Anda di halaman 1dari 25

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tamkin

PENINGKATAN POTENSI DISABILITAS MELAUI


KETERAMPIAN MEMBATIK
Diana Fauzia Agustin, Deden Sumpena¹, Dadang Ahmad Fajar²

¹Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
² Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
Email : dianafauzia2@gmail.com

ABSTRAK
Penyandang disabilitas merupakan masyarakat yang memiliki suatu
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama denga masyarakat pada
umunya dalam segala aspek kehidupan. Penyandang disabilitas harus
mendapatkan perhatian khusus serta dapat didayagunakan agar kelompok
masyarakat disabilitas memiliki kemampuan keterampilan dalam menjalani
kehidupan yang mandiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana proses, hasil dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
dalam program pemberdayaan pada komunitas disabilitas cianjur (KDC).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif
deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa dalam proses pemberdayaan komunitas disabilitas ini di bagi dalam
dua aspek yaitu olahraga yang kemudian menjadi atlit organisasi Nasional
Paralympic Committe Indonesia dan ada dalam bidang kesenian yaitu
keterampilan membatik. Sedangkan hasil dari proses pemberdayaan ini yaitu
adanya peningkatan kemampuan dari setiap anggota komunitas. Adapun
fakor pendukung proes pemberdayaan ini ialah adanya solidaritas yang kuat
dalam komunitas ini sedangkan faktor penghambatnya ialah kurangnya
kemampuan dalam pemasaran dan minimnya sarana dan prasarana.
Kata Kunci : Pemberdayaan, disabilitas, membatik

ABSTRACT

Diterima: Bulan Tahun. Disetujui: Bulan Tahun. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1


D. Fauzia

Persons with disabilities are members of society who have the same position, rights,
obligations and roles as society in general in all aspects of life. Persons with
disabilities must receive special attention and can be utilized so that groups of
people with disabilities have the skills to live an independent life. The purpose of
this study is to find out how the process, results and what are the supporting and
inhibiting factors in the empowerment program for the Cianjur disability community
(KDC). The method used in this research is descriptive qualitative method. The
results of the research conducted, the researchers concluded that in the process of
empowering the disabled community, they were divided into two fields, namely
sports which later became athletes for the Indonesian National Paralympic
Committee organization and in the field of arts, namely batik skills. While the result
of this empowerment process is that there can be an increase in the ability of each
member of the community. The supporting factor for this empowerment process is
the existence of strong solidarity in this community, while the inhibiting factor is the
lack of skills in marketing.
Keywords: Empowerment, Disability, batik

PENDAHULUAN
Disabilitas masih menjadi masalah dalam membangun kesejahteraan sosial
dan menjadi masalah individu yang memiliki keterbatasan dalam beraktifitas
atau ketidak fungsian dari bagian tubuh atau suatu organ. Disabilitas sering
dijumpai sebagai urusan pelayanan Kesehatan dan sosial, sehingga
penanganannya belum meliputi semua lintas bidang.
Hal diatas merupakan suatu kekuranagan atau kecacatan yang
menjelaskan ketidak fungsian secara jelas yang dapat diukur, dilihat, karena
ada bagian tubuh/oragan yang tidak ada atau tidak seperti orang yang tidak
menderita kecacatan. (Mangunsong, 1998)
Disabilitas merupakan Warga Negara Indonesia yang tidak bisa
dihindarkan dari sosial di masyarakat. Mereka memiliki kesamaan suatu
kedudukan, hak, kewajiban dan peran dengan masyarakat pada umumnya
dalam segala aspek kehidupan dan kesejahteraan, baik dari segi pendidikan,
ketenagakerjaan, komunikasi dan lain-lain sesuai dengan UU No. 8 Tahun
2016 tentang Penyandangan Disabilitas. Dengan hal tersebut penyandang
disabilitas harus memperoleh perhatian khusus dan dapat didayagunakan
sebagaimana layaknya manusia sebagai Warga Negara Indonesia seperti pada
umumnnya, supaya kelompok masyarakat disabilitas memiliki potensi
keterampilan dalam menjalani kehidupannya dan dapat mandiri.

2 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Menurut Suhailah H. & Maulana Andi (2018) Masyarakat berasumsi


bahwa seorang penyandang disabilitas tidak akan mampu melakukan
pekerjaan seefektif seperti karyawan lain yang bukan penyandang disabilitas.
Sehingga bagi para penyedia lapangan pekerjaan, memberikan pekerjaan
untuk para penyandang disabilitas sama halnya dengan mendorong
perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus rela menyediakan
beberapa alat-alat bantu bagi kemudahan para penyandang disabilitas dalam
menunjang aktivitasnya. Permasalahan yang dihadapi penyandang disabilitas
tidak hanya sebatas “pelabelan” sebagai kaum yang berbeda, sehubungan
dengan kondisi jasmani yang disandangnya namun juga berkaitan dengan
kesejahteraan sosial yang dihadapinya.
Dalam upaya menangani masalah sosial tersebut, perlu adanya
pemberdayaan terhadap kelompok yang menyandang disabilitas. Hal tersebut
merupakan suatu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi,
kesetaraan hak, kewajiban dan kedudukan mereka. Dalam upaya ini sangat
relevan dan perlu dilakukan dalam mengurangi masalah dalam menghambat
kesejahteraan sosial, mengingat setiap penyandang disabilitas sebagaimana
diatur dalam UU No.8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya dalam
peningkatan kemampuan dan potensi yang masyarakat miliki, sehingga
masyarakat mampu mewujudkan jati diri, harkat, dan martabatnya secara
mandiri baik dalam aspek ekonomi secara finansial, sosial, agama, dan
budaya atau kebiasaan masyarakat yang dapat mengakui keberadaan
kelompok disabilitas (Wijaja, 2003)
Pemberdayaan menurut Sumodiningrat (1999:44) ialah suatu usaha
agar masyarakat mampu memperoleh kemandirian melalui perwujudan
potensi yang mereka miliki. Dalam hal ini, agar potensi masyarakat bisa
berkembang maka diperlukan upaya pemberdayaan dilihat dari :
kemungkinan potensi berkembang (enabling), memperkuat kemampuan atau
daya yang masyarakat miliki (empowering), memberdayakan atau
melindungi. (Kartasasmita,1996:57)
Untuk kualitas Sumber Daya Manusia meningkat, perlu dilakukan
pemberdayaan bagi kelompok masyarakat penyandang disabilitas.
Pemberdayaan ini merupakan suatu langkah menuju arah yang lebih baik
yaitu memberikan atau membuat perubahan dari masyarakat yang tidak
berdaya menjadi berdaya dan mempunyai kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3


