Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMANDIRIAN WANITA TUNA SUSILA DALAM PELATIHAN TATA BOGA DI


PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA KEDOYA

Oleh :
Romasudi Silaban
1104620046

SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan

PRODI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian

Saat ini Kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih tergolong dalam kondisi
yang memprihatinkan. Meski angka pengangguran di Indonesia dalam kurun waktu
satu tahun terakhir sudah berkurang akan tetapi jumlahnya masih cukup banyak jika
dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), hingga Februari 2023 jumlah pengangguran sebanyak 7,99 juta orang,
dimana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah lulusan Pendidikan
khususnya Pendidikan formal tidak mendapatkan bekal hidup berupa keterampilan
yang lebih produktif. Hal ini merupakan permasalahan dari masa ke masa yang sampai
saat ini belum dipecahkan secara berkesinambungan.
Permasalahan-permasalahan ini tentunya menimbulkan berbagai macam konflik
diantaranya adalah diksriminasi gender yang banyak dialami kaum Perempuan.
Perempuan kerap menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, korban
pemerkosaan, dan korban pelecehan seksual yang memang selalu didominasi oleh
kaum Perempuan. Permasalahan yang sering dialami oleh kaum Perempuan adalah
masalah prostitusi yang sudah menyebar di seluruh pelosok Indonesia. “Wanita Tuna
Susila” adalah istilah yang merujuk kepada wanita yang terlibat dalam praktik prostitusi
atau kegiatan seksual atau hukum yang berlaku disuatu masyarakat. Istilah ini
umumnya dipakai untuk menggambarkan wanita yang menjual layanan seksual mereka
kepada orang lain, baik melalui jalanan, rumah bordil, atau media sosial1
Maraknya kasus prostitusi atau Wanita Tuna Susila di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah ketidakstabilan ekonomi, kemiskinan, dan
kurangnya peluang pekerjaan formal yang dapat mendorong individu terutama wanita
untuk mencari mata pencaharian melalui prostitusi. Selain itu, Faktor sosial dan budaya
juga seperti stigma terhadap pekerja seks dan kesetaraan gender menjadi salah satu
penyebab tingginya angka prostitusi. Kurangnya penegakan hukum yang tegas dan
ketidakhadiran dukungan sosial juga memberikan kontribusi terhadap terus
meningkatnya angka prostitusi di berbagai komunitas. Selain itu, kurangnya
Pendidikan dan akses terbatas terhadap Pendidikan yang berkualitas juga menjadi
penyumbang utama terhadap kenaikan angka prostitusi di Indonesia.
Pendidikan sangat berperan penting dalam menangani kasus prostitusi yang
nampaknya sudah menjamur di lingkungan masyarakat kita. Pendidikan adalah proses
pembentukan diri seseorang dalam rangka menyiapkan perananannya di masa yang
akan datang baik dibekali oleh ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang
baik. Terdapat 3 jalur Pendidikan di Indonesia yaitu jalur Pendidikan formal, non
formal, dam Pendidikan informal. Pendidikan non formal dapat menjadi salah satu

