¹Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
² Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
Email : dianafauzia2@gmail.com
ABSTRAK
Penyandang disabilitas merupakan masyarakat yang memiliki suatu
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama denga masyarakat pada
umunya dalam segala aspek kehidupan. Penyandang disabilitas harus
mendapatkan perhatian khusus serta dapat didayagunakan agar kelompok
masyarakat disabilitas memiliki kemampuan keterampilan dalam menjalani
kehidupan yang mandiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana proses, hasil dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
dalam program pemberdayaan pada komunitas disabilitas cianjur (KDC).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif
deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa dalam proses pemberdayaan komunitas disabilitas ini di bagi dalam
dua aspek yaitu olahraga yang kemudian menjadi atlit organisasi Nasional
Paralympic Committe Indonesia dan ada dalam bidang kesenian yaitu
keterampilan membatik. Sedangkan hasil dari proses pemberdayaan ini yaitu
adanya peningkatan kemampuan dari setiap anggota komunitas. Adapun
fakor pendukung proes pemberdayaan ini ialah adanya solidaritas yang kuat
dalam komunitas ini sedangkan faktor penghambatnya ialah kurangnya
kemampuan dalam pemasaran dan minimnya sarana dan prasarana.
Kata Kunci : Pemberdayaan, disabilitas, membatik
ABSTRACT
Persons with disabilities are members of society who have the same position, rights,
obligations and roles as society in general in all aspects of life. Persons with
disabilities must receive special attention and can be utilized so that groups of
people with disabilities have the skills to live an independent life. The purpose of
this study is to find out how the process, results and what are the supporting and
inhibiting factors in the empowerment program for the Cianjur disability community
(KDC). The method used in this research is descriptive qualitative method. The
results of the research conducted, the researchers concluded that in the process of
empowering the disabled community, they were divided into two fields, namely
sports which later became athletes for the Indonesian National Paralympic
Committee organization and in the field of arts, namely batik skills. While the result
of this empowerment process is that there can be an increase in the ability of each
member of the community. The supporting factor for this empowerment process is
the existence of strong solidarity in this community, while the inhibiting factor is the
lack of skills in marketing.
Keywords: Empowerment, Disability, batik
PENDAHULUAN
Disabilitas masih menjadi masalah dalam membangun kesejahteraan sosial
dan menjadi masalah individu yang memiliki keterbatasan dalam beraktifitas
atau ketidak fungsian dari bagian tubuh atau suatu organ. Disabilitas sering
dijumpai sebagai urusan pelayanan Kesehatan dan sosial, sehingga
penanganannya belum meliputi semua lintas bidang.
Hal diatas merupakan suatu kekuranagan atau kecacatan yang
menjelaskan ketidak fungsian secara jelas yang dapat diukur, dilihat, karena
ada bagian tubuh/oragan yang tidak ada atau tidak seperti orang yang tidak
menderita kecacatan. (Mangunsong, 1998)
Disabilitas merupakan Warga Negara Indonesia yang tidak bisa
dihindarkan dari sosial di masyarakat. Mereka memiliki kesamaan suatu
kedudukan, hak, kewajiban dan peran dengan masyarakat pada umumnya
dalam segala aspek kehidupan dan kesejahteraan, baik dari segi pendidikan,
ketenagakerjaan, komunikasi dan lain-lain sesuai dengan UU No. 8 Tahun
2016 tentang Penyandangan Disabilitas. Dengan hal tersebut penyandang
disabilitas harus memperoleh perhatian khusus dan dapat didayagunakan
sebagaimana layaknya manusia sebagai Warga Negara Indonesia seperti pada
umumnnya, supaya kelompok masyarakat disabilitas memiliki potensi
keterampilan dalam menjalani kehidupannya dan dapat mandiri.
dikembangkan dan menjadi daya tarik dan nilai ekonomi yang bisa jadi
menghasilkan berupa barang dan jasa menciptakan kemandirian dan tidak
berkegantungan dari bantuan sosial atau oleh pemerintah.
