatan
dengan strategi pertumbuhan ekonomi di lingkungan. Tetapi yang terjadi di
Negara-negara berkembang sebesar 5% negara-negara berkembang adalah
per tahun. Tetapi pada dasa warsa ini ketidakmampuan negara berkembang
yang terjadi adalah diabaikannya pada ketergantungan pada negara-negara
distribusi pendapatan nasional dan maju yang ditandai dengan
masalah yang timbul di Negara-negara ketergantungan investasi, bantuan dan
berkembang pada dasa warsa ini adalah pinjaman luar negeri. Implementasi
pengangguran, kemiskinan, kesenjangan paradigma kesejahteraan ini cenderung
pembagian pendapatan (kue bersifat sentralistik (top-down) sehinga
pembanguan), urbanisasi dan kerusakan melahirkan ketergantungan hubungan
lingkungan. rakyat dengan proyek-proyek
pembangunan yang dilakukan

92
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

pemerintah (birokrasi pemerintah), Pada dasa warsa ini pusat


akibat lebih jauh membahayakan perhatian proses pembangunan
keberlanjutan pembangunan itu sendiri, berkaiatan dengan masalah
karena pembangunan sesuai dengan kependudukan yang rata-rata di Negara
sifatnya yang sentralistik tidak mampu berkembang meningkat pesat,
menumbuhkan pemberdayaan urbanisasi, kemiskinan, kebodohan,
(disempowering) rakyat agar rakyat partisipasi masyarakat, organisasi sosial
mampu menjadi subyek dalam politik, kerusakan lingkungan dan
pembangunan. masyarakat pedesaan. Tetapi pada dasa
warsa ini masih timbul masalah baru
Namun tidak dapat dipungkiri yaitu pelaksanaan pembangunan tidak
bahwa pembangunan dengan orientasi berdimensi pada pembangunan manusia,
pada pertumbuhan ekonomi menjadikan sehingga akan berpengaruh pada
paradigm pertumbuhan menjadi semakin masalah ketidak adilan,
dominan di Negara-negara berkembang. keberlangsungan hidup dan ketidak
Tetapi keberhasilan yang dicapai terpaduan pembangunan.
Negara-negara berkembang dalam
pertumbuan ekonominya menimbulkan Belajar dari pengalaman dasa
berbagai resiko negatif (Tjokrowinoto, warsa ketiga pada awal tahun 1980-an di
1999) mengungkapkan bahwa Negara-negara berkembang pelaksanaan
paradigma pertumbuhan cenderung konsep pembangunan yang
menimbulkan efek negatif tertentu yang berkelanjutan (sustainable development)
selanjutnya akan menurunkan derajat dibarengi dengan pendekatan
keberlanjutan pembangunan . Dari pembangunan manusia (human
kondisi tersebut lahir gagasan baru development) yang diandai dengan
dalam strategi pembangunan untuk pelaksanaan pembangunan yang
menjamin keberlanjutan pembangunan orientasinya pada pelayanan social
yaitu sustainable development. Strategi melalui pemenuhan kebutuhan pokok
ini lahir belajar dari pengalaman (basic needs) berupa pelayanan social di
pelaksanaan pembangunan pada dasa sector kesehatan, perbaikan gizi,
warsa ketiga dengan munculnya konsep pendidikan dan pendapatan serta
tata ekonomi dunia baru sabagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
perbaikan social ekonomi Negara- Disamping itu pelaksanaan
negara berkembang dengan strategi pembangunan juga diarahkan untu
pertumbuhan ekonomi 7% pertahun. mewujudkan keadilan, pemerataan dan
peningkatan budaya, kedamaian serta
pembangunan yang berpusat pada