D. Fauzia

Pemberdayaan bagi penyandang disabilitas merupakan suatu upaya


untuk membantu meringankan beban dalam mencapai kesejahteraannya.
Memberdayakan penyandang disabilitas dilakukan untuk meningkatkan
harkat dan martabat penyandang disabilitas yang berada dalam kondisi lemah
atau proses memampukan dan memandirikan disabilitas itu sendiri dengan
mengandalkan kemampuannya sehingga dapat keluar dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan (Kartasasmita & Anwar, 2007:1)
Menurut Edi Suharto (2005), Pemberdayaan adalah suatu proses dan
juga tujuan yang ingin dicapai. Sebagai proses, pemberdayaan ialah satu
rangkai kegiatan untuk meningkatkan kekuasaan atau keberdayaan suatu
kelompok yang lemah dalam masyarakat, termasuk seseorang yang sedang
menghadapi masalah dalam finansial. Sebagai tujuan pemberdayaan ini yang
mencapai pada keadaan atau hasil yang ingin diraih untuk terjadinya
perubahan sosial yakni masyarakat yang berdaya, mempunyai kekuasaan atau
kemampuan dalam mencukupi kebutuhan dalam sehari-hari baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial serta bisa mengutarakan aspirasi,
mempunyai pekerjaan yang layak, ikut aktif dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab kepada aturan budaya, aturan sebagai umat beragama dan
menjadi seorang warga negara yang mematuhi aturan pemerintah.
Pemberdayaan yang di lakukan saat pandemi merupakan suatu upaya yang
tidak mudah dalam memajukan dan membuat kegiatan untuk tetap produktif.
Pandemi Covid-19 memiliki berbagai konsekuensi, terutama dalam membatasi
aktivitas di luar rumah dan mengalihkan segala macam aktivitas massal dari rumah;
bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah ( Fakhruroji &
Nunung, 2022).
Ditengah-tengah pandemi covid-19 semua orang harus terhambat
ruang geraknya untuk melindungi diri dan terhindar dari paparan virus covid.
Tetapi bagi masyarakat yang status ekonomi menengah kebawah masih
banyak buruh dan pekerja yang mendapatkan upah harian sehingga mereka
dipaksa oleh keadaan untuk tetap bekerja dan beraktifitas di luar rumah
dengan memathi protokol kesehatan yang berlaku. Masyarakat menjadi
banyak yang hilang pekerjaan akibat PHK dan tidak memiliki penghasilan.
Hal ini tentu bukan menjadi persoalan yang mudah bagi para tokoh
pemberdaya agar masyarakat tetap bangkit dalam kondisi apapun. Termasuk
pemberdayaan potensi keahlian bagi kelompok masyarakat disabilitas berupa
pelatihan, seminar atau yang menghasilkan kebermanfaatan bagi kelompok
masyarakat yang menjadi berdaya sehingga memiliki kemampuan yang bisa
4 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

dikembangkan dan menjadi daya tarik dan nilai ekonomi yang bisa jadi
menghasilkan berupa barang dan jasa menciptakan kemandirian dan tidak
berkegantungan dari bantuan sosial atau oleh pemerintah.
Salah satu pemberdayaan dapat bergerk dan terus berjalan salah
satunya timbul dari inisiatif yang dilakukan oleh salah satu anggota
kelompok masyarakat disabilitas di kabupaten Cianjur. Peran pemerintah
secara optimal dalam mengenali hambatan-hambatan yang mencegah
penyandang disabilitas dari kehidupan sosial dan pribadi yang layak adalah
tantangan yang mesti ditanggapi oleh para pelaku pemberdayaan.
Pemberdayaan kelompok disabilitas, dengan demikian, haruslah dilakukan
sesuai dengan memodifikasi lingkungan sehingga hambatan-hambatan fisik
maupun sosial tersebut menjadi minimal. Tantangan selanjutnya adalah
melengkapi para penyandang disabilitas dengan keterampilan kerja yang
memadai dan relevan dengan kondisi anatomis dan fungsional mereka. Salah
satu yang menunjang dalam terlaksananya pemberdayaan yaitu dengan
menghimpun anggota kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian
khusus oleh pemerintah sehingga mudah sekali dalam pendataan dan
mengkategotikan kelompok masyarakat disabilitas ketika mendapkan
program pemberdayaan berupa bantuan sosial, atau pelatihan yang dilakukan
oleh lembaga atau instansi pemerintah atau oleh para pelaku pemberdaya
sosial (Syobah N, 2018).
Pengertian komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang
hidup pada waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memeiliki derajat keterpaduan
yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam ilmu sosiologi komunitas dapat diartikan sebagai kelompok
orang yang saling berinteraksi yang ada di lokasi tertentu. Namun definisi ini
terus berkembang dan diperluas menjadi individu-individu yang memiliki
kesamaan konsep diriistik tanpa melihat lokasi atau tipe interaksinya. Sebuah
komunitas memiliki empat ciri utama, yaitu : a. Adanya keanggotaan di
dalamnya. Sangat tidak mungkin ada komunitas tanpa anggota di dalamnya.
b. Saling memengaruhi. Antar anggota komunitas dapat saling memengaruhi
satu dengan yang lainnya. c. Adanya integrasi dan pemenuhan kebutuhan
antar anggota. d. Adanya ikatan emosional antar anggota. Bisa dikatakan
bahwa inti komunitas terletak pada kelompok orang yang memiliki identitas

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5


D. Fauzia

yang hampir sama di mana faktor lokasi tidak terlalu relevan lagi. Yang
terpenting anggota komunitas harus berinteraksi secara reguler (Zubaedi, 2013
).
Komunitas disabilitas merupakan suatu wadah yang dapat
menampung orang-orang yang memiliki keterbatasan khusus. Dalam
komunitas ini, seseorang yang memiliki keterbatasan dapat diberdayakan
sesuai dengan minat yang mereka pilih dan dapat menghasilkan suatu karya
yang kemudian dapat menjadi nilai jual yang mendapatkan keuntungan dari
hasil penjualan produk yang mereka buat berupa kerajinan kain batik.
Upaya kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah
selaku instansi yang memang menangani masalah penyandang disabilitas
berupa kegiatan pelatihan keterampilan. Terkait dengan uraian tersebut,
kegiatan pelatihan yang diberikan seharusnya tidak hanya diberikan setahun
sekali, dan bentuk pelatihan yang diberikan juga harus diperluas tidak hanya
dengan pelatihan keterampilan namun dapat berupa kegiatan pemberdayaan
yang memberikan peluang atau akses yang lebih besar bagi penyandang
disabilitas sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya, (Noor, M. :
2011)
Produk keterampilan membatik sebagai karya disabilitas dalam suatu
komunitas disabilitas di gedung Loka Bina Karya, Kabupaten Cianjur
merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
kelompok masyarakat penyandang disabilitas lewat pendekatan
pengembangan keahlian atau kemampuan yang dilangsungkan dengan cara
mengajak, kemudian mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.
Dalam rangka untuk meningkatkan potensi pada suatu keterampilan yang
menjadi nilai ekonomi untuk menyejahterakan kelompok disabilitas yang
masih sempit dalam memiliki lapangan pekerjaan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Andi Rifka Ananda Rizzana (2022)
membahas mengenai bagaimana peran Dinas Sosial dalam pemberdayaan
penyandang disabilitas. Pemberdayaan dari Dinas Sosial terhadap penyandang
disabilitas salah satunya dengan cara mendayagunakan untuk dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui pembinaan dan pelatihan
yang intensif, sehingga mereka nantinya mempunyai bekal untuk hidup
secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Pemberdayaan bagi
penyandang disabilitas merupakan suatu upaya untuk membantu
meringankan beban dalam mencapai kesejahteraannya. Memberdayakan
penyandang disabilitas dilakukan untuk meningkatkan harkat dan martabat
penyandang disabilitas yang berada dalam kondisi lemah atau proses
6 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