Salah satu pemberdayaan dapat bergerk dan terus berjalan salah
satunya timbul dari inisiatif yang dilakukan oleh salah satu anggota
kelompok masyarakat disabilitas di kabupaten Cianjur. Peran pemerintah
secara optimal dalam mengenali hambatan-hambatan yang mencegah
penyandang disabilitas dari kehidupan sosial dan pribadi yang layak adalah
tantangan yang mesti ditanggapi oleh para pelaku pemberdayaan.
Pemberdayaan kelompok disabilitas, dengan demikian, haruslah dilakukan
sesuai dengan memodifikasi lingkungan sehingga hambatan-hambatan fisik
maupun sosial tersebut menjadi minimal. Tantangan selanjutnya adalah
melengkapi para penyandang disabilitas dengan keterampilan kerja yang
memadai dan relevan dengan kondisi anatomis dan fungsional mereka. Salah
satu yang menunjang dalam terlaksananya pemberdayaan yaitu dengan
menghimpun anggota kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian
khusus oleh pemerintah sehingga mudah sekali dalam pendataan dan
mengkategotikan kelompok masyarakat disabilitas ketika mendapkan
program pemberdayaan berupa bantuan sosial, atau pelatihan yang dilakukan
oleh lembaga atau instansi pemerintah atau oleh para pelaku pemberdaya
sosial (Syobah N, 2018).
Pengertian komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang
hidup pada waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memeiliki derajat keterpaduan
yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam ilmu sosiologi komunitas dapat diartikan sebagai kelompok
orang yang saling berinteraksi yang ada di lokasi tertentu. Namun definisi ini
terus berkembang dan diperluas menjadi individu-individu yang memiliki
kesamaan konsep diriistik tanpa melihat lokasi atau tipe interaksinya. Sebuah
komunitas memiliki empat ciri utama, yaitu : a. Adanya keanggotaan di
dalamnya. Sangat tidak mungkin ada komunitas tanpa anggota di dalamnya.
b. Saling memengaruhi. Antar anggota komunitas dapat saling memengaruhi
satu dengan yang lainnya. c. Adanya integrasi dan pemenuhan kebutuhan
antar anggota. d. Adanya ikatan emosional antar anggota. Bisa dikatakan
bahwa inti komunitas terletak pada kelompok orang yang memiliki identitas
yang hampir sama di mana faktor lokasi tidak terlalu relevan lagi. Yang
terpenting anggota komunitas harus berinteraksi secara reguler (Zubaedi, 2013
).
Komunitas disabilitas merupakan suatu wadah yang dapat
menampung orang-orang yang memiliki keterbatasan khusus. Dalam
komunitas ini, seseorang yang memiliki keterbatasan dapat diberdayakan
sesuai dengan minat yang mereka pilih dan dapat menghasilkan suatu karya
yang kemudian dapat menjadi nilai jual yang mendapatkan keuntungan dari
hasil penjualan produk yang mereka buat berupa kerajinan kain batik.
Upaya kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah
selaku instansi yang memang menangani masalah penyandang disabilitas
berupa kegiatan pelatihan keterampilan. Terkait dengan uraian tersebut,
kegiatan pelatihan yang diberikan seharusnya tidak hanya diberikan setahun
sekali, dan bentuk pelatihan yang diberikan juga harus diperluas tidak hanya
dengan pelatihan keterampilan namun dapat berupa kegiatan pemberdayaan
yang memberikan peluang atau akses yang lebih besar bagi penyandang
disabilitas sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya, (Noor, M. :
2011)
Produk keterampilan membatik sebagai karya disabilitas dalam suatu
komunitas disabilitas di gedung Loka Bina Karya, Kabupaten Cianjur
merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
kelompok masyarakat penyandang disabilitas lewat pendekatan
pengembangan keahlian atau kemampuan yang dilangsungkan dengan cara
mengajak, kemudian mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.
