Anda di halaman 1dari 25

PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT MELAUI

PELATIHAN MEMBATIK
(Suatu Studi di Desa Trusmi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon)

Ida Nisaurrasyidah
senoridaziggy@gmail.com

ABSTRAK
Keterbatasan kemampuan perempuan merupakan permasalahan sangat krusial yang terjadi di
lingkungan masyarakat terutama masalah tuntutan hidup antara kebutuhan dengan masih
rendahnya kemampuan dan kecakapan yang dimiliki. Wacana dan gerakan gender memiliki
pengaruh besar bagi masyarakat Islam. Tuntutan peran tidak saja terkait kebebasan beraktifitas di
ranah domestik tetapi juga terkait dengan ranah publik. Prioritas utama dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup dilakukan dalam program pemberdayaan wanita melalui pelatihan membatik pada
kelompok wanita kurang beruntung melalui pemanfaatan potensi alam setempat yang ada di
lingkungan. Keterlibatan wanita menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan
yang berkeadilan. Negara tidak mungkin sejahtera jika para wanita dibiarkan tertinggal, tersisihkan
dan tertindas. Seperti yang di ungkapkan oleh Vivekananda (Darwin 2005:8) bahwa: negara dan
bangsa yang tidak menghormati kaum wanitanya tidak akan pernah menjadi besar, baik di saat ini
maupun di masa depan. Satu alasan mendasar sebagai penyebab kejatuhan bangsa secara drastis
adalah karena tidak memiliki rasa hormat pada kehidupan wanita yang di lukiskan sebagai
sakti(istri). Sehingga pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara menuntut peranan
penuh dari kaum wanita dalam segala bidang kehidupan. Bahwa wanita baik sebagai warga negara
maupun sebagai sumber insan pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang
sama dengan pria dalam segenap kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan. Peran wanita
juga telah diakomodir oleh segenap peraturan pembangunan nasional, seperti UU No 6 tahun 2014
tentang desa, yang menyajikan keterlibatan wanita yang sangat diperlukan bagi keberhasilan
pembangunan desa.Di Desa Trusmi sendiri, peran wanita dalam segenap aspek pembangunan
cukup terasa, mulai dari turut serta dalam pembangunan fasilitas desa, menjaga keamanan desa,
PKK dalam pemberdayaan keluarga, dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses, hasil, dan dampak pemberdayaan wanita dalam pembangunan
masyarakat melalui pelatihan membatik. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode
deskriptif, penelitian ini dilaksanakan di Desa Trusmi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi partisipatif, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek
penelitian adalah ibu rumah tangga di Desa Trusmi. Hasil penelitian ini menunjukkan, wanita
dapat diberdayakan melalui pelatihan membatik yang memberikan pengetahuan, sikap,
keterampilan yang mampu menjadikan mereka mandiri dan dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
Kata Kunci: Pemberdayaan Wanita, Pelatihan Membatik
ABSTRACT
The limited ability of women is a very crucial problem that occurs in the community, especially
the problem of life demands between needs and the low capacity and skills possessed. Gender
discourses and movements have a major influence on Islamic society. The role demands are not
only related to freedom of activity in the domestic sphere but also related to the public sphere. The
main priority in efforts to improve the quality of life is carried out in a women's empowerment
program through batik training in disadvantaged groups of women through the utilization of local
natural potential in the environment. Women's involvement is an absolute requirement for efforts
to achieve equitable development. The state cannot be prosperous if women are left behind,
marginalized and oppressed. As expressed by Vivekananda (Darwin 2005: 8) that: countries and
nations that do not respect their women will never become big, both now and in the future. One
fundamental reason for the drastic fall of the nation is because it lacks respect for the life of a
woman described as magic (wife). So that a complete and comprehensive development of a country
demands the full role of women in all fields of life. That women both as citizens and as sources of
development people have the same rights, obligations and opportunities as men in all development
activities in all fields of life. The role of women has also been accommodated by all national
development regulations, such as Law No. 6 of 2014 concerning villages, which presents women's
involvement that is indispensable for the success of village development. In Trusmi Village itself,
the role of women in all aspects of development is felt, starting from participating in the
construction of village facilities, maintaining village security, PKK in family empowerment, and
so on. This study aims to describe the process, results, and impact of empowering women in

109
community development through batik training. By using a qualitative approach and descriptive
method, this research was carried out in Trusmi Village, Weru District, Cirebon Regency. Data
was collected using participatory observation techniques, interviews, and documentation studies.
Research subjects were housewives in Trusmi Village. The results of this study indicate, women
can be empowered through batik training that provides knowledge, attitudes, skills that can make
them independent and can improve their quality of life.

Keywords: Women's Empowerment, Batik Training

110
A. Pendahuluan hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
Wanita merupakan salah satu sehingga dapat mengaplikasikan hasil
komponen yang ada di masyarakat yang belajarnya dalam pengelolaan usaha yang
bisa dilibatkan dalam pembangunan. ditandai dengan melakukan wirausaha
Potensi kaum wanita dalam kehidupan melalui pemanfaatan potensi sumber daya
masyarakat masih belum mendapat porsi alam yang ada di lingkungan. Keberhasilan
yang wajar. Hal ini perlu disikapi secara penyelenggaraan program pelatihan
arif dan bijaksana oleh pemerintah membatik ini sangat ditentukan oleh
mengingat kaum wanita dari sisi kuantitas kesadaran kelompok wanita yang
menempati urutan pertama dari komposisi memerlukan peningkatan kemampuan
warga masyarakat. Wanita sebagai warga berusaha dan keterampilan dirinya dalam
negara yang memiliki hak dan kewajiban memanfaatkan sumber potensi diri agar
yang sama dengan laki-laki, namun dalam dapat mengolah dan memasarkan batik
bidang pendidikan dan ekonomi, banyak sehingga diharapkan peserta mampu
wanita Indonesia yang tidak memiliki mengaplikasikan hasil belajarnya yang
kemampuan memperoleh peluang kerja ditandai dengan adanya perubahan taraf
karena keterbatasan atau tidak bisa hidup yang mencakup memperoleh
mengolah potensi yang ada pada dirinya pekerjaan/menciptakan lapangan kerja atau
maka perlunya pemberdayaan wanita. berwirausaha, peningkatan pendapatan,
Pemberdayaan adalah merupakan salah ekonomi, percaya diri dan
satu wadah yang dijadikan sebagai upaya mengikutsertakan orang lain dalam
untuk memberikan wahana bagi pemanfaatan hasil belajarnya dan berperan
masyarakat dalam memenuhi akan serta dalam kegiatan sosial dan
kebutuhan warga belajar berupa pembangunan masyarakat. Dalam kegiatan
pengetahuan dan keterampilan yang pelatihan membatik masih terdapat
berkaitan bagi kehidupan yang lebih baik di berbagai permasalahan sehingga tidak
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. semua peserta pelatihan dapat melakukan
Konsep pemberdayaan merupakan suatu kegiatan usaha dan juga maasih ada usaha
upaya untuk menjadikan sesuatu yang adil peserta yang sedang berkembang atau
dan beradab menjadi lebih efektif dalam kurang berkembang. Salah satu usaha yang
seluruh aspek kehidupan. Pemberdayaan dapat dikatakan sebagai jawaban
wanita melalui pelatihan membatik permasalahan di atas adalah dengan
merupakan suatu pembelajaran dalam mendirikan berbagai lembaga pelatihan dan
upaya meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan kerja. Atmodiwirio (2002:35)
keterampilan perempuan. Kegiatan mendefinisikan pelatihan sebagai
pelatihan membatik diharapkan berdampak pembelajaran yang dipersiapkan agar
pada kemampuan/keberdayaan wanita pelaksanaan pekerjaan sekarang
menciptakan lapangan kerja. Melalui meningkat. Dalam hal ini, peranan
pelatihan membatik dalam memanfaatkan pemerintah daerah dalam meningkatkan
potensi alam yang berada di lingkungan perekonomian dan ketenagakerjaan wanita
setempat, wanita dapat meningkatkan adalah mengembangkan ketenagakerjaan
kesejahteraan hidupnya. Pelatihan secara mandiri dan terpadu yang diarahkan
membatik merupakan suatu langkah terutama pemberdayaan wanita untuk
penting dan perlu dilakukan dalam rangka peningkatan kompetensi dan kemandirian
membentuk/ mencetak sumber daya tenaga kerja, peningkatan upah pekerja,
manusia yang berkualitas. Tujuan akhir menjamin kesejahteraan, perlindungan
yang ingin dicapai yaitu program pelatihan kerja dan kebebasan berserikat, serta
ini akan berdampak dalam meningkatkan melakukan berbagai upaya terpadu untuk
keterampilan bidang usaha dan mempunyai mempercepat proses pengentasan
sikap jiwa kewirausahaan dan diharapkan masyarakat dari kemiskinan dan
akan mampu menciptakan kemandirian mengurangi pengangguran yang
baik dalam sikap maupun dalam berusaha. merupakan dampak krisis ekonomi.
Program pelatihan membatik bertujuan Berdasarkan permasalahan di atas maka
agar wanita mempunyai peningkatan dalam peranan pemerintah daerah dalam

111
meningkatkan pemberdayaan wanita melalui pendidikan keterampilan yang
dilakukan berdasarkan program berbasis pada potensi diri, dampaknya serta
pembangunan nasional (PROPENAS) bagaimana hasil pemberdayaan wanita itu
tahun 2000-2004 dalam Undang-undang dapat tercapai agar pada akhirnya
Nomor 25 Tahun 2000 Bab VIII butir 3 meningkatkan taraf hidup masyarakat.
adalah: Pertama, meningkatkan Mengacu pada latar belakang yang telah
kedudukan dan peran wanita dalam diuraikan, masalah penelitian ini
kehidupan berbangsa dan bernegara dirumuskan,“Bagaimana gambaran proses
melalui kebijakan nasional yang diemban hasil pemberdayaan wanita melalui
oleh lembaga yang mampu pelatihan membatik” Dengan melihat
memperjuangkan terwujudnya kesetaraan keterbatasan dan kemampuan yang penulis
dan keadilan gender. Kedua, meningkatkan miliki, terlalu luasnya permasalahan yang
kualitas perandan kemandirian organisasi ada dan untuk menghindari salah
wanita dengan tetap mempertahankan nilai penafsiran masalah tersebut, maka masalah
persatuan dan kesatuan. Ketiga, penelitian dibatasi sebagai berikut:
meningkatkan nilai histories perjuangan Pertama, bagaimana proses pemberdayaan
kaum wanita dalam rangka melanjutkan wanita melalui pelatihan membatik yang
usaha pemberdayaan wanita serta diselenggarakan? kedua, bagaimana hasil
kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai yang dicapai dari pemberdayaan wanita
dengan Undang-undang Republik melalui pelatihan membatik yang
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang diselenggarakan? dan ketiga, bagaimana
Sistem Pendidikan Nasional Bab VI bagian dampak dari pemberdayaan wanita melalui
kelima pasal 26 ayat 2 dan 5 bahwa : ”..(2) pelatihan membatik yang diselenggarakan?
Pendidikan non formal berfungsi Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik mendapatkan jawaban tentang masalah
dengan penekanan pada penguasaan yang dirumuskan, yaitu (a) untuk
pengetahuan dan keterampilan fungsional menganalisis proses pemberdayaan wanita
serta pengembangan sikap dan kepribadian melalui pelatihan membatik di Desa
profesional . (5) Kursus dan pelatihan Trusmi tersebut, (b) untuk
diselenggarakan bagi masyarakat yang mendeskripsikan hasil dari proses
memerlukan bekal pengetahuan, pemberdayaan wanita melalui pelatihan
keterampilan, kecakapan hidup dan sikap membatik di Desa Trusmi, (c) untuk
untuk mengembangkan diri, mengimplementasikan dampak dari proses
mengembangkan profesi, bekerja, usaha pemberdayaan wanita melalui pelatihan
mandiri dan atau melanjutkan pendidikan membatik di Desa Trusmi. Adapun
ke jenjang yang lebih tinggi.” Kegiatan kegunaan penelitian ini adalah pertama,
pelatihan kewirausahaan batik di Desa secara konseptual, penelitian ini dapat
Trusmi banyak memiliki potensi diri antara memperkaya konsep pendidikan,
lain batik, rotan, lukisan kaca, topeng, dll. pemberdayaan wanita, dan Pendidikan
Akan tetapi, masyarakat belum optimal Luar Sekolah, kedua, secara praktis, bagi
dalam memanfaatkan potensi tersebut. semua penyelenggara program
Melalui layanan pendidikan non formal, pemberdayaan wanita dan pelatihan serta
keterampilan dan kecakapan masyarakat para tutor bisa lebih meningkatkan
dapat ditingkatkan sehingga dapat kualitasnya dalam kegiatan
memanfaatkan potensi keterampilan diri di penyelenggaraan program dan
Desa Trusmi secara optimal. Lembaga penyelenggara mampu memfasilitasi dan
Kursus dan Pelatihan di sana melaksanakan mendorong pelaksanaan program-program
pendidikan keterampilan berwirausaha pemberdayaan wanita melalui pelatihan
memberdayakan wanita/para ibu rumah membatik. Pemberdayaan wanita dan
tangga melalui pelatihan membuat berbagai pelatihan membatik adalah termasuk ke
macam produk. Berdasarkan hasil di dalam salah satu ruang lingkup Pendidikan
lapangan, peneliti merasa tertarik untuk Luar Sekolah. Usaha pemberdayaan wanita
meneliti lebih dalam bagaimana proses melalui peningkatan dan pembinaan
pemberdayaan wanita itu berlangsung kecakapan hidup pada saat sekarang ini