memampukan dan memandirikan disabilitas itu sendiri dengan


mengandalkan kemampuannya sehingga dapat keluar dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Syobah (2018) yaitu
membahas mengenai (1) Sejauh mana keterlibatan kelompok penyandang
disabilitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program
pemberdayaan bagi mereka, dan (2) Bagaimana program-program
pemberdayaan yang tersedia berdampak pada kesejahteraan sosial
kelompokpenyandang disabilitas di Provinsi Kalimantan Timur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa para penyandang disabilitas di provinsi
Kalimantan Timur belum terlibat secara optimal dalamproses pengambilan
kebijakan terkait isu yang membahas kesejahteraan mereka. Selain itu,
program pemberdayaan yang disediakan pemerintah Kalimantan Timur
hingga saat ini masih belum mampu menjamin kesejahteraan bagi para
penyandang disabilitas
Ketiga, Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Ilfahturrahman
(2017) ini menunjukkan bahwa strategi prioritas yang dapat dikembangkan
dalam pemberdayaan kelompok disabilitas di kabupaten Purworejo, yaitu :
(1) mengajukan pelatihan wirausaha kepada pemerintah serta melaksanakan
pengembangan usaha, (2) meminta bantuan kepada pemerintah dalam
memajukan usaha kelompok, (3) Melakukan wirausaha dibidang olahan
pangan bersama anggota dalam meningkatkan pendapatan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan analisis data menggunakan
penafsiran logika yang dihubungkan dengan Pengembangan Masyarakat
Islam. Pada metode penelitian ini saya memperoleh data hasil penelitian
dengan sejelas-jelasnya sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang
saya peroleh dari narasumber. Dengan menemui narasumber secara langsung
yaitu: Ketua Komunitas Disabilitas Cianjur dan Anggota Komunitas
Diasabilitas Cianjur yang terlibat disekitar kelompok masyarakat disabilitas
ini yang beberapa diantaranya menekuni kerajinan membantik dan memiliki
keahlian dalam bidang olahraga untuk kemudian diikut sertakan dalam
perlombaan.
Lokasi tempat penelitian ini berada di jalan Jl. Gatot Mangkupraja
No.51, Nagrak, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi ini
merupakan gedung Loka Bina Karya yang menjadi tempat atau rumah bagi
para penyandang disabilitas di Kabupaten Cianjur.

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7


D. Fauzia

Tempat ini merupakan suatu bentuk fasilitas yang disediakan oleh


Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat untuk dimanfaatkan oleh kelompok para
penyandang disabilitas sebagai tempat pusat kegiatan yang dapat digunakan
untuk berkumpul dan mengisi kegiatan untuk sebagian kegiatan sosial.

LANDASAN TEORITIS
Pada penelitian yang dilakukan guna mengetahui kegiatan pemberdayaan
komunitas oleh kelompok masyarakat disabilitas sebagai meningkatkan
keterampilan dan kemampuan anggota dalam membuat batik yang
membutuhkan beberapa jenis rujukan yang relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk melihat keberhasilan dari
penelitian yang dilakukan.
Sehingga peneliti ini berfokus kepada teori-teori mengenai
pemberdayaan, komunitas dan Summber Daya Manusia. Sehingga ketiga
teori ini sebagai kunci dari indikator keberhasilan penelitian yang digunakan.
Pemberdayaan dilakukan sebagai suatu proses untuk memandirikan
masyarakat, meningkatkan taraf hidup melalui sumber daya yang dimiliki
dengan sebaik mungkin. Agar hal ini terwujud, maka diperlukan proses
pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai pihak utama dalam
pemberdayaan. (Bahua & ikbal 2016:5)
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan merupakan kemampuan
seseorang, khususnya suatu kelompok masyarakat yang rentan dan lemah
sampai mereka mampu mempunyai kekuatan atau potensi untuk mencukupi
kebutuhan dasar yang pokok sehingga mereka mempunyai kebebasan atau
freedom. Dalam hal ini bukan hanya bebas dari kelaparan, kebodohan atau
bebas dari kesakitan. Melainkan mereka juga memiliki kebebasan hak untuk
berpendapat berhak memiliki kedudukan yang setara dan mampu dalam
bersaing. Juga kemampuan mereka dalam menjangkau sumber-sumber yang
menunjang mereka dalam meningkatkan pendapatan dan mendapatkan
barang dan jasa yang diperlukan, serta kemampuan ikut serta dalam proses
pembangunan dan keputusan yang memberi pengaruh di kehidupan mereka.
(Suharto, 2005:58)
Mengenai pemberdayaan tentu ada unsur masyarakat atau manusia
yang memerlukan suatu arahan untuk mencapai suatu tujuan baik yang
bermanfaat. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu daya yang
bersumber dari manusia itu sendiri berupa ide, tenaga, bahkan materi yang
dimaksud memiliki kemampuan/kompetensi untuk membangun, yaitu untuk
mampu memajukan dalam setiap kegiatan usaha/organisasi.
8 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Menurut Nawawi & Martini, (1992:46) dalam buku model


pemberdayaan SDM menjelaskan bahwa, ada tiga pengertian Sumber Daya
Manusia, diantaranya: Sumber daya manusia ialah manusia yang bekerja di
lingkungan suatu organisasi (disebut juga pesonil, tenaga kerja, pekerjaan
atau karyawan, Sumber daya manusia ialah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensi; Sumber daya manusia
ialah potensi yang termasuk ke dalam aset dan memiliki fungsi sebagai modal (non
material/non finansial) dalam organisasi bisnis yang bisa diraih menjadi potensi
nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
Untuk menunjang proses pemberdayaan kelompok masyarakat
disabilitas komunitas merupakan suatu wadah bagi mereka untuk
mengembangkan atau menyalurkan kemampuan mereka dalam kegiatan yang
positif. komunitas merukapan suatu organisasi non formal peran komunitas
disabilitas ini merupakan tempat bagi mereka untuk saling bersilaturahmi,
menguatkan dan menyemangati satu sama lain dan menambah relasi teman
dan mereka tidak merasa sendiri dalam lingkungan masyarakat. tidak jarang,
sebagain besar kelompok masyarakat yang menyandang disabilitas memiliki
rasa malu dan minder untuk bertemu dengan orang lain.
Dalam upaya memberdayakan anggota disabilitas komunitas ini perlu
adanya sosok yang berperan untuk menjadi penggerak dan mengarahkan
anggota dalam meningkatkan potensi yang terdapat dari setiap individu.
“Jadi komunitas ini itu dibentuk sebagai rumah kaum disabilitas, untuk
menampung dan menyalurkan minat dan bakat yang ada disetiap orang.
komunitas ini juga sebagai tempat silaturahmi dan kalua ada event kita
juga ikut memeriahkan seperti maulid nabi atau agustusan” Wawancara
dengan Bapak Asep Hermawan Ketua Komunitas Disabilitas Cianjur,
14 Juli 2021.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu empowerment


yang mana istilah tersebut berasal dari kata power yang dalam bahasa
Indonesia berarti kekuatan atau keberdayaan. Dalam pengertian lain,
pemberdayaan disebut juga sebagai pengembangan sumberdaya manusia
sebagai upaya untuk memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Hal ini
berarti bahwa sumberdaya manusia perlu dikembangan dengan sedemikian
rupa agar manusia atau masyarakat mampu berdaya (Safei &
Machendrawaty, 2001: 42).