Dalam rangka untuk meningkatkan potensi pada suatu keterampilan yang
menjadi nilai ekonomi untuk menyejahterakan kelompok disabilitas yang
masih sempit dalam memiliki lapangan pekerjaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Andi Rifka Ananda Rizzana (2022)
membahas mengenai bagaimana peran Dinas Sosial dalam pemberdayaan
penyandang disabilitas. Pemberdayaan dari Dinas Sosial terhadap penyandang
disabilitas salah satunya dengan cara mendayagunakan untuk dapat
mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui pembinaan dan pelatihan
yang intensif, sehingga mereka nantinya mempunyai bekal untuk hidup
secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Pemberdayaan bagi
penyandang disabilitas merupakan suatu upaya untuk membantu
meringankan beban dalam mencapai kesejahteraannya. Memberdayakan
penyandang disabilitas dilakukan untuk meningkatkan harkat dan martabat
penyandang disabilitas yang berada dalam kondisi lemah atau proses
6 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik
LANDASAN TEORITIS
Pada penelitian yang dilakukan guna mengetahui kegiatan pemberdayaan
komunitas oleh kelompok masyarakat disabilitas sebagai meningkatkan
keterampilan dan kemampuan anggota dalam membuat batik yang
membutuhkan beberapa jenis rujukan yang relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk melihat keberhasilan dari
penelitian yang dilakukan.
Sehingga peneliti ini berfokus kepada teori-teori mengenai
pemberdayaan, komunitas dan Summber Daya Manusia. Sehingga ketiga
teori ini sebagai kunci dari indikator keberhasilan penelitian yang digunakan.
Pemberdayaan dilakukan sebagai suatu proses untuk memandirikan
masyarakat, meningkatkan taraf hidup melalui sumber daya yang dimiliki
dengan sebaik mungkin. Agar hal ini terwujud, maka diperlukan proses
pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai pihak utama dalam
pemberdayaan. (Bahua & ikbal 2016:5)
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan merupakan kemampuan
seseorang, khususnya suatu kelompok masyarakat yang rentan dan lemah
sampai mereka mampu mempunyai kekuatan atau potensi untuk mencukupi
kebutuhan dasar yang pokok sehingga mereka mempunyai kebebasan atau
freedom. Dalam hal ini bukan hanya bebas dari kelaparan, kebodohan atau
bebas dari kesakitan. Melainkan mereka juga memiliki kebebasan hak untuk
berpendapat berhak memiliki kedudukan yang setara dan mampu dalam
bersaing. Juga kemampuan mereka dalam menjangkau sumber-sumber yang
menunjang mereka dalam meningkatkan pendapatan dan mendapatkan
barang dan jasa yang diperlukan, serta kemampuan ikut serta dalam proses
pembangunan dan keputusan yang memberi pengaruh di kehidupan mereka.
(Suharto, 2005:58)
Mengenai pemberdayaan tentu ada unsur masyarakat atau manusia
yang memerlukan suatu arahan untuk mencapai suatu tujuan baik yang
bermanfaat. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu daya yang
bersumber dari manusia itu sendiri berupa ide, tenaga, bahkan materi yang
dimaksud memiliki kemampuan/kompetensi untuk membangun, yaitu untuk
mampu memajukan dalam setiap kegiatan usaha/organisasi.
8 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik
Produktifitas Anggota
Keberhasilan program yang di laksanakan dengan proses maksimal tentu
akan membuahkan hasil yang sejalan dengan tujuan yang direncanakan hal
itu di kemukakan oleh Sukmadi (2012) yaitu pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat merupakan pengetahuan tentang fenomena serta permasalahan
yang berhubungan dengan upaya manusia secara perseorangan (pribadi),
kelompok (organisasi, kelompok, suku bangsa) dalam memenuhi kebutuhan
yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.