112
semakin memerlukan perhatian dan peluang”. Sedangkan Kristanto (2009:2)
penanganan yang benar-benar tepat guna berpendapat bahwa kewirausahaan dan
dan hasil guna. Salah satu usaha yang dapat inovasi merupakan hal sentral dalam proses
dikatakan sebagai jawaban permasalahan di kreatif perekonomian. Inovasi adalah
atas adalah dengan mendirikan berbagai fungsi spesifik dari kewirausahaan, sebagai
lembaga pelatihan dan keterampilan kerja sebuah cara menciptakan sumberdaya baru
sebagai bentuk layanan pendidikan non yang mendayagunakan sumberdaya yang
formal. Kindervatter dalam Kamil (2009: ada untuk menghasilkan kekayaan. Ada
54) menjelaskan peran pendidikan non beberapa faktor yang mempengaruhi
formal dalam proses pemberdayaan perilaku kewirausahaan yaitu (1) keuletan,
mengandung arti luas yakni mencakup syarat untuk mencapai tujuan yang
dalam peningkatan pengetahuan, sikap, merupakan sumber keberhasilan usaha
keterampilan dan pengembangan lainnya dengan modal kerja fisik dan akal, kita
ke arah kemandirian hidup dan di dalamnya harus ulet dan mampu memulai usaha.
juga meliputi peningkatan dan perubahan Tohar (2000:173) mendefinisikan keuletan
sumber daya manusia sehingga mampu adalah ”Merupakan sinar terang
membangun masyarakat dan keberhasilan dalam menjalankan
lingkungannya. Wanita/para ibu rumah kehidupan manusia dalam pengertian diri
tangga dapat dibina dan diberdayakan sendiri, keluarga atau lingkungan yang
sehingga mereka dapat memainkan peran lebih luas lagi. Orang ulet tidak mudah
gandanya yaitu sebagai pengurus keluarga, putus asa, dan juga selalu yakin bahwa
membantu perekonomian keluarga, dan kegagalan adalah guru tebaik untuk maju,
sebagai pelaku pembangunan Atmodiwirio kegagalan harus dihadapi dengan sikap
(2002:37) mengemukakan, “Pelatihan objektif yaitu bebas dari perasaan yang
adalah proses kegiatan pembelajaran antara negatif.”Selanjutnya M. Tohar (2000:174)
pengalaman untuk mengembangkan pola juga menjelaskan, ciri orang yang ulet
perilaku seseorang dalam bidang adalah (a) tidak mudah putus asa dan (b)
pengetahuan, keterampilan, atau sikap apabila gagal, ia lakukan introspeksi
untuk mencapai standar yang diharapkan”. sehingga mendorong untuk bangkit dan
Dengan demikian, pelatihan adalah proses mempunyai tekad untuk maju. (2) kreatif
merekayasa perilaku peserta didik dalam dan inovatif, kreativitas merupakan sebuah
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan proses yang dikembangkan dan
untuk meningkatkan keterampilan dalam ditingkatkan, namun kemampuan ini
upaya memenuhi kebutuhan hidup. berbeda dari satu orang terhadap orang lain.
Manfaat yang diperoleh dari pelatihan yang Kemampuan dan bakat merupakan dasar
diadakan oleh perusahaan seperti yang tetapi pengetahuan dan lingkungannya
dinyatakan oleh Eka (2010) adalah (1) dapat juga mempengaruhi kreativitas
program-program pengembangan yang orang. Menurut Edwar be Hono (1970)
direncanakan diharapkan akan memberikan yang dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dan
manfaat kepada orang berupa peningkatan Jero Wecik (1998:85) ada empat tahapan
produktivitas, peningkatan moral, dalam proses kreatif yakni (a) latar
pengurangan biaya, dan stabilitas serta belakang atau akumulasi pengetahuan, (b)
keluwesan (fleksibilitas); (2) program proses inkubasi, (c) melahirkan ide, serta
membantu dalam memenuhi kebutuhan (d) evaluasi dan implementasi. Hal yang
perorangan untuk mencari pekerjaan yang paling penting dalam tahap ini adalah
bermakna bagi karir seumur hidup. Suryana wirausaha mencoba kembali ide-ide sampai
(2003:1) menyebutkan, ”Kewirausahaan menemukan bentuk finalnya, karena ide
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang muncul biasanya dalam bentuk tidak
yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya sempurna, jadi masih perlu dimodifikasi
untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dan diuji untuk mendapatkan bentuk yang
dari kewirausahaan adalah kemampuan baku dan matang dari ide tersebut Inovatif
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan merupakan salah satu faktor yang
berbeda melalui berpikir kreatif dan mempengaruhi perilaku kewirausahaan
bertindak inovatif untuk menciptakan yang harus dimiliki oleh seorang

113
wirausahawan, menurut Koentjoroningrat mengapa partisipasi wanita dalam
(1986: 258) bahwa orang yang memiliki kehidupan masyarakat dan bernegara
perasaan inovatif adalah ”Orang yang mengalami kelemahan. Rendahnya
bersedia menerima adanya pembaharuan keterwakilan wanita secara kuantitatif
seperti dalam tiap masyarakat tentu ada dalam lembaga politik formal inilah yang
individu-inidvidu yang sadar akan adanya kemudian mendorong dan melatar
berbagai macam kekurangan mereka, belakangi lahirnya berbagai macam
diantaranya para individu itu ada yang tuntutan agar wanita lebih diberi ruang
berbuat sesuatu untuk mengisi atau dalam berpartisipasi.
memperbaiki kekurangan yang mereka Menyertakan wanita dalam proses
sadari. pembangunan bukanlah berarti hanya
Dalam keberadaannya di tengah- sebagai suatu tindakan yang dipandang dari
tengah masyarakat wanita tidak bisa luput sisi humanisme belaka. Namun peran yang
dari berbagai sudut pandang yang dilakukan oleh wanita dalam kesertaannya
menyertainya. Boleh jadi orang di bidang pembangunan merupakan
mengartikulasi wanita berdasarkan sudut tindakan dalam rangka mengangkat harkat
pandang ciri-cirinya, perannya dalam serta kualitas dari wanita itu sendiri.
masyarakat, keluarga, pendidikan, dll. Keterlibatan wanita menjadi syarat
Adapun wanita menurut pandangan sejarah mutlak dalam upaya mewujudkan
memainkan banyak peran. Wanita sebagai pembangunan yang berkeadilan. Negara
ibu, istri, petani, pengelola perusahaan, tidak mungkin sejahtera jika para
pekerja sukarela, kepala desa, dll. Lebih wanitanya dibiarkan tertinggal, tersisihkan
dari itu peran wanita di Cirebon dan dan tertindas. Seperti yang di ungkapkan
Indonesia pada umumnya, telah sangat oleh Vivekananda (Darwin 2005:8) bahwa:
berperan dalam bidang politik negara dan bangsa yang tidak menghormati
pemerintahan seperti menjadi Presiden RI, kaum wanitanya tidak akan pernah menjadi
Gubernur, Menteri, Bupati, Camat, dan lain besar, baik di saat ini maupun di masa
sebagainya. Hal ini semakin menegaskan depan. Satu alasan mendasar sebagai
bahwa wanita dalam kehidupannya tidak penyebab kejatuhan bangsa anda secara
hanya memainkan peran ganda tetapi multi drastis adalah karena anda tidak memiliki
peran dalam masyarakat. rasa hormat pada kehidupan wanita yang di
Dalam sejarah perpolitikan di lukiskan sebagai sakti (istri). Sehingga
Indonesia dan negara berkembang pada pembangunan yang utuh dan menyeluruh
umumnya, peranan wanita memang dari suatu negara menuntut peranan penuh
dipandang terlambat dalam keterlibatan di dari kaum wanita dalam segala bidang
dunia politik. Stigma-stigma bahwa wanita kehidupan. Bahwa wanita baik sebagai
dalam posisi domestik dianggap sebagai warga negara maupun sebagai sumber
salah satu hal yang mengakibatkan wanita insan pembangunan mempunyai hak,
terlambat berkiprah dalam dunia politik. kewajiban dan kesempatan yang sama
Sebagai salah satu indikatornya adalah dengan pria dalam segenap kegiatan
jumlah wanita yang memegang jabatan pembangunan di segala bidang kehidupan.
publik masih sangat sedikit. Peran wanita juga telah diakomodir oleh
Fenomena tersebut terjadi bukan segenap peraturan pembangunan nasional,
hanya tingkat elit atau pusat saja tetapi juga seperti UU No 6 tahun 2014 tentang desa,
berimbas pada tingkat lokal atau daerah. yang menyajikan keterlibatan wanita yang
Lebih parah lagi bahwa posisi kaum wanita sangat diperlukan bagi keberhasilan
masih saja mengenaskan secara politik pembangunan desa.
karena jarang sekali terlibat dalam Keberadaan wanita di Desa Trusmi
penyelesaian permasalahan wanita itu yang menjadi lokasi penelitian ini, bahwa
sendiri. masyarakat memposisikan wanita sejajar
Keadaan peran dan status wanita dengan laki-laki. Boleh dikata peran wanita
dewasa ini lebih dipengaruhi oleh masa berperan hingga menduduki jabatan-
lampau, kultur, ideologi, dan praktek hidup jabatan pemerintahan mulai dari BPD,
sehari-hari. Inilah yang menjadi kunci Meweteng, Pernagkat Desa, hingga Kepala