Pemberdayaan juga bisa dipahami dari segi konsepnya sebagimana


Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
D. Fauzia

diungkapkan oleh Suharto (2009: 245) bahwa konsep pemberdayaan bisa


dipahami dengan dua cara pandang yaitu pertama, pemberdayaan dimaknai
dalam konteks penempatan posisi masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
tidak diposisikan sebagai objek penerima manfaat (beneficiaries) yang
memiliki ketergantungan pada pihak eksternal seperti pemerintah.
Melainkan masyarakat diposisikan sebagai subjek atau seseorang yang
bertindak dan melakukan suatu perubahan secara mandiri. Kedua,
pemberdayaan dimaknai sebagai kemandirian masyarakat sebagai subjek
dari pemberdayaan itu sendiri.

Komunitas Disabilitas Cianjur merupakan suatu tempat bagi para


penyandang disabilitas untuk berkumpul dan diberdayakan. Komunitas ini
merupakan organisasi yang memiliki kegiatan dan program-program
tertentu yang sifatnya kondisional atau tidak secara rutin atau terus menerus.
Komunitas ini bergerak pada dua bidang, pertama anggota disabilitas
diarahkan kepada kegiatan olahraga yang kemudian diarahkan untuk
mengikuti organisasi National Paralimpic Comittee of Indonesia (NPCI)
sebagai atlet yang khusus bagi penyandang disabilitas, kedua anggota
disabilitas diarahkan kepada bidang keterampilan membatik. Tujuan dari
kegiatan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup individu dan
mendorong mereka untuk memanfaatkan waktu luang mereka (Gumilar, S.
& Firman : 2022)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Pak
Asep Hermawan selaku ketua komunitas ini dibentuk pada awal tahun 2020
lalu. Dibentuknya komunitas ini merupakan suatu tempat bagi penyandang
disabilitas untuk mempererat tali silaturahmi dan rasa kekeluargaan yang
kuat. Awal mula dibentuknya komunitas ini yaitu pada bulan Maret tahun
2020 di gedung Loka Bina Karya Kabupaten Cianjur.
“Awal mula dibentuknya Komunitas Disabilitas Cainjur ini yaitu
berawal dari beberapa anggota yang kerap datang untuk mengunjungi
gedung Loka Bina Karya yang kurang terurus karena tidak ada
perhatian khusus dari pemerintah Cianjur dan tidak membentuk
kepengurusan secara resmi dalam Loka Bina Karya sehingga beberapa
orang sepakat untuk membentuk komunitas sebagai wadah sarana
disabilitas untuk dapat diberdayakan. Tidak semua orang yang
menyandang disabilitas dapat berkomitmen dan mau ikut bergabung
dengan komunitas, sebagian orang yang menyandang disabilitas datang
hanya mengunjungi gedung Loka Bina Karya atau datang hanya jika
ada bantuan sosial bagi para disabilitas. Oleh karena itu, tak banyak

10 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah bagi kelompok yang


menyandang disabilitas selain dari inisiatif diri sendiri. “ (hasil
wawancara dengan kang Asep Hermawan selaku ketua Komunitas
Disabilitas Cianjur yang dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2021)
Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan
ketua Komunitas Disabilitas Cianjur menujukan bahwa komunitas ini
merupakan suatu wadah bagi kelompok masyarakat yang menyandang
disabilitas sebagai tempat untuk berkumpul dan meningkatkan produktivitas
bagi anggota yang mau bergabung didalamnya, sebab tidak semua orang
yang menjadi anggota itu mau diarahkan atau diberdayakan. Dibentuknya
komunitas ini merupakan suatu inisiatif dari ketua komunitas sehingga dapat
mengajak dan memberdayakan beberapa anggota disabilitas sehingga
menjadi produktif.
Pada awalnya sebelum dibentuk komunitas ini, kelompok masyarakat
disabilitas diajak untuk mengunjungi gedung Loka Bina Karya oleh beberapa
anggota yang telah mengetahui lebih dulu untuk kemudian dimintai data atau
keterangan apabila pemerintah meminta data untuk bantuan bagi kelompok
penyandang disabilitas.
Pemberdayaan bagi kelompok penyandang disabilitas bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan sosial.
Tujuan ini pada dasarnya hendak menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu
memecahkan problem ketergantungan yang dialami para penyandang
disabilitas, dan meningkatkan derajat keberfungsian sosial dari individu-
individu dalam masyarakat secara umum. Ketika para penyandang disabilitas
tidak bergantung terhadap pihak lain dalam memenuhi segala kebutuhan
hidupnya, maka kesempatan bagi pihak-pihak lain tersebut untuk
menjalankan fungsi-fungsi lain yang lebih produktif menjadi semakin
terbuka. Selain itu, sebagai salah satu kelompok minoritas terbesar,
keikutsertaan kelompok penyandang disabilitas dalam berbagai aktifitas
produktif akan secara langsung mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
(Syobah Nurul, 2018:255)
Memberi ruang yang lebih luas bagi kelompok penyandang disabilitas
untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, dengan begitu, adalah salah satu
gagasan terpenting dalam setiap program pemberdayaan bagi kelompok
disabilitas. Hal ini sekaligus menjadi satu dasar untuk menilai kembali
berbagai program rehabilitasi yang selama ini dianggap sebagai standar
umum dalam menangani masalah sosial terkait disabilitas. Para penyandang
disabilitas yang selama ini kurang terdengar suaranya perlu untuk dilibatkan

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 11


D. Fauzia

dalam penyusunan program pemberdayaan serta pelaksanaannya. Meskipun


pada negara-negara berkembang di mana tingkat pendidikan yang dienyam
oleh para penyandang disabilitas masih sangat rendah sehingga menghambat
mereka untuk menyadari kebutuhan sendiri, keterlibatan penyandang
disabilitas haruslah tetap diprioritaskan.4 Karena itulah maka Pengetahuan
lokal mengenai penanganan penyandang disabilitas, yang unik dari setiap
tempat, perlu untuk dijadikan pijakan dalam mengembangkan model-model
pemberdayaan yang relevan.
Komunitas Disabilitas Cianjur dibentuk pada awal bulan maret tahun
2020 di Gedung Loka Bina Karya Cianjur. beberapa orang diajak untuk
bergabung dalam anggota kelompok disabilitas untuk pendataan orang yang
menyandang disabilitas di Kabupaten Cianjur. Komunitas ini dibentuk oleh
inisiatif Pak Asep Hermawan dan menjadi Ketua Komunitas Disabilitas
tersebut. tujuan untuk didirikan komunitas ini awalnya sebagai tempat
silaturahmi sesame kaum disabilitas dan akhirnya terbentuk untuk menjadi
komunitas yang memiliki beberapa kegiatan.
Disamping kegiatan tersebut, komunitas Disabilitas ini memiliki dua
bidang untuk menyalurkan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh anggota
disabilitas diantaranya ada bidang olahraga yang akan diarahkan Kembali
kepada organisasi Nasional Paralympic Comittee of Indonesian (NPCI),
organisasi ini merupakan menghimpun para atlit yang khusus bagi
penyandang disabilitas. Kedua, bidang kesenian yang meningkatkan
keterampilan dalam membuat kain batik dan dapat memproduksi kain batik
secara mandiri. dalam komunitas ini mereka sudah membuat brand kain batik
sendiri dengan nama Batik Sawargi. Hampir Setiap bulan mereka
memproduksi kain batik tetapi masih kurang untuk menunjang kesejahteraan
mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. hal ini merupakan
kurangnya dukungan dari masyarakat dan strategi pemasaran yang masih
kurang meluas. Mereka memproduksi kain batik hanya jika ada pesanan.
Adapun hasil kain batik yang mereka produksi merupakan kualitas
yang tidak kalah dengan bahan kain batik pada umumnya, secara kualitas
mereka dapat bersaing di pasaran. dalam produksi kain batik ini mereka tidak
hanya membuat kain batik tulis saja, melainkan kain batik dengan
menggunakan cap.
Pemberdayaan SDM Dalam Mengembangkan Potensi Melalui
Keterampilan Membatik
Menurut Munawar Noor (2011), Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
sebagai strategi alternative dalam pembangunan telah berkembang dalam
12 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