93
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

manusia (people centered development) pembangunan yang bersifat people


dengan orientasi pada pemberbayaan centered participatory, empowering and
masyarakat (public empowerment) agar sustainable (Chambers, 1995). Konsep
dapat menjadi aktor pembangunan yang empowering ini lebih luas yang
dapat menumbuhkan partisipasi dikembangkan sebagai alternatif
masyarakat dalam pembangunan. konsep-konsep pembangunan yang telah
ada. Konsep ini mencoba melepaskan
Fokus perhatian dari people diri dari perangkap “zero-sum game dan
centered development adalah human trade off”dengan titik tolak pandangan
growth, well-being, equity dan bahwa dengan pemerataan tercipta
sustainable. Dominasi pemikiran dalam landasan yang lebih luas untuk
paradigma ini balanced human ecology, menjamin pertumbuhan yang
sumber pembangunannya adalah berklenajutan. Hasil kajian berbagai
informasi dan prakarsa yang kreatif proyek yang dilakukan International
dengan tujuan utama aktualisasi optimal Fund for Agriculture Development
potensi manusia (Korten, 1984). (IPAD) menunjukkan bahwa dukungan
Perhatian utama dalam paradigm dari produksi yang dihasilkan
pembangunan manusia (people centered masyarakat lapisan bawah memberikan
development) adalah pelayanan sosial sumbangan pada pertumbuhan yang
(social service), pembelajaran sosial lebih besar dibandingkan dengan
(social learning), pemberdayaan investasi yang sama pada sektor-sektor
(empowerment), kemampuan (capacity) yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan
dan kelembagaan (institusional itu dihasilkan bukan hanya dengan
building). beaya yang lebih kecil tetapi juga
dengan devisa yang kecil (Brown,
1995), artinya sangat besar pengaruhnya
bagi Negara-negara berkembang yang
Memadukan Pertumbuhan dan mengalami kelangkaan devisa dan
Pemerataan Melalui lemah dalam posisi neraca
Pemberdayaan Masyarakat pembayarannya.
(Empowerment) Dalam kerangka ini upaya untuk
Empowerment (pemberdayaan memberdayakan masyarakat
masyarakat) adalah konsep (empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga)
pembangunan ekonomi yang aspek :
merangkum nilai-nilai sosial dan
mencerminkan paradigma baru dalam

94
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pertama, ENABLING yaitu menciptakan semua tidak selalu menyentuh


suasana yang memungkinkan potensi kepentingan lapisan masyarakat seperti
masyarakat dapat berkembang. ini.
Asumsinya adalah pemahaman bahwa Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi
setiap orang, setiap masyarakat dan membela kepentingan masyarakat
mempunyai potensi yang dapat lemah. Untuk meningkatkan partisipasi
dikembangkan artinya tidak ada orang masyarakat dalam proses pengambilan
atau masyarakat tanpa daya. keputusan yang menyangkut diri dan
Pemberdayaan adalah upaya untuk masyarakatnya merupakan unsur
membanguna daya dengan mendorong, penting, sehingga pemberdayaan
memotivasi dan membangkitkan masyarakat sangat erat hubungannya
kesadaran akan potensi yang dimiliki dengan pementapan, pembudayaan dan
masyarakat serta upaya untuk pengalaman demokrasi (Friedmann,
mengembangkannya. 1994).
Pendekatan pemberdayaan pada
Kedua, EMPOWERING yaitu intinya memberikan tekanan pada
memperkuat potensi yang dimiliki otonomi pengambilan keputusan dari
masyarakat melalui langkah-langkah kelompok masyarakat yang
nyata yang menyangkut penyediaan berlandaskan pada sumberdaya pribadi,
berbagai input dan pembukaan dalam langsung, demokratis dan pembelajaran
berbagai peluang yang akan membuat social.
masyarakat semakin berdaya. Dalam hal ini Friedmann
Upaya yang paling pokok dalam menegaskan bahwa pemberdayaan
empowerment ini adalah meningkatkan masyarakat tidak hanya sebatas bidang
taraf pendidikan dan derajat kesehatan ekonomi saja tetapi juga secara politis,
serta akses ke dalam sumber-sumber sehingga pada akhirnya masyarakat akan
kemajuan ekonomi (modal, teknologi, memiliki posisi tawar (bargaining
informasi, lapangan keja, pasar) position) baik secara nasional maupun
termasuk pembangunan sarana dan internasional. Sebagai titik fokusnya
prasarana dasar seperti (irigasi, jalan, adalah aspek lokalitas, karena civil
listrik, sekolah, layanan kesehatan) yang society akan merasa lebih siap
dapat dijangkau lapisan masyarakat diberdayakan lewat isu-isu lokal.
paling bawah yang keberdayannya
sangat kurang.
Oleh karena itu diperlukan
program khusus, karena program-
program umum yang berlaku untuk