1
Rolinka Maryonza and others, Legal Study of Users of Prostitution Services Online According to Indonesian
Legislation Kajian Hukum Terhadap Pengguna Jasa Prostitusi Secara Online Menurut Peraturan Perundangan
Indonesia, Jurnal Hukum Sehasen, 2023, IX.
alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan kasus prostitusi yang ada di
Indonesia. Pendidikan Non Formal tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 ayat 1
pasal 26 menyatakan bahwa “Satuan pendidikan Non Formal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidik lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.2
Salah satu satuan Pendidikan non formal yang dapat dijangkau oleh wanita tuna
Susila adalah pelatihan. Pelatihan merupakan proses yang menekankan pada praktek
dimana hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan dalam satu atau beberapa bidang tertentu, dengan mengikuti pelatihan
warga binaan dapat meningkatkan kemandirian dimana hal ini tentu akan berdampak
positif terhadap kehidupan warga binaan baik di dalam panti maupun setelah keluar
dari panti. Dalam hal ini kemandirian yang dimaksud adalah kemampuan warga binaan
dalam melakukan apa saja tanpa bergantung pada orang lain.
Masalah wanita tuna Susila di Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu
permasalahan yang sudah menjamur dan susah untuk diatasi. Keberadaan Dinas Sosial
DKI Jakarta sebagai Lembaga sosial tentu menjadi salah satu bentuk penanganan dalam
pengurangan angka prostitusi yang ada di Indonesia khususnya DKI Jakarta. Dinas
sosial DKI Jakarta adalah sebuah Lembaga pemerintah daerah yang bergerak dibidang
kesejahteraan sosial dan pelayanan masyarakat. Beberapa area kerja Dinas Sosial DKI
Jakarta meliputi penanganan anak jalanan, bantuan sosial bagi korban kekerasan,
pengelolaan panti sosial, serta berbagai program Pembangunan sosial lainnya termasuk
penanganan Wanita Tuna Susila.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Sosial DKI Jakarta mengeluarkan
kebijakan untuk melakukan rehabilitasi kepada warga binaan sosial yaitu Wanita Tuna
Susila melalui panti sosial milik Dinas Sosial DKI Jakarta. Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia yang berlokasi di Jalan Puri Kembangan No. 3 Kelurahan
Kedoya Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
adalah salah satu pusat rehabilitasi yang difasilitasi oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.
Proses rehabilitasi ini merupakan proses layanan kepada warga binaan guna membantu
mereka dalam memperoleh pengetahuan dan kecakapan hidup yang diperlukan dalam
proses penyesuaian diri nantinya pasca rehabilitasi. Panti ini menyelenggarakan
rehabilitasi salah satunya dengan mengadakan pelatihan diantaranya adalah pelatihan
tata boga dengan jumlah warga binaan yang mengikuti pelatihan ini sebanyak 25 orang,
pelatihan salon dengan jumlah warga binaan 20 orang , menjahit dengan warga binaan
sebanyak 23 orang dan pelatihan hasta karya dengan warga binaan berjumlah 17 orang.
Pelatihan tata boga menjadi salah satu pelatihan yang paling banyak diminati oleh
warga binaan. Peserta pelatihan ini merupakan warga binaan yang berada di rentan usia
18-40 tahun, dimana dalam proses pembelajaran usia ini termasuk kedalam usia orang
dewasa yang memiliki karakteristik pembelajaran yang berbeda. Menurut Knowles