berbagai literatur dan pemikiran walaupun dalam kenyataannya belum secara


maksimal dalam implementasinya. Dalam memberdayakan potensi anggota
disabilitas, Ketua Komunitas Disabilitas Cianjur yaitu Kang Asep Hermawan
berupaya men ghimpun serta mengajak beberapa anggota yang siap untuk
berkomitmen dengan tujuan yang sama, yaitu mengembangkan minat dan
bakat yang dimiliki sehingga menjadi sebuah karya yang nyata. Tidak semua
anggota kelompok disabilitas dapat berkomitmen dan ikut berkontribusi
dalam pembuatan kain batik tersebut. Ada beberapa anggota kelompok
disabilitas yang diarahkan untuk mengikuti kegaiatan organisasi National
Paralimpic Comittee of Indonesia (NPCI) yang khusus bergerak dalam
bidang olahraga bagi kelompok disabilitas.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yaitu yang bersifat “people-centered,
participatory, empowering, and sustainable” (Setiawan, 2012:349)
Prinsip utama dalam pemberdayaan terdiri atas, sebagai berikut: (1)
Pendekatan dari bawah (buttom up approach). Pada kondisi ini pengelola dan
para stakeholder menyetujui tujuan yang ingin dicapai untuknkemudian
mengembangkankgagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk
mencapaintujuan yang telah dirumuskan sebelumnya; (2) Partisipasi
(participation) yaitu setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam
setiap fase perencanaan dan perencanaan; (3) Konsep keberkelanjutan. Yaitu
pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga
program pembangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan
ekonomi; (4) Keterpaduan. Yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal,
regional dan nasional; (5) Keuntungan sosial dan ekonomi yaitu bagian dari
program pengelola. (Jamaludin, 2017: 249)
Kegiatan pemberdyaan pada setiap individu dalam suatu organisasi
merupakan suatu siklus kegiatan yang terdiri dari : (1) Menumbuhkan
keinginan pada diri seseorang untuk berubah dan memperbaiki, yang
merupakan titik awal perlunya pemberdayaan. Tanpa adanya keinginan untuk
berubah dan memperbaiki, maka semua upaya pemberdyaan masyarakat
yang dilakukan tidak akan memperoleh perhatian, simpati, arau partisipasi
masyarakat; (2) Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan
diri dari kesenangan atau kenikmatan dan atau hambata- hambatan yang
dirasakan untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti pember
dayaandemi terwujudnya perubahan dan perbaikan yang diharapkan; (3)
Mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil bagian dalam

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13


D. Fauzia

kegiatan pemberdyaan yang memberikan manfaat atau perbaikan keadaan;


(4) Peningkatan peran atau partisipasidalam kegiatan pemberdayaan yang
telah dirasakan manfaat atau perbaikannya; (5) Peningkatan peran dan
kesetiaan pada kegiatan pemberdayaan yang ditunjukan berkembangnya
motivasi- motivasi untuk melakukan perubahan; (6) Peningkatan efektivitas
dan efisiensi kegiatan pemberdayaan; (7) Peningkatan kompetensi untuk
melakukan perubahan melalui kegiatan pemberdayaan yang baru; (8)
Kegiatan kegitan pemberdayaan biasanya dilakukan secara berkelompok dan
terorganisir dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan
pelatihan atau lifeskill, ekonomi produktif, dan perawatan sosial, seperti
penyadaran serta pengubahan sikap dan perilaku, advokasi, pendamping dan
pembelaan hak-hak masyarakat. ( Mardikanto, 2015 : 122)
Pemberdayaan dalam pelaksanaannya sebagai penunjang dalam
meraih taraf kehidupan dan kesetaran gender yaitu antara laki-laki dan
perempuan yang mampu melakukan gerakan perubahan pada seluruh bidang.
Kesuksesan pemberdayaan perempuan menjadi goals semua orang. Tetapi,
terdapat indikator yang menunjukkan suatu kesukesan yang telah dicapai
dalam pemberdayaan perempuan (Suharto, 2003 : 57).
Keberhasilan program yang dilaksanakan dengan proses maksimal
tentu akan membuahkan hasil yang sejalan dengan tujuan yang direncanakan
hal itu di kemukakan oleh Sukmadi (2012 : 18) yaitu pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat merupakan pengetahuan tentang fenomena serta persmalahan
yang berhubungan dengan upaya manusia secara perseorangan (pribadi),
kelompok (organisasi, kelompok, suku bangsa) dalam memenuhi kebutuhan
yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.
Ketua komunitas mengajak beberapa anggota disabilitas agar
membuat suatu karya untuk dapat memberdayakan potensi dan kemampuan
yang dimiliki, dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas setiap
individu dan meningkatkan kreatifitas dalam keterampilan membuat kain
batik tulis. Selain daripada itu, kegiatan ini dapat juga sebagai salah satu
sumber penghasilan yang dapat mereka manfaatkan untuk kesejahteraan bagi
anggota komunitas.
“Saya mengajak orang yang disabilitas yang mau bergabung,
berkomitmen dan yang masih berusia produkti, tetapi sebagian dari
mereka menilai kurang penting bergabung dalam komunitas ini, sebab
mereka menganggap kurang penting.” Hasil wawancara dengan Ketua
Komunitas Disabilitas Cianjur pada tanggal 20 Pebruari 2021

14 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Simpulan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kang


Asep Hermawan selaku ketua komunitas menjelaskan bahwa tidak semua
anggota disabilitas mampu ataupun ingin diberdayakan untuk meningkatkan
kemampuan serta kualitas untuk keberdayaan potensi dan keahlian individu.
Masih banyak diantara mereka hanya ingin menunggu bantuan dari
pemerintah.

Proses Pemberdayaan Anggota Dalam Keterampilan Membatik


Pemberdayaan merupakan suatu kapabilitas yang dimiliki individu atau
kelompok masyarakat, khususnya bagi mereka yang kurang berdaya dalam
segi ekonomi, atau kemampuan yang kemudian dimanfaatkan dalam
melakukan suatu hal. (Suharto, 2005:58)
Pemberdayaan berarti investasi pada masyarakat, khususnya
masyarakat miskin. Pemberdayaan menunjukkan keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berbeda,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas hidupnya. (Suharto, 2009:60).
Menurut Sulistiyani (2017: 83-84), terdapat beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam proses pemberdayaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai
berikut: a) Tahap penyadaran, merupakan tahapan pembentukan prilaku
menuju priilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri. b) Tahap transpormasi, merupakan tahap untuk menambah
kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan agar
terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat
mengambil peran dalam pembangunan. c) Tahap peningkatan kemampuan
intelektual, merupakan tahapan berupa kecakapan dalam keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
menghantarkan pada kemandirian
Sebelum dibentuknya komunitas disabilitas ini, beberapa anggota
pernah mengikuti program pelatihan keterampilan membatik yang
diselenggarakan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat serta mengajak
kelompok disabilitas yang dilihat masih produktif. Selain program yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi, ada sebagian orang yang bekerja
dalam usaha produksi batik yang bernama Mitra Jaya Batik.
Menurut pandangan Yanuar Ilfaturrahman (2017) menjelaskan bahwa
dalam pemberdayaan perlu adanya suatu Strategi pemberdayaan yang tepat
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 15
D. Fauzia