95
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

Pendekatan Metodologi dan pembangunan hendaknya pendekatan


mekanisme Pemberdayaan yang dipakai adalah :
Masyarakat ( Empowering) Pertama, targeted artinya upayanya
harus terarah kepada yang memerlukan
1. Pendekatan Pemberdayaan dengan program yang dirancang untuk
Masyarakat mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya.
Strategi pembangunan yang
bertumpu pada pemberdayaan Kedua, mengikutsertakan bahkan
masyarakat dipahami sebagai proses dilaksanakan oleh masyarakat yang
transformasi dalam hubungan sosial, menjadi sasaran. Tujuannya adalah
ekonomi, budaya dan politik supaya bantuan efektif karena sesuai
masyarakat, sehingga perubahan kebutuhan mereka yang sekaligus
struktural yang terjadi diharapkan meningkatkan keberdayaan
merupakan proses yang berlangsung (empowering) masyarakat dengan
secara alami. Teori-teori ekonomi makro pengalaman dalam merancang,
memerlukan intervensi yang tepat melaksanakan, mengelola dan
sehingga kebijaksanaan pada tingkat mempertangung jawabkan upaya
makro mendukung upaya menutup peningkatan diri dan ekonominya.
kesenjangan melalui kegiatan-kegiatan
Ketiga, menggunakan pendekatan
yang bersifat mikro yang langsung
kelompok, karena secara individual
ditujukan kepada masyarakat lapisan
masyarakat miskin sulit memecahkan
bawah, sehingga pemberdyaan
masalahnya sendiri. Disamping itu
masyarakat (empowering) sebagai
kemitraan usaha antar kelompok dengan
model pembangunan dapat menjadi
kelompok yang lebih baik saling
jembatan bagi konsep-konsep
menguntungkan dan memajukan
pembangunan makro dan mikro.
kelompok.
Pendekatan utama dari konsep
Selanjutnya untuk kepentingan
pemeberdayaan adalah “masyarakat
analisis pemberdayaan masyarakat
tidak dijadikan obyek dari proyek
(empowering) harus dilakukan baik
pembangunan tetapi merupakan subyek
dengan pendekatan Komprehensif
dari pembangunannya sendiri”.
Rasional maupun Inkremental.
Berdasarkan pada konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai model

96
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

2. Metodologi Evaluatif Dalam masyarakat, dilakukan berulang-ulang


Pemberdayaan Masyarakat ( dan cepat, menggunakan metode, cara
Empowering) dan pemilihan teknik tertentu untuk
meningkatkan pemahaman terhadap
kondisi masyarakat. Metode tersebut
Pemahaman tentang masalah dipusatkan pada pemahaman tingkat
pemberdayaan masyarakat memerlukan komunitas lokal yang digabungkan
sikap subyektif yang bertolak dari sikap dengan pengetahuan ilmiah. 3 (tiga)
dasar bahwa setiap penelitian tentang konsep dasar metode RRA adalah a).
masalah sosial selalu dilakukan untuk perspektif system, b). triangulasi dari
memperbaiki situasi sosial yang ada pengumpulan data, c). pengumpulan
bukan hanya sekedar menggambarkan data dan analisis secara berulang-ulang
dan menerangkan kenyataan yang ada (iterative).
(Buchori, 1993). Dalam kerangka ini
menjadi kewajiban moral peneliti untuk Kedua, Metode Participatory Rural
memahami aspirasi masyarakat yang Appraisal (PRA), konsepsi dasarnya
diteliti, mendampingi secara mental dan adalah keterlibatan masyarakat dalam
intelektual masyarakat yang diteliti keseluruhan kegiatan dengan
dalam usaha untuk mendapatkan memberikan tekanan pada partisipasi
perbaikan sesuai harapan mereka. dengan prinsip : belajar dari masyarakat,
Dengan demikian masalah penelitian orang luar sebagai fasilitator dan
tidak dapat dipisahkan dengan masalah masyarakat sebagai pelaku, saling
evaluasi. Keputusan untuk untuk belajar dan saling berbagi pengalaman,
meneliti masyarakat dengan tujuan keterlibatan semua kelompok
menghasilkan perbaikan bagimasyarakat masyarakat, bebas dan informal,
itu sendiri melalui pemebrdayaan menghargai perbedaan dan triangulasi.
masyarakat merupakan hasil evaluasi. Metode PRA dibangun berdasarkan a).
kemampuan masyarakat setempat, b).
Dikenal ada 2 (dua) metode penggunaan teknik-teknik fasilitatif dan
penelitian evaluative yang bersifat partisipatoris, c). pemberdayaan
bottom-up yaitu : Pertama, Metode masyarakat setempat dalam prosesnya.
Rapid Rural Apprasial (RRA),
digunakan untuk mengumpulakn
informasi secara akurat dalam waktu Mekanisme Pemberdayaan
yang terbatas. Metode RRA pada Masyarakat
dasarnya merupakan proses belajar Pemberdayaan Masyarakat
intensif untuk memahami kondisi harus melibatkan berbagai potensi yang