2
Sani Susanti, MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN NONFORMAL DALAM PENGEMBANGAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA.
(1976) mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik pembelajaran orang dewasa
adalah konsep diri. Asumsinya bahwa orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri.
Dalam proses pelatihan tata boga ini warga binaan dapat belajar secara mandiri untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Pelatihan tata boga ini merupakan salah satu alternatif dari proses rehabilitasi
dalam mencapai kemandirian dan kecakapan hidup warga binaan. Kecakapan hidup
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mampu memecahkan
permasalahan hidup, mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya. Melalui pelatihan tata boga ini,wanita tuna susila dibekali pengetahuan
serta keterampilan tentang tata boga, dimana hal ini tentu dapat menjadi bekal hidup
pasca rehabilitasi mereka nantinya.
Pelatihan tata boga di Panti sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
diselenggarakan secara rutin di hari selasa dan kamis. Pelatihan tata boga ini mencakup
berbagai materi, seperti pengenalan bahan makanan, Teknik memasak, penggunaan alat
dapur, kebersihan, serta penataan hidangan. Peserta akan diajarkan keterampilan dasar
dalam mengolah makanan sehari-hari, seperti membuat hidangan tradisional, makanan
ringan, dan makanan sehat. Selain kompetensi memasak, warga binaan juga dibekali
pengetahuan dasar berwirausaha yang dapat dijadikan sebagai motivasi berwirausaha
pasca rehabilitasi.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada saat mendampingi
warga binaan dalam pelatihan tata boga boga yang ada di Panti sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia ditemukan bahwa warga binaan selalu hadir dalam pelatihan,
pelatihan tata boga di panti ini juga berjalan dengan lancar dimana antusias dari warga
binaan dalam mengikuti pelatihan cukup baik. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara
pra penelitian yang peneliti lakukan dengan peserta pelatihan, peserta dari pelatihan tata
boga yang ada di Panti sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia adalah warga binaan
panti sosial yang memiliki minat dan bakat serta ketertarikan dengan dunia kuliner.
Selain itu, instruktur yang bertugas memberi materi serta praktek dalam
pelatihan juga mengemukakan bahwa ada beberapa peserta pelatihan yang kurang dapat
menangkap materi pelatihan dengan baik dan cepat. Banyak dari antara warga binaan
yang mengikuti pelatihan, dimana ketika diberikan pertanyaan diakhir pelatihan terkait
bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu menu kebanyakan dari mereka
tidak dapat menjawab sementara menu tersebut baru saja dikerjakan/dimasak oleh
mereka. Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya media belajar yang dapat
dipelajari secara mandiri oleh warga binaan. Solusi dari permasalahan ini adalah
dengan memberikan suatu bahan ajar yang dapat dipelajari oleh warga binaan berupa
modul pembelajaran. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan
menarik dimana didalamnya mencakup isi materi, metode dan evaluasi untuk mencapai
kompetensi yang dapat digunakan warga binaan secara mandiri. Penggunaan modul
diharapkan dapat membantu warga binaan dalam memahami materi pelatihan dengan
mudah.
Kurangnya sumber informasi belajar adalah salah satu permasalahan yang menjadi
faktor penghambat tercapainya tujuan pelatihan yaitu meningkatkan kemandirian
warga binaan. Berdasarkan penjabaran dari analisis masalah tersebut, diperlukan
pengembangan modul pembelajaran pada Pelatihan Tata Boga di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya dengan tujuan untuk meningkatkan kecakapan
hidup wanita tuna susila . Modul ini juga menjadi inovasi baru dalam pelatihan tata
boga di Panti sosial ini dimana sebelumnya dalam proses pelatihan tidak pernah
ditemukan penggunaan modul pembelajaran. Pengembangan modul dilakukan melalui
kegiatan penelitian Reserch and Development dengan judul “Pengembangan Modul
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemandirian Wanita Tuna Susila Dalam
Pelatihan Tata Boga di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang telah diuraikan, maka diidentifikasi bahwa
permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain :
1. Modul pembelajaran dalam pelatihan Tata Boga di Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia Kedoya sangat dibutuhkan sebagai bentuk inovasi
baru dimana sebelumnya dalam proses pelatihan tidak pernah menggunakan
modul pembelajaran.
2. Karakteristik warga binaan yang termasuk dalam kategori orang dewasa
dengan rentan usia 17- 40 tahun membutuhkan media pembelajaran yang
dapat dipelajari secara mandiri.
C. Pembatas Masalah
Berdasarkan analisis serta identifikasi masalah yang telah diuraikan dapat
ditemukan bahwa masalah dalam penelitian ini difokuskan pada “Pengembangan
Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemandirian Wanita Tuna Susila Dalam
Pelatihan Tata Boga di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya”.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Pengembangan Modul Pembelajaran dapat menjadi media pembelajaran yang dapat
dipergunakan warga binaan secara mandiri pada Pelatihan Tata Boga di Panti Sosial
Bina Karya Wanita Kedoya?”.
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan bahwa hasilnya dapat memberikan
kegunaan bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman serta wawasan bagi peneliti dalam
mengembangkan modul pembelajaran dalam bidang tata boga yang
memberikan kebermanfaatan bagi wanita tuna susila.
2. Bagi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya
Memanfaatkan produk yang dihasilkan berupa modul pembelajaran
sebagai media belajar yang dapat dipelajari secara mandiri sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan serta pemahaman terkait materi yang diberikan.
3. Bagi Program Studi Pendidikan Masyarakat
Penelitian ini dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang berkaitan
dengan pengembangan modul pembelajaran dan pelatihan tata boga.

Anda mungkin juga menyukai