114
Desa. Masyarakat Desa Trusmi memiliki membebaskan diri kebodohan dan dari
karakter egaliter dimana kedudukan upah kerja yang rendah, (2) membantu
individu bisa sejajar. masyarakat untuk bisa hidup berorganisasi
Di Desa Trusmi sendiri, peran wanita secara bersama agar dapat menjajagi
dalam segenap aspek pembangunan cukup berbagai peluang peningkatan akses
terasa, mulai dari turut serta dalam terhadap pemberdayaan.
pembangunan fasilitas desa, menjaga Pemberdayaan wanita merupakan
keamanan desa, PKK dalam pemberdayaan usaha yang dilakukan secara sistematis
keluarga, dan lain sebagainya. Hanya untuk mencapai kesetaraan dan keadilan
permasalahannya yang ada di Desa Trusmi gender di dalam kehidupan keluarga dan
berkaitan dengan peranan tersebut, bermasyarakat. Karena pada kenyataannya
sebetulnya sedikit menyimpang dari tradisi sampai saat ini masih banyak dijumpai
wanita Desa Trusmi, yakni peran mereka ketidakadilan gender di dalam masyarakat
dalam kepemimpinan Desa di Desa Trusmi yang menyebabkan wanita menjadi serba
terlihat kurang, seperti kurangnya wanita tertinggal dan terbelakang.
dalam menduduki jabatan-jabatan yang ada Dengan demikian perlu adanya
di desa, kurang dalam jabatan di aparatur pemberdayaan wanita sebagai pengentasan
desa, sebagaimana yang tercantum pada masalah ketidakadilan gender.
tabel di atas. Ini menjadi menarik untuk Pemberdayaan wanita merupakan salah
dikaji karena perubahan masyarakat telah satu bentuk pengentasan masalah
menyampingkan peran wanita tersebut, ketidakadilan gender. Peningkatan
sehingga perlu dicarikan akar pemberdayaan ini diharapkan mampu
permasalahannya. meningkatkan peranan dan kedudukan
Pemberdayaan masyarakat muncul wanita di berbagai bidang kehidupan tidak
karena adanya suatu kondisi sosial hanya mengurus keluarga dan anak saja,
ekonomi masyarakat yang rendah sehingga namun dengan mengembangkan potensi
mengakibatkan mereka tidak mampu dan dan keterampilan yang ada pada diri
tidak tahu. Hal tersebut mengakibatkan mereka, wanita bisa lebih mandiri, lebih
produktivitas mereka menjadi rendah. terampil dan lebih produktif. Usaha
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu pemberdayaan tidak hanya terjadi wanita
kegiatan empowering masyarakat dengan yang tidak memiliki kemampuan sama
memberikan motivasi dan dorongan kepada sekali, namun juga terjadi pada wanita yang
masyarakat agar mampu menggali potensi memilki daya yang masih terbatas untuk
dirinya dan berani bertindak memperbaiki dapat dikembangkan hingga mencapai
kualitas hidupnya. Pemberdayaan kemandirian.
masyarakat dapat diartikan sebagai suatu Pendekatan pemberdayaan
proses yang membangun manusia atau masyarakat yang di implementasikan
masyarakat melalui pengambangan selama ini masih hanya sekedar membuka
kemampuan masyarakat. Pe-rubahan wawasan masyarakat, padahal ketidak
perilaku masyarakat dan peng-organisasian berdayaan masyarakat meliputi segala
masyarakat dari definisi tersebut terlihat aspek selain faktor pendidikan juga faktor
ada 3 tujuan utama dalam pem-berdayaan struktural, sosial dan kondisi lingkungan.
masyarakat yaitu: mengembangkan Kebijakan yang kurang kondusif untuk
kemampuan masyarakat, mengubah menumbuhkan kreativitas dan
perilaku masyarakat dan mengorganisir diri produktivitas pelaku ekonomi mikro dan
masyarakat. usaha kecil menengah dalam
Pemberdayaan merupakan langkah mengembangkan potensi lokal.
awal dimana kegiatan masyarakat yang Secara kemampuan, wanita dapat
berorientasi kepada peningkatan melakukan banyak kehidupan seperti
kesejahteraan kehidupan masyarakat halnya laki-laki, karena pada dasarnya laki-
tersebut akan berlangsung. Kegiatan laki dan perempuan mempunyai hak yang
pemberdayaan ini dilakukan untuk: (1) sama untuk mampu meningkatkan
menumbuhkan kesadaran masyarakat produktivitas hidup. Namun kenyataan
tentang pentingnya usaha mereka dalam yang ada saat ini, wanita lebih banyak

115
menggantungkan hidup mereka pada laki- Desa Trusmi Kabupaten Cirebon
laki sehingga potensi yang ada pada wanita merupakan salah satu desa yang
tidak tergali. Pemberdayaan wanita penduduknya masih hidup dibawah garis
dimaksudkan untuk mengantarkan wanita kemiskinan, hal ini mengingat mayoritas
pada kemandirian dan meningkatkan penduduk berprofesi sebagai supir dan
status, posisi serta kondisi wanita agar buruh berpenghasilan rendah. Masih
dapat mencapai kesetaraan dengan laki- rendahnya tingkat pendidikan dan
laki. pengetahuan yang dimiliki oleh penduduk
Potensi yang ada di Desa Trusmi di Desa Trusmi menyebabkan keinginan
beraneka ragam, mulai dari perdagangan, untuk maju dan berkembang dalam upaya
perindustrian, kebudayaan, pariwisata, memperbaiki tingkat pendapatan ekonomi
perekonomian dan lain sebagainya. Dengan keluarga belum ada. Hal ini sangat nampak
adanya potensi-potensi tersebut dari adanya aktivitaspara wanita di desa
menjadikan sebuah aset yang sangat tersebut yang hanya mengurus rumah
berharga bagi Desa Trusmi untuk tangga dan mengasuh anak, sehingga
memajukan daerahnya menjadi lebih pendapatan ekonomi keluarga hanya
berkembang dan lebih maju. Salah satu tergantung pada suami. Selain faktor
daerah di Kabupaten Cirebon yang sedang tersebut, kurangnya kesadaran dari para ibu
mengembangkan potensinya adalah Desa rumah tangga dalam menggali potensi dan
Trusmi. bakat yang dimiliki mengakibatkan
Desa ini memiliki potensi yang bagus keahlian dan keterampilan mereka tidak
dalam memberdayakan masyarakat di berkembang, padahal apabila hal tersebut
wilayahnya. Banyak jenis-jenis usaha yang dikembangkan, mereka pada dasarnya telah
sedang berkembang salah satu diantaranya memiliki bakat keterampilan dalam
adalah batik tulis. Batik tulis di Desa membatik, apalagi keterampilan tersebut
Trusmi saat ini sedang berkembang untuk telah diturunkan oleh keluarga mereka
menunjukkan eksistensinya di pasar global selama turun temurun. Kelompok pelatihan
yang semakin maju. membatik merupakan salah satu kelompok
Batik yang berkembang di Desa batik di Desa Trusmi yang memiliki
Trusmi merupakan perkembangan batik program untuk meningkatkan keterampilan
Cirebon. Dalam perkembangan jenis batik dan kreatifitas anggotanya dalam bidang
di Pulau Jawa, batik Trusmi merupakan membatik. Kelompok tersebut memiliki
salah satu jenis batik yang muncul setelah tekad untuk mendidik dan melatih para
batik kraton atau jenis-jenis batik yang anggota untuk berkreatifitas, berkarya dan
terdahulu hadir. Daerah Tusmi merupakan mandiri sehingga diharapkan para ibu
pusat batik terbesar di Cirebon. Keberadaan rumah tangga dapat meningkatkan
batik Trusmi mampu menembus pasar pendapatan ekonomi keluarga. Dalam
global dan mampu mengenalkan produk- pelaksanaan program pemberdayaan pada
produknya, baik di dalam negeri maupun di ibu rumah tangga di Desa Trusmi
luar negeri. dilaksanakan secara rutin setiap hari.
Hal ini menjadi titik terang bagi para Dilihat dari segi pemberdayaan kegiatan ini
pengrajin batik untuk terus merupakan pemberdayaan wanita yang
mengembangkan dan mengkreasikan batik efektif dikarenakan para ibu rumah tangga
Cirebon di dunia usaha. Memandang masih dapat membagi waktu antara
bahwa batik merupakan budaya lokal yang mengurus keluarga dan membatik.
harus dilestarikan,oleh karena itu Usia para pengrajin batik merupakan
diperlukan suatu pemberdayaan usia produktif, berkisar antara 25-50 tahun.
masyarakat khususnya iburumah tangga Dalam kegiatan membatik ini pun para
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas masyarakat tidak ada yang merasa
hidup masyarakat,baik secara ekonomi, keberatan dikarenakan selain memiliki
sosial dan budaya, selain itu juga dapat waktu yang luang juga kemampuan
meningkatkan kualitas perekonomian membatik sudah diturunkan dari generasi
wilayah tersebut dengan mengembangkan ke generasi.
potensi-potensi yang ada.

116
Mengingat kondisi ibu-ibu rumah yang sama pada pembatik Jawa dan
tangga yang produktif untuk bekerja, jadi beliau menjawab baru 3 tahun. Lalu
dirasa kegiatan batik tulis ini mampu ditanya lagi, belajar membatik di mana?
dijadikan sebagai sarana pengembangan beliau menjawab dari ibunya, ibunya di
potensi dan keterampilan. tanya lagi dan menjawab dari ibu saya,
Pemberdayaan yang berlangsung terus hingga sampai ke eyang buyut
bergerak di bidang kerajinan lebih beliau. sedangkan pembatik yang ada di
khususnya batik tulis. Hal ini disebabkan Malaysia menjawab beliau belajar dari
batik tulis merupakan salah satu orang Jawa yang termasuk wilayah
keterampilan yang diwariskan dari para Indonesia. Dengan begitu, batik
tokoh masyarakat yang awalnya sebagai merupakan asli dari Indonesia.
pengrajin batik tulis di Desa Trusmi. a. Batik Keraton
Keterampilan ini diturunkan kepada sanak Batik keraton (‘bentuk teks‘
saudara secara otodidak dan tanpa Keraton Kasepuhan dan Keraton
pembelajaran khusus. Kemudian Kanoman) pada awalnya
diteruskan hingga sekarang dan menjadi merupakan hasil kecintaan keluarga
mata pencaharian masyarakat setempat. keraton pada seni lukis. Dahulu
Berdasarkan pada hal tersebut pada sebelum ada katun, hasil lukisan
kesempatan ini penulis bermaksud masih menggunakan daun lontar
melakukan pengkajian dan penelitian sebagai kanvasnya. Hasil lukisan
mengenai “Pemberdayaan Wanita dalam pada media daun lontar kemudian
Pembangunan Masyarakat Melalui dibawa keluar oleh para abdi dalem.
Pelatihan Membatik di Desa Trusmi Seiring berjalannya waktu, batik
Kabupaten Cirebon”. Cirebon mengalami perkembangan,
B. Tinjauan Pustaka media gambar tidak lagi
1. Batik Cirebon menggunakan daun lontar,
Melestarikan Warisan Budaya melainkan menggunakan katun
Tak Benda (batik) merupakan salah (kain).
satu upaya bagi bangsa Indonesia Motif Batik Cirebon yang
khususnya bagi para generasi penerus paling terkenal adalah motif Mega
agar kekayaan budaya yang di miliki Mendung. Berbentuk gumpalan-
tidak akan punah. Indonesia yang gumpalan awan putih yang
memiliki beragam kebudayaan sudah mengumpul. Motif Mega Mendung
patut untuk mestarikannya. Seperti juga bermakna kehidupan dunia
yang telah diketahui bahwa pada atas, atau bisa bermakna kebebasan.
tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO Batik yang berasal dari keraton
salah satu badan PBB yang menangani memiliki warna yang cederung
bagian pendidikan dan kebudayaan gelap. Pemakaian warna seperti
telah mengukuhkan bahwa batik adalah hitam, merah tua, coklat menjadi
Warisan Budaya Dunia Tak Benda warna yang mendominasi. Ciri ini
yang Berasal Asli dari Indonesia. yang kemudian membedakan batik
Mengapa batik disebut warisan Keraton dengan batik daerah
budaya dunia tak benda? karena dalam pesisir. Batik daerah pesisir
hal ini yang diwariskan bukanlah benda memiliki warna dasar yang cerah,
batiknya, akan tetapi prosesnya maka seperti biru, hijau, dan merah. Tidak
dari itu batik disebut sebagai warisan demikian halnya dengan batik
budaya dunia tak benda. Sebelumnya pesisir atau Trusmi menggunakan
badan UNESCO telah mengadakan motif yang berhubungan dengan
penelitian tentang asal usul batik. keadaan sekitar, seperti motif
Pertama, mereka bertanya pada udang, ikan, dan bunga.
pembatik yang berada di Malaysia. Motif batik Cirebon yang
Sudah berapa lama membatik, mereka berkembang erat kaitannya dengan
menjawab sudah 9 tahun. Kedua, simbol-simbol kosmologi, misalnya
UNESCO memberikan pertanyaan motif Taman Arum Sunyaragi,