97
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

ada dalam masyarakat, beberapa elemen Penutup


yang terkait, misalnya :
Pertama, Peranan Pemerintah dalam Dalam pemberdayaan masyarakat
artian birokrasi pemerintah harus dapat (empowerment) sebagai model
menyesuaikan dengan misi ini, mampu pembangunan yang berbasis rakyat,
membangun partisipasi, membuka menggerakan partisipasi masyarakat
dialog dengan masyarakat, menciptakan bukan hanya essensial untuk mendukung
instrument peraturan dan pengaturan kegiatan pembangunan yang digerakkan
mekanisme pasar yang memihak pemerintah, tetapi juga agar masyarakat
golongan masyarakat bawah. berperan lebih besar dalam kegiatan
yang dilaukannya sendiri. Dengan
Kedua, organisasi-organisasi demikian menjadi tugas penting
kemasyarakatan diluar lingkunan managemen pembangunan untuk
masyarakat, Lembaga Swadaya membimbing, mengarahkan dan
Masyarakat, organisasi kemasyarakatan menciptakan iklim yang mendukung
nasional maupun local, kegiatan pembangunan yang dilakuan
oleh masyarakat. Memberdayakan
Ketiga, lembaga masyarakat yang
masyarakat adalah upaya untuk
tumbuh dari dan didalam masyarakat itu
meningkatkan harkat dan martabat
sendiri (local community organization)
lapisan masyarakat bawah (grass root)
seperti BPD, PKK, Karang Taruna dan
yang dengan segala keterbatasannya
sebagainya,
belum mampu melepaskan diri dari
Keempat, koperasi sebagai wadah perangkap kemiskinan, kebodohan dan
ekonomi rakyat yang merupakan keterbelakangan, sehingga
organisasi sosial berwatak ekonomi dan pemberdayaan masyarakat tidak hanya
merupakan bangun usaha yang sesuai penguatan individu tetapi juga pranata-
untuk demokrasi ekonomi Indonesia, pranata sosial yang ada. Menanamkan
Kelima, Pendamping dierlukan karena nilai-nilai buaya modern seperti kerja
masyarakat miskin biasanya mempuyai keras, hemat, keterbukaan, tanggung
keterbatasan dalam pengembangan diri jawab adalah bagian penting dalam
dan kelompoknya, Keenam, upaya pemberdayaan. Tiga upaya pokok
pemeberdayaan harus tercermin dalam dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :
proses perencanaan pembangunan 1) menciptakan suasana yang
nasional sebagai proses bottom-up. memungkinkan potensi mayarakat
Ketujuh, keterlibatan masyarakat yang berkembang (enabling), 2). Memperkuat
lebih mampu khususnya dunia usaha potensi yang dimiliki masyarakat
dan swasta. (empowering) dan 3) melindungi dan

98
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011

membela kepentingan masyarakat Suharto, Edy, Membangun Masyarakat


bawah (protecting) nampaknya menjadi Memberdayakan Rakyat,
3 (tiga) pilar utama pemberdayaan Aditama, 2010
masyarakat (empowerment) sebagai
model pembangunan yang berbasis Uffort van Ph Quarles, Krisis
rakyat. Tersembunyi Dalam
Pembangunan (Birokrasi Dalam
Pembangunan), Gramedia, 1988

DAFTAR PUSTAKA

Bryant Coralie, White G Louise, *) Munawar Noor, Dosen FISIP


Menegemen Pembangunan UNTAG Semarang , saat ini
untuk Negara-negara tengah menempuh studi Doktoral
Berkembang, LP3ES, 1987 Administrasi Publik di UNDIP
Semarang
Grindle S Merille, Politics And Policy
Implementation In The Third
World, Princeton New Jersey,
1980

Kian Wie, Thee, Pembangunan


Ekonomi dan Pemeratan,
LP3ES, 1983

Korten.D.C & Sjahrir, Pembangunan


Berdimensi Kerakyatan,
Yayasan Obor Indonesia, 1988

Pressman L. Jeffre, Implementation, The


Oakland Project, 1984

Ripley B Randal, Bureaucracy and


Policy Implementation, The
Dorsey Press,1982

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya


Pemecahannya, Pustaka Pelajar,
2010

99

Anda mungkin juga menyukai