Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHAN KELUARGA


DAN PERAN PEREMPUAN DALAM DUNIA KERJA

OLEH

NAMA : TAROCI FRANSINA PANDIE


NIM : 5303240200384
KELAS : 1A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
ANGKATAN XXII
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena begitu besar cinta kasih
dan penyertaanNya saya dapat menyelsesaikan makalah yang berjudul “PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHAN KELUARGA DAN PERAN
PEREMPUAN DALAM DUNIA KERJA“ . Makalah ini dibuat untuk mendapatkan nilai tugas
serta melatih kemampuan mahasiswa.
Saya merasa bahan ajar ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Sehingga
saya merasa perlu adanya saran dan masukan yang membangun dalam usaha memperbaiki
lebih .Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua

Atambua, 18 November 2020


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan perempuan merupakan usaha sistematis dan terencana untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam Pasal 1 butir 6
PP No. 54 Tahun 2004 tentang Pemberdayaan Perempuan.' Dilihat dari sisi optimalisasi peran
yang bisa dilakukan, perempuan memiliki potensi yang besar dalam berbagai bidang baik bidang
sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan bidang-bidang lain. Peran yang dilakukan tentunya tidak
mengesampingkan peran utama perempuan dalam mengelola keluarganya. Pemberdayaan adalah
suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, pemerintahan, Negara
dan tata dunia dalam kerangka. Program pemberdayaan perempuan dalam kehidupan keluarga
akan mampu menjadi pintu masuk menuju perbaikan kesejahteraan keluarga. Berkaitan dengan
perbaikan kesejahteraan keluarga maka telah menuntut perempuan untuk dapat menopang
ketahanan ekonomi keluarga. proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
terwujud di berbagai kehidupan, politik, hukum pendidikan dan lain sebagainya. Pemberdayaan
itu sendiri mengandung tiga kekuatan di dalam dirinya, yakni kekuatan untuk berbuat, kekuatan
untuk membangun kerjasama dan kekuatan dalam diri pribadi manusia.

B. Rumusan Masalah

1.1 Jelaskanlah Pengertian Pemberdayaan Perempuan!

1.2 Sebutkan Tujuan Pemberdayaan Perempuan !

1.3 Apasaja Tahap Pemberdayaan PErempuan ?

1.4 Sebutkan Prinsip – Prinsip Pemberdayaan Perempuan !

1.5 Jelaskan Apa saja Indikator Pemberdayaan Perempuan!

1.6

C. Tujuan

Mahasiswa mamp memahami konsep dasar pemberdayaan perempuan dalam pembangunan


ketahanan keluarga dan peran perempuan dalam dunia kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan alam
pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat, terutama Eropa (Prijono dan Pranaka, 1996: 3). Secara
etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju
berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan, dan atau proses pemberian
daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya (Sulistyani, 2004: 77). Pemberdayaan berarti pemberian kemampuan dari suatu individu atau
kelompok yang sudah berdaya kepada individu atau masyarakat agar menjadi berdaya. Menurut Karl M.
(dalam Prijono dan Pranaka, 1996: 63) pemberdayaan perempuan dipandang sebagai suatu proses
kesadaran dan pembentukan kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi yang lebih besar,
kekuasaan, dan pengawasan. pembuatan keputusan yang lebih besar, dan tindakan transformasi agar
menghasilkan persamaan derajat yang lebih besar antara perempuan dan laki-laki. Upaya
pemberdayaan perempuan dapat dilakukan dengan usaha menyadarkan dan membantu
mengembangkan potensi yang ada, sehingga menjadi manusia yang mandiri.

Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan


pada empat level yang berbeda, yakni keluarga, masyarakat, pasar dan Negara. Konsep pemberdayaan
dapat dipahami dalam dua konteks. Cakupan dari pemberdayaan tidak hanya pada level individu namun
juga pada level masyarakat dan aturan-aturanya. Yaitu menanamkan aturan nilai-nilai budaya seperti
kerja keras, keterbukaan dan tanggungjawab. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power yang artinya keberadayaan atau kekuasaan. Pemberdayaan
adalah suatu cara dengan mana seseorang, rakyat, organisasi. Dan komunikasi diarahkan agar mampu
menguasai (berkuasa atas) kehidupanya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang
menjadi cukup kuat untuk bepartisipasi dalam berbagai pengontrol atas, dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan
didenfinisikan sebagai proses dimana pihak yang tidak berdaya bisa mendapatkan kontrol yang lebih
banyak terhadap kondisi atau keadaan dalam kehidupanya. Kontrol ini meliputi kontrol terhadap
berbagai macam sumber (mencakup fisik dan intelektual) dan ideologi meliputi (keyakinan, nilai dan
pemikiran).