117
Wadas Singa, Patran Kangkung, Secara umum, ragam hias
Wadas Mantingan, Ayam Alas, batik keraton Cirebon dibagi
Supit Udang atau motif yang selalu menjadi dua jenis. Yaitu: pertama,
dihubungkan dengan Batik Cirebon jenis motif yang biasa digunakan
adalah motif Mega Mendung. oleh raja dan kerabatnya (ningrat)
Motif Batik Taman Arum dengan ragam hias halus dengan
Sunyaragi di dalamnya terkandung motif rinci. Jenis kedua, untuk
makna kearifan kehidupan sosial motif yang dikenakan oleh para
lokal khususnya di lingkungan abdi dalem dengan ragam hias batik
Kasultanan Cirebon. Ornamen- besar dan kuat.
ornamen yang tergambar di b. Motif Batik Cirebonan
dalamnya membawa simbolisasi Masuknya Belanda ke
tradisi kreatif sekaligus spiritual Indonesia kemudian secara tidak
dari Keluarga Sultan. Taman langsung membawa perubahan
(sunyaragi) memiliki arti khusus pada peran dan fungsi batik
bagi keluarga Keraton Cirebon saat dilingkungan keraton secara umum,
itu. Sementara itu Motif Wadasan termasuk pada Keraton Cirebon.
(wadas=cadas, batu karang) Batik Keraton mulai bebas dipakai
menyimbolkan makna kekuatan oleh kalangan biasa tanpa
dan keteguhan. Motif ini sering batasan/larangan pada penggunaan
disandingkan dengan ‘mega jenis motif tertentu. Ini diperkuat
mendung’, keduanya merupakan dengan semakin kentalnya nilai
ornamen Batik Cirebon yang religius khususnya Islam dalam
mengadopsi ornamen-ornamen masyarakat, dimana dalam Islam
yang banyak terdapat pada barang- tidak dikenal pembedaan kelas di
barang karya seni yang dibawa dari dalam masyarakat. Warisan Batik
Tiongkok. Berbagai unsur budaya, Keraton Cirebon ini, sampai saat ini
seni yang dibawa para ‘saudagar’ masih diproduksi (secara turun-
tersebut memberi warna baru dan temurun) dan untuk Batik Cirebon
melahirkan konsep Batik Pesisir, ini satu-satunya daerah yang
sebagaimana dapat dilihat pada dikenal sebagai sentra batik adalah
batik Cirebon, termasuk batik yang daerah Trusmi.
dihasilkan daerah pesisir pantai Begitu dalamnya orang Jawa
Jawa lainnya (Pekalongan, Lasem, memberi makna pada busana
Tuban dsb). Contohnya motif bahwa: “…ajining diri gumantung
Nagasebho (Naga yang sedang ono ing lati, ajining jiwo
menghadap raja). gumantung ono ing busano” Harga
Dalam beberapa referensi diri terletak dari kualitas bicara
disebutkan bahwa motif-motif seseorang demikian juga
‘adaptasi’ (dari budaya asing) penampilan dan cara berbusana
tersebut berawal dari pesanan dari akan memberi nilai terhadap
para sudagar dari tanah seberang, kualitas jiwa seseorang. Busana
yang kemudian diminati juga oleh adalah cerminan identitas, watak,
kalangan keraton, dan diapresiasi dan kondisi sosial ekonomi
dengan pemakaian ornamen- pemakainya, juga merupakan
ornamen (motif) resapan ini sebagai indikator moral dan budaya suatu
bagian batik keraton. Akulturasi bangsa. Bagi mayoritas masyarakat
budaya (salah satunya terekam Cirebon yang beragama Islam,
dalam motif batik) ini diperkuat busana selain alat pelindung tubuh
dengan pernikahan Sultan Cirebon yang vital (penutup aurat), juga
(Sunan Gunung Jati) dengan putri harus bernilai keindahan dan
Tiongkok, bernama Ong Tien Nio, kesopanan. Kain batik adalah salah
dari negeri Tar Tar. satu busana tradisional Cirebon
yang menjadi komoditas industri

118
seiring dengan meningkatnya merupakan ciri khas yang dimiliki
ekonomi masyarakat di akhir Abad oleh batik Cirebon adalah sebagai
19 hingga awal abad 20-an. berikut: (a) Desain batik Cirebonan
Batik Cirebon diproduksi di yang bernuansa klasik tradisional
beberapa tempat baik dalam kota pada umumnya selalu mengikut
maupun luar kota Cirebon. Didalam sertakan motif wadasan (batu
kota Cirebon batik diproduksi di cadas) pada bagian-bagian motif
lingkungan keraton Kasepuhan, tertentu. Disamping itu terdapat
keraton Kanoman, dan keraton pula unsur ragam hias berbentuk
Kacirebonan, Kaprabonan, serta awan (mega) pada bagian-bagian
kampung Kanduruan yang yang disesuaikan dengan motif
mayoritas penduduknya etnis Cina. utamanya; (b) Batik Cirebonan
Sedangkan diluar kota Cirebon klasik tradisional selalu bercirikan
terdapat para pengrajin batik seperti memiliki warna pada bagian latar
di daerah Plumbon, Trusmi, Plered, (dasar kain) lebih muda
Kalitengah, dan Battembat. dibandingkan dengan warna garis
Pengrajin batik juga terdapat di pada motif utamanya; dan (c)
daerah Paoman Indramayu dan Bagian latar atau dasar kain
Cigugur Kuningan. Kini sentra biasanya nampak bersih dari noda
industri Batik Cirebon yang masih hitam atau warna-warna yang tidak
bertahan dipusatkan di desa Trusmi dikehendaki pada proses
Kabupaten Cirebon, sehingga pembuatan. Noda dan warna hitam
masyarakat menganggap bahwa bisa diakibatkan oleh penggunaan
Batik Cirebon identik dengan lilin batik yang pecah, sehingga
“Batik Trusmi”. Motif batik pada proses pewarnaan zat warna
Cirebon yang populer diantaranya yang tidak dikehendaki meresap
motif “Wadasan” dan “Mega pada kain.
Mendung”. Perkembangan pada masa
Batik Trusmi berhasil sekarang, pewarnaan yang dimiliki
menjadi ikon batik dalam koleksi oleh batik Cirebonan lebih beraneka
kain nasional. Batik Cirebon sendiri warna dan menggunakan unsur-
termasuk golongan Batik Pesisir, unsur warna yang lebih terang dan
namun juga sebagian batik Cirebon cerah, serta memiliki bentuk ragam
termasuk dalam kelompok batik hias yang bebas dengan
keraton. Hal ini dikarenakan memadukan unsur binatang dan
Cirebon memiliki tiga buah keraton bentuk-bentuk flora yang beraneka
yaitu Keraton Kasepuhan dan rupa.
Keraton Kanoman, ketiga keraton Produksi batik Cirebonan
Kacirebonan, yang konon pada masa sekarang terdiri dari
berdasarkan sejarah dari tiga batik Tulis, batik Cap dan batik
keraton ini muncul beberapa desain kombinasi tulis cap. Pada tahun
batik Cirebonan Klasik yang hingga 1990-2000 ada sebagian
sekarang masih dikerjakan oleh masyarakat pengrajin batik
sebagian masyarakat desa Trusmi Cirebonan yang memproduksi kain
diantaranya seperti motif Mega bermotif batik Cirebonan dengan
Mendung, Paksi Naga Liman, teknik sablon tangan (hand
Patran Keris, Patran Kangkung, printing), namun belakangan ini
Singa Payung, Singa Barong, teknik sablon tangan hampir punah,
Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat dikarenakan kalah bersaing dengan
Penganten, Katewono, Gunung teknik sablon mesin yang dimiliki
Giwur, Simbar Menjangan, Simbar oleh perusahaan-perusahaan yang
Kendo dan lain-lain lebih besar.
Beberapa hal penting yang Pertumbuhan batik Trusmi
bisa dijadikan keunggulan atau juga menurut responden bergerak

119
dengan cepat mulai tahun 2000, hal 1940-an tidak diketemukan kedua
ini bisa dilihat dari bermunculan motif batik tersebut dipakai oleh
showroom-showroom batik yang para bangsawan Keraton Cirebon
berada di sekitar jalan utama desa saat itu. Motif batik “Wadasan”
Trusmi dan Panembahan. Pemilik berasal dari kata Wadas masyarakat
showroom batik Trusmi hampir Cirebon memaknainya “Tanah
seluruhnya dimiliki oleh yang sangat keras” atau “Batu
masyarakat Trusmi asli walaupun Cadas”. Inspirasi motif Wadasan
ada satu atau dua saja yang dimiliki didapat dari panorama alam
oleh pemilik modal dari luar Cirebon sebagai negeri pesisir yang
Trusmi. banyak dijumpai “Batu Cadas” atau
Berkurangnya nilai-nilai “Batu Karang” di pantai yang tegar
perlambangan sejalan dengan menahan gempuran ombak lautan.
berkurangnya nilai seni batik yang Motif Wadasan selalu digunakan
dituntut oleh tradisi ‘kebudayaan untuk motif hias batik “Keratonan”
baru’. Nilai baru yang ikut berperan Cirebon. Motif ini selain sebagai
dalam perkembangan seni batik hiasan pembantu juga digunakan
sebagai seni klasik ialah nilai pula sebagai pokok hiasan. Motif
ekonomi Batik tidak lagi semata- batik yang menggunakan pokok
mata sebagai pakaian upacara atau hiasan Wadasan adalah motif
benda pusaka istana. Batik dalam “Rajeg Wesi”, “Wadas Grompol”,
perkembangannya menjadi jenis dan “Panji Sumirang”.
pakaian sehari-hari yang meluas Motif batik “Mega Mendung”
dalam masyarakat biasa. Dari hal merupakan visualisasi dari bentuk
tersebut timbulah kebutuhan untuk “Mega” atau “Awan”, motif ini
menghasilkan batik yang berlipat merupakan pengaruh kebudayaan
ganda dalam produksinya. Cina yang merambah ke Cirebon,
Kebutuhan ini menghasilkan cara salah satu buktinya terdapat pada
baru dalam pengadaan batik, baik lukisan-lukisan awan pada piring
dari teknik maupun manajemen Cina yang menempel pada tembok
pemasarannya. Dari segi teknik bangunan Situs Makam Sunan
pengadaan batik sudah tidak lagi Gunung Jati. Bentuk awan diolah
menggunakan teknik tulis tetapi sedemikian rupa oleh para seniman
dengan menggunakan cap dengan gaya tersendiri dengan
walaupun cap tidak bisa bentuk awan yang berlapis-lapis
menggantikan batik tulis. Pola dengan warna merayang hingga
pemasaran juga sudah berubah dari tegas.
getok tular pemesanan menjadi Bagi masyarakat Cirebon
manajemen modern. yang mayoritas beragama Islam
Motif batik “Wadasan” dan “Motif Wadasan” memiliki filosofi
“Mega Mendung” merupakan motif bahwa dasar agama, keimanan
batik Cirebon yang sangat populer seseorang atau “Aqidah” harus
saat ini bahkan menjadi ikon “Batik “Kokoh” seperti batu cadas, kuat
Cirebonan” yang dikenal hingga dan tidak goyah dan selalu
mancanegara. Motif tersebut baru istiqomah dalam menghadapi
muncul secara bebas dalam pasaran godaan maupun rintangan.
perbatikan Cirebon dimulai pada Kokohnya ke-imanan tersebut
era tahun 1970-an. Sebelumnya seraya mengharap turunnya
motif Wadasan dan Megamendung keberkahan, dan naungan dari dzat
adalah motif batik Keraton Cirebon “Yang Maha Kuasa” yang
yang bersifat“Sakral”. Sepanjang disimbolkan dengan “Mega
penelitian penulis berdasarkan foto- Mendung”. Mega Mendung juga
foto lama pakaian para bangsawan merupakan simbol akan datangnya
Keraton Cirebon di era tahun 1930- pertolongan dan rezeki berupa