digunakan untuk kelompok disabilitas Restu Abadi di kecamatan Purworejo


adalah mengajukan pelatihan wirausaha kepada pemerintah serta
melaksanakan pengembangan usaha, meminta bantuan kepada pemerintah
dalam memajukan usaha kelompok, dan melakukan wirausaha dibidang
olahan pangan bersama anggota dalam meningkatkan pendapatan.
Memberdayakan tentunya dengan tujuan mendidik masyarakat
agar mampu mendidik diri mereka sendiri atau membantu masyarakat
agar mampu membantu diri mereka sendiri. Tujuan yang ingin dicapai
melalui usaha pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang
mandiri, berswadaya dan mampu mengadopsi inovasi, dalam membentuk
penyuluhan pembangunan, pendidikan keterampilan, pelatihan-pelatihan
dan sebagainya (Kuswana, 2018:86)
Dari beberapa hal yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, maka
secara praksis, kegiatan pemberdayaan melalui keterampilan membatik
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut: Mendorong
masyarakat yang berprofesi sebagai pengajar untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai bekal mengajar, Mendorong
para karyawan atau para pengusaha untuk meningkatkan tingkat kualitas dan
kuantitas produksi mereka, Memotivasi masyarakat yang baru lulus SMA
yang masih bingung untuk menentukan bidang apa yang akan dia tekuni atau
belum memiliki keahlian khusus untuk memiliki keahlian khusus sebagai
bekal hidup. d. Memotivasi masyarakat yang tidak bisa mengandalkan ijasah
(lulusan SMA, S-1, dan seterusnya) agar memiliki bekal kemampuan
keterampilan dan akan mudah untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha
sendiri. e. Membangkitkan bakat masyarakat dalam bidang tertentu sesuai
dengan pelatihan keterampilan yang diikuti di BLK Bantul. f. Meningkatkan
sumber daya manusia (SDM) masyarakat Bantul sehingga masyarakat Bantul
mampu bekerja dan berkarya dengan maksimal. g. Mendampingi masyarakat
serta membantu pemasaran dari usaha mereka. h. Menjalin kerjasama dengan
para alumni yang membuka usaha demi kemajuan usaha mereka. i.
Memberikan informasi kepada para warga belajar dan alumni tentang
lowongan pekerjaan, program-program LBK, dan informasi lain yang
bermanfaat bagi mereka, khususnya untuk kemajuan perekonomian mereka
Setelah program pemerintah tersebut selesai dan usaha batik ini sudah
tidak lagi memproduksi kain batik, anggota disabilitas tidak lagi produktif
karena tidak ada kegiatan sama sekali, mereka hanya sering mengunjungi
Gedung Loka Bina Karya. Setelah beberapa waktu mereka tidak ada kegiatan
dan tidak memiliki penghasilan sama sekali selama bebebrapa waktu.

16 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Pada awal tahun 2020 Kang Asep Hermawan berinisiatif mengajak


anggota disabilitas yang sudah pernah memiliki bekal kemampuan untuk
menciptakan usaha bersama yaitu memproduksi kain batik dan membuat
merek bernama Batik Sawargi. Setelah berdirinya Batik Sawargi ini,
beberapa anggota disabilitas ini menjadi produktif kembali serta mereka
dapat mengembangkan minat dan bakat untuk lebih meningkatkan dalam
kreatifitas keterampilan membatik. Tidak hanya dapat memberdayakan
keterampiran mereka tetapi juga mereka mendapat penghasilan dari
penjualan batik tulis tersebut.
Dengan demikian menjadi tugas yang sangat penting bagi
menegemen pembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan
iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan komunitas
disabilitas cianjuur. Inisiatif yang dilakukan oleh Kang Asep Hermawan
untuk merupakan salah satu bentuk langkah awal menuju proses
pemberdayaan dengan menghimpun dan mengajak anggota lain untuk
membentuk suatu gerakan pemberdayaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan taraf hidup individu dan mendorong mereka untuk
memanfaatkan waktu luang mereka (Gumilar, S. & Firman : 2022)
Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Memberdayakan SDM
Dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan melalui keterampilan
membatik, anggota komunitas disabilitas perlu adanya dukungan dan
kekuatan serta peluang untuk dapat menunjang keberhasilan untuk
mewujudkan pemberdayaan dan meningkatkan kemampuan yang menjadi
suatu potensi terhadap setiap individu. Kegiatan ini merupakan hal yang
positif untuk mengurangi masalah sosial dan menjadi solusi bagi
kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya arahan dan bimbigan untuk menuju
berdaya serta menjadi kelompok masyarakat yang mandiri dalam
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dukungan dari pemerintah di
kabupaten Cianjur serta masyarakat sekitar yang perlu menjadi sebuah
perhatian dan memberi dorongan untuk mendukung keberadaan komunitas
disabilitas dan keberhasilan dalam mewujudkan kemandirian kelompok
disabilitas dalam membanguan roda bisnis yang bias memberi daya nilai jual
berupa pembuatan keterampilan kain batik ini.
Menurut Nurul Syobah, (2018) menjelaskan bahwa model
pemberdayaan berbasis komunitas telah mulai dikembangkan guna mengatasi
berbagai hambatan tersebut. Masih banyak penyandang disabilitas di daerah
yang berjuang sendiri dibantu oleh komunita. Agar berdaya, penyandang
disabilitas perlu mengenyam pendidikan yang layak. Sarana dan prasarana

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 17


D. Fauzia

penunjang aktifitas pembelajaran tentunya harus didesain se-inklusif


mungkin.
Adapun faktor pendukung dalam Mukminina, (2013) pelaksanaan
keterampilan membatik yaitu, Adanya rasa optimis dan semangat dalam
merintis suatu program membatik yang dikelola oleh penyandang disabilitas,
Anggota yang sudah mumpuni dan memiliki pengalaman dalam pembuatan
batik tulis dari hasil mereka menjadi keryawan dan peserta pelatihan, Tempat
yang dapat menampung mereka untuk memproduksi kain batik, Peralatan dan
bahan yang dapat mereka manfaatkan untuk memproduksi kain batik.,
Promosi melalui relasi dan social media dalam menawarkan kain batik,
Anggota yang memiliki solideritas dan rasa kekeluargaan yang cukup erat.
Menurut Hamzah B. Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan internal dan eksternal dalam diri seorang yang diindikasikan
dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-
cita, pengharapan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang
membuat seseorang bertindak.
Menurut Munandar (2011) adalah suatu rencana yang disusun dengan
sistematis yang meliputi semua aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam
unit atau kesatuan maneter yang berlaku untuk jangka waktu tertentu. Sarana
dan Prasarana yang dimaksud dengan sarana adalah sesuatu yang dapat
digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan adanya
sarana dan prasarana kegiatan masyarakat dalam pemberdayaan tersebut
tidak terlepas dari rendahnya sumber daya manusia itu, hal ini karena
masyarakat di desa sangatlah sederhana dan belum memahami hal-hal yang
berkaitan dengan keinginan masyarakat (Almasari & Devi, 2014).
Penghambat merupakan suatu tantangan dalam melakukan kegiatan
yang positif. Hal ini merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari karena
faktor ini berfungsi untuk memperbaiki jika ada hal yang kurang baik. Faktor
penghambat ini dapat diselesaikan dengan adanya kekuatan yang komunitas
miliki dan peluang yang mereka ambil utuk dapat terus bergerak dan
mengevaluasi serta dapat menjadi bahan untuk perbaikan. Beberapa faktor
penghambat dalam pelaksanaan keterampilanmembatik diantaranya:
Kurangnya pengetahuan mengenai pemasaran produ, Keterbatasan dalam
melakukan banyak hal, Kurangnya modal dalam melengkapi alat dan bahan
dalam menunjang keberlangsungan membatik Lama dalam pengerjaan kain
batik karena proses yang cukup panjang (Margayaningsih D, 2018).