Jadi pemberdayaan perempuan adalah usaha mengalokasikan kembali kekuasaan melalui


pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan membaik hanya ketika perempuan dapat mandiri
dan mampu menguasai atas keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.Terdapat dua
ciri dari pemberdayaan perempuan. Pertama, sebagai refleksi kepentingan emansipatoris yang
mendorong masyarakat berpartisipasi secara kolektif dalam pembangunan. Kedua, sebagai proses
pelibatan diri individu atau masyarakat dalam proses pencerahan, penyadaran dan pengorganisasian
kolektif sehingga meraka dapat berpartisipasi

1.2 Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Ambar T. Sulistyani (2004: 80) adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat
merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan, serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalahmasalah yang dihadapi menggunakan daya kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif,
konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal
masyarakat tersebut. Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat
tercapainya kualitas hidup dan mitra kesejajaran antara laki-lakin dan perempuan yang bergerak dalam
seluruh bidang atau sektor. Keberhasilan pemberdayaan perempuan menjadi cita cita semua orang.

Tujuan pemberdayaan perempuan menurut Sumodiningrat yaitu sebagai berikut.

1) Membangun eksistensi, dalam hal ini eksistensi perempuan. Perempuan harus menyadari harus
bahwa ia mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Tidak seharusnya kaum perempuan selalu
berada dalam posisi yang terpuruk. Perempuan mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan diri.
2) Memotivasi perempuan agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidup melalui proses dialog. Perempuan juga berhak menentukan
pilihan, tidak selamanya harus menurut pada laki - laki.
3) Menumbuhkan kesadaran pada diri perempuan tentang kesetaraan dan kedudukannya baik di
sektor publik maupun domestik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberdayaan perempuan adalah
untuk membangun kesadaran perempuan tentang kesetaraan gender agar mampu mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya, sehingga perempuan dapat mandiri dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan.

1.3 Tahap Pemberdayaan Perempuan

Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat menurut
Ambar T. Sulistyani (2004:83-84) meliputi.

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga
merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Tahap ini merupakan tahap persiapan dalam
proses pemberdayaan. Pada tahap ini pihak pemberdaya/aktor/pelaku pemberdayaan berusaha
menciptakan prakondisi, supaya dapar memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan
yang efektif. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat
tentang kondisinya saat itu, dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka
tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar
terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di
dalam pembangunan. Proses transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat
berlangsung dengan baik, penuh semangat, dan berjalan efektif jika tahap pertama telah
terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan
keterampilan yang relevan dengan tuntutan kebutuhan. Pada tahap ini masyarakat dapat
memberikan peran partisipasi pada tingkat yang rendah yaitu sekedar menjadi pengikut atau
objek pembangunan saja, belum mampu menjadi subyek dalam pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian. Tahap ini merupakan tahap pengayaan atau
peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan yang diperlukan supaya
mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh
kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasikreasi dan melakukan
inovasi- inovasi dalam lingkungannya. Apabila masyarakat dapat melakukan tahap ini, maka
masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.

1.4 Prinsip – Prinsip Pemberdayaan Perempuan

Terdapat empat prinsip pemberdayaan yang sering digunakan untuk suksesnya program
pemberdayaan, yaitu :

1. Kesetaraan Merupakan prinsip utama dari proses pemberdayaan.

Kesetaraan disini adalah adanya kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan


lembaga yang melakukan program - program pemberdayaan masyarakat maupun antara laki-
laki dan perempuan. Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain.
Masing-masing mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

2. Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program


yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan di evaluasi oleh masyarakat.

Makna partisipasi dalam pembangunan atau pemberdayaan menurut Asngari adalah individu
atau masyarakat secara aktif terlibat dalam :

1. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

2. Keterlibatan dalam pengawasan

3. Keterlibatan dimana masyarakat mendapatkan manfaat dan penghargaan.

4. Partisipasi sebagai proses pemberdayaan

5. Partisipasi bermakna kerja kemitraan.

3. Kesewadayaan atau Kemandirian

Prinsip kemandirian adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat daripada


bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak
berkemampuan (the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the
have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam
tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja
dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua itu
harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan.

4. Keberlanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran
pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran
pendamping akan makin berkurang. Pemberdayaan merupakan aspek mualamalah yang sangat
penting karena terkait dengan pembinaan dam perubahan masyarakat.

1.5 Indikator Pemberdayaan Perempuan

Anda mungkin juga menyukai