120
“Hujan” yang akan menyuburkan diberikan masyarakat kepadanya. Peran
tanaman dan binatang ternak serta sangat penting karena dapat mengatur
memberikan rezeki pada para perilaku seseorang, di samping itu
petani. Lapisan-lapisan warna tegas peran menyebabkan seseorang dapat
pada motif “Mega Mendung” meramalkan perbuatan orang lain pada
menyimbolkan pula tingkatan- batas-batas tertentu, sehingga
tingkatan keimanan dan ketaqwaan seseorang dapat menyesuaikan
seorang muslim, serta lapisan- perilakunya sendiri dengan parilaku
lapisan kehidupan di jagat raya atau orang-orang sekelompoknya
alam semesta. (Narwoko, 2004:138).
Raenide (pembatik berusia 66 Peran yang melekat pada diri
tahun) menuturkan Cirebon kaya seseorang harus dibedakan dengan
dengan motif batik yang unik, “Ini posisi atau tempat dalam pergaulan
motif Kembang Arang, batik yang kemasyarakatan. Posisi atau tempat
berbunga namun tidak banyak“ seseorang dalam masyarakat (social
katanya, sambil menunjukkan kain position) merupakan unsur statis yang
batik tulis berwarna–warni hasil menunjukkan tempat individu dalam
buatan tangannya. Singo Barong, organisasi masyarakat. Sedangkan
adalah batik dengan motif peran lebih banyak menunjuk pada
bergambar Singa. Dan motif-motif fungsi, artinya seseorang menduduki
seperti Patran, Kereta Kencana, suatu posisi tertentu dalam masyarakat
Seribu Sono, Sawat Pengantin, dan menjalankan suatu peran. Suatu
Naga Seba, Taman Arum, peran paling sedikit mencakup 3 hal,
Gresikan, Banjar Balong, dan lain- yaitu:
lain lagi. Satu lembar kain batik, a. Peran meliputi norma-norma yang
pengerjaannya membutuhkan dihubungkan dengan posisi atau
waktu yang berbeda-beda, tempat seseorang dalam masyarakat
tergantung tingkat kesulitan motif b. Peran adalah suatu konsep ikhwal
yang dibuat, untuk motif Kembang apa yang dapat dilakukan oleh
Arang cukup satu hari dapat individu dalam masyarakat.
diselesaikan, berbeda dengan Sawat c. Peran dapat dikatakan sebagai
Pengantin bisa menghabiskan perilaku individu yang penting bagi
waktu tiga bulan lamanya untuk struktur sosial masyarakat.
menyelesaikan seluruh proses Peranan sosial yang ada dalam
membatik. masyarakat dapat diklarifikasikan
2. Pengertian Peranan menurut bermacam-macam cara sesuai
Peranan (role) merupakan aspek dengan banyaknya sudut pandang.
yang dinamis dari kedudukan (status). Berbagai macam peranan dapat
Artinya seseorang telah menjalankan disebutkan sebagai berikut (Narwoko,
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya 2004:140). Berdasarkan
sesuai dengan kedudukannya, maka pelaksanaannya peranan sosial dapat
orang tersebut telah melaksanakan dibedakan menjadi dua, yaitu:
sesuatu peran. Keduanya tak dapat a. Peranan yang diharapkan (expected
dipisahkan karena satu dengan yang roles): cara ideal dalam pelaksanaan
lain saling tergantung, artinya tidak ada peranan menurut penilaian
peran tanpa status dan tidak ada status masyarakat. Masyarakat
tanpa peran. Sebagaimana kedudukan, menghendaki peranan yang
maka setiap orangpun dapat diharapkan dilaksanakan secermat-
mempunyai macam-macam peran yang cermatnya dan peranan ini tidak
berasal dari pola pergaulan hidupnya. dapat ditawar dan harus
Hal tersebut berarti pula bahwa peran dilaksanakan seperti yang
tersebut menentukan apa yang ditentukan.
diperbuatnya bagi masyarakat serta b. Peranan yang disesuaikan (actual
kesempatan-kesempatan apa yang roles), yaitu cara bagaimana

121
sebenarnya peranan itu dijalankan. peranannya dalam merencanakan dan
Peranan ini pelaksanaannya lebih melaksanakan sendiri perubahan-
luwes, dapat disesuaikan dengan perubahan yang mereka kehendaki
situasi dan kondisi tertentu. Peranan untuk mewujudkan masa depan yang
yang disesuaikan mungkin tidak lebih baik. Pembangunan yang terkait
cocok dengan situasi setempat, dengan empowerment adalah
tetapi kekurangan yang muncul pembangunan desa, yang bertujuan
dapat dianggap wajar oleh untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat. masyarakat dan lembaga desa secara
Sementara itu, berdasarkan cara simultan. Dengan tujuan itu
memperolehnya, peranan bisa pembangunan desa dirancang untuk
dibedakan menjadi: menjadi landasan yang kokoh bagi
a. Peranan bawaan (ascribed roles), pembangunan daerah dan
yaitu peranan yang diperoleh secara pembangunan nasional, selain itu
otomatis, bukan karena usaha, pembangunan desa juga diharapkan
misalnya peranan sebagai nenek, dapat menjadi pembangunan yang
anak, kepala desa dan sebagainya; berwawasan masa depan dan
dan berkelanjutan.
b. Peranan pilihan (achives roles), 5. Strategi Pembangunan Desa
yaitu peranan yang diperoleh atas Strategi pertumbuhan pada
dasar keputusannnya sendiri, umumnya bermaksud untuk mencapai
misalnya seseorang yang peningkatan yang cepat dalam nilai
memutuskan untuk menjadi kepala ekonomis dari output pertanian dengan
desa. cara mengeluarkan sumber-sumber
3. Pembangunan Desa pada para petani yang paling mudah
Pembangunan adalah segala untuk di jangkau dalam artian
upaya untuk mewujudkan perubahan psikologis maupun artian administratif.
sosial besar-besaran dari suatu keadaan Biasanya para petani besar, petani-
kehidupan nasional menuju keadaan petani modern yang memiliki
baru yang lebih baik. Perubahan sosial kemampuan akses terhadap fasilitas
tersebut meliputi berbagai aspek kredit, teknologi padat modal dan
kehidupan dan berlangsung secara terus pasar. Titik berat strategi ini adalah
menerus. Dalam kebijakan pada peningkatan jenis-jenis tanaman
pembangunan nasional di negara yang akan menghasilkan keuntungan
Indonesia, pembangunan desa besar, seringkali berupa tanaman yang
merupakan bagian integral dari dieksport atau konsumsi elite.
pembangunan nasional. Maka Strategi kesejahteraan pada
pembangunan desa oleh Mubyarto dasarnya dimaksudkan untuk
(1988:10) didefinisikan sebagai memperbaiki taraf hidup dan
pembangunan yang berlangsung di kesejahteraan penduduk desa melalui
pedesan dan meliputi seluruh aspek program-program sosial berskala besar
kehidupan masyarakat yang seperti misalnya pendirian klinik-klinik
dilaksanakan secara terpadu dengan kesehatan dan pusat-pusat perbaikan
mengembangkan swadaya gotong gizi di desa.
royong. Strategi yang tanggap terhadap
4. Tujuan Pembangunan Desa kebutuhan masyarakat merupakan
Salah satu faktor pembentuk reaksi terhadap strategi kesejahteraan
kemampuan untuk untuk mewujudkan yang telah dirumuskan untuk
masa depan yang direncanakan menanggapi kebutuhan yang
menurut Bryant & White (1987:24) dirumuskan sendiri oleh penduduk
adalah empowerment. Dengan desa. Selain dari pada itu strategi ini
empowerment masyarakat mempunyai untuk membantu memperlancar usaha-
kesempatan untuk terus usaha mandiri yang dilakukan oleh
mengembangkan kemampuan dan penduduk desa melalui pengadaan

122
teknonologi serta sumber-sumber yang pembiayaan, hingga monitoring dan
cocok untuk kepentingan mereka, perkembangannya. Pendekatan ini
terutama yang tidak tersedia di desa. dimulai dengan keikutsertaan
Strategi terpadu dimaksudkan masyarakat sebagai pelaku utama
untuk mengkombinasikan unsur-unsur (stakeholders) dalam perencanaan
pokok dari pendekatan. Artinya ingin pembangunan karena masyarakat
mencapai secara simultan tujuan-tujuan diyakini paling mengetahui dan
yang menyangkut pertumbuhan, memahami segala kebutuhan, pola
persamaan kesejahteraan dan pikir, sistem nilai, perilaku, dan adat
partisipasi. istiadat serta kebiasaan di
Keempat strategi tersebut apabila lingkungannya.
dicermati pada prinsipnya sulit untuk 7. Peran Perempuan Dalam
diterapkan di Indonesia. Namun tidak Pembangunan
menutup kemungkinan dapat kita Di Indonesia pembahasan dan
terapkan disini, hal ini dapat dikaitkan penyelesaian tentang wanita atau
dengan kompleknya kepentingan perempuan sama pentingnya dengan
masyarkat akibat perkembangan ilmu pembahasan dan penyelesaian di segala
pengetahuan dan teknologi yang bidang. perempuan hanya dianggap
memasyarakat melalui iforasi sebagai subyek yang pekerjaannya
globalisasi dan kapasitas masyarakat sebagai konsumen penghabis gaji atau
semakin meningkat. pendapatan yang diperoleh suami.
6. Proses Pembangunan Desa Anggapan seperti tidak dapat
Bahwa pembangunan masyarakat dibenarkan, karena disadari perempuan
desa pada hakekatnya merupakan juga berkemampuan untuk mencari
kegiatan terencana yang mengandung nafkah atau gaji untuk mendapatkan
tiga unsur pokok, yakni: metode, alternatif pendapatan dan berprestasi.
proses, dan tujuan (Islamy, 1992:35). Berdasarkan uraian di atas,
Metode pembangunan desa yang baik pengertian dari peran ganda perempuan
harus melibatkan seluruh anggota dalam pembangunan adalah kegiatan,
masyarakat dan menyangkut kegiatan tugas, ataupun partisipasi perempuan
yang berkaitan langsung dengan yang mencakup sektor domestik
kepentingan sosio ekonomis mereka. maupun sektor publik pada masa
Sebagai proses, pembangunan desa sekarang yang dikenal dengan masa
merupakan proses tranformasi budaya pembangunan.
yang diawali dengan kehidupan Perempuan sebagai pemegang
tradisional yang mengandalkan peranan penting bahkan utama dalam
kebiasaan-kebiasaan turun temurun bidang politik bukanlah hal baru dalam
untuk diubah menjadi masyarakat sejarah kehidupan bangsa ini.
modern yang mendasarkan kemajuan Sebagaimana telah diketahui bahwa
hidup pada kesediaan menerima ilmu perempuan telah menjadi aktor penting
pengetahuan dan teknologi. Serta dalam perjuangan kaum nasionalis
sebagai tujuan, pembangunan dalam lingkungan publik yang
masyarakat desa bertujuan untuk menandai masuknya bangsa ini ke era
memperbaiki taraf hidup, menciptakan modernitas. Dapat dikatakan bahwa pra
kesempatan yang lebih baik bagi modernitas senantiasa diiringi dengan
pengembangan mata pencaharian, serta adanya proses pembangunan.
mengusahakan terciptanya prasarana Pengertian proses pembangunan adalah
fisik dan pelayanan sosial yang sama perubahan sosial budaya yang akan
dengan daerah perkotaan. meliputi pula perubahan nilai. Wanita
Pembangunan partisipatif adalah di samping sebagai istri, ibu diharapkan
pembangunan yang bertumpu kepada aktif dalam organisasi dimana suami
masyarakat dengan melibatkan sebesar bekerja, karena status istri sebagai
mungkin peran masyarakat mulai dari pendamping suami dan menurut
perencanaan, pelaksanaan, informasi turut menentukan kondisi

123
suami. Untuk dapat berpartisipasi Akan menarik jika ditemukan
dengan baik dalam masyarakat, kedudukan suami istri dalam posisi
pendidikan merupakan syarat yang seimbang. Gejala matrifokalitas pada
mutlak (Soedarsono dan Murniatmo masyarakat Jawa terlihat dengan
1986:60). Pergeseran dan peran adanya pandangan kesetaraan antara
(pembagian kerja) antara laki-laki dan laki-laki dan perempuan dalam sistem
perempuan dalam keluarga dan rumah peran sosial secara umum. Bahkan
tangga, terjadi ketika seorang ibu kedudukan dan peran seorang ibu
mempunyai peran yang sangat penting dianggap penting dalam masyarakat
di dalam masyarakat dan Negara. Di Jawa karena kaum ibu tidak hanya
mana peran wanita tidak hanya untuk mengasuh dan mendidik anak serta
dipimpin tetapi juga untuk memimpin. mendampingi suami, tetapi juga
Hal itu harus mendapatkan pengakuan diperkenalkan untuk keluar rumah
yang positif dan pasti. melakukan kegiatan ekonomi.
Pembagian peran privat dan Pada dasarnya peran serta
publik tidak relevan jika diterapkan perempuan sangat diperlukan untuk
dalam masyarakat Jawa, karena dalam melestarikan kebudayaan yang sangat
masyarakat Jawa wanita sudah terbiasa berguna bagi generasi selanjutnya.
dengan peran privat sekaligus publik. Perempuan tidak hanya perlu
Hal ini terutama terjadi pada ditingkatkan pengetahuan,
masyarakat Jawa golongan petani dan kemampuan, dan ke-trampilannya,
pedagang, dimana wanita mengurus tetapi perempuan harus mempunyai
rumah tangga (domestic) sekaligus kebesaran jiwa dan keluhuran budi.
mencari nafkah (ekonomi- publik). Demi keberhasilan pembangunan
Pola pembagian privat dan publik diperlukan peran serta dari perempuan,
sesungguhnya telah dipatahkan oleh oleh karenanya dorongan, bantuan
ideologi produksi yang menganut moril, dan pengertian dari kaum laki-
paham fungsionalisme struktural. laki dari suami khususnya sangat
Paham ini mengatakan bahwa diperlukan.
pembagian privat-publik berlawanan 8. Konsep Gender
dengan ideologi produksi. Menurut Dimasukkannya konsep gender
ideologi produksi, wanita juga ke dalam studi wanita tersebut, menurut
berproduksi. Dalam Sociological Sita van Bemmelen paling tidak
Theory atau dalam penjabaran teori memiliki dua alasan. Pertama, ketidak
sosiologi, Parsons mengatakan bahwa puasan dengan gagasan statis tentang
walaupun pengukuran yang dipakai jenis kelamin. Perbedaan antara pria
untuk menilai status wanita dan laki- dan wanita hanya menunjuk pada sosok
laki berbeda, namun status wanita sama biologisnya dan karenanya tidak
dengan status laki-laki. Pola memadai untuk melukiskan keragaman
perkawinan menurut Parsons, arti pria dan wanita dalam pelabagi
merupakan hubungan antara dua orang kebudayaan. Kedua, gender
yang sederajat (Saptari dan Holsner menyiratkan bahwa kategori pria dan
1997:64-67). Dalam arti bahwa status wanita merupakan konstruksi sosial
perempuan diperoleh atas dasar status yang membentuk pria dan wanita.
suami istri, dan dapat pula diperoleh (dalam Ibrahim dan Suranto, 1998).
atas dasar posisi pekerjaannya. Namun ironisnya, di tengah gegap
Mosse (1996: 30-31) gempitanya upaya kaum feminis
mengungkapkan bahwa dalam setiap memperjuangkan keadilan dan
masyarakat, antara laki-laki dan kesetaraan gender itu, masih banyak
perempuan memiliki peran gender yang pandangan sinis, cibiran dan
berbeda. Ada perbedaan yang mereka perlawanan yang datang tidak hanya
lakukan dalam komunitasnya sehingga dari kaum laki-laki, tetapi juga dari
status maupun kekuasaan mereka kaum perempuan sendiri. Masalah
dalam masyarakat menjadi berbeda. tersebut mungkin muncul dari

124
ketakutan kaum laki-laki yang merasa dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologi,
terancam oleh kebangkitan perempuan politik, ekonomi, sosial, budaya,
atau mungkin juga muncul dari agama, etnik, adat istiadat, golongan,
ketidaktahuan mereka, kaum laki-laki juga faktor sejarah, waktu dan tempat
dan perempuan akan istilah gender itu serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
sendiri dan apa hakekat dari perjuangan teknologi. (Kompas, 3 September
gender tersebut. 1995)
Bertolak dari fenomena tersebut Secara umum gender dapat
maka konsep penting yang harus didefinisikan sebagai perbedaan peran,
dipahami terlebih dahulu sebelum kedudukan dan sifat yang dilekatkan
membicarakan masalah perempuan ini pada kaum laki-laki maupun
adalah perbedaan antara konsep seks perempuan melaui konstruksi secara
(jenis kelamin) dengan konsep gender. sosial maupun kultural. Sedangkan
Pemahaman yang mendalam atas kedua menurut Fakih, gender adalah
konsep tersebut sangatlah penting perbedaan perilaku antara laki-laki dan
karena kesamaan pengertian (mutual perempuan yang dikonstruksikan
understanding) atas kedua kata kunci secara sosial, yakni perbedaan yang
dalam pembahasan bab ini akan bukan kodrat dan bukan ketentuan
menghindarkan kita dari kemungkinan Tuhan melainkan diciptakan oleh
pemahaman-pemahaman yang keliru manusia melalui proses sosial dan
dan tumpang tindih antara masalah- kultural. Gender adalah sebuah variabel
masalah perempuan yang muncul sosial untuk menganalisa perbedaan
karena perbedaan akibat seks dan laki-laki dan perempuan yang berkaitan
masalah-masalah perempuan yang dengan peran, tanggung jawab dan
muncul akibat hubungan gender, kebutuhan serta peluang dan hambatan.
disamping itu juga untuk memudahkan (Rostyaningsih, 2010).
pemahaman atas konsep gender yang Oleh karena dibentuk secara
merupakan kata dan konsep asing ke sosial budaya, maka gender bukan
dalam konteks Indonesia. kodrat atau ketentuan Tuhan, bersifat
Konsep gender pertama kali harus tetap, sehingga dapat diubah dari masa
dibedakan dari konsep seks atau jenis ke masa, berbeda untuk setiap kelas dan
kelamin secara biologis. Pengertian ras. Sebagai contoh, ketika tahu jenis
seks atau jenis kelamin secara biologis kelamin anak yang dilahirkan, orang
merupakan pensifatan atau pembagian tua cenderung menyiapkan segala
dua jenis kelamin manusia yang perlengkapan bayi sesuai jenis kelamin
ditentukan secara biologis, bersifat anak, misalnya pink untuk anak
permanen (tidak dapat dipertukarkan perempuan, biru untuk anak laki-laki.
antara laki-laki dan perempuan), Sejak lahir, oleh budaya telah
dibawa sejak lahir dan merupakan dilekatkan bahwa biru adalah warna
pemberian Tuhan; sebagai seorang laki- untuk anak laki-laki, dan pink untuk
laki atau seorang perempuan. anak perempuan.
Berbeda dengan seks atau jenis Selama ini, masyarakat dimana
kelamin yang diberikan oleh Tuhan dan kita tinggal yang menciptakan sikap
sudah dimiliki seseorang ketika ia dan perilaku berdasarkan gender, yang
dilahirkan sehingga menjadi kodrat menentukan apa yang seharusnya
manusia, istilah gender yang diserap membedakan perempuan dan laki- laki.
dari bahasa Inggris dan sampai saat ini Keyakinan akan pembagian tersebut
belum ditemukan padanan katanya diwariskan secara turun temurun,
dalam Bahasa Indonesia, kecuali oleh melalui proses belajar di dalam
sebagian orang yang untuk mudahnya keluarga dan masyarakat, melalui
telah mengubah gender menjadi gender proses kesepakatan sosial, bahkan tidak
merupakan rekayasa sosial, tidak jarang melalui proses dominasi.
bersifat universal dan memiliki Artinya, proses sosialisasi konsep
identitas yang berbeda-beda yang gender kadang dilakukan dengan cara

125
halus maupun dalam bentuk ciri manusia yang bersifat non kodrat
indoktrinasi. Proses itu menuntut setiap (gender) yang sebenarnya, bisa berubah
orang (laki-laki dan perempuan) atau diubah. (Rostyaningsih, 2010).
berpikir, bersikap, bertindak sesuai C. Metode Penelitian
dengan ketentuan sosial budaya di Dalam penelitian ini, peneliti
mana mereka tinggal. Sejarah menggunakan pendekatan kualitatif.
perbedaan gender antara laki-laki dan Pendekatan ini digunakan karena
perempuan terjadi melalui proses yang beberapa pertimbangan yaitu bersifat
sangat panjang, melalui proses terbuka, serta memberi kemungkinan
sosialisasi, diperkuat, bahkan bagi perubahan-perubahan manakala
dikonstruksikan secara sosial, kultural, ditemukan fakta yang lebih mendasar,
melalui ajaran agama maupun negara. menarik dan unik di lapangan. Sedangkan
Konsep gender juga peneliti memilih pendekatan kualitatif
menyebabkan terbentuknya stereotipe dalam melakukan penelitian karena
yang ditetapkan secara budaya atau hal peneliti berharap dengan menggunakan
yang umum tentang karakteristik pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil
gender yang spesifik, berupa penelitian yang menyajikan data yang
karakteristik yang berpasangan yang akurat dan digambarkan secara jelas dari
dapat menggambarkan perbedaan kondisi sebenarnya. Penulis memilih
gender. Dapat dilihat bahwa hal itu pendekatan kualitatif dalam melakukan
dibentuk saling bertentangan, tetapi penelitian berharap dengan menggunakan
karakteristiknya saling berkaitan. pendekatan kualitatif, didapatkan hasil
Sebagai contoh, laki-laki adalah penelitian yang menyajikan data yang
mahluk yang rasional, maka perempuan akurat dan digambarkan secara jelas dari
mempunyai karakteristik yang kondisi sebenarnya. Berdasarkan definisi
berlawanan yaitu tidak rasional atau tersebut penulis melakukan penelitian
emosional. Padahal sebenarnya, dengan menguraikan fakta-fakta yang
karakteristik atau sifat-sifat tersebut terjadi secara alamiah dengan
dapat dipertukarkan, artinya ada laki- menggambarkan secara rinci tentang
laki yang emosional, cerewet, lemah proses hadirnya, kontribusi, dan hasil dari
lembut, dan ada perempuan yang pemberdayaan wanita dalam
rasional, sombong, obyektif dan kuat. pembangunan masyarakat melalui
Perubahan karakteristik gender antara pelatihan membatik. Menurut Bogdam
laki-laki dan perempuan tersebut dapat dan Taylor sebagaimana dikutip oleh
terjadi dari waktu ke waktu, dari tempat Burhan Bungin dalam buku Analisis Data
ke tempat lain, dari kelas ke kelas Penelitian Kualitatif mendefinisikan
masyarakat yang berbeda. Misalnya, bahwa pendekatan kualitatif sebagai
pada suku tertentu (Amazon), prosedur penelitian yang menghasilakan
perempuan lebih kuat dari laki-laki, data deskriptif beupa kata-kata tertulis
(Rostyaningsih, 2010). Bahwa atau tulisan dari orang-orang atau
pengertian seks tidak sama dengan perilaku yang diamati secara langsung.
gender. Seks adalah perbedaan jenis D. Pembahasan
kelamin yang ditentukan secara Kelompok Batik berlokasi di Desa
biologis, yang merupakan kodrat atau Trusmi Kabupaten Cirebon. Jika dilihat
ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya dari sarana dan prasarana yang dimiliki
permanen dan universal. Sedangkan kelompok batik sangat mendukung dalam
gender adalah perbedaan perempuan pelaksanaan kegiatan membatik. Sumber
dan laki-laki yang merupakan bentukan dana yang digunakan untuk kegiatan
budaya yang dikonstruksikan, operasional berasal dari keuangan pribadi.
dipelajari dan disosialisasikan. Untuk operasional rata-rata per hari
Pembedaan ini sangat penting, karena dibutuhkan biaya sebesar Rp.
selama ini kita sering mencampurkan 3.000.000,00. Selain dari keuangana
ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati pribadi, sumber dana juga diperoleh dari
(seks) dan tidak berubah, dengan ciri- hasil/laba operasional penjualan produksi

126
batik. Adapun biaya operasional digunakan hal mencari pendapatan karena saat ini
untuk upah, beli bahan/material dan mereka sudah memiliki pendapatan sendiri.
konsumsi. Ginanjar Kartasasmita dalam Ketiga, Ibu-ibu dapat memenuhi kebutuhan
Nepiana D (2003: 65) memandang bahwa sehari-hari termasuk untuk membiayai
pemberdayaan sebagai upaya membangun anak-anak sekolah. Hal ini sebagaimana
diri dengan mendorong, memotivasi dan juga dikemukakan oleh Anwar (2007: 218)
membangkitkan kesadaran akan potensi bahwa adanya model pemberdayaan telah
yang dimilikinya serta berupaya untuk membawa dampak sebagai berikut:
mengembangkannya. Program Pertama, meningkatnya kesadaran
Pemberdayaan wanita dalam pembangunan perempuan dalam berkomunikasi dengan
masyarakat melalui pelatihan membatik anggota masayarakat di luar sistem
bertujuan untuk meningkatkan sosialnya. Kedua, Meningkatnya
kemandirian bagi ibu rumah tangga, partisipasi perempuan dalam kegiatan
meningkatkan pendapatan ekonomi pembelajaran yang diselenggarakan oleh
keluarga, sehingga dapat membantu suami agen perubahan masyarakat desa itu
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri. Ketiga, Meningkatnya
dan meningkatkan strata sosial dalam pengetahuan dan keterampilan perempuan
masyarakat. Begitupula dengan adanya dalam bidang perencanaan,
kegiatan tersebut telah mengubah aktivitas pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian
para ibu rumah tangga yang tadinya dan pengembangan kegiatan pembelajaran
monoton hanya dirumah mengurus anak, di lingkungan mereka sendiri. Keempat,
dan memasak, setelah adanya program Meningkatnya pengetahuan, keterampilan,
pemberdayaan tersebut aktivitas ibu rumah sikap kreativitas dan aspirasi perempuan,
tangga mulai berubah, dimana saat ini khususnya keterampilan produktif. Kelima,
mereka telah mempunyai aktivitas yang Tumbuhnya usaha-usaha produktif
positif berupa keterampilan membatik yang berbasis sosial budaya dalam bentuk
sebenarnya keterampilan tersebut sudah industri rumah tangga yang diusahakan
dimiliki hanya saja tidak terasah dan oleh perempuan dan hasilnya dapat
tersalurkan. Adapun sasaran untuk kegiatan dipasarkan. Keenam, Tumbuhnya sikap
ini adalah ibu rumah tangga di Desa Trusmi kemandirian usaha atau sikap mental
Kabupaten Cirebon yang belum memiliki kewiraswastaan di kalangan perempuan.
pekerjaan namun memiliki keinginan untuk Ketujuh, Tumbuhnya pola hidup hemat,
maju dan mandiri. Persiapan kegiatan ada perencanaan keuangan kelauarga.
pemberdayaan dilakukan dengan E. Hasil Dan Pembahasan
melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu 1. Proses Pemberdayaan Wanita
rumah tangga melalui arisan, PKK ataupun Dalam Pembangunan Masyarakat
perkumpulan ibu-ibu lainnya. Pelaksanaan Melalui Pelatihan Membatik Desa
dilakukan oleh ibu-ibu secara berkelompok Trusmi Kabupaten Cirebon
untuk menyatukan diri membatik secara Pemberdayaan wanita dalam
bersama-sama, baik di tempat yang telah pembangunan masyarakat melalui
disediakan atau dibawa pulang sebagai pelatihan membatik, dilakukan sebagai
lemburan. Evaluasi program pemberdayaan upaya kepedulian sosial dalam rangka
dilakukan melalui rekapitulasi hasil meningkatkan derajat kaum perempuan
produksi batik dari ibu-ibu rumah tangga khususnya di Desa Trusmi Kabupaten
dan melakukan kerjasama terkait dengan Cirebon. Fenomena yang ada sebelum
pemasaran baik di dalam maupun diluar adanya kelompok batik seperti :
kota. Dampak dari adanya kegiatan aktivitas para ibu rumah tangga yang
pemberdayaan ini antara lain: Pertama, hanya mengurus keluarga menjadikan
Ibu-ibu memiliki pendapatan rata-rata per ibu-ibu rumah tangga di Desa Trusmi
hari @ Rp. 20.000,00 (belum termasuk kurang berkembang dan menjadi
lemburan), sehingga dapat membantu bergantung pada suami. Pekerjaan
ekonomi keluarga. Kedua, Ibu-ibu menjadi suami yang mayoritas hanya tukang
memiliki rasa kemandirian dengn tidak becak, supir dan kuli bangunan,
sepenuhnya bergantung pada suami dalam membuat ibu rumah tangga hanya