Pada awal komunitas menghasilkan batik, mereka hanya menawarkan
jasa pembuatan batik dan menjadi suplier perusahaan kain batik lain. Apabila
perusahaan batik tersebut mendapatkan pesanan yang melebihi kemampuan
produksi mereka, maka akan diserahkan kepada komunitas untuk membantu
menyelesaikan pesanan kain batik tersebut. Karena proses pengerjaan kain
batik ini yang cukup panjang, oleh karena itu komunitas membantu untuk
menyelesaikan beberapa pesanan yang lebih kemampuan. konsep
pemberdayaan adalah tingkat kemajuan yang harus dicapai sehingga
kelompok masyarakat dapat membangun dan memelihara kelangsungan
hidupnya berdasarkan kekuatannya sendiri secara berkelanjutan , artinya
untuk membangun bangsa yang mandiri dibutukan perekonomian yang
mapan, (Noor, M. : 2011)
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Disabilitas
mengenai pemberdayaan anggota melalui keterampilan membatik pada
Cianjur (KDC). Dari sahil penelitian dan pembahasan sebelumnya bahwa
dapat menarik kesimpulan yaitu Proses pemberdayaan Sumber Daya Manusia
terhadap komunitas Disabilitas meliputi kedalam dua bagian pertama
beberapa anggota komunitas pernah menjadi pekerja dalam salah satu usaha
dalam memproduksi kain batik, sehingga mereka memiliki potensi dalam
memproduksi sendir. Mereka bergabung dalam usaha yang bernama Mitra
jaya batik pada tahun 2016 sampai 2018. Yang kedua, sebagian dari mereka
itu pernah mengikuti pelatihan dalam keterampilan membatik yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat dalam rangka
pemberdayaan kelompok disabilitas yang dilaksanakan pada tahun 2016.
Meraka sempat mengalami tidak produktif dan tidak memiliki
penghasilan, sedangkan kebutuhan pokok harus terus terpenuhi. Ditahun
2020 pada bulan maret, mereka berinisiatif untuk membentuk suatu
20 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peningkatan Potensi Disabilitas Melaui Keterampian Membatik
DAFTAR PUSTAKA
Almasari & Devi, Deswimar. 2014. Program Pemebrdayaan Desa dalam
Pembangunan Pedesaan. Pekanbaru: e-jurnal El-Riyasah Vol.5 No.1.
DOI: http://dx.doi.org/10.24014/jel.v5i1.657.
Bahua & Ikbal. (2016). Kinerja Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Deepublish Cv. Budi Utama.
Danica & Priyanca. (2018). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro melalui
Dana Zakat Produktif. Jurnal Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies Vol 12(1)
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Fakhruroji & Nunung. (2022). Utilizing WhatsApp for Mutaba’ah during the
Covid-19 Pandemic: Experiences of Ruquu Community Members in
Bandung. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, Vol.
16 No. 1. DOI: 10.15575/idajhs.v16i1.17178.
Gumilar, S. & Firman . 2022. Hasan al-Banna and Ikhwanul Muslimin’s
Da’wah Movement in Egypt. Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic Studies, Vol. 16 No. 2. DOI: 10.15575/idajhs.v16i2.20982.
Ilfahturrahman , Y. (2017) Didik Widiyantono, Dyah Panuntun Utami. Strategi
Pemberdayaan Kelompok Disabilitas Di Kabupaten Purworejo. Purworejo:
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Jamaludin, A. N. (2017). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota
dan Problematikanya. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Kartasasmita, G.1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta : CIDES.
Kartasasmita & Anwar . 2007. Pembangunan Menuju Bangsa Yang Maju
DanMandiri, Pidato Ilmiah penerimaan gelar Dr.HC dalam Ilmu
Administrasi Pembangunan dari Universitas Gajah Mada, 15 April
1995.
Kuswana, D (2018) Jurnal Tamkin: Jurnal Peran Pondok Pesantren Al-
Ittihad Cianjur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Lamuji. (2019). Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Oeh Batik Tulis
Shihaali di Kampung Tunggal Warga Kecamatan Banjar Agung
Kabupaten Tulang Bawang, Pengembangan Masyarakat Islam, Dakwah
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 23
D. Fauzia