Keberhasilan Pemberdayaan Komunitas Dalam Meningkatkan


18 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Produktifitas Anggota
Keberhasilan program yang di laksanakan dengan proses maksimal tentu
akan membuahkan hasil yang sejalan dengan tujuan yang direncanakan hal
itu di kemukakan oleh Sukmadi (2012) yaitu pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat merupakan pengetahuan tentang fenomena serta permasalahan
yang berhubungan dengan upaya manusia secara perseorangan (pribadi),
kelompok (organisasi, kelompok, suku bangsa) dalam memenuhi kebutuhan
yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.
Pada awal komunitas menghasilkan batik, mereka hanya menawarkan
jasa pembuatan batik dan menjadi suplier perusahaan kain batik lain. Apabila
perusahaan batik tersebut mendapatkan pesanan yang melebihi kemampuan
produksi mereka, maka akan diserahkan kepada komunitas untuk membantu
menyelesaikan pesanan kain batik tersebut. Karena proses pengerjaan kain
batik ini yang cukup panjang, oleh karena itu komunitas membantu untuk
menyelesaikan beberapa pesanan yang lebih kemampuan. konsep
pemberdayaan adalah tingkat kemajuan yang harus dicapai sehingga
kelompok masyarakat dapat membangun dan memelihara kelangsungan
hidupnya berdasarkan kekuatannya sendiri secara berkelanjutan , artinya
untuk membangun bangsa yang mandiri dibutukan perekonomian yang
mapan, (Noor, M. : 2011)

Sesuai dengan pernyataan Soeharto (2003) bahwa keberhasilan


pemberdayaan ialah mewujudkan kemandirian masyarakat khususnya
perempuan. Tidak hanya itu, indikator keberhasilannya yang lain ialah
terciptanya kemandirian masyarakat, dimana dinyatakan mandiri ialah bisa
menangani permasalahannya secara pribadi, baik masalah budaya, sosial,
serta ekonomi.

Sedangkan menurut Danica & Priyanka (2018) keberhasilan suatu


program pemberdayaan dapat dilihat dari hasil yang dirasakan sebagai
realisasi dari tujuan pemberdayaan. Menurut Suharto (2014) tujuan dari
pemberdayaan merupakan wujud nyata atau hasil yang ingin dicapai dari
suatu perubahan sosial. Pencapaian hasil dari suatu pemberdayaan dapat
dilihat dengan menggunakan suatu standar yang disebut indikator
pemberdayaan sebagaimana dirumuskan oleh Schuler dkk dalam Suharto
(2005) yang disebut dengan empowerment index atau indeks pemberdayaan
yang meliputi kebebasan mobilitas, kemampuan membeli komoditas kecil,
kemampuan membeli komoditas besar, terlibat dalam keputusan-keputusan
rumah tangga, kebebasan relatif dari dominasi keluarga, kesadaran hukum

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 19


D. Fauzia

dan politik, keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes, jaminan


ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.
Anggota disabilitas dalam merintis hasil produksi sendiri mengalami
proses yang cukup panjang. mereka menawarkan kepada orang-orang yang
berada disekeliling mereka. Tidak jarang mereka dalam satu bulan hanya
memproduksi satu kain pesanan. Hal tersebut tidak melunturkan semangat
mereka untuk terus menawarkan kain batik yang mereka buat. Seiring
bejalannya waktu, beberapa orang mulai mengenal dan mengetahui tentang
produksi kain batik yang terdapat di Cianjur kemudian mulai mengenal kain
Batik Sawargi meskipun masih sidikit sekali orang yang mengetahuinya.
Ketua Komunitas Disabilitas Cianjur yaitu Kang asep Hermawan
mengusulkan untuk membentuk suatu nama merek batik sendiri. Uslan itu
kemudian disepakati oleh beberapa orang yang terlibat dalam membatik yang
dibentuk pada awal tahun 2020.
Saat ini produksi kain batik yang dihasilkan oleh anggota disabilitas
mulai mengalami kenaikan produksi meskipun tidak secara signifikan. Pada
bulan Juli 2021 Batik Sawargi dapat mencapai 12 lembar kain pesanan. Hal
ini menunjukkan kenaikan dan pencapaian yang dihasilkan oleh Komunitas
Disabilitas Cianjur. Unggahan dalam akun instagram sudah mulai sering
dibagikan sampai proses pembuatan kain batik untuk menarik para pengikut
dan merupakan srategi peasaran dalam unggahan media sosial.

PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Disabilitas
mengenai pemberdayaan anggota melalui keterampilan membatik pada
Cianjur (KDC). Dari sahil penelitian dan pembahasan sebelumnya bahwa
dapat menarik kesimpulan yaitu Proses pemberdayaan Sumber Daya Manusia
terhadap komunitas Disabilitas meliputi kedalam dua bagian pertama
beberapa anggota komunitas pernah menjadi pekerja dalam salah satu usaha
dalam memproduksi kain batik, sehingga mereka memiliki potensi dalam
memproduksi sendir. Mereka bergabung dalam usaha yang bernama Mitra
jaya batik pada tahun 2016 sampai 2018. Yang kedua, sebagian dari mereka
itu pernah mengikuti pelatihan dalam keterampilan membatik yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat dalam rangka
pemberdayaan kelompok disabilitas yang dilaksanakan pada tahun 2016.
Meraka sempat mengalami tidak produktif dan tidak memiliki
penghasilan, sedangkan kebutuhan pokok harus terus terpenuhi. Ditahun
2020 pada bulan maret, mereka berinisiatif untuk membentuk suatu
20 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