127
pasrah pada keadaan terkait dengan bagi ibu rumah tangga ketika
pendapatan suami yang diperoleh dan mengikuti pelatihan membatik.
tentunya belum mampu memenuhi b. Pendataan warga yang berminat
kebutuhan sehari-hari. Tingkat untuk bergabung.
pendapatan yang pas-pasan Setelah dilakukan kegiatan
mengakibatkan banyak warga di Desa sosialisasi maka dilakukan
Trusmi hidup dalam garis kemiskinan pendataan kepada ibu-ibu yang
yang ditandai dengan ketidak mampuan yang berminat dan tertarik untuk
dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mengikuti pelatihan membatik,
semakin banyaknya anak putus sekolah kemudian bagi ibu-ibu yang
dikarenakan ketidak mampuan bergabung akan diberikan
membayar sekolah. Atas dasar penjelasan terkait kegiatan
fenomena itulah, maka diperlukan membatik, jam kerja dan sistem
kepedulian dalam menggali potensi dan bekerja.
keterampilan bagi warga Desa Trusmi c. Pelatihan kepada warga yang baru
khususnya ibu rumah tangga agar bergabung
mereka dapat hidup layak, mandiri dan Ibu-ibu yang baru bergabung
meningkatkan pendapatan keluarga. di pelatihan membatik diberikan
Salah satunya melalui program pelatihan secara singkat tentang
pemberdayaan wanita dalam teknik dasar membatik oleh ketua
pembangunan masyarakat melalui kelompok batik tersebut. Fungsi
pelatihan membatik. Ibu rumah tangga dari kegiatan ini diharapkan dapat
di Desa Trusmi sebagian besar mengasah dan meningkatkan
memiliki potensi membatik, karena kemampuan membatik pada warga
pada dasarnya mereka telah memiliki yang bergabung. Kegiatan ini
keterampilan membatik yang bersifat penting mengingat selama ini
turun temurun baik dari nenek moyang potensi membatik yang sudah
maupun orang tua mereka. Akan tetapi dimiliki oleh warga tidak tergali
karena keterampilan tersebut tidak dan belum dikembangkan. Hal ini
digali dan dilatih, mengakibatkan bakat sebagaimana disampaikan oleh
mereka menjadi terpendam. Pelatihan Bapak Tml sebagai ketua kelompok
membatik merupakan salah satu sebagai berikut:
program pemberdayaan kaum “ Bagi warga Desa Trusmi yang
perempuan di Desa Trusmi yang baru bergabung di pelatihan
berupaya untuk melatih dan membatik ini, maka kita akan
mengembangkan keterampilan di memberikan pelatihan yang berisi
bidang membatik yang diharapkan tentang teknik membatik dan
dapat merubah pola pikir masyarakat pengetahuan tentang dasar-dasar
untuk mandiri, giat dan tekun dalam membatik. Hal ini sangat penting
menambah ekonomi keluarga, dan agar nantinya ketika mereka sudah
diharapkan nantinya dapat mulai bekerja bisa langsung bekerja
meningkatkan ekonomi keluarga. Dari secara optimal karena sudah
hasil penelitian dilapangan dapat memiliki bekal melalui pelatihan”.
peneliti kemukakan bahwa persiapan Senada dengan pendapat diatas Ibu
program pemberdayaan wanita di Desa Wgn juga memberikan pendapat
Trusmi dilakukan dengan melakukan: sebagai berikut:
a. Sosialisasi ke Ibu Rumah Tangga. “ Secara turun temurun saya sudah
Awalnya kegiatan sosialisasi mengetahui dan sedikit tahu tentang
dilakukan di Desa Trusmi melalui teknik membatik, tetapi karena
forum arisan, PKK maupun rembug selama ini tidak dipraktekkan maka
desa yang dilaksanakan oleh ibu- banyak yang lupa, tetapi ketika saya
ibu. Kegiatan sosialisasi dilakukan memutuskan bergabung di
dengan maksud, tujuan dan manfaat kelompok ini untungnya ada
pelatihan singkat sehingga

128
pengetahuan saya bisa bertambah Pelaksanaan membatik dilakukan
dan keterampilan membatik saya di kediaman ketua kelompok batik tulis
bisa tersalurkan”. di Desa Trusmi dari pukul 08.00 –
Dari kedua pendapat diatas, dapat 15.30 WIB. Sistem kerja dilakukan
peneliti lakukan analisis bahwa persiapan secara berkelompok, dimana setiap
program pemberdayaan wanita dilakukan kelompok memiliki tugas
melalui sosialisasi kepada seluruh warga untukmembuat batik tulis dengan
dan kemudian ditindak lanjuti dengan menggunakan sarana dan alat
pelatihan kepada warga yang bergabung membatik yang telah disediakan. Ibu-
dengan tujuan untuk mereview dan ibu yang tergabung dalam pelatihan
mengembangkan bakat keterampilan membatik ini juga diperkenankan untuk
membatik yang selama ini tidak membawa pulang pekerjaan mereka
tersalurkan. Prinsip utama dalam sebagai lemburan. Setiap pekerja
pelaksanaan program pemberdayaan mendapat upah harian sebesar @Rp
keterampilan membatik adalah adanya 20.000,00 dan uang lembur yang
kemauan dan kesadaran dari masyarakat nominalnya disesuaikan dengan jumlah
untuk mengembangkan segala potensi dan hasil produksi batik yang dikerjakan.
bakat yang dimiliki sebagai upaya Bagi yang lembur dibedakan upahnya
meningkatkan kompetensi atas dengan yang tidak lembur. Lembur
keterampilan dankeahlian yang dimiliki. dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
(Suharto, 1997: 216-217). a. Lembur ditempat, artinya pegawai
2. Proses Pemberdayaan yang yang masih bekerja sesudah jam
Dilakukan oleh Kelompok Pelatihan kerja, yaitu setelah 15.30 WIB.
Membatik pada Ibu Rumah Tangga b. Lembur dirumah atau borongan.
di Desa Trusmi Kegiatan pemberdayaan wanita
Subyek dalam penelitian ini pada pelatihan membatik ini terbuka
adalah ibu rumah tangga yang untuk ibu-ibu rumah tangga warga di
tergabung dalam pelatihan membatik di Desa Trusmi dan sekitarnya dengan
Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. kriteria mereka memiliki kemampuan,
Penentuan subyek dalam penelitian ini mencintai batik dan memiliki
didasarkan pada kekhususan atau komitmen untuk menambah
memiliki kemampuan dalam menjawab perekonomian keluarga. Hal ini
permasalahan yang ada. Adapun sebagaimana dikemukakan oleh Bapak
karakteristik subyek penelitian Tml selaku ketua Kelompok Batik
berdasarkan nama, alamat, usia dan sebagai berikut:
tingkat pendidikan, peneliti kemukakan “ Di Kelompok Batik, terkait persiapan
dalam tabel berikut ini: khusus memang tidak ada, hanya saja
Tabel. 1. Data Subyek Berdasarkan kita memberikan jam kerja kepada
Nama, Usia, Alamat dan Pendidikan. mereka dari pagi sampai sore, dan
mereka dapat membawa pulang
pekerjaan, tentunya nanti ada uang
lembur. Sistem kerja dilakukan secara
berkelompok dan terkait fasilitas dan
sarpras sudah kita sesuaikan sesuai
dengan jumlah pegawai yang ada di
sini”.
Senada dengan pendapat diatas,
ibu Srn selaku anggota kelompok Batik
memberikan pernyataan sebagai
berikut: “Saya senang bekerja di
tempat ini, karena banyak teman dan
menambah keterampilan saya dalam
hal membatik. Sistem kerja disini juga
enak, apalagi pekerjaan bisa dibawa

129
pulang. Kalau persiapan khusus tidak permintaan. Sementara jika dilihat dari
ada, kita berkerja secara kelompok rata-rata penjualan juga mengalami
sehingga kita bisa sambil tukar kenaikan, dimana pada bulan Maret
informasi dan pengalaman”. kelompok batik mampu menjual
Pendapat diatas, dapat peneliti produksi batik sebanyak Rp
lakukan analisis bahwa persiapan 30.250.000,00. Pada bulan April, hasil
pelaksanaan program membatik hanya penjualan kembali meningkat menjadi
dilakukan secara koordinasi antar Rp. 37.500.000,00. Sedangkan bulan
pekerja. Untuk proses pencarian Mei menjadi Rp. 45.000.000,00. Data
pekerja dilakukan melalui sosialisasi di lapangan menunjukkan bahwa
pada saat pertemuan ibu-ibu yang peningkatan rata-rata penjualan batik
berminat mengikuti membatik, asalkan produksi kelompok batik karena tinggi
memiliki keuletan, kemauan untuk permintaan dari konsumen baik dari
maju serta mencintai batik. dalam kota maupun luar kota.
Pelaksanaan membatik yang dikerjakan Mengingat kelompok batik ini memiliki
oleh ibu-ibu dipelatihan membatik hasil produksi yang bermutu, dan telah
dilaksanakan mulai dari sket, batik, menjalin kerjasama dengan perusahaan
pewarnaan hingga finishing. Berikut ini atau toko baik dari dalam kota maupun
peneliti kemukakan hasil dari luar kota, maka dimungkinkan
membatik yang dilakukan oleh ibu permintaan batik hasil produksi
rumah tangga yang tergabung dalam kelompok batik dari bulan ke bulan bisa
pelatihan membatik dalam tabel 2: mengalami peningkatan. Hal ini
Tabel. 2. Hasil membatik pada sebagaimana dikemukakan oleh ketua
pelatihan membatik di Desa Trusmi batik sebagai berikut:
“Saya kira hasil produksi batik
memiliki mutu yang bagus, sehingga
banyak dicari oleh masyarakat. Saya
optimis permintaan kepada kelompok
kami selalu mengalami peningkatan.
Apalagi kita juga telah bekerjasama
dengan produsen batik maupun toko-
toko batik di Cirebon maupun ke luar
kota Cirebon. Hal ini dapat kita lihat
dari banyaknya pesanan dari luar kota
kepada kelompok kami baik partai
Berdasarkan tabel di atas dapat besar maupun partai kecil. Begitu pula
peneliti lakukan analisis bahwa adanya komitmen dari Pemda Cirebon
kegiatan pemberdayaan wanita pada terhadap pengembangan kelompok
pelatihan membatik selain berdampak batik di Cirebon setidaknya merupakan
pada peningkatan pendapatan ekonomi salah satu bagian promosi untuk
ibu-ibu pembatik juga berdampak pada mengembangkan produksi batik di
peningkatan jumlah produksi batik Kabupaten Cirebon”.
maupun keuntungan yang diperoleh Senada dengan pendapat di atas,
dari hasil penjualan produksi batik. Hal Ibu Wgn salah satu anggota kelompok
tersebut nampak dari hasil produksi batik juga mengemukakan pendapat
bulan Maret sebanyak 235 potong, sebagai berikut: “Permintaan batik
kemudian mengalami kenaikan pada melalui kelompok batik selalu
bulan April sebanyak 250 potong. Di mengalami kenaikan, bahkan kita
bulan Mei produksi batik kembali sebagai anggota kelompok kadang-
mengalami kenaikan menjadi 300 kadang merasa kualahan karena
potong. Akan tetapi khusus pada bulan banyaknya permintaan dan kadang-
Juni produksi batik mengalami kadang kita harus lembur untuk
penurunan menjadi 200 potong. Hal ini menyelesaikan pesanan baik dari dalam
disebabkan karena turunnya jumlah maupun luar kota. Itu saja kadang-

130
kadang harus kita bawa pulang agar Cirebon melalui kegiatan usaha kecil
pekerjaan cepet selesai. Yang jelas kita menengah (UKM) telah mendorong
mengedepankan kualitas, agar produksi pengembangan ekonomi kerakyatan.
batik kita diminati dan dicari oleh Hal tersebut nampak dari jumlah
konsumen”. permintaan batik tulis melalui
Berdasarkan pendapat di atas, kelompok Batik Tulis yang selalu
dapat peneliti simpulkan bahwa rata- meningkat setiap bulan baik yang
rata produksi batik pada kelompok datang dari dalam maupun luar kota.
batik mengalami peningkatan dari Hal ini juga berdampak bahwa
bulan ke bulan, begitu pula rata-rata kelompok pelatihan membatik juga
penjualan juga mengalami kenaikan semakin dikenal oleh masyarakat luas.
sehingga secara keseluruhan Sedangkan dampak program
keuntungan yang diperoleh dari hasil pemberdayaan membatik juga
penjualan produksi batik juga dirasakan oleh anggota kelompok
mengalami peningkatan. Hal ini terutama dalam hal peningkatan
tentunya tidak terlepas dari kualitas pendapatan ekonomi keluarga. Hal ini
produksi yang dihasilkan maupun sebagaimana dikemukakan oleh ibu
adanya komitmen dari Pemda Cirebon Wgn salah satu anggota kelompok
dalam upaya mengembangkan dan pelatihan membatik sebagai berikut:
mempromosikan produksi batik “sebelum ikut kelompok pelatihan
Cirebon baik di dalam kota maupun membatik kegiatan saya hanya
luar kota yang pada akhirnya memasak, mencuci dan kadang-kadang
berdampak pada peningkatan jumlah bersendau gurau sama tetangga. Tetapi
pesanan batik melalui kelompok batik. setelah ikut di kelompok ini aktivitas
Pelaksanaan pemberdayaan wanita saya menjadi positif dan dapat
pada ibu rumah tangga di Desa Trusmi menambah penghasilan keluarga.
telah mengubah pola pikir bagi Pokoknya saya senang bekerja di
masyarakat Desa Trusmi pada kelompok pelatihan membatik soalnya
umumnya, yang selama ini mereka saya juga sebenarnya memiliki bakat
menganggap bahwa wanita merupakan dari orang tua saya”.
manusia yang hanya bergantung pada Senada dengan pendapat di atas,
lelaki terutama dari sisi pendapatan. ibu Tym salah satu anggota kelompok
Hasil penelitian di lapangan juga juga memberikan pendapat sebagai
menunjukkan bahwa adanya pelatihan berikut: “Saya sudah bergabung di
membatik telah mendidik anggota kelompok pelatihan membatik sejak
pelatihan membatik khususnya ibu tahun 2010. Dan sejak bergabung,
rumah tangga untuk mandiri dan tidak jangankan untuk bersendau gurau saja
bergantung sepenuhnya pada suami saya sudah tidak bisa, soalnya selain
dalam memenuhi kebutuhan sehari- bekerja dari pagi, saya juga kadang-
hari. Adanya perubahan pola pikir dan kadang membawa pekerjaan ke rumah
cara pandang pada ibu rumah tangga di sehingga mendapat uang lemburan.
Desa Trusmi telah mendidik anggota Yang jelas dampak program
pelatihan untuk tekun, kreatif dan pemberdayaan melalui kelompok batik
mengembangkan kemampuan yang dapat membantu saya untuk
dimiliki sesuai dengan bakat yang meringankan beban suami terutama
dimiliki. Aktivitas yang selama ini untuk membayar biaya sekolah”.
dilakukan seperti bersendau gurau Dari hasil wawancara di lapangan
dengan sesama tetangga, arisan dan dapat peneliti simpulkan bahwa
perilaku serta sikap yang menyerah pelaksanaan program membatik
pada keadaan telah berubah menjadi melalui kelompok pelatihan membatik
kegiatan yang positif berupa mampu meningkatkan pendapatan
keterampilan membatik. Sedangkan ekonomi keluarga, dimana rata-rata
bagi kelompok, adanya program mereka memiliki upah harian sebesar
pengembangan batik tulis di Kabupaten Rp. 20.000,00, belum termasuk lembur.

131
Jika dilihat dari tingkat pendapatan, makhluk sosial, jika ada kepentingan
maka ibu rumah tangga di Desa Trusmi, sosial seperti hajatan, orang meninggal
rata-rata sebulan memperoleh maupun gotong royong, mereka
pendapatan antara Rp.600.000,00- meninggalkan pekerjaan mereka, hal
Rp.700.000,00. Sedangkan uang ini berdampak kepada hasil produksi
lembur yang diperoleh rata-rata Rp. mengingat sampai saat ini belum ada
750.000,00, akan tetapi besaran uang peraturan yang mengikat bagi mereka
lembur antar anggota kelompok yang apabila mereka tidak masuk kerja
satu dengan anggota kelompok yang walaupaun sudah ditentukan adanya
lain berbeda-beda tergantung jumlah jam kerja.
batik yang berhasil diproduksi. Selain D. Kesimpulan
itu adanya kelompok pelatihan Berdasarkan hasil pengumpulan data
membatik di Desa Trusmi telah dan pembahasan yang telah diuraikan pada
menciptakan kemandirian bagi ibu-ibu bab sebelumnya maka dapat ditarik
rumah tangga untuk tidak selalu kesimpulan sebagai berikut :
menggantungkan ekonomi kepada 1. Persiapan kegiatan dilakukan melalui
keluarga. Mayoritas suami mereka sosialisasi pada ibu rumah tangga di
yang bekerja sebagai supir dan buruh Desa Trusmi melalui arisan maupun
harian dengan pendapatan pas-pasan pertemuan PKK, kemudian dilakukan
menyebabkan mereka hidup di bawah pendaftaran anggota kelompok
garis kemiskinan karena tidak mampu pelatihan dan penentuan waktu serta
mencukupi kebutuhan dasar apalagi tempat pelaksanaan kegiatan
menyekolahkan anak. Adanya program membatik.
pemberdayaan membatik tersebut 2. Pelaksanaan keterampilan membatik
setidaknya dapat menambah ekonomi pada kelompok pelatihan membatik
keluarga dimana mereka dapat dilakukan di Desa Trusmi dari Pukul
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan 08.00 –15.30 WIB. Sistem kerja
mampu menyekolahkan anak-anak dilakukan secara berkelompok dimana
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. setiap kelompok memiliki tugas untuk
3. Dampak Positif dan Negatif membuat batik tulis dengan
Pemberdayaan Wanita melalui menggunakana sarana dan alat
PelatihanMembatik pada Ibu membatik yang telah disediakan. Setiap
Rumah Tangga di Desa Trusmi pekerja mendapat upah harian sebesar
Dampak positif dari pelaksanaan @Rp 20.000,00 dan uang lembur yang
program pemberdayaan wanita melalui nominalnya disesuaikan dengan jumlah
kelompok pelatihan membatik pada ibu hasil produksi batik yang dikerjakan
rumah tangga di Desa Trusmi antara tingkat kesulitan pekerjaan.
lain: a.) adanya dukungan dari suami 3. Hasil program pemberdayaan wanita
kepada para ibu rumah tangga, b) melalui kelompok pelatihan membatik
adanya kemampuan yang bersifat turun antara lain berubahnya aktivitas para
temurun, sehingga ibu-ibu yang ibu rumah tangga yang awalnya hanya
tergabung dalam kelompok pelatihan mengurus keluarga saja setelah adanya
membatik telah terampil dalam pemberdayaan tersebut aktivitas ibu
membatik, c) adanya kelompok rumah tangga mulai berubah, dimana
pelatihan membatik telah mendidik saat ini mereka telah mempunyai
anggota kelompok untuk mandiri dan aktivitas membatik, dan telah
tidak bergantung sepenuhnya pada menjadikan para ibu rumah tangga
suami dalam memenuhi kebutuhan mandiri dan tidak bergantung
sehari-hari. Sedangkan dampak negatif sepenuhnya pada suami dalam
dari pelaksanaan program memenuhi kebutuhan sehari-hari.
pemberdayaan wanita melalui pelatihan 4. Dampak pelaksanaan program
membatik pada ibu rumah tangga di pemberdayaan wanita melalui
Desa Trusmi antara lain ibu rumah kelompok pelatihan membatik antara
tangga di Desa Trusmi merupakan lain peningkatan perekonomian

132
keluarga sehingga para ibu rumah Nana Syaodih S. 2010. Metode Penelitian
tangga dapat meringankan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
perekonomian suami dalam memenuhi Nepiana D. 2003. Proses Pemberdayaan
kebutuhan sehari-hari serta dapat Masyarakat Terasing Melalui Program
membantu menyekolahkan anak- Penyuluhan. Bandung.
anaknya kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Nasution. 2002. Metode Penelitian
E. Saran-saran Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Kelompok Pelatihan Membatik bisa Tarsito.
mengajukan kerja sama dengan lembaga Onny S. Prijono.1996. Pemberdayaan;
pemberdayaan masyarakat pemerintah Konsep, Kebijakan, Dan Implementasi.
terdekat dalam rangka pengembangan Jakarta: Centre For Strategic And
pemberdayaan masyarakat. Perlunya pen- International Studies.
dampingan dan pembinaan kepada ibu
Poerwadarminta, W.J.S. 1998. Kamus Umum
rumah tangga lainnya di Desa Trusmi yang
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
belum bergabung dalam kelompok
Pustaka
pelatihan membatik, sehingga potensi
membatik yang telah diwariskan secara Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia
turun temurun dapat berkembang sehingga Dan Produktivitas. Bandung: Mandar
dapat membantu peningkatan Maju.
perekonomian keluarga. Perlunya Suzane Kindervatter. 1979. Nonformal
melakukan kerjasama dengan penjual Education and Empowering Process.
batik, baik di dalam maupun luar daerah, Unprited In Uniter States of Amerika.
sehingga hasil karya Batik laku dipasaran
dan dikenal oleh masyarakat secara luas. Suharto. 1997. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung:
DAFTAR PUSTAKA Refika Aditama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Anwar. 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Manusia. Bandung: Refika Aditama.
Tampubolon. 2001. Pemberdayaan
Enung. 2005. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan
Pengrajian Anyaman Bambu Melalui Kelompok. Bogor.
Pelatihan Kerajinan Anyaman Rotan
Trijoto, dkk. 2010. Mengenal Dan Membuat
Berkualitas Export. Bandung.
Motif Batik. Yogyakarta: Gama
Draha Taliziduhu. 2013. Ilmu Pemerintahan Media.
Baru. Jakarta: Direksi Cipta.
Edi Suharto. 2009. Membangun Masyarakat
Memberdayajan Rakyat. Bandung: PT
Refika Aditama.
Krisdarto Atmosoeprapto. 2001. Produktivitas
Akutualisasi Budaya Perusahaan.
Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Lexy J. Moleong. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Mardi Yatno Utomo. 2000. Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi,
Tinjauan Teoritis Dan Implementasi.
Jakarta: Bappenas.
Miftachul Huda. 2009. Pekerjaan Sosial dan
Pekerjaan Sosial, \Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

133

Anda mungkin juga menyukai