komunitas yang bertujuan sebagai tempat mereka berkarya dan mempererat


tali rasa persaudaraan yabg kuat. Dalam komunitas ini kang asep hermawan
selaku ketua komunitas mengajak orang disabilitas yang sering mengunjungi
gedung Loka Bina Karya untuk kemudian diarahkan kedalam bidang
olahraga yang menjadi atlit dalam organisasi NPCI dan sebagian diajak untuk
merintis karya dalam memproduksi kain batik Faktor yang mendukung dalam
pelaksanaan pemberdayaan SDM melalui keterampilan membatik yaitu
anggota yang pernah bekerja sebagai pegawai dalam usaha membatik
kemudian diberdayakan kembali pada komunitas ini, semangat dan
optimisme dalam berkaya yang ditularkan oleh kang Asep Hermawan bahwa
disabilitaspun dapat bersaing dengan hasil yang baik.
Faktor penghambat dalam pelaksanaan membatik yaitu kurangnya
beberapa fasilitas yang menunjang dalam pelaksanaan membatik sehingga
mereka perlu untuk memanfaatkan fasilitas seadanya dan mengasah
kreativitas dalam membuat fasilitas untuk menunjang proses membatik,
Keterbatasan dalam melakukan suatu hal karena masing-masing anggota
memiliki keterbatasan yang unik dalam menyelesaikan pekerjaan olehkarena
itu mereka sudah memiliki tugas masing-masing dalam mengerjakan kain
batik.Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pemberdayaan SDM
melalui keterampilan membatik yaitu anggota yang pernah bekerja sebagai
pegawai dalam usaha membatik kemudian diberdayakan kembali pada
komunitas ini, semangat dan optimisme dalam berkaya yang ditularkan oleh
kang Asep Hermawan bahwa disabilitaspun dapat bersaing dengan hasil yang
baik.
Dalam mengurangi masalah sosial yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat dan mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya
kelompok yang menyandang disabilitas pemerintah kabupaten cianjur perlu
mendukung segala bentuk kegiatan yang menunjang keberdayaan mereka.
Adanya dukungan dan perhatian khusus bagi kelompok penyandang
disabilitas dapat membuat mereka merasa diakui juga pandangan atau stigma
masyarakat terhadap kelompok disabilitas tidak lagi dianggap sebagai
kelompok yang dikesampingkan
Komunitas disabilitas Cianjur ini merupakan suatu upaya yang di
lakukan oleh kelompok masyarakat disabilitas cianjur dalam mengurangi
adanya masalah sosial sehingga membuat kegiatan yang positifdan produktif.
Kang Asephermawan selaku anggota yang dipilih menjadi ketua komunitas
tersebut membuat keterampilan membatik yang memiiki daya tarik dan
memberi nilai ekonomi sehingga mendapatkan hasil dari penjualan kain

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 21


D. Fauzia

batik. Berangkat dari anggapan disabilitas yang tidakproduk danmendapatkan


perlakuan diskriminasi darilingkungan dan kurangnya perhatian dari
pemerintah akhirnya membuktikan bahwa kelompok masyarakan disabilitas
bisa menciptakan kreatifitas dan lapangan pekerjaan secara mandiri, menurut
Arnold yang mengatakan bahwa kondisi menantang yang dihadapi manusia
akan memicu kreativitas manusia. Dalam situasi tersebut, manusia ditantang
dan dirangsang untuk melakukan sesuatu (Lin Yan Syah, 2019).

22 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

DAFTAR PUSTAKA
Almasari & Devi, Deswimar. 2014. Program Pemebrdayaan Desa dalam
Pembangunan Pedesaan. Pekanbaru: e-jurnal El-Riyasah Vol.5 No.1.
DOI: http://dx.doi.org/10.24014/jel.v5i1.657.
Bahua & Ikbal. (2016). Kinerja Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Deepublish Cv. Budi Utama.
Danica & Priyanca. (2018). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro melalui
Dana Zakat Produktif. Jurnal Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies Vol 12(1)
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Fakhruroji & Nunung. (2022). Utilizing WhatsApp for Mutaba’ah during the
Covid-19 Pandemic: Experiences of Ruquu Community Members in
Bandung. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, Vol.
16 No. 1. DOI: 10.15575/idajhs.v16i1.17178.
Gumilar, S. & Firman . 2022. Hasan al-Banna and Ikhwanul Muslimin’s
Da’wah Movement in Egypt. Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies, Vol. 16 No. 2. DOI: 10.15575/idajhs.v16i2.20982.
Ilfahturrahman , Y. (2017) Didik Widiyantono, Dyah Panuntun Utami. Strategi
Pemberdayaan Kelompok Disabilitas Di Kabupaten Purworejo. Purworejo:
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Jamaludin, A. N. (2017). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota
dan Problematikanya. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Kartasasmita, G.1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta : CIDES.
Kartasasmita & Anwar . 2007. Pembangunan Menuju Bangsa Yang Maju
DanMandiri, Pidato Ilmiah penerimaan gelar Dr.HC dalam Ilmu
Administrasi Pembangunan dari Universitas Gajah Mada, 15 April
1995.
Kuswana, D (2018) Jurnal Tamkin: Jurnal Peran Pondok Pesantren Al-
Ittihad Cianjur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Lamuji. (2019). Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Oeh Batik Tulis
Shihaali di Kampung Tunggal Warga Kecamatan Banjar Agung
Kabupaten Tulang Bawang, Pengembangan Masyarakat Islam, Dakwah
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 23
D. Fauzia

dan Komunikasi, UIN Raden Intan, Lampung.


Mardikanto, Totok. (2015). “Pemberdayaan Masyarakat”, Bandung:
Alfabeta. Zaenal, Mukarom (2008). “Metode Riset Aksi” (Sebuah
Pengantar)”. Cibiru Bandung: Pustaka Al-Kasyaf.
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI.
Margayaningsih, dwi I. 2018. Peran Masyarakat Dalam Kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat Di Desa. Universidats Tulungagung.
Mukminina, A. (2013). Pemberdayaan Disabilits Melalui Program
Keterampilan Menjahit di Yayasan Wisa Cheshire Jakarta Selatan,
Prodi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Munandar , A. S. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Nawawi & Martini Hadari. (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
UGM Press.

Noor, Munawar. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS, No. 2.


Prahasti, S. (2020). Pemberdayaan penyandang Disabilitas melalui kerajinan
batik tulis khas Lampung dikemiling Bandar Lampung, Pengembagan
Masyarakat Islam, Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan,
Lampung.
Rizzana, Andi R. A. 2022. Peran Dinas Sosial Dalam Pemberdayaan Disabilitas
Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga, Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Vol 1, No 1. UIN Datokarama Palu.
Sadiah, D. 2015. Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Bandung: Rosda Karya.
Safei, A. A. & Machendrawaty, N. (2001). Pengembangan Masyarakat
Islam. Bandung: Rosda
Setiawan, A. I. (2012) Jurnal llmu Dakwah : Jurnal Dakwah berbasis
pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan mad’u. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
Suhailah H. dan Maulana. (2018). Peran Dinas Sosial Dalam Pemberdayaan
Penyandang Disabilitas Di Kota Binjai. Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Volume 6 No. 2. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

24 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik

Soeharto, E. (2003). Membangun Masyarakat Melalui Masyarakat. Bandung:


Refika Aditama.
Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat:
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Suharto, E. (2009). Metodologi Pengembangan Masyarakat: Jurnal Comev:
Jakarta, BEMJPMI, Vol. I H. 3.
Suharto, E. (2014). Kemiskinan & Perlindungan Sosial di
Indonesia,Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang
Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadi. (2012). Pengantar Ekonomi Bisnis. Bandung: Humaniora Utama
Press.
Sulistiyani, A. T. 2017. Kemitraan Dan Model-Model
Pemberdayaan.Yogyakarta: GAVA MEDIA.
Sulistiyani, A. T. 2017. Kemitraan Dan Model-Model
Pemberdayaan.Yogyakarta: GAVA MEDIA.
Sumodiningrat . (1999). Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat Tani. Jakarta: PT Bina Rena Parawira.
Syah, Lin Yan. (2019). Perilaku organisasi konsep dan implementasi. Bogor: in
media
Syobah , Nurul. 2018. “Pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Provinsi
Kalimantan Timur”, Nuansa. Vol.15. Nomor. 2.
Uno , Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wijaja, H. (2003). Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli Bulat dan Utuh.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktek. Jakarta: Pustaka
Kencana Prenada Media Group.

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 25

Anda mungkin juga